Selamat datang di www.wartamaranatha.blogspot.com - Memberitakan Injil dan Mendewasakan Kerohanian

Minggu, 31 Januari 2010

MEMPERTANYAKAN KASIH TUHAN

MALEAKHI 1:2-5

Apakah Saudara pernah menyatakan rasa cinta kepada pasangan Saudara? Belum? Cobalah! Lihatlah ayat 1 ini: “Aku mengasihi kamu”, Firman Tuhan... Tuhan memberikan teladan kepada kita untuk menyatakan cinta kasih kepada orang-orang yang kita kasihi. Suami, isteri, orang tua, atau kepada anak-anak kita! Namun bisakah Saudara membayangkan apabila pernyataan cinta kita diragukan dan dipertanyakan oleh orang yang kita kasihi? Demikianlah dalam Maleakhi 1:2 ini, Tuhan menyatakan kasihNya kepada umat Yehuda, tetapi mereka mempertanyakan kasih Tuhan. “Dengan cara bagaimanakah Engkau mengasihi kami?” (ayat 2). Mereka meragukan kasih Tuhan, tidak percaya bahwa Tuhan mengasihi mereka. Nah, bagaimana dengan Saudara? Apakah Saudara bertanya dalam hati: “Apakah Engkau mengasihi aku, Tuhan?” Apa yang membuat bangsa Yehuda saat itu mempertanyakan kasih Tuhan? Alasan umat Yehuda seringkali juga alasan kita untuk mempertanyakan dan meragukan kasih Tuhan kepada kita.

1. “Salah” Melihat Masa Lalu!

Kitab Maleakhi ditulis antara tahun 450-400 SM, sesudah umat Yehuda ‘dipulangkan’ kembali dari pembuangan Babel! Jadi dapat kita bayangkan kondisi bangsa itu. Mereka adalah orang-orang yang mengalami pembuangan, dijajah, teraniaya dan terluka dipembuangan selama 70 tahun di Babel. Lalu tiba-tiba Tuhan berfirman melalui Maleakhi bahwa Dia amat mengasihi mereka! Tidak mengherankan bahwa mereka segera bertanya: “Dengan cara bagaimanakah Engkau mengasihi kami, kami terbuang, kami dianiaya dan terluka, lalu Engkau berkata mengasihi kami?” Bukankah di antara Saudara juga ada yang berpikir demikian? Melihat masa lalu kita; kegagalan, pergumulan hebat, ketertolakan dan luka-luka hati yang pernah kita alami dan kita akan segera bertanya: “Dimanakah Engkau saat itu, Tuhan? Mana kasihMu?”. Baiklah, Saya ingin kita kembali pada umat Yehuda yang tersisa (kaum remnant). Ada dua hal yang perlu kita renungkan di sini. Pertama, umat Yehuda harusnya sadar pembuangan terjadi karena dosa mereka. Cobalah jujur selidiki apakah kesulitan yang kita hadapi akibat dosa kita pada Tuhan atau karena Tuhan tidak mengasihi kita? Kedua, dibalik penderitaan selalu ada kasih Tuhan yang berlimpah-limpah. Perhatikan Alkitab, bagaimana Tuhan tidak pernah meninggalkan umat Yehuda di pembuangan. Dia mengutus nabi-nabi untuk mereka. Dia memberikan ‘orang-orang penting’ untuk meringakan kondisi umatNya, misalnya Ratu Ester dan Daniel. Masih banyak lagi penyataan kasih Tuhan bagi mereka. Jangan salah melihat masa lalu. Perhatikan dan hitung kasih Tuhan di masa lalu, Saudara akan terperangah dan berkata: “Terima kasih Tuhan Yesus, terima kasih!”

2. Terlalu Melihat Pergumulan “Hari ini”!

Ingat, kondisi umat Yehuda adalah baru saja kembali dari pembuangan. Mereka dalam pergumulan yang sangat berat; kemiskinan, usaha membangun negara yang hancur, kondisi politik dan keamanan yang pasti ‘berat’. Belum mereka lihat pemulihan yang Tuhan janjikan! Itu sebabnya mereka mempertanyakan kasih Tuhan kepada mereka. Bagaimana dengan Saudara? Mempertanyakan kasih Tuhan karena pergumulan berat yang Saudara tanggung hari ini? Doa dan harapan Saudara belum dijawab Tuhan?

3. Melihat Keadaan Sekeliling

Tuhan segera membuktikan pernyataan kasihNya dengan menekankan pilihanNya atas Yakub (mewakili bangsa Israel) bukan Esau! (ayat 2-5). Mengapa ini disampaikan Tuhan? Karena umat Yehuda melihat kondisi Esau yang jahat, lebih baik dibandingkan mereka saat itu. Padahal Edom (Keturunan Esau) adalah bangsa yang tidak mengenal Tuhan dan jahat, tetapi kondisi mereka jauh lebih baik. Demikian juga kita, ketika melihat ke sekeliling, seringkali kita jadi mempertanyakan kasih Tuhan. Terlebih, jika kita melihat orang yang jahat dan fasik begitu kaya, berhasil dan bahagia! (Band. Mazmur 37 dan 73). Kita terjebak dengan iri hati dan lebih celaka lagi, kita seringkali iri kepada mereka yang berhasil dan sukses karena ketidakjujuran dan kejahatan.

Melihat Bukti Kasih TUHAN

Nah, bagaimana memiliki hati yang terus dapat merasakan kasih Tuhan yang amat besar itu? Jangan melihat masa lalu dengan cara yang salah, jangan hanya melihat pergumulan hari ini, juga jangan hanya melihat dan membandingkan diri kita dengan kondisi orang lain yang “lebih”, namun lihatlah bukti kasih Tuhan kita, Yesus! Paulus menyadari bahwa bukti kasih Tuhan adalah Dia telah menyerahkan diriNya baginya (Galatia 2:10). Bukan saja bagi Paulus tapi bagi kita. Tuhan Yesus berkata: “AKU mengasihi kamu” lalu mati bagi kita. Masih mempertanyakan kasih Tuhan?

Bp. Gembala

Rabu, 27 Januari 2010

BERIBADAH HANYA KEPADA TUHAN

YOSUA 24:1-28
Kepada siapa kita beribadah? Tentunya kepada Tuhan Yesus, karena kita adalah orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Namun masih ada orang Kristen yang beribadah kepada Tuhan Yesus + + (baca: plus-plus). Artinya percaya Tuhan Yesus, tapi juga percaya ilah-ilah lain. Apakah hal ini dapat dibenarkan??? Jawabnya tentu: “Tidak benar”. Melalui tindakan-tindakan Yosua dalam membangun kehidupan beribadah bangsa Israel, kita dapat merenungkan 3 bagian:
I. Yosua mengajak bangsa Israel beribadah kepada Tuhan (ay. 1-14)
Yosua mengumpulkan tua-tua, para kepala suku, para hakim dan para pengatur pasukan untuk berdiri di hadapan Tuhan dan membaharui perjanjian dalam hal ibadah kepada Tuhan. Yosua terlebih dahulu menyampaikan Firman Tuhan yang mengingatkan kembali akan perjalanan sejarah nenek moyang bangsa Israel. Dimulai dari Abraham, Ishak, Esau, Yakub, dan sampai kepada bangsa Israel pada saat itu. Hal ini menyimpulkan bahwa:
A. Allah turut bekerja dalam perjalanan sejarah kehidupan bangsa Israel (mulai jaman nenek moyang sampai bangsa Israel pada saat itu).
Bagaimana Allah melakukan perbuatan-perbuatan yang ajaib dengan melepaskan mereka dari kuasa Mesir, Allah membelah laut Teberau, Allah melindungi dari kutukan Bileam, Allah menuntun mereka memasuki tanah Kanaan. Allah menghalau semua penduduk Kanaan , Allah berperang bagi mereka, Allah membelah sungai Yordan, sampai mereka masuk tanah Kanaan (ay. 1-11). Hal ini didukung dengan pengakuan dari bangsa Israel sendiri (ay. 16-18).
B. Keberadaan bangsa Israel semata karena Tuhan.
Mereka yang dahulu penyembah allah asing di seberang sungai Efrat (ay. 2), tetapi sekarang menjadi penyembah Allah Yahweh. Allah juga memberkati mereka dengan luar biasa. Tanah Kanaan yang makmur, diserahkan kepada bangsa Israel dengan tidak bersusah-susah (ay. 13). Sebab itu Yosua mengajak bangsa israel beribadah kepada Tuhan dengan tulus ikhlas, menjauhkan segala allah-allah asing, mencondongkan hati kepada Tuhan (setia), dan mendengarkan firmanNya (ay. 14, 23-24).
Kita pun seharusnya beribadah kepada Tuhan. Menjadi orang percaya Tuhan Yesus adalah sebuah anugerah, bukan karena usaha kita (Efesus 2:8). Allah telah menyelamatkan hidup kita. Melalui pengorbanan Kristus di atas kayu salib, kita yang seharusnya binasa, tetapi beroleh hidup yang kekal (Yohanes 3:16, Kolose 1:13, I Petrus 2:9-10). Allah yang memberkati hidup kita dengan perlindunganNya, penyertaanNya, pertolonganNya. Tidak dapat tidak kita beribadah kepadaNya.

II. Yosua menantang Bangsa Israel Untuk Memilih Kepada Siapa Mereka Beribadah (ay.15, 19)
Tantangan Yosua kepada bangsa Israel bukannya tanpa alasan.
A. Bangsa Israel mengalami kegagalan-kegagalan untuk beribadah hanya kepada Tuhan.
Ingatkah kita dengan peristiwa Patung Anak Lembu Emas (Kel 32) dan Baal Peor (Bilangan 25)? Ya, itulah kegagalan bangsa Israel. Sebagai penyembah Allah, mereka masih juga jatuh dalam penyembahan kepada allah-allah asing. Bagaimana dengan kita? Apakah kita juga memiliki kegagalan dalam beribadah hanya kepada Tuhan? Dimana letak kegagalan kita?
- Ketika kita mempercayai takhayul/ dongeng wanita-wanita tua (mitos). Tanpa kita sadari, hidup kita dipengaruhi bahkan dikuasai oleh mitos-mitos. Itu sama dengan penyembahan kepada allah asing. Itu adalah sebuah kegagalan.
- ketika kita masih berurusan dengan okultisme/setan. Kita masih datang kepada dukun, paranormal untuk meminta petunjuk ataupun pertolongan. Ketika kita mempercayai ramalan bintang, tarot, dan sebagainya. Itu juga merupakan kegagalan.
B. Komitmen Yosua dan keluarganya untuk beribadah kepada Tuhan.
Yosua dan seisi rumahnya memilih beribadah kepada Tuhan, sekalipun (seandainya) bangsa Israel tidak beribadah kepada Tuhan. Karena Yosua sendiri menyadari mengapa ia harus beribadah kepada Tuhan. Seharusnya komitmen Yosua menjadi komitmen kita juga. Sekalipun lingkungan sekitar kita (tempat tinggal, pekerjaan) tidak beribadah kepada Tuhan, kita akan tetap beribadah kepada Tuhan. Sekalipun kita mengalami ejekan, sindiran karena kita pengikut Tuhan Yesus. Sekalipun kita di tawari “pertolongan lain” (dukun, kuasa gelap), kita menolaknya dan akan tetap beribadah hanya kepada Tuhan.

III. Yosua Mengikat Perjanjian Dengan Bangsa Israel Untuk Beribadah Hanya Kepada Tuhan (ay. 24:19-28)
Di Sikhem inilah, Yosua bersama bangsa Israel mengikat janji setia untuk beribadah hanya kepada Tuhan. Janji tersebut harus disikapi dengan:
a. Menjauhkan allah-allah asing (berhala)
b. mencondongkan hati kepada Tuhan
c. Sepakat dengan konsekuensi apabila melanggar perjanjian:
- Allah yang kudus adalah Allah yang cemburu tidak
akan mengampuni dosa dan kesalahan
- Allah akan menghukum dan membinasakan.

Hari ini, kita pun mau berjanji kepada Tuhan untuk beribadah hanya kepada Tuhan. Jangan pernah lupakan anugerah-Nya kepada kita (keselamatan), berkat-berkatNya. Ingat akan kegagalan kita. sesungguhnya hanya Tuhan saja yang layak disembah, karena Dia adalah Allah di atas segala allah. Tuhan Yesus Memberkati.

Pdm. Dwi Cahyono, S.Th

Senin, 25 Januari 2010

TUHAN YESUS, IMAM BESAR AGUNG

IBRANI 4:14-16

Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, .......”(ay.14)

Kalimat “karena kita sekarang” berhubungan dengan perikop sebelumnya yang menceritakan tentang kegagalan untuk masuk ke tempat perhentian (tanah Kanaan), karena ketidak taatan mereka. Bukankah dalam hidup ini, kita menghadapi banyak tantangan yang dapat membuat iman kita gagal di tengah jalan sehingga kita tidak dapat masuk dalam tempat perhentian (Surga). Sebab itu kita memerlukan Tuhan Yesus sebagai Imam Besar Agung.

Mengapa Harus Imam besar?

Dalam Perjanjian Lama (PL) ada tiga jabatan besar:

1. Raja yang memberi kemakmuran kepada rakyatnya

2. Nabi yang memberikan pemahaman tentang Firman Tuhan

3. Imam Besar membawa kepada perhentian. Sebab imam inilah yang berhubungan dengan Tuhan.

Perhentian (Inggris: rest) itu datang dari Tuhan. Tuhan Yesus memberikan undangan untuk masuk dalam perhentian, I will give you rest (= perhentian) (Matius 11:28). Perhentian yaitu peristirahatan jiwa supaya tenang dari segala “goncangan-goncangan” hidup.

Manusia diciptakan untuk membuat Allah puas, tetapi tidak ada yang dapat memuaskan, kecuali Tuhan Yesus Kristus. Dalam Matius 3:16, Allah menyampaikan firmanNya: “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan.”

Apakah Perhentian Itu?

Dalam Matius 25:21, Allah puas dengan pekerjaan hambaNya, sehingga hamba tersebut diijinkan masuk dalam kebahagiaan, tempat kesukaan Tuhan. Ketika Allah puas, maka Allah masuk dalam perhentian/menikmati hasil (Kejadian 1:31). Berhenti bukan berarti berhenti tetapi penikmatan. Kalu kita dapat memuaskan hati Allah, maka Bapa “beristiharat”. Kalau gereja dapat mengikuti jejah Tuhan Yesus, maka Tuhan masuk dalam perhentian. Kalau Tuhan puas, maka Gereja masuk dalam kesukaan Tuhan Yesus.

Surga Bumi Baru

Merupakan tempat kesukaan Tuhan, suatu tempat yang kudus, indah dan sempurna. Inilah tempat peristirahatan (menikmati).Apa yang membuat manusia tidak masuk dalam perhentian?

1. Dosa, pemberontakan, kejahatan

2. Hidup dalam dosa, dosa bekerja dan mendatang-kan maut (Roma 6:23). Pemberontakan bangsa Israel menyebabkan mereka tidak masuk dalam perhentian.

Tuhan Yesus sebagai Imam Besar Agung

Dalam Perjanjian Lama, jabatan tertinggi adalah Imam Besar. Tuhan Yesus adalah Imam Besar Agung yang lebih tinggi dari Imam Besar, karena pekerjaanNya lebih bermutu, yaitu membawa kita masuk dalam perhentian kekal (Sorga). Tuhan Yesus :

a. membawa darahNya sendiri, bukan darah binatang.

b. Ia melintasi langit (Inggris: Heaven) sampai langit ketiga

c. Ia adalah Allah, bukan hanya manusia

d. Imam Besar yang turut merasakan penderitaan

e. Imam untuk selama-lamanya.

Tuhan Yesus Duduk Di Sebelah Kanan Allah,

Merupakan Tahta Kasih Karunia (Ibrani 4:16). Dalam Tabernakel, pada Peti Perjanjian terdapat Tutup Pendamaian (the Mercy Seat). Tidak semua orang boleh masuk ke ruang maha Kudus, hanya imam Besar. Itu pun hanya satu kali dalam setahun. Tetapi kita yang percaya kepada Tuhan Yesus diundang dan diajak masuk ke Tahta Kasih Karunia dengan penuh keberanian. Karena Tuhan Yesus ada di tahtanya, kita tidak akan lemah lagi. Kita kuat di dalam Kristus. Dia menyuplai kehidupanNya bagi kita.

Mari kita perhatikan batu-batu permata yang terdapat di dada (tapal dada) dan pundak Imam Besar. Di situ terdapat nama-nama suku Israel. Hal ini memberi pengertian bahwa nama-nama Israel dibawa masuk ke dalam Ruang Maha Kudus (Tahta Allah), demikian pula nama-nama kita. Nama-nama tersebut ada di dada (hati) dan pundak (dipikul) Imam Besar menunujuk bahwa nama-nama suku Israel ada di hati Tuhan dan Tuhan memikul segala masalah orang Israel dipundakNya. Demikian pula nama-nama kita. Sungguh Luar biasa!

Tuhan Yesus Disebut Agung

Tuhan Yesus Agung karena Dia adalah Putera Allah (sifat ilahi) dan Putera Manusia (sifat insani). Dia dapat memmahami tentang Allah dan manusia. Dia adalah perantara yang sempurna. Dia turut merasakan (=sumpatheesai) apa yang kita rasakan, lebih dari sekedar empati. Ketika bangsa Israel dicobai, Imam Besar tidak dapat memberi pertolongan. Tetapi orang percaya, bisa datang kepada Tuhan Yesus, Imam Besar Agung kapan saja. Kalau kita menghampiri Tahta Kasih Karunia tidak ada persoalan yang tidak bisa di atasi.

Mari kita bersyukur bahwa kita memiliki Tuhan Yesus Kristus, Imam Besar Agung.

Tuhan Memberkati


Pdt. Dr. ISAK SURIA – Malang,
Disampaikan dalam IBADAH RAYA, Minggu, 25 Oktober 2009

Alasan Tidak Membayar Perpuluhan

Tiga orang yang berbeda profesi sedang berdiskusi soal perpuluhan. Mereka masing-masing mengemukakan alasan mengapa mereka belum membayar perpuluhan.

Akuntan: Saya belum membayar perpuluhan karena belum menerima surat tagihan dari Tuhan.

Pengacara: Kalau saya belum membayar perpuluhan karena belum ada undang-undang yang mengaturnya.

Bankir: Saya sih sudah lama mau membayar perpuluhan, tapi sampai sekarang saya belum tahu nomor rekening Tuhan.

cabe deeeh....

ALBUM KENANGAN