Selamat datang di www.wartamaranatha.blogspot.com - Memberitakan Injil dan Mendewasakan Kerohanian

Minggu, 31 Oktober 2010

KERAJAAN YANG TIDAK TERGONCANGKAN

IBRANI 13:25-29

Bencana-bencana yang terjadi di bangsa kita seringkali membuat kita terkejut dan bertanya-tanya: “Mengapa hal itu harus terjadi?” “Bagaimana nasib mereka yang mengalaminya?””Bagaimana seandainya itu terjadi pada kita?” belum ditambah lagi dengan “goncangan” ekonomi. Ya, dunia tempat kita berada mengalami banyak goncangan. Tetapi sadarkah kita sebagai orang-orang percaya, kita memiliki Kerajaan yang tidak tergoncangkan. Tidak seperti kerajaan-kerajaan dunia ini? Penulis surat Ibrani memberitahu kita hal ini (Ibrani 12:28).
MENERIMA KERAJAAN YANG TIDAK TERGONCANGKAN
Sekalipun kita berada di tempat yang dapat digoncangkan, namun kita memiliki Kerajaan yang tidak tergoncangkan. Bagaimana kita menerimanya?

I. Tunduk Kepada Kekuasaan Raja Kerajaan Yang Tidak Tergoncangkan
Dalam kerajaan yang tidak tergoncangkan, ada Raja, yaitu Tuhan Yesus Kristus yang harus kita taati dan hormati dalam setiap segi hidup kita. Kapan hal itu kita lakukan? Ketika kita tunduk dan taat kepada firman Tuhan yang adalah pelita bagi kaki kita dan terang bagi jalan kita (Maz 119:105), berarti kita sedang mentaati dan menghormati Raja Kerajaan yang tidak tergoncangkan.

II. Memandang Pada Kekekalan Kerajaan Yang Tidak Tergoncangkan
Kerajaan yang tidak tergoncangkan menunjuk pada sesuatu yang bersifat kekal dan bukan sementara. Sebab itu kita harus mengarahkan pandangan pada kekekalan dan hidup dalam kekudusan dan kebenaran. Karena hidup kita bukan hanya di dunia yang dapat tergoncangkan ini, maka kita harus hidup kudus sampai kita masuk dalam kerajaan yang tidak tergoncangkan. Allah-lah yang memindahkan kita ke dalam Kerajaan AnakNya (Kol 1:13) dan Ia juga yang sanggup manjaga kita sampai masuk dalam kekekalanNya (Yud 1:24). Ketika kita mengalami “guncangan”, KerajaanNya yang tidak terguncangkan hadir dalam hidup kita, melalui kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus (Rom 14:17)

III. Memiliki Sikap Yang Benar Sebagai Penerima Kerajaan Yang Tidak Tergoncangkan
Sebagai penerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, kita dituntut memiliki sikap hidup :
A. Mengucap Syukur
Melalui surat kepada Jemaat Tesalonika, Rasul Paulus mengajar kita untuk mengucap syukur senantiasa dalam segala hal (I Tes 5:18). Apakah kita dapat bersyukur senantiasa, terlebih pada saat situasi yang sulit sekalipun? Bersyukurlah senantiasa, karena kita adalah penerima kerajaan yang tidak tergoncangkan.

B. Hidup Menurut Tata Cara Kerajaan Yang Tidak Tergoncangkan
Kita dituntut memiliki sikap hidup yang sesuai dengan peraturan kerajaan yang tidak tergoncangkan, sehingga kita dilayakkan untuk tinggal di dalamnya. Tata Cara tersebut dapat kita ketahui dari firman Tuhan yang kita baca dan renungkan setiap hari.
C. Beribadah Kepada Tuhan Dengan Takut Dan Hormat
Seharusnya kita beribadah kepada Tuhan dengan takut dan hormat, karena Tuhan Yesus adalah Raja kerajaan yang tidak tergoncangkan. Mempersembahkan yang terbaik, yaitu hidup kita sebagai persembahan yang kudus, hidup dan berkenan kepadaNya (Roma 12:1-2). Berapa sering, kita beribadah dengan tidak takut dan hormat kepada Tuhan. Kita tidak sungguh-sungguh dalam memuji, menyembah dan mendengar firman Tuhan. Mari kita bertobat, dan mari beribadah kepada Dia dengan takut dan hormat. Ingatlah, kita adalah penerima kerajaan yang tidak tergoncangkan.

Akhirnya, sebagai penerima Kerajaan yang tak tergoncangkan, marilah kita tunduk kepada Raja, memandang kepada kekekalan, dan memiliki sikap hidup yang bersyukur, hidup menurut tata cara Kerajaan, dan beribadah kepada Tuhan dengan takut dan hormat. Amin!

Pdt. Adrian L. Manikome (Bitung)

Minggu, 24 Oktober 2010

SUKSES DALAM BEKERJA

Kejadian 39:1-23

Ingin berhasil dalam pekerjaan? Alkitab memberikan prinsip-prinsip untuk bekerja dengan efektif dan mencapai keberhasilan. Kejadian 39:1-23 memberikan kita prinsip-prinsip yang patut diteladani untuk menjadi pekerja yang berhasil. Yusuf adalah seorang pekerja yang sukses. Tetapi perlu digarisbawahi apa yang saya sebut kesuksesan menurut Alkitab. Pertama, sukses adalah pekerjaan yang berhasil (yang survive dan menghasilkan keuntungan). Ini sudah pasti. Kedua, sukses harusnya berarti ‘memberkati’ orang lain. Misalnya pemimpin dalam pekerjaan, sesama pekerja (karyawan atau sesama pebisnis) dan semua orang. Ketiga, yang paling utama, sukses disini harus berarti pekerjaan kita menyenangkan hati TUHAN kita, Yesus Kristus. Jadi, bukan hanya mencari keuntungan pribadi semata-mata. Ingat tujuan tertinggi setiap anak Tuhan apapun pekerjaan dan usahanya adalah menjadi serupa dengan Kristus sehingga hidup, keluarga dan pekerjaan kita memuliakan Tuhan Yesus saja!

RAHASIA BERHASIL DALAM PEKERJAAN
Mari kita renungkan prinsip bekerja di bawah ini dan kita lakukan dalam setiap pekerjaan kita sehingga pekerjaan kita dibuat TUHAN berhasil!

1. Penyertaan TUHAN! (ayat 2-3).
Rahasia yang paling penting dan utama dari keberhasilan seseorang dalam usaha (bekerja) adalah PENYERTAAN TUHAN, tidak ada yang lain! Perhatikan betapa penulis kisah Yusuf ini begitu menekankan bahwa penyertaan TUHAN-lah yang menjadikan kita berhasil, sehingga ia perlu menuliskan hingga 4 kali berturut-turut (lihat ayat 2, 3, 21 dan 23). Ya, hanya karena TUHAN menyertai kita,. kita dibuatNya berhasil Tanpa TUHAN kita bukan apa-apa, kita tidak dapat berbuat apa-apa, tetapi oleh TUHAN kita dimampukan untuk mengerjakan sesuatu ! Jadi, betapa salahnya jika kita beranggapan bahwa yang menjamin keberhasilan kita adalah kemampuan kita mengelola, pendidikan bisnis, seminar-seminar, pengalaman kerja, koneksi, modal, kemampuan marketing dan sebagainya! Semua mungkin diperlukan, tetapi tanpa TUHAN, semua itu bukan apa-apa! Lalu apakah kita yakin kalau TUHAN beserta kita? Amin? Atau ada yang tidak dapat meyakini penyertaan Tuhan dalam hidupnya? Memang untuk menemukan peneguhan akan penyertaan Tuhan Yesus dalam hidup kita ada 2 hal yang penting. Pertama, Relasi yang intim dengan Tuhan Yesus. Iman Kristen adalah relasi bukan sekedar ucapan bibir bahwa percaya Tuhan Yesus! Apakah Saudara memiliki relasi yang intim dengan Tuhan? Ibadah tidak, doa pribadi dan baca Alkitab tidak juga, apalagi persekutuan dengan sesama orang percaya tidak pernah. Tidak mengherankan jika Saudara menjadi bimbang, bahkan mengira Tuhan ‘jauh’. Kedua, peneguhan akan penyertaan Tuhan Yesus didapat dalam kehidupan yang takut akan Tuhan, hidup benar! Bukankah yang memisahkan kita dengan Allah adalah dosa dan kejahatan kita? (Yesaya 59:1-2). Jika kita hidup dalam dosa apakah itu menunjukkan Tuhan menyertai kita? Justru menunjukkan sikap praktis kita bahwa Tuhan ‘tidak ada’, buktinya demikian mudah kita, tanpa takut pada Dia, melakukan dosa dan kejahatan. Mari hidup dalam kebenaran FirmanNya dan renungkan betapa penyertaanNya begitu nyata dalam hidup dan usaha kita.

2. Berintegras (ayat 6-20).
Berintegras artinya, memiliki mutu, sifat dan keadaan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan dan kejujuran (KBBI). Secara sederhana berintegritas berarti hidup takut akan Tuhan, kehidupan yang selalu sadar bahwa hidup ini, termasuk pekerjaan, diawasi oleh Tuhan Yesus di mana dan kapan saja. Yusuf seorang yang berintegras. Integritas seseorang akan nyata saat ujian dan godaan datang! Dan Yusuf sudah membuktikan bahwa dia berintegritas. Awas godaan datang dengan memberi kita kesempatan untuk jatuh dalam dosa dan kejahatan yang merusakkan integritas kita sebagai pekerja Kristen! Selanjutnya godaan selalu datang dengan tawaran yang menggiurkan namun berakhir celaka! Misalnya cepat kaya, kesempatan untuk sukses dengan menghancurkan orang lain, mencari untung dengan merugikan orang lain dan dosa lainnya! Ingin sukses, jadilah pekerja yang berintegritas.

3. Berdedikasi (ayat 3, 6).
Yusuf seorang pekerja yang berdedikasi, mengabdikan dirinya. Ini menyangkut kerajianan dan kesungguhan dalam bekerja. Lihat saja, Yusuf bekerja sampai Potifar, bosnya, “tidak usah mengerjakan apa-apa lagi”. Tuhan memberkati orang yang rajin bekerja dan bersungguh-sungguh dalam bekerja.

4. Mengembang diri.
Yusuf seorang pekerja yang mengembangkan dirinya terus menerus. Yusuf bukanlah seorang muda yang merantau untuk mencari pekerjaan dan pengalaman! Sebelumnya dia adalah “anak papa” yang tinggal di kemah, namun Yusuf berhasil menjadi pelayan di rumah Potifar dan dipercaya menjadi kepala rumah di sana. Kalau bukan karena mau dan berusaha mengambangkan diri, apa yang dilakukan Yusuf? Lihat bagaimana dia mengem-bangkan kompetensinya saat dipenjara dan kemudian Tuhan buat berhasil dan ‘layak’ menjadi pejabat negara Mesir! Saudara harus mengem-bangkan diri.

5. Tidak mudah menyerah (ayat 20-23).
Kehidupan Yusuf tidak langsung sukses, bahkan penuh tantangan, namun dia tidak pernah menyerah! Tantangan bukan penghalang keberhasilan, tetapi justru mengokohkan keberhasilan di masa yang akan datang. Jangan mudah menyerah, pandanglah betapa besar TUHAN kita Yesus Kristus dan bergantunglah padaNya! Tuhan Yesus Memberkati

Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.

Minggu, 17 Oktober 2010

MENJADI KAYA, MAU?

(STUDI MENGENAI KEKAYAAN MENURUT KITAB AMSAL)

Menjadi kaya merupakan keinginan semua orang. Tidak ada orang yang tidak mau kaya. Bahkan segala usaha dilakukan supaya menjadi kaya. Namun untuk menjadi kaya ada hal-hal penting yang harus diperhatikan. Dan Kitab Amsal memberikan kepada kita rahasia bagaimana menjadi kaya yang sesuai dengan firman Tuhan.

Hal Pertama Yang Harus Kita Ketahui:
Inilah hal pertama yang harus bagi Saudara yang mau kaya, ketahui Keinginan untuk cepat menjadi kaya adalah perkara yang dilarang Tuhan (Ams 28:20; 23:4-5). Tuhan melarang apabila:
a. Ada nafsu / desire untuk menjadi kaya (band. Terjemahan KJV dan NIV).
b. Bahaya menghalalkan segala cara.
Rasul Paulus juga mengingatkan kita agar jangan “ingin kaya” dan mengejar uang (I Tim 6:6-10), karena berakibat:
- Terjatuh dalam pencobaan, jerat nafsu yang hampa dan mencelakakan dan membinasakan.
- Menyimpang dari iman
- Menyiksa diri dalam berbagai-bagai duka.

RAHASIA MENJADI KAYA MENURUT KITAB AMSAL
I. Menyadari Bahwa Tuhan Adalah Sumber Berkat (Ams 10:22; 22:2)
Tuhanlah yang menjadikan kita kaya. Dia berdaulat menjadikan kaya dan miskin. Dan hal ini menunjukkan dua hal, yang pertama, menolak segala usaha (bekerja) dengan mengandalkan kekuatan sendiri tanpa Allah! Kalau kita menyadari bahwa Tuhan-lah sumber berkat, maka kita seharusnya bekerja segiatnya dengan mengandalkan Tuhan. Kedua, ini menolak paham fatalisme dimana kalau seseorang miskin, ini karena nasibnya memang jadi orang miskin. Benar Tuhan-lah yang berdaulat, tetapi siapa yang tahu nasib (keputusan akhir)? Tidak ada kan? Sebab itu Tuhan juga mengajarkan kita untuk bekerja segiatnya dan bergantung kepada Tuhan.

II. Rajinlah Bekerja (Ams 10:4)
Tuhan memberkati orang-orang yang rajin bekerja. Kemalasan hanya menghasilkan kemiskinan. Tuhan memberi contoh binatang semut yang rajin dalam bekerja yaitu mengumpulkan makanan (6:6-11). Rajin bekerja tidak sama dengan gila kerja. Orang yang gila kerja tidak memperdulikan waktu-waktu dalam hidupnya (waktu untuk beribadah, keluarga, istirahat, dst), yang penting bekerja. Jelas bukan ini yang dimaksud dengan ‘rajin bekerja’! Masih ingat slogan “ora et labora” yang artinya berdoa dan bekerja? Jelas bahwa sekalipun kerajianan penting, namun berdoa dan ibadah kepada Tuhan harus menjadi prioritas utama kita (bandingkan dengan bagian I).

III. Jangan Pelit (Ams11:24-27)
Sumbat kelimpahan dari Tuhan adalah kekikiran! (Ams 28:22). Seringkali kita tidak diberkati Tuhan karena kita kikir atau pelit. Amsal berkata bahwa ada yang menyebar harta justru kelimpahan, tetapi yang pelit akan menjadi kekurangan dalam hidupnya. Jangan pelit! Pertama, jangan pelit kepada Tuhan. Kembalikan persepuluhan, yang adalah milik Tuhan. Bukankah Allah berjanji untuk membuka tingkap-tingkap langit dan memberkati kita? (Maleakhi 3:10). Mari belajar memberikan persembahan syukur persembahan bagi pekerjaan Tuhan, pembangunan dan bagi para hamba Tuhan. Siapa banyak menabur akan menuai bukan? (Ams 3:9-11). Memberi persembahan juga tidak perlu m
enunggu kita diberkati limpah, namun melalui berkat yang ada, kita belajar memberi persembahan kepada Tuhan dan Tuhan Yesus pasti memberkati kita. Kedua, tidak pelit pada sesama. Mari kita belajar memberi sesama, saudara seiman yang kekurangan, sesama yang membutuhkan pertolongan, yang sakit dan membutuhkan bantuan. Dan lihatlah bagaimana Tuhan memberkati kita dengan limpah!

IV. Belajar Mengatur Keuangan (Ams 13:11)
Kebocoran dalam hal keuangan kita seringkali karena TIDAK DAPAT MENGATUR keuangan kita dengan baik dan benar. Penulis Amsal dengan jelas mengajar untuk mengatur keuangan dengan baik dan benar. Dahulukan milik Allah, yaitu persepuluhan, baru kemudian kebutuhan pokok kita dan baru hal-hal yant tidak pokok dan akhirnya harus menabung! Ini susunan prioritasnya. Jadi, berhemat adalah perlu. Tetapi perlu diingat bahwa hemat tidak sama dengan kikir/pelit. Jangan kita konsumtif (suuka belanja bahkan yang tidak perlu atau yang tidak kita butuhkan). Juga jangan berfoya-foya (Ams 21:17). Terakhir, menabunglah karena menabung adalah bagian dari mengatur keuangan yang baik. Kita harus belajar menabung dengan demikian menempatkan diri sebagai orang yang bijak (13:1).

V. Hiduplah Takut Akan Tuhan (Ams 22:4; 28:20)
Kekayaan merupakan janji (berkat) Tuhan bagi orang yang takut akan Dia. Sikap takut akan Tuhan harus nyata waktu kita bekerja! Misalnya bekerja dengan jujur, tidak korupsi uang perusahaan, bekerja dengan giat sekalipun majikan tidak ada di tempat dan sikap-sikap benar yang lain yang merupakan wujud rasa takut kita kepada Tuihan Yesus (Lihat ayat-ayat praktis yang menegaskan sikap takut aan Tuhan dalam bekerja ini: Ams 10:2; 21:6; 13:22; 22:16). Takut akan Tuhan juga harus nyata dalam mengelola keuangan. Jangan tidak jujur terhadap Tuhan. Ingin diberkati denngan limpah? Takutlah akan Tuhan kita, Yesus Kristus.

Akhirnya, lakukanlah prinsip Alkitab dan lihatlah bagaimana Tuhan kita Yesus Kristus, Sang Pemberkat memberkati kita dengan limpah dalam segala kemurahanNya.

Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.

Minggu, 10 Oktober 2010

LAKSANA RAJAWALI

Ulangan 32:11

Rajawali merupakan jenis burung yang gagah dan kuat. Kekristenan yang tangguh dan kuat digambarkan oleh Alkitab seperti burung Rajawali. Dan tentunya Allah menghendaki setiap orang percaya menjadi kuat dan teguh dalam imannya. Namun untuk menjadi seorang Kristen laksana Rajawali harus melalui sebuah proses. Dan proses ini dikerjakan oleh Allah sendiri. Seekor Induk Rajawali memiliki tanggung jawab yang besar bagi anak-anaknya. Bagai Induk Rajawali, Allah memberikan:

I. Jaminan Pemeliharaan
Sejak saat ia hendak bertelur, ia sudah menyiapkan sebuah sarang bagi telur-telurnya (anak-anaknya) kelak. Sarang tersebut terbuat dari ranting-ranting yang berduri yang kemudian ditutupi dengan bulu-bulunya sendiri yang dirontokkan. Pada saat telur-telurnya menetas, ia yang bertugas mencari makanan dan menyuapi anak-anaknya. Allah mengajar kita supaya tidak kuatir tentang kebutuhan hidup (Matius 6:25-26). Karena Allah sendiri yang menjamin pemeliharaan hidup kita. Bukan hanya di dunia ini tapi sampai kita masuk dalam Kerajaan Surga.

II. Jaminan Perlindungan
Dalam keadaan bahaya, Induk Rajawali akan mengembangkan sayapnya untuk melindungi anak-anaknya dalam sarang dari serangan burung Rajawali (jantan) yang akan memangsa anak-anaknya. Bahkan ia rela tubuhnya tercabik-cabik demi melindungi anak-anaknya. Demikian pula Allah memberi jaminan perlindungan kepada setiap kita anak-anaknya. Allah rela berkorban dengan jalan mati di kayu salib untuk menebus dosa-dosa kita. Yang akan selalu kita ingat, setiap kali kita menikmati Perjamuan Kudus.

III. Didikan Supaya anak-anakNya menjadi Kristen “Rajawali”
Bukan hanya memberi jaminan pemeliharaan dan perlindungan, tapi Allah memberikan didikan bagi anak-anakNya. Induk Rajawali akan berusaha mendidik anak-anaknya untuk menjadi Rajawali yang dewasa. Mampu terbang tinggi, kuat dan gagah. Untuk melatih anak-anaknya, Induk rajawali:

a. Menggoyangbangkitkan isi sarangnya.
Sehingga bulu-bulu yang menjadi alas sarang jatuh berterbangan, yang tertinggal adalah ranting duri. Ranting-ranting itu akan membuat anak-anak rajawali tidak nyaman dan tidak enak-enakan dalam sarang.
b. Mendukung di atas kepaknya
Dengan sayapnya, Induk Rajawali akan mendukung anak-anaknya satu persatu untuk dibawa terbang tinggi lalu dijatuhkan. Tapi pada sebuah ketinggian tertentu, ia akan kembali mendukung anaknya, membawa terbang tinggi lagi, kemudian menjatuhkan lagi dan seterusnya. Sehingga mau tidak mau seekor rajawali kecil harus belajar terbang.

Demikian pula Allah mendidik anak-anakNya. Allah bagaikan Induk Rajawali yang mengoyangbangkitkan isi sarangnya dan menyokong anak-anaknya di atas sayapnya (ay.11). Allah mengijinkan “ranting duri” yaitu permasalahan, pergumulan dan tantangan hidup “menyakiti” kita. Supaya kita memiliki iman yang bertumbuh. Ia “menjatuhkan” kita supaya kita belajar “terbang”. Terbang tinggi laksana Rajawali yang mengatasi segala badai. Allah membuat kita mampu mengatasi segalai badai dalam kehidupan kita.
Tapi ingat, ada satu hal yang tidak boleh kita lupakan. Dalam mendidik kita, Allah tidak membiarkan atau meninggalkan kita. Ia selalu ada bersama kita, selalu mendukung kita di atas sayapnya dengan memberikan kekuatan, penghiburan, sukacita. Sehingga kita tidak mudah putus asa atau menyalahkan Tuhan. Tapi mempercayai bahwa semua yang Allah ijinkan terjadi untuk menjadikan iman kita bertumbuh menjadi Kristen laksana Rajawali. Kekristenan yang memiliki iman yang kuat dan tangguh dalam mengatasi badai hidup.

Marilah kita bersyukur, bahwa Allah yang kita sembah adalah Allah yang memberikan Jaminan Pemeliharaan, Jaminan Perlindungan, dan Yang mendidik kita untuk menjadi Kristen laksana Rajawali yang kuat dan terbang tinggi.
Tuhan Yesus Memberkati.


Pdt. Agus Santoso, Ph. D ( Jakarta )

Minggu, 03 Oktober 2010

JADILAH TELADAN !

“Jadilah teladan”, yaitu teladan yang baik, supaya orang yang lebih tua sekalipun menghormati kamu. Kita harus menjadi teladan dalam perkataan, tingkah laku, kasih, kesetiaan dan kesucian. Tidak cukup hanya mengajar dengan perkataan saja, haruslah disertai dengan tingkah laku juga. Janganlah perkataan kita membangun tetapi tingkah laku kita menjatuhkan. Baiklah kita berhati-hati dengan tingkah laku dan setiap perkataan kita, agar semuanya itu menjadi teladan yang baik. Biarlah imanmu teguh dan kasihmu lebih besar, dan terutama sekali hendaklah kamu menjadi teladan dalam hal kesucian. Itulah pesan Paulus kepada Timotius dan kalau ditaati, pasti tidak ada seorang pun yang menganggap ia rendah hanya karena ia masih muda.

Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.
1. DALAM PERKATAANMU.
Firman Tuhan mengajar kita untuk menjaga perkataan kita, sehingga menjadi teladan. (Efesus 4:29; Kolose 3:8, 4:6). Contoh : Kesaksian gadis Israel kepada nyonyanya. Agar Naaman menghadap nabi yang di Samaria, maka tentulah nabi itu akan menyembuhkan dia dari penyakitnya. ontoh : Ketika Naaman sedang gusar dan marah, maka pegawai-pegawainya datang mendekat serta berkata kepadanya: “Bapak seandainya nabi itu menyuruh perkara yang sukar kepadamu, bukankah Bapak akan melakukannya? Apalagi sekarang, ia hanya berkata kepadamu mandilah dan engkau akan menjadi tahir”. Maka turunlah ia membenamkan dirinya 7 kali dalam sungai Yordan, sesuai dengan perkataan Abdi Allah itu, maka pulihlah tubuhnya kembali seperti tubuh seorang anak dan ia menjadi tahir. Apakah perkataan kita menjadi berkat bagi orang lain seperti gadis Israel dan para pegawai Naaman?

2. DALAM TINGKAH LAKUMU.

Firman Tuhan mengajar kita untuk menjadi teladan dalam tingkah laku kita. Yeremia 17:10 “Aku, Tuhan, yang menyelidiki hati, yang menguji batin, untuk memberi balasan kepada setiap orang setimpal dengan tingkah langkahnya, setimpal dengan hasil perbuatannya.” (band. Roma 2:6-11 ; Yeremia 16:17-18).

3. DALAM KASIHMU.

Firman Tuhan mengajar kita untuk menjadi teladan dalam kasih kita. Matius 22:39 “Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah:Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. ( band. Efesus 5:2 ; 1 Yohanes 3:18) Contoh: Matius 9:35-36 “Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala.” (Matius 14:14-21;Lukas 10:33;Lukas 7:12-13)

4. DALAM KESETIAANMU.
Firman Tuhan mengajar kita untuk menjadi teladan dalam kesetiaan (1 Timotius 6:11) 2 Timotius 2:22 “Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan,kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni”. (Galatia 5:22; 1 Samuel 26:23-25; Wahyu 2:10)

5. DALAM KESUCIANMU.
Firman Tuhan mengajar kita untuk menjadi teladan dalam kesucian kita. Contoh: Kisah Yusuf yang digoda isteri Potifar untuk tidur dengannya. Tetapi Yusuf menolak. Bagi Yusuf berbuat zinah merupakan sebuah kejahatan yang besar dan berdosa terhadap Allah (Kejadian 39:7-20; 39:8-9).

Marilah kita menjadi teladan dalam perkataan, tingkah laku, kasih, kesetiaan dan kesucian kita! Sehingga hidup kita menjadi berkat bagi orang lain dan memuliakan Tuhan. Tuhan Yesus Memberkati
.


Pdt. Gersom Sunarto - NTT

Alasan Tidak Membayar Perpuluhan

Tiga orang yang berbeda profesi sedang berdiskusi soal perpuluhan. Mereka masing-masing mengemukakan alasan mengapa mereka belum membayar perpuluhan.

Akuntan: Saya belum membayar perpuluhan karena belum menerima surat tagihan dari Tuhan.

Pengacara: Kalau saya belum membayar perpuluhan karena belum ada undang-undang yang mengaturnya.

Bankir: Saya sih sudah lama mau membayar perpuluhan, tapi sampai sekarang saya belum tahu nomor rekening Tuhan.

cabe deeeh....

ALBUM KENANGAN