Selamat datang di www.wartamaranatha.blogspot.com - Memberitakan Injil dan Mendewasakan Kerohanian

Minggu, 28 November 2010

Penyembuhan Orang Lumpuh Di Kolam Bethesda

YOHANES 5:1-17

Tuhan Yesus berangkat ke Yerusalem dan berada di kolam Bethesda, yang artinya rumah kemurahan. Di situ ada banyak orang sakit yang berkumpul di dekat kolam Bethesda. Mereka menunggu kalau air kolam itu digoncangkan malaikat Tuhan, maka mereka akan terjun ke kolam dan disembuhkan penyakitnya. Jadi, orang-orang sakit itu ‘bersaing’ satu dengan yang lain untuk mendapat kesembuhan. Seperti halnya dunia ini yang penuh dengan persaingan hidup. Di situ ada orang yang lumpuh sudah 38 tahun. Tuhan Yesus melihat dan menghampiri orang yang lumpuh itu.

I. Tuhan Yesus Memperhatikan Orang Lumpuh ( 5:5-7)
Tuhan Yesus bertanya kepada orang lumpuh: “Maukah engkau sembuh?” Pertanyaan Tuhan Yesus merupakan tawaran bagi orang lumpuh untuk sembuh. Orang lumpuh tidak mendapat kesempatan untuk turun ke dalam kolam bahkan tidak ada yang memperhatikannya. Tetapi Tuhan Yesus memeperhatikan orang lumpuh. Demikian pula dalam kehidupan kita, sekalipun tidak ada orang yang memperhatikan kita, namun Tuhan memperhatikan kita.

II. Keajaiban Melalui Kuasa FirmanNya (5:8-9)
Tuhan berkata kepada orang lumpuh: “Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah.” Melalui firmanNya, Tuhan membuat keajaiban sehingga orang lupuh dapat berjalan, bahkan bukan hanya berjalan tetapi juga dapat mengangkat tilamnya. Luar biasa pekerjaan firman Tuhan. Karena firman Tuhan a. Menjadikan apa yang tidak ada menjadi ada (Roma 4:17)
b. Menyembuhkan yang sakit.
c. Menghidupkan orang yang mati
d. Mengubahkan hidup (I Petrus 2:2)

III. Ijinkan Tuhan Yesus Bertahta Dalam Hati Kita (5:10-13)
Ketika orang lumpuh menerima keajaiban kesembuhan, ia bersukacita, tetapi ia lupa siapa orang yang telah menyembuhkannya (ay. 13), bahkan Yesus telah menghilang ke tengah-tengah orang banyak. Ketika kita diberkati Tuhan, jangan biarkan Tuhan Yesus “menghilang” dari hati kita. Ijinkan Tuhan Yesus selalu bertahta dalam hidup kita.

IV. Saksikanlah Pertolongan Tuhan! (5:14-15)
Orang lumpuh yang telah disembuhkan masuk ke dalam Bait Allah dan bertemu dengan Tuhan Yesus. Kesembuhan yang diperoleh digunakan untuk datang ke Bait Allah. Di dalam bait Allah, Tuhan Yesus berpesan supaya tidak berbuat dosa lagi. Rupanya orang lumpuh tersebut sakit karena dosa yang diperbuatnya. Demikian dengan setiap kesembuhan, pertolongan Tuhan digunakan untuk memuliakan Tuhan dalam baitNya, bertobat dan hidup benar sesuai dengan firman Tuhan. Orang lumpuh yang disembuhkan keluar dan menceritakan tentang Yesus yang menyembuhkannya. Demikian pula saharusnya setiap orang percaya menyaksikan Tuhan Yesus yang menyembuhkan dan menyelamatkan. Tuhan Yesus yang menguduskan kita dengan darahNya sendiri (Ibrani 13:12-13).

Akhirnya, marilah kita bersyukur bahwa Tuhan Yesus memperhatikan kita; Dia menyatakan keajaiban kuasa melalui firmanNya; Ijinkan TuhanYesus bertahta di hati kita; dan ceritakan /saksikan pertolongan Tuhan dalam kehidupan kita. Karena Tuhan Yesus sendiri memberi teladan dengan terus bekerja sekalipun orang Yahudi berusaha menganiaya. Karena Bapa bekerja sampai sekarang, demikian pula Tuhan Yesus, demikian pula kita umatNya. Tuhan Yesus memberkati.

Pdt. Gersom Sunarto - Kupang- NTT

Minggu, 21 November 2010

KARYAWAN KRISTUS

Kolose 3:22-25Setiap pekerja yang percaya Tuhan Yesus adalah pekerja Kristus! Ini yang disampaikan Paulus dalam suratnya kepada jemaat Kolose. Di satu sisi kita bekerja pada orang lain atau mengerjakan suatu pekerjaan, di sisi lain kita adalah pekerja Kristus! (ayat 24). Hal ini menunjukkan dua kebenaran penting, yaitu: (1) Bekerja adalah Ibadah kepada TUHAN. Banyak orang salah dengan beranggapan bahwa pekerjaan bukanlah hal yang rohani. Mereka beranggapan “gereja ya gereja, kerja ya kerja”, keduanya terpisah, sehingga kalau digereja benar dan penuh kasih, kalau dipekerjaan ‘boleh’ saja tidak dalam kebenaran dan tanpa kasih. Perhatikan bahwa pekerjaan dihubungkan dengan TUHAN pada Kolose 3:22-4:1 ini! (2) Tempat kerja adalah ‘ladang pelayanan’ untuk memuliakan Kristus dan memberitakan Injil. Karena kita adalah pekerja Kristus, maka sudah seharusnya kita menjadi pelayanNya di tempat kerja. Jadikan tempat kerja kita ‘lahan’ untuk memuliakan dan memberitakan Tuhan kita Yesus Kristus. Dan jadilah pekerja Kristus yang menjadi kesaksian dan bersaksi.

BAGAIMANA SIKAP KARYAWAN KRISTUS YANG MENYENANGKAN HATINYA?
Apabila kita sudah memahami bahwa kita bukan saja pekerja di mana kita bekerja, tetapi juga adalah pekerja Kristus, maka kita diajar Tuhan melalui Paulus bagaimana sikap seorang pekerja Kristus di dalam pekerjaannya.

1. Taat kepada pimpinan dalam segala hal (ayat 22).
Sikap pertama sebagai pekerja Kristus, kita harus taat pada pimpinan kita di tempat kerja! Taat pada pemimpin, majikan, bos atau pemimpin rohani (gembala sidang bila dalam gereja) di tempat kita kerja. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan mengenai menaati pemimpin di tempat kerja ini. Pertama, ketaatan merupakan keharusan selama itu BUKAN dosa. Memang, hal ini terkadang sulit, namun tuntutan kita sebagai pekerja Kristus harus lebih diutamakan. Jika tugasnya adalah berbuat dosa, misalnya mencuri, menipu, melakukan kekerasan dan perbuatan dosa lainnya, maka sudah pasti kita harus lebih taat pada Tuhan bukan? Kedua, taat dengan tulus hati. Ketaatan bukan ‘alat’ untuk mencari muka. Tetapi memang tulus karena selain pekerja di tempat kerja itu, kita pekerja Kristus lho. Dengan tulus juga berarti taat dan hormat baik di hadapan tuan (baca: pimpinan atau bos) maupun dibelakangnya! Ketiga, taat karena didorong takut akan Tuhan. Ketaatan yang benar adalah karena kita sadar bahwa TUHAN senantiasa melihat hidup kita. Kita selalu ada di hadapan TUHAN! Sehingga sudah sepatutnya kita taat dan hormat pada pimpinan karena TUHAN melihat sikap hidup kita.

2. Bekerja dengan memberi “yang terbaik”! (ayat 23).
“Bekerjalah seperi untuk Tuhan bukan untuk manusia” kata Paulus! Sebagai pekerja Kristus sudah semestinya kita bekerja dengan sebaik-baiknya. Apapun pekerjaan dan bidang kita berikan yang terbaik bagi TUHAN. Kata “seperti”, tidak dimaksudkan hanya seolah-olah. Ingat, dalam bekerja sebenarnya kita sedang beribadah kepada Tuhan bukan? Perhatikan ayat 24, Tuhan Yesus-lah Tuan kita, Dialah yang memberikan upah bagi kita. Berikan yang terbaik bagi Dia, termasuk dalam pekerjaan kita!

3. Bekerja dengan takut akan TUHAN (ayat 24-25).
Seorang pekerja Kristus sudah seharusnya menunjukkan kehidupan yang takut akan Dia dalam bekerja. Takut akan Tuhan adalah kehidupan yang berintegritas, bukan dinilai pada diri sendiri seperti yang dimaksudkan para penceramah leadership dan enterpreunership tentang integritas, tetapi lebih lagi diniali berdasarkan ‘bagaimana di hadapan TUHAN’! Itu berarti bekerja dalam kebenaran, dalam kekudusan dan kejujuran. Tuhan’kan yang menilai, memberi upah dan menghukum setiap kesalahan dan kejahatan karena Dia-lah Tuan kita. Apakah kita pekerja Kristus? Bekerjalah dengan takut akan TUHAN!

4. Bersaksilah di lingkungan pekerjaan!
Ingat bahwa Paulus menegaskan kita adalah pekerja Kristus. Sadar atau tidak, kita sedang menggunakan ‘lencana’ ini: Pekerja Kristus! Orang akan tahu kita pengikutNya dan memperhatikan sikap kita termasuk pekerjaan kita. Itu sebabnya bersaksi atau tidak kita tetap menjadi ‘surat terbuka’ bukan? Tugas kita, para pekerja Kristus bukan hanya bekerja untuk kantor dan perusahaan kita atau untuk keluarga kita, tetapi juga untuk kerajaan Sorga. Tunjukkan lewat pekerjaan kita bahwa Yesus-lah Tuhan dan Juruselamat. Bukan hanya itu, mari kita bersaksi, memberitakan InjilNya! Dalam Perjanjian Lama ada pekerja yang menjadi teladan bagi kita, yaitu budak perempuan Naaman (2 Raja-raja 5:1-4). Memang pembantu rumah tangga pekerjaan yang sederhana, namun perempuan itu berani bersaksi bahwa ada nabi di Israel yang dipakai Tuhan untuk menyembuhkan orang sakit. Jadilah pekerja Kristus, bersaksilah!

BERKAT BAGI PEKERJA KRISTUS YANG MENYENANGKAN HATINYA

Apakah saudara pekerja Kristus yang memiliki sikap hidup seperti diatas, sikap yang menyenangkan hati TUHAN? Jika ya, sudah pasti Saudara memiliki berkat-berkat ini: Pertama, sudah sepantasnya majikan di dunia menjadi saluran berkat TUHAN bagi para pekerja Kristus yang taat, bekerja dengan ‘memberi yang terbaik’, takut akan Tuhan (berintegritas) dan bersaksi! Jangan terkejut jika Saudara, apabila disayangi seperti Yusuf oleh Potifar, kepala penjara dan Firaun! Kedua, Saudara menjadi kesaksian bagi lingkungan kerja bahkan dunia. Ketaatan, pekerjaan yang baik, takut akan Tuhan dan keberanian bersaksi akan memuliakan Tuhan Yesus di dunia kerja. Ketiga, jika kita menempatkan diri sebagai pekerja Kristus, maka sudah pasti TUHAN akan memberikan bagian kita sebagai upahnya (ayat 24). Pasti!

Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.

Minggu, 14 November 2010

MENABURLAH PASTI MENUAI!

2 KORINTUS 9:6-15

Orang yang menabur pasti menuai! Alkitab mengajarkan bahwa siapa yang menabur banyak, menuai banyak; menabur sedikit, manuai sedikit! Jika tidak menabur, bagaimana Saudara bisa menuai? Tuhan Yesus menyatakan bahwa jika kita memberi, kita-pun akan diberi dengan kelimpahan (Lukas 6:38a). Tetapi kita akan memperhatikan kebenaran Alkitab yang penting dalam hal menabur atau memberi!

MOTIVASI YANG BENAR DARI TABURAN YANG BAIK
Memberi tidak seharusnya didorong oleh keinginan supaya cepat kaya atau karena mengejar ‘berlipatnya’ taburan, mesipun itu adalah berkat dari menabur. Ada 2 motivasi yang benar yang mendasari taburan yang memperkenan hati Tuhan. Pertama, memberi karena di dorong kerinduan untuk menaati firman Tuhan. Menabur atau memberi bagi Tuhan (persembahan) dan memberi sesama yang membutuhkan adalah perintah Tuhan yang harus kita taati (lihat ayat 6-7). Kedua, memberi karena dorongan kasih Allah Tritunggal yang telah dan terus kita terima! Bapa memberikan Anak-Nya untuk menyelamatkan kita dan mengaruniakan Roh Kudus menyertai hidup kita. Bukankah ini berkat Allah yang sudah kita terima? Kesehatan, kesembuhan, pemeliharaan Allah setiap hari, mujizat dan masih banyak lagi yang Allah buat bagi kita bahkan akan dianugerahkan lagi sepanjang hidup kita. Tidakkah ini mendorong kita untuk mempersembahkan sebagaian harta kita bagi Dia dan sesama yang membutuhkan? Mari kita memberi karena kita mau belajar taat pada Firman Tuhan dan karena kita mau belajar membalas segala kasih dan kebaikanNya!

TABURAN YANG MENYENANGKAN HATI TUHAN
Bagaimana menabur (baca: memberi persembahan) yang benar, yang menyenangkan hati Tuhan? Rasul Paulus memberikan kita jawabananya:

1. Memberi dengan murah hati (ayat 6).
Memberilah dengan murah hati, jangan pelit atau kikir! Yang menabur banyak, menuai banyak pula. Paulus mengajak kita meneladani jemaat Makedonia yang murah hati (2 Korintus 8:1-4). Meski dalam penderitaan dan kemiskinan jemaat Makedonia tetap menabur (memberi). ‘Memberi’ bukan masalah bisa atau tidak, tetapi mau atau tidak memberi! Kedua, jemaat ini memberi sesuai dengan kemampuannya. Tentu saja Tuhan mengajar untuk memberi sesuai dengan kemampuan kita masiing-masing. Namun ada kalanya TUHAN menggerakkan kita untuk memberi ‘melampaui’ kemampuan kita. Ingat janda di bait Allah yang memberikan uang seluruh penghidupannya dan dipuji oleh Tuhan Yesus? (Lukas 21:1-4). Jemaat Makedonia melakukannya!

2. Memberi dengan rela hati (ayat 7).
Memberilah dengan rela hati! ciri-ciri orang yang rela hati memberi pada Tuhan dan sesama adalah tidak dengan bersedih atau denga hati terpaksa. Mari persembahan kita seharusnya didorong karena mau taat dan mengasihi Tuhan kita, Yesus Kristus!

3. Memberi dengan sukacita (ayat 7).
Memberi seharusnya dengan sukacita. Berilah dengan hati yang rindu memuliakan Tuhan dan penuh sukacita karena mengambil bagian dalam pelayanan dan pekerjaan Tuhan yang luar biasa! Lihat saja jemaat Makedonia yang justru mendesak Paulus agar mengikutkan mereka dalam pelayanan kasih (memberi sesama yang membutuhkan) dan ‘menerima’ persembahan mereka (8:4).

TUAIAN YANG MELIMPAH!
Apa berkat dari orang yang manbur dengan setia? Pasti menuai! Dan rasul paulus menegaskan ahwa tauainya berlimpah-limpah! Berkatnya berlimpah-limopah itu pasti!

1. Menerima segala kebajikan TUHAN yang berlimpah dan ‘turut’ meneguhkannya ! (ayat 8-9)
Ini berkat pertama yang sangat luar biasa. Ketika kita menabur dengan murah hati, rela dan penuh sukacita, maka kita akan dilimpahi kebajian Allah! Rasa cukup dengan angureha dan kebajikan Allah akan kita nikmati. Di sisi lain, saat kita menabur kita sedang meneguhkan kebajikan Allah bagi banyak orang yang menerima pemberian dari kita, anak-anak Allah(ayat 9).

2. Allah akan menyediakan benih untuk kita tabur kembali (ayat 10).
Saat kita menabur, maka TUHAN akan memberi kita benih-benih lagi untuk ditaburkan. Mengapa seringkali kita kekurangan? Dan merasa Allah tidak memberkati? Karena kita tidak menaburkan apa yang Allah berkatkan bagi kita! Tempat benih yang seharusnya ditabur masih penuh sehingga Dia tidak mengisinya! Taburlah, berilah, maka kita akan menerima berlimpah berkat-berkat Tuhan untuk ditaburkan kembali.

3. Allah akan memperkaya kita dengan segala kemurahan hati (ayat 11).
Ketika kita rajin menabur, kita akan segera sadar bahwa kita bertumbuh dalam karakter Kristus, yaitu kemuraha hati! Dengan memberi hari ini kepada Tuhan, melalui pekerjaan Tuhan, hamba Tuhan atau sesama yang membutuhkan, kita sedang menerima berkat yang ajaib, yaitu kemurahan hati yang ditumbuhkan oleh Allah dalam hidup kita.

4. Banyak ucapan syukur naik kepada Allah (ayat 11).
Orang yang menerima pemberian kita akan bersyukur kepada Tuhan. Kita bersyukur dapat memberi, mereka bersyukur menerima kemurahan Tuhan. Semakin ucapan syukur yang dinaikkan kepada Tuhan Yesus bukan? Mari menabur!

5. Allah dimulikan (ayat 12-13, 15)
Ketika kita memberi, maka nama Tuhan Yesus akan dipermuliakan. Bagaimana dunia dapat melihat kasih Tuhan, jika anak-anakNya kikir?

6. Kita menerima doa dari orang yang menerima taburan kita (ayat 14).
Selain berkat-berkat yang luar biasa di atas, ada satu lagi yang Paulus tunjukkan yaitu bagaimana doa dari orang-orang yang menerima kasih kita akan juga mengasihi kita dengan mendoakan kita.
Akhirnya, menaburlah, pasti Saudara menuai! Menuai dengan segala kelimpahannya. Pasti!

Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.

Senin, 08 November 2010

Miskin, Siapa Takut ?

AMSAL 22:2

Judul
nya menakutkan ya? Jangan kuatir dahulu. Sebelum kita merenungkan tentang kemiskinan yang tidak perlu ditakuti, Saya harus menegaskan dua hal yang penting. Pertama, Saya tidak mengajarkan agar kita menjadi miskin. Bahkan Saya berdoa agar setiap jemaat diberkati dengan berkelimpahan! Dan yang terpenting, sebenarnya setiap orang didalam Tuhan Yesus pasti terpelihara oleh kemurahan Tuhan! Kedua, orang Kristen TIDAK harus miskin untuk menjadi rohani!
APA YANG DIMAKSUD DENGAN MISKIN? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hal 79. Kata “miskin” diartikan: tidak berharta; serba kekurangan/penghasilan rendah. Miskin juga berarti tidak dapat memenuhi kebutuhan pokoknya (makan, pakai, tempat tinggal dan pendidikan) secara mandiri. Bagaimana menyikapi kemiskinan, tergantung pada bagaimana kita cara pandang kita terhadap kemiskinan dan tentu saja, kita harus belejar dan tunduk pada Alkitab, yang adalah firman Allah! Beberapa Cara Pandang Yang Salah Terhadap “Kemiskinan” Di bawah ini adalah cara pandang yang salah, yang tidak cocok dengan Alkitab, tentang kemiskinan. A. “Miskin Itu Dosa” Pandangan ini menyatakan bahwa miskin adalah dosa! Setiap orang miskin adalah orang yang berbuat dosa. Tuhan Mahakaya, jadi tidak mungkin membuat manusia menjadi miskin. Jadi, orang Kristen harus kaya, kalau miskin itu artinya ada dosa. Tanggapan Alklitab: Pandangan di atas adalah yang SALAH! Miskin memang bisa saja akibat dari dosa/ Miskin adalah kondisi sedangkan dosa adalah pelanggaran terhadap perintah TUHAN. Dosa memang dapat menyebabkan kemiskinan, tapi tidak semua kemiskinan adalah akibat dosa. Jangan lupa bahwa banyak tokoh Alkitab pernah dan mengalami kemiskinan, namun tidak sedang berbuat dosa! Misalnya Ayub, yang takut akan Tuhan justru jatuh miskin. Juga Tuhan Yesus, yang hidup sederhana dan jelas-jelas dari keluarga miskin. Waktu masih kecil persembahannya burung terkukur, suatu persembahan yang ‘khas’ orang miskin saat itu (kalau orang kaya, pasti kambing, domba bahkan lembu/sapi). Dan masih banyak lagi petunjuk Alkitab bahwa Tuhan Yesus menjadim manusia, hamba (baca: budak) yang menderita bagi manusia. B. “Miskin Itu Kurang Iman” Pandangan ini menegaskan bahwa setiap orang miskin adalah orang-orang yang kurang iman, bahkan tidak beriman. Tuhan itu Mahakaya, kita adalah anak Raja, tidak mungkin miskin! Jika miskin, berarti kita kurang beriman. Ini juga pandangan yang SALAH! Tanggapan Alkitab: Pandang ini jelas salah. Memang kurang iman dapat menyebabkan kemiskinan, tetapi tidak semua kemiskinan akibat kekuarangan iman. Sekali lagi ingat Ayub, Paulus dan Yesus yang sekalipun miskin, mereka tidak kekurangan iman bukan? Justru dii tengah kemiskinan, mereka menunjukkan iman dan kebergantungan pada Allah secara luar biasa! Dan lagi, iman menjadi ‘kerdil’ jika hanya ditujukan untuk mencari kekayaan (jadi kaya). Ini sangat menyedihkan hati Tuhan Yesus. KEBENARAN ALKITAB TENTANG KEMISKINAN Sesudah kita lihat pandangan yang salah, sekarang kita lihat pandangan yang benar, pandangan Alkitab tentang kemiskinan: I. Kaya atau miskin ada di dalam tangan TUHAN yang berdaulat (Amsal 22:2) Hidup, jodoh dan berkat (rejeki) ada di tangan TUHAN. Inilah yang dikatakan Alkitab. Miskin dan kaya, Tuhan yang menjadikan! Kebenaran ini justru mengharuskan kita untuk selalu mengandalkan Tuhan. Tanpa Tuhan, sia-sia usaha kita. Di sisi lain, kebenaran ini juga mendorong kita untuk berusaha (kerja) dengan sungguh-sungguh, termasuk membuang penyebab kemiskinan (misalnya dosa judi, mabuk dan sebagainya). II. Miskin Itu Menjadi Sarana Tuhan Untuk Membentuk Kita Menjadi Serupa Dengan Tuhan (Roma 8:28-29). Jelas bahwa Alkitab telah memeberikan arah bagi tuuan hidup kita, yaitu menjadi serupa dengan Kristus dan dengan demikian memuliakan Tuhan! Dan TUHAN turut bekerja dalam segala hal, termasuk kondisi kaya atau miskin untuk mendatangkan kebaikan bagi kita, yaitu menjadi serupa dengan DIA! (ayat 28). Misal: Ayub, yang jadi miskin untuk menumbuhkan karakternya seperti Kruistus. (band. Elia dan Paulus). III. Miskin Adalah Kondisi Sementara Di Dunia Ini Terakhir, Alkitab menegaskan bahwa miskin adalah kondisi sementara di dunia. Bukankah tidak selama-lamanya kita di dunia ini? Seperti kekayaan tidak kita bawa ke sorga, demikian dengan kemiskinan tidak akan pernah ikut kita ke sorga! Justru sebagai anaka-anak Tuhan Yesus, kita punya kepastian bahwa suatu kali kita semua akan menikmati kemuliaan selama-lamanya. Itulah sebabnya Paulus tidak pernah tawar hati, undur sekalipun menderita, fisiknya merosot dan mengalami kelaparan dan kemiskinan di dunia sebab Paulus memandang kemuliaan yang kekal! (2 Korintus 4:16-5:1). Akhirnya, mari kita menjadi orang Kristen yang teguh dan pantang menyerah. Bergantunglah pada Tuhan dan tetap berusaha dengan sungguh-sungguh. Bukankah, Allah di dalam Tuhan Yesus adalah Pemelihara kehidupan kita? Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.

Alasan Tidak Membayar Perpuluhan

Tiga orang yang berbeda profesi sedang berdiskusi soal perpuluhan. Mereka masing-masing mengemukakan alasan mengapa mereka belum membayar perpuluhan.

Akuntan: Saya belum membayar perpuluhan karena belum menerima surat tagihan dari Tuhan.

Pengacara: Kalau saya belum membayar perpuluhan karena belum ada undang-undang yang mengaturnya.

Bankir: Saya sih sudah lama mau membayar perpuluhan, tapi sampai sekarang saya belum tahu nomor rekening Tuhan.

cabe deeeh....

ALBUM KENANGAN