Selamat datang di www.wartamaranatha.blogspot.com - Memberitakan Injil dan Mendewasakan Kerohanian

Minggu, 25 Juli 2010

MEMPERTAHANKAN SUKACITA KRISTEN

FILIPI 4:1-9

Ditengah banyaknya masalah dan pergumulan dalam hidup ini, apakah masih ada sukacita dalam hati kita? Hal ini memang tidak mudah, tetapi kita perlu memiliki sukacita karena itu adalah perintah Tuhan: “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan. Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!” (Filipi 4:4). Kata “sukacita” itu sendiri di tulis 14 kali dalam surat Filipi. Rasul paulus sebagai penulis telah mengalami bagaimana harus bersukacita sekalipun dalam situasi kondisi yang sulit. Dan sekarang ia mengajar kepada kita, para pembaca suratnya. Seperti kita ketahui, surat Filipi ditulis oleh rasul paulus dalam penjara. Sebuah kondisi yang sebenarnya sulit untuk bersukacita. Tentu ada rahasia mengapa rasul Paulus dapat mempertahankan sukacita dalam hatinya.

Rahasia Mempertahankan Sukacita:

Ada tiga rahasia, bagaimana mempertahan kan sukacita dalam hati kita:

I. Bersikap bersukacita (ay. 4)

Untuk dapat bersukacita, pertama-tama kita perlu memiliki sikap bersukacita. Tentunya diperlukan kemauan untuk belajar bersukacita. Mungkin hanya sedikit tersenyum, dan ini perlu belajar dan belajar. Jangan putus asa!

II. Jangan Kuatir (ay. 6)
Kekuatiran merupakan peredam terjitu bagi sukacita.Bayangkan saja suatu misal, ditengah sukacita kita memuji Tuhan di gereja, tiba-tiba kita teringat tentang pintu rumah yang kemungkinan belum terkunci. Dan kita menjadi kuatir dan secara otomatis sukacita menjadi hilang. Sebab itu kita perlu waspada dengan kekuatiran. Tidak kuatir, berarti kita menyerahkan segala sesuatu kepada Tuhan dalam doa. Doa merupakan suatu tidakan dimana kiat berkomunikasi, berbincang-bincang dengan Allah. Ketika kita dapat “curhat” kepada sesama kita saja, kita sudah merasa lega walau hanya beberapa saat. Apalagi bila kita menyampaikan segala doa kita kepada Allah. Ini sesuatu yang luar biasa. Untuk mempertahankan sukacita, kita perlu menyerahkan segala kekuatiran kita kepada Tuhan. Setelah kita menyerahkan segala kakutiran kita kepada Tuhan, Alkitab berkata; “... maka damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.” (ayat 7)

III. Berpikir Dan Bertindak Positif.

Yang berikutnya, untuk mempertahan-kan sukacita, kita perlu berpikir dan bertindak positif. Perhatikan ayat 7, Firman Tuhan mengajar kita untuk memikirkan hal-hal yang positif (semua yang benar, mulia, adil, suci, manis, sedap didengar, kebajikan,...). Karena ketika kita mulai berpikir negatif kepada sesuatu hal atau tentang sesama kita, maka sukacita kita akan hilang. Sesudah kita berpikir positif, kita perlu melanjutkannya dengan bertindak positif. Perhatikan ayat 9, rasul Paulus mengajak kita melalkukan segala sesuatu yang positif, sebagaimana
rasul Paulus mengajar dan memberi teladan. Dan ketika kita sudah berpikir dan bertindak positif, maka Allah sumber damai sejahtera akann menyertai kita. Bandingkan dengan ayat 7, di ayat 9, Allah sendiri sebagai sumber damai sejahtera yang akan memberkati kita.

Akhirnya, marilah kita mempertahan kan sukacita kita dengan selalu memiliki sikap be
rsukacita, menyerahkan segala kekuatiran, dan marilah kita berpikir dan bertindak positif. Tuhan Yesus memberkati.

Pdt. Dr. Ichwe G. Indra (Surabaya)

Minggu, 18 Juli 2010

KEPUTUSAN UNTUK BERIBADAH KEPADA TUHAN

YOSUA 24:15
Dunia menawarkan banyak hal untuk kita tidak beribadah kepada Tuhan. Akan tetapi hendaknya setiap keluarga Kristen yang percaya kepada-Nya hendaknya seperti Yosua yang tetap setia beribadah kepada Tuhan sekalipun bangsanya beribadah kepada allah lain. Ini merupakan keputusan yang memuliakan Tuhan. Dan ini merupakan tanggung jawab dari para suami sebagai kepala keluarga, sehingga yang berperan bagi kerohanian keluarga adalah sang suami. Sebagai suami, apakah peran kita sudah benar bagi keluarga kita? Beberapa contoh suami di Alkitab yang kehidupannya tidak benar sehingga mengakibatkan kesengsaraan bagi keluarganya diantaranya: (a) Nabal, seorang yang bebal, (1 Samuel 25:24-25), (b) Ahab, yaitu seorang yang tunduk atau ikut kepada isterinya yang jahat, (1 Raja-raja 16:29-31). Ketika seorang suami, pemimipin keluarga salah dalam mengambil keputusan, maka berakibat buruk bagi keluarganya.

Mengapa Yosua berani mengambil keputusan untuk tetap beribadah kepada Tuhan?

Di hadapan bangsa Israel yang tegar tengkuk, yang banyak kali menduakan Allah dengan banyak berhala, Yosua bersama keluarganya mengambil keputusan untuk beribadah hanya kepada Tuhan, karena:
1. Yosua mengutamakan apa yang harus diutamakan, yaitu Allah.
Yosua mengerti dengan sungguh siapa Allah, karena dia dididik sejak kecil tentang Allah, serta dia juga mengerti segala perbuatan ajaib yang Tuhan buat bagi bangsa Israel melaui Musa, sehingga dia berani mengambil keputusan untuk mengutamakan Allah dari pada yang lain. Demikian juga dengan kita, apakah kita sudah mengutamakan Tuhan di atas segala-galannya? Atau kita lebih mengutamakan yang lain (perkara-perkara dunia), sedang Tuhan nomor yang ke sekian? Dalam Yesaya 58:13-14 dikatakan bahwa jika kita mengutamakan Allah maka akan ada jaminan pemeliharaan, baik makanan, minuman dan lain sebagainya. Marilah kita semakin melekat kepada Tuhan karena Tuhan berasal dari Sorga, sehingga Dialah segala-galanya (Yohanes 31:31).
2. Yosua memiliki tugas tanggung jawab atas rumah tangganya untuk membawa keluarganya berjalan di jalan Tuhan.
Yosua mengetahui janji berkat yang Tuhan berikan apabila umat Tuhan beribadah kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh , maka dia pun memiliki tugas tanggung jawab untuk membawa keluarganya kepada Tuhan. Seperti contoh dalam Yohanes 4:46-54, dikisahkan seorang kepala keluarga yang tahu bahwa hanya Yesus yang sanggup menyembuhkan anaknya maka dia mengambil tindakan yang tepat untuk membawa anaknya kepada Yesus. Bagaimana dengan kita? Sebagai pemimpin rumah tangga kita memiliki tanggung jawab untuk membawa keluarga kita beribadah kepada Tuhan.
3. Yosua Melibatkan Tuhan di dalam kehidupan keluarganya.
Keputusan Yosua dan keluarga untuk beribadah kepada Tuhan merupakan sebuah tindakan melibatkan Tuhan dalam kehidupan keluarganya.
Dalam kehidupan ini Tuhan ingin kita melibatkan Dia dalam segala sesuatu. Hal ini dapat terwujud apabila dimulai dari kepala keluarga yang hidup dekat dengan Tuhan (Yohanes 15:15) dan melalui ibadah. Ibadah merupakan suatu komitmen yang total, dalam arti ada penyerahan hidup secara total di dalam Tuhan (Roma 12:1). Ibadah yang sungguh-sungguh adalah hadirnya Tuhan dalam kehidupan kita. Apakah kita melibatkan Tuhan dalam keluarga kita? Didalamnya dibutuhkan seorang pemimpin yang hidup dekat dengan Tuhan dan membawa keluarganya beribadah kepada Tuhan.
Akhirnya, marilah kita mengambil keputusan untuk beribadah kepada Tuhan, bukan kepada yang lain. Kita beribadah kepada Tuhan karena kita mengutamakan Tuhan; merupakan sebuah tanggung jawab; serta bukti bahwa kita melibatkan Tuhan dalam keluarga kita.
Tuhan Yesus memberkati.


Pdt. Adrian L. Manikome (Bitung- Sulut)

Minggu, 11 Juli 2010

KASIH KRISTUS Dasar Hidup Berkeluarga

YOHANES 13:34; EFESUS 5:25-27
Tuhan Yesus memberikan perintah yang baru, yaitu agar para muridNya saling mengasihi! (Yohanes 13:34). Kita harus saling mengasihi dalam jemaat Tuhan. Namun persekutuan yang terkecil adalah keluarga Kristen! Dan ini adalah standart mengasihi: MENGASIHI SEPERTI KRISTUS MENGASIHI! Ini juga yang kita temukan dalam Efesus 5:22-6:1. memang rasul Paulus menekankan bahwa para suami harus meneladani Kristus karena memang Paulus menekankan hubungan antara Kristus dan gerejaNya (Efesus 5:25-27). Namun Saya percaya bahwa bukan hanya suami, tetapi seluruh anggota keluarga, istri dan anak-anak juga harus meneladani Kristus. Dan yang terpenting, dalam surat Efesus inilah kasih Kristus diceritakan secara jelas dan tegas. Itu sebabnya Efesus 5:25-27 Saya ambil menjadi dasar memahami kasih Kristus!
Bukan harta, kekayaan, pendidikan yang tinggi dan kesuksesan yang mendasari sebuah keluarga yang bahagia dan diberkati Tuhan. Sudah terbukti banyak keluarga hancur justru saat memiliki semuanya. Alkitab memberikan kita dasar keluarga yang bahagia dan diberkati Tuhan, yaitu MENDASARKAN KEHIDUPAN BERKELUARGA PADA KASIH KRISTUS! Nah, jika demikian, bagaimana mendasarkan kehidupan berkeluarga pada kasih Kristus?

1. Kasih KRISTUS Harus Menjadi PENGGERAK Setiap
Anggota Keluarga Untuk Saling Mengasihi.

Kasih Kristus harus menjadi ‘motor’ bagi setiap anggota keluarga untuk salingmengasihi! Paulus mendoakan agar jemaat mengenal dan memahami betapa dahsyatnya kasih Kristus (Efesus 3:18-19). Dengan memahami kasih Kristus, kita dapat dan dimampukan untuk mengasihi seperti Kristus! Kenal kasih Kristus? Benar, Tuhan Yesus mengasihi kita sampai mati di kayu salib.
Dan kasih inilah yang seharusnya menjadi pendorong atau motivasi kita mengasihi keluarga kita. “Karena saya tahu bahwa Kristus sungguh-sungguh sudah mengasihi saya, maka saya harus mengasihi keluarga saya!” Kegagalan keluarga saling mengasihi seringkali karena kita mengasihi karena kita melihat kebaikan anggota-anggota keluarga, jika tidak, kitapun membalas dengan perbuatan yang sama. Apa yang menjadi motif kita mengasihi keluarga. Mari kita dasarkan bahwa Kasih Kristus-lah yang mendorong kita untuk mengasihi keluarga kita.Hal kedua yang harus kita pahami yaitu bahwa kasih Kristus sudah dicurahkan Roh Kudus dalam hidup setiap orang Kristen! (Roma 5:5). Jadi setiap orang Kristen memiliki kasih Kristus. Jadi tidak ada alasan untuk tidak mengasihi keluarga kita; suami dengan isteri, anak-anak dengan orang tua. “Karena kasih Kristus ada dalam hidup saya, maka saya mengasihi keluarga saya!” Tidak ada alasan untuk tidak mamu berbagi, mengasihi, mengampuni dan melayani keluarga kita, sebab kasih Kristus yang memampukan kita. Bukan kuat kita sendiri! Percayalah bahwa kasih Kristus sudah dicurahkan bagi kita. Jadi, tunjukkanlah kasih Kristus bagi keluarga Saudara!

2. Kasih KRISTUS Menjadi Teladan Untuk Mengasihi Keluarga.
Seperti halnya rasul Yohanes (Yoh 13:34), rasul Paulus menegaskan bahwa kasih Kristus harus menjadi teladan bagi setiap anggota keluarga. Mari kita teladani kasih Kristus bagi gerejaNya seperti yang dijelaskan Paulus dalam Efesus 5:25-27.

a. Kasih Kristus, kasih yang berkorban (25).
Hendaknya setiap anggota keluarga mengasihi dengan pengorbanan, seperti Kristus! sekalipun Dia adalah Allah, Dia rela menjadi manusia dan mati di kayu salib untuk menyelamatkan kita. Kasih Kristus mengajarkan kita berani berkorban, tidak egois, mementingkan orang lain. Bagaimana dengan Saudara?

b. Kasih Kristus, kasih tanpa pamrih (25-26).
Kebanyak orang mengasihi karena orang lain mengasihi. Tetapi kasih Kristus memberikan teladan supaya kita mengasihi “walaupun orang tersebut..” Ingatlah bahwa Tuhan Yesus mati di kayu salib meskipun kita tidak layak untuk diselamatkan. Kita masih berdosa dan hina dihadapanNya, namun Dia tetap mengasihi dan menyelamatkan kita (Band. Roma 5:8).

c. Kasih Kristus, kasih dalam kebenaran.

Kasih yang diteladankan Kristus adalah kasih dalam kebenaran. Tujuannya supaya jemaat kudus dan tak bercacat dihadapanNya. Demikian kita harus mengasihi dalam kebenaran. Disiplin yang berasal dari kebenaran firman Allah harus ditegakkan dan dijalankan dalam kehidupan berkeluarga.

d. Kasih Kristus, kasih yang selalu menginginkan
yang terbaik terjadi bagi orang lain (ayat 27).
Hendaknya setiap anggota keluarga memikirkan dan giat mengerjakan apa yang yang terbaik bagi seluruh anggota keluarganya. Jika ini dilakukan, maka tidak ada pertengkaran yang dibiarkan berlarut-larut dan kebencian tidak mungkin bertumbuh dalam keluarga yang meneladani kasih Kristus.

Selamat menikmati kebahagiaan dan berkat keluarga yang disediakan Allah, saat kita dasarkan kehidupan berkeluarga di atas kasih Kristus. Sekali lagi selamat berbahagia, keluarga Allah!


Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.

Minggu, 04 Juli 2010

TELADAN AYUB MENGHADAPI SERANGAN IBLIS

AYUB 1-2

Situasi kehidupan saat ini sangat tidak menentu, dimana-mana serba sulit. Banyak anak-anak Tuhan meninggalkan iman mereka hanya karena pencobaan yang mereka alami. Padahal pencobaan yang dihadapi tidak terlalu parah, tidak sebanding dengan apa yang dihadapi oleh Ayub. Ingat pencobaan, ingat Ayub. Mari kita lihat siapakah Ayub itu:
(1) Ayub adalah seorang yang saleh, jujur, takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Untuk bagian ini Allah sendiri memuji Ayub. (2) Orang terkaya di sebelah timur: 7000 ekor kambing domba, 3000 ekor unta, 1000 ekor lembu, 500 ekor keledai betina, dan budak-budak yang banyak. (3) Memiliki keluarga yang baik. Sampai pada suatu waktu ada satu pertemuan antara anak-anak Allah dan Iblis dengan Allah. Di sinilah kisah drama penderitaan Ayub dimulai. Atas seijin Allah semua harta kekayaan Ayub dan keluarganya habis dalam sekejab. Akan tetapi ada perbedaan yang luar biasa dengan sikap Ayub dalam menghadapi pencobaan yang dialaminya.

SIKAP AYUB DALAM MENGHADAPI PENCOBAAN

1. Ayub memiliki hidup yang selalu berjaga-jaga (Ay. 5)
a) Ayub selalu membangun hubungan yang erat dengan Allah
b) Ayub selalu menjaga hidup kudus di hadapan Allah, ada suatu perhatian
khusus terhadap keluarganya untuk hidup benar.
c) Kehidupan yang senantiasa dekat dengan Tuhan
Bagaimana dengan hidup kita? Apakah kita memiliki hidup yang berjaga-jaga? Miliki kehidupan doa baik untuk diri sendiri maupun keluarga kita.

2. Dalam penderitaannya tetap setia kepada Tuhan

(Ingat!... Ayub tidak tahu menahu tentang pembicaraan iblis dan Allah). Akan tetapi ketika ia menghadapi pencobaan (Ayub 1:20-21)
a) Ayub datang kepada Tuhan. Ia menyembah, berdoa, dan memuji Tuhan
b) Ayub tidak berbuat dosa terhadap Tuhan. Ia tetap hidup kudus dan tidak
menuduh Allah berbuat yang tidak patut.
c) Ayub tetap beriman kepada Allah, ingat perkataan Ayub: “Tuhan yang memberi Tuhan yang mengambil”; “Masakan kita hanya menerima yang baik saja”. Dalam pencobaan, apakah kita tetap setia kepada Tuhan? Atau kita meninggalkan Tuhan? Biarlah dalam setiap pencobaan kita memiliki kesetiaan seperti Ayub.
Dalam bagian awal pembahasan, kita tahu bahwa Allah mengijinkan Iblis mencobai Ayub. Lalu bagaimana sikap Allah terhadap Ayub hamba-Nya?

SIKAP ALLAH TERHADAP AYUB

1. Allah mempercayai hamba-Nya Ayub.
Allah seakan-akan sedang bertaruh dengan iblis tentang iman dan kesetiaan Ayub. Nah, apakah kita saat ini juga dapat dipercayai Allah sama seperti Ayub? Apakah Allah mempercayai hidup kita sebagai kehidupan yang memiliki iman dan kesetiaan kepadaNya, sehingga Ia “memuji” kita?

2. Allah adalah perlindungan bagi orang benar.

Dari perkataan iblis, kita mengambil kesimpulan bahwa sebelumnya iblis telah mencoba untuk mengganggu Ayub, akan tetapi ada pagar perlindungan bagi Ayub. Oleh karena itu kita tidak perlu takut, karena setiap orang benar pasti akan dilindungi oleh Allah. Tidak ada kekuatan apapun dari si jahat yang dapat mengganggu kita.

3. Setiap pencobaan yang diijinkan oleh Allah, pasti ada batasan tertentu.

Iblis tidak dapat berabuat sekehendak hatinya terhadap orang benar, dan iblis tidak dapat bertindak diluar apa yang diijinkan Allah, Allah tahu seberapa besar kekuatan kita. Hal inilah yang menjadi penghiburan bagi kita apabila kita diijinkan Allah masuk dalam pencobaan, karena pencobaan yang kita alami tidak akan melebihi kekuatan kita.

4. Allah penolong bagi Ayub.

Dalam pencobaan yang dialami. Ayub mendapati adanya:
a. Kekuatan Allah; ada tangan tersembunyi yang selalu menopang Ayub dari mulai menderita sampai ia dipulihkan. Ayub tidak melangkah sendirian, ada Allah yang menyertai dan menguatkan (band. Lukas 22:3, dalam naskah Yunani perkataan Yesus mengacu pada masa lampau yaitu cerita tentang Ayub).
b. Pemulihan Allah (Pasal 42).
Percayalah, Allah adalah Allah yang bukan hanya sanggup membela umat-nya, tetapi juga sanggup memulihkan keadaan umat-Nya. Ia memulihkan keadaan Ayub begitu rupa, baik keluarga maupun harta kekayaannya.
Akhirnya, melalui keteladanan Ayub dalam menghadapi serangan Iblis melalui pencobaan. Marilah kita memiliki sikap yang benar dan mempercayai Allah yang tidak pernah meninggalkan anak-anakNya ketika melewati setiap pencobaan. Tuhan Yesus memberkati.

Ibu Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.

Alasan Tidak Membayar Perpuluhan

Tiga orang yang berbeda profesi sedang berdiskusi soal perpuluhan. Mereka masing-masing mengemukakan alasan mengapa mereka belum membayar perpuluhan.

Akuntan: Saya belum membayar perpuluhan karena belum menerima surat tagihan dari Tuhan.

Pengacara: Kalau saya belum membayar perpuluhan karena belum ada undang-undang yang mengaturnya.

Bankir: Saya sih sudah lama mau membayar perpuluhan, tapi sampai sekarang saya belum tahu nomor rekening Tuhan.

cabe deeeh....

ALBUM KENANGAN