Selamat datang di www.wartamaranatha.blogspot.com - Memberitakan Injil dan Mendewasakan Kerohanian

Minggu, 24 April 2011

Perempuan Sundal Yang Memikirkan Keselamatan Diri dan Keluarganya

YOSUA 2:1-13

Perempuan Sundal seperti Rahab adalah orang yang hidup dalam dosa perzinahan. Dan setiap dosa mendatangkan hukuman Allah. Namun Rahab menyadari bahwa dirinya memerlukan keselamatan bukan bagi dirinya saja, tapi juga bagi keluarganya.

1. Rahab Perempuan Sundal di Yerikho.

Nama Rahab berarti Orang yang memburu kepuasan daging/hawa nafsu. Dan Yerikho berarti Kota kembang. Indah tetapi harus dibinasakan Allah. Dua pengintai yang diutus oleh Yosua untuk mengintai kota Yerikho. Dua pengintai adalah bicara tentang firman Allah dan Roh Kudus. Untuk menyelamatkan bagi yang percaya, dan membinasakan orang yang tidak percaya. Mazmur 94:23 “Ia akan membalas kepada mereka perbuatan jahat mereka, dan karena kejahatan mereka Ia akan membinasakan mereka; TUHAN, Allah kita, akan membinasakan mereka.” Bagaimana dengan kehidupan kita? Apakah kita sedang memburu kepuasan daging/hawa nafsu? Bagaimana dengan hidup nikah kita; Pekerjaan kita; Pergaulan kita? Apakah ditandai dengan kekudusan atau dosa?

2. Yang Diketahui Oleh Rahab:

Rahab mengetahui tentang beberapa hal, yaitu:
a) Tanah Kanan oleh Tuhan akan diberikan kepada bangsa Israel.
b) Kengerian terhadap Israel datang atas penduduk Yerikho/Kanaan. Sebab mereka mendengar apa yang dibuat Tuhan. Tuhan mengeringkan laut Kolsom/Tebarau.
c) Tuhan telah membinasakan raja Sihon dan Og raja-raja orang Amori. (Bil.21:21-35).
d) Tuhan Allahmu adalah Allah di langit, diatas dan dibumi, dibawah (Allah yang Mahabesar) Yosua 1:11.

Hal-hal inilah yang membuat Rahab menyadari pentingnya

keselamatan bagi dirinya, ia tidak mau binasa. Ia perlu keselamatan
dari Allah Israel yang Mahabesar. Bagaimana dengan kita?Kita
adalah manusia berdosa (Roma 3:23) dan pasti binasa dalam
neraka kekal (Roma 6:23). Kita membutuhkankeselamatan dari
Allah. Kebenaran dan kebaikan kita tidak dapat menyelamatkan
kita. Kita perlu seorang Juruselamat, yaitu Tuhan Yesus Kristus.

3. Tindakan Rahab setelah Rahab menerima dua pengintai di dalam rumahnya:

Setelah Rahab menyadari pentingnya keselamatan bagi dirinya, maka ia-pun bertindak:
a) Ia berhenti melacur – bertobat. Kisah Para Rasul 17:30; 20:21.
b) Ia menyembunyikan dua pengintai. Kalau ketahuan raja Yerikho, ia pasti dihukum. Ini adalah resiko.
c) Dua pengintai disembunyikan di kamar atas.
Kolose 1:18 “Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung,
yang pertama dan yang bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia
yang lebih utama dari segala sesuatu.”
d) Pada jendela rumahnya harus selalu ada benang merah – Tanda Keselamatan – Tanda Darah – Korban Kristus.

Galatia 6:14 “Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam
salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan
bagiku dan aku bagi dunia.”

Kalau kita memang memerlukan keselamatan, mari kita bertindak,
yaitu bertobat dari segala dosa kita. Dan mari kita datang pada
Kristus. Karena hanya darah Yesus yang sanggup menyucikan kita
dari segala dosa kita.

4. Kerinduan Rahab bukan hanya dirinya sendiri yang selamat,
tetapi untuk seisi rumahnya juga diselamatkan. Lukas 19:9; Kisah Para Rasul 10:48; 16:30-34; 18:8
Kerinduan yang luar biasa, yang dimiliki Rahab. Dia tidak mau selamat sendiri, ia mau keluarganya juga diselamatkan. Bagaimana dengan kita? Kalau kita sudah menerima keselamatan, marilah kita rindu keluarga kita juga diselamatkan. Mari kita beritakan Injil keselamatan! Sehingga setiap keluarga kita percaya kepada Tuhan Yesus dan diselamatkan.

Akhirnya, marilah kita menyadari bahwa kita adalah manusia berdosa yang membutuhkan keselamatan. Dan sesudah kita diselamatkan, miliki kerinduan untuk seluruh keluarga kita juga diselamatkan. Tuhan Yesus Memberkati.


Pdt. Gersom Sunarto

Minggu, 17 April 2011

BAHAYA DARI KEPUTUS ASAAN

1 RAJA-RAJA 19:9-18

Siapa yang tidak pernah putus asa? Bahkan Alkitab menceritakan pada kita bahwa nabi Elia, yang dipakai Tuhan secara luar biasa, dapat menjadi putus asa! Ya, Elia putus asa dan meminta mati setelah lari dari ancaman un Izebel, permaisuri raja Ahab (19:1-4). Elia ketakutan karena diancam akan dibunuh, melarikan diri kepdang guru dan minta mati kepada Tuhan. Pernah meminta mati saat pergumulan berat Saudara alami? Tentu saja ini bukan sikap yang benar, tetapi tetapi toh kita pernah atau bahakan diantara kita ada yang sedang mengalaminya. Tetapi kisah ini mengingatkan kita untuk TIDAK tetap dalam keputusasaan, mengapa? Pertama, karena Tuhan kita Yesus Kristus tidak akan pernah meninggalkan anak-anakNya! (lebih jelas dalam penjelasan khotbah Saya). Jangan putus asa sebab Tuhan Yesus tetap ada bagi Saudara! Kedua,karena ada bahaya yang menanti kita di balik setiap keputusaan. Keputusaasaan berbahaya bagi kita. Mari kita renungkan apa yang dialami Elia ketika ia ada dalam pergumulan berat hingga mengalami putus asa. Dan kita akan memperhatikan apa yang dikatakan Elia dalam ayat 10 dan 14.

1. Keputusasaan Menyebabkan Kita Salah Menil
ai Allah.
Ketika Tuhan Allah bertanya pada Elia “Apak
ah kerjamu di sini?”, maka Elia menjawab “Bekerja segiat-giatnya bagi Allah!” (lihat ayat 10). Benarkah? Tidak, dia sedang melarikan diri! Elia tidak mengakui kelemahannya, justru balik menyerang Tuhan. Elia berkata bahwa dirinya bekerja sendirian, sedangkan Tuhan tidak berbuat apa-apa! Elia menunjukkan bahwa hanya dia yang bekerja sendiri, lihat saja semua orang Israel murtad, mezbah-mezbahnya diruntuhkan, semua nabi dibunuh dan dirinyapun diancam! Dimana Tuhan saat ini? Ini yang ditanyakan Elia. Elia salah menilai Tuhan. Dia beranggapan bahwa dia hanya bekerja sendirian, Allah tidak peduli! Bukankah ini yang kita alami jika kita menghadapi pergumulan yang berat dan mulai putus asa. Kita merasa bergumul sendirian! Padahal Tuhan Yesus tidak pernah membiarkan kita bergumul sendiri, Dia ada seperti kehadiranNya dan menanyakan “Apa yang sedang kita kerjakan di sini?” Tinggalkan putus asa, lihat Tuhan tidak membiarkan Saudara bergumul sendiri. Datanglah pada Tuhan Yesus dan sampaikan kondisi Saudara dengan jujur.

2. Keputuasaan Menyebabkan Kita Salah Menilai Kondisi di Sekitar
Kita.
Rasa putus asa menyebabkan Elia memandang pergumulannya sangat berat dan laporannya pada Tuhan-pun jadi tidak tepat bahkan berbeda dengan kenyataannya! Perhatikan laporan Elia dan keadaan yang sebenarnya di bawah ini (ayat 10, 14).


Jangan terus dalam keputusasaan, kita jadi sulit melihat kenyataan yang sebenarnya yang seringkali tidak seburuk yang kita lihat dalam ‘kacamata’ keputusasaan. Bangkit dan bersemangatlah dalam Tuhan Yesus ada kekuatan dan pertolongan!

3. Keputusasaan Menyebabkan Kita Tidak Dapat Melihat Campur Tangan Tuhan Dalam Hidup Kita.
Keputusasaan Elia membuatnya tidak melihat tangan Tuhan yang sejak mulanya menjangkau hidupnya. Bahkan saat Elia takut dan putus asa, Allah sudah mengulurkan tanganNya untuk menolong, sayangnya Elia sudah dibutakan oleh rasa putus asanya. Bukankah murid-murid Tuhan Yesus mengalami hal yang sama ketika perahu mereka digoncang badai dan hampir tenggelam? Mereka juga tidak mampu melihat Tuhan yang datang dan menyebut Tuhan sebagai hantu! Tuhan tahu pergumulan Eli dan Tuhan bertindak! Bayangkan saja malaikat datang dan memberi makanan dan air untuk diminum (19:5). Seharusnya kehadiran malaikat sangat menguatkan Elia, tetapi tidak demikian itu ‘biasa saja’ bagi Elia. Apakah ada makanan dan minuman yang seajaib yang diterima Elia dari Tuhan? (19:6-8)Munculnya ajaib dan dampaknyapun ajaib, Elia dapat berjalan 40 hari ke gunung Horeb! Tapi itu juga nampaknya tidak menguatkan Elia. Terakhir, Tuhan berfirman dan hadir! Elia masih juga putus asa, nampak dari jawabannya pada Tuhan! (19:9-18). Inilah bahaya putus asa. Putus asa menutup mata dan telinga kita untuk dapat melihat campur tangan Tuhan dalam hidup kita. Tuhan Yesus tidak pernah membiarkan dan meninggalkan anak-anakNya! Ini yang Saya temukan di Alkitab dan Saya percayai, seperti halnya Elia tidak pernah ditinggalkanNya! Lihatlah, jika kita ada sampai hari ini, bukankah karena kekuatan dan kasih Tuhan Yesus? Perhatikan, Tuhan hadir dan berbicara kepada kita lewat firmanNya entah saat renungan pribadi atau di gereja. Bukankah Dia menyapa dan menguatkanSaudara?


Ada yang berputus asa hari ini? Awas, keputusasaan menyebabkan kita salah menilai Allah, salah menilai kondisi yang sebenarnya dan menghalangi mata dan hati kita untuk melihat campur tangan Tuhan dalam hidup kita. Bangkit dan bersemangatlah, karena sebenarnya Tuhan kita, Yesus Kristus, tidak pernah membiarkan dan meninggalkan kita bergumul sendirian. Dia ada bagi Saudara. Bersemangatlah!

Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.

BAHAYA DARI KEPUTUS ASAAN



1 RAJA-RAJA 19:9-18

Siapa yang tidak pernah putus asa? Bahkan Alkitab menceritakan pada kita bahwa nabi Elia, yang dipakai Tuhan secara luar biasa, dapat menjadi putus asa! Ya, Elia putus asa dan meminta mati setelah lari dari ancaman un Izebel, permaisuri raja Ahab (19:1-4). Elia ketakutan karena diancam akan dibunuh, melarikan diri kepadang gurun dan minta mati kepada Tuhan. Pernah meminta mati saat pergumulan berat Saudara alami? Tentu saja ini bukan sikap yang benar, tetapi tetapi toh kita pernah atau bahkan diantara kita ada yang sedang mengalaminya. Tetapi kisah ini mengingatkan kita untuk TIDAK tetap dalam keputusasaan, mengapa? Pertama, karena Tuhan kita Yesus Kristus tidak akan pernah meninggalkan anak-anakNya! (lebih jelas dalam penjelasan khotbah Saya). Jangan putus asa sebab Tuhan Yesus tetap ada bagi Saudara! Kedua,karena ada bahaya yang menanti kita di balik setiap keputusaan. Keputusaasaan berbahaya bagi kita. Mari kita renungkan apa yang dialami Elia ketika ia ada dalam pergumulan berat hingga mengalami putus asa. Dan kita akan memperhatikan apa yang dikatakan Elia dalam ayat 10 dan 14.

1. Keputusasaan Menyebabkan Kita Salah Menilai Allah.

Ketika Tuhan Allah bertanya pada Elia “Apakah kerjamu di sini?”, maka Elia menjawab “Bekerja segiat-giatnya bagi Allah!” (lihat ayat 10). Benarkah? Tidak, dia sedang melarikan diri! Elia tidak mengakui kelemahannya, justru balik menyerang Tuhan. Elia berkata bahwa dirinya bekerja sendirian, sedangkan Tuhan tidak berbuat apa-apa! Elia menunjukkan bahwa hanya dia yang bekerja sendiri, lihat saja semua orang Israel murtad, mezbah-mezbahnya diruntuhkan, semua nabi dibunuh dan dirinyapun diancam! Dimana Tuhan saat ini? Ini yang ditanyakan Elia. Elia salah menilai Tuhan. Dia beranggapan bahwa dia hanya bekerja sendirian, Allah tidak peduli! Bukankah ini yang kita alami jika kita menghadapi pergumulan yang berat dan mulai putus asa. Kita merasa bergumul sendirian! Padahal Tuhan Yesus tidak pernah membiarkan kita bergumul sendiri, Dia ada seperti kehadiranNya dan menanyakan “Apa yang sedang kita kerjakan di sini?” Tinggalkan putus asa, lihat Tuhan tidak membiarkan Saudara bergumul sendiri. Datanglah pada Tuhan Yesus dan sampaikan kondisi Saudara dengan jujur.

2. Keputuasaan Menyebabkan Kita Salah Menilai Kondisi di Sekitar Kita.

Rasa putus asa menyebabkan Elia memandang pergumulannya sangat berat dan laporannya pada Tuhan-pun jadi tidak tepat bahkan berbeda dengan kenyataannya! Perhatikan laporan Elia dan keadaan bahwa hanya dia yang bekerja sendiri, lihat saja semua orang Israel murtad, mezbah-mezbahnya diruntuhkan, semua nabi dibunuh dan dirinyapun diancam! Dimana Tuhan saat ini? Ini yang ditanyakan Elia. Elia salah menilai Tuhan. Dia beranggapan bahwa dia hanya bekerja sendirian, Allah tidak peduli! Bukankah ini yang kita alami jika kita menghadapi pergumulan yang berat dan mulai putus asa. Kita merasa bergumul sendirian! Padahal Tuhan Yesus tidak pernah membiarkan kita bergumul sendiri, Dia ada seperti kehadiranNya dan menanyakan “Apa yang sedang kita kerjakan di sini?” Tinggalkan putus asa, lihat Tuhan tidak membiarkan Saudara bergumul sendiri. Datanglah pada Tuhan Yesus dan sampaikan kondisi Saudara dengan jujur.

2. Keputuasaan Menyebabkan Kita Salah Menilai Kondisi di Sekitar Kita.

Rasa putus asa menyebabkan Elia memandang pergumulannya sangat berat dan laporannya pada Tuhan-pun jadi tidak tepat bahkan berbeda dengan kenyataannya! Perhatikan laporan Elia dan keadaan yang sebenarnya di bawah ini (ayat 10, 14).
Jangan terus dalam keputusasaan, kita jadi sulit melihat kenyataan yang sebenarnya yang seringkali tidak seburuk yang kita lihat dalam ‘kacamata’ keputusasaan. Bangkit dan bersemangatlah dalam Tuhan Yesus ada kekuatan dan pertolongan!

3. Keputusasaan Menyebabkan Kita Tidak Dapat Melihat Campur Tangan Tuhan Dalam Hidup Kita.

Keputusasaan Elia membuatnya tidak melihat tangan Tuhan yang sejak mulanya menjangkau hidupnya. Bahkan saat Elia takut dan putus asa, Allah sudah mengulurkan tanganNya untuk menolong, sayangnya Elia sudah dibutakan oleh rasa putus asanya. Bukankah murid-murid Tuhan Yesus mengalami hal yang sama ketika perahu mereka digoncang badai dan hampir tenggelam? Mereka juga tidak mampu melihat Tuhan yang datang dan menyebut Tuhan sebagai hantu! Tuhan tahu pergumulan Eli dan Tuhan bertindak! Bayangkan saja malaikat datang dan memberi makanan dan air untuk diminum (19:5). Seharusnya kehadiran malaikat sangat menguatkan Elia, tetapi tidak demikian itu ‘biasa saja’ bagi Elia. Apakah ada makanan dan minuman yang seajaib yang diterima Elia dari Tuhan? (19:6-8)Munculnya ajaib dan dampaknyapun ajaib, Elia dapat berjalan 40 hari ke gunung Horeb! Tapi itu juga nampaknya tidak menguatkan Elia. Terakhir, Tuhan berfirman dan hadir! Elia masih juga putus asa, nampak dari jawabannya pada Tuhan! (19:9-18). Inilah bahaya putus asa. Putus asa menutup mata dan telinga kita untuk dapat melihat campur tangan Tuhan dalam hidup kita. Tuhan Yesus tidak pernah membiarkan dan meninggalkan anak-anakNya! Ini yang Saya temukan di Alkitab dan Saya percayai, seperti halnya Elia tidak pernah ditinggalkanNya! Lihatlah, jika kita ada sampai hari ini, bukankah karena kekuatan dan kasih Tuhan Yesus? Perhatikan, Tuhan hadir dan berbicara kepada kita lewat firmanNya entah saat renungan pribadi atau di gereja. Bukankah Dia menyapa dan menguatkanSaudara?

Ada yang berputus asa hari ini? Awas, keputusasaan menyebabkan kita salah menilai Allah, salah menilai kondisi yang sebenarnya dan menghalangi mata dan hati kita untuk melihat campur tangan Tuhan dalam hidup kita. Bangkit dan bersemangatlah, karena sebenarnya Tuhan kita, Yesus Kristus, tidak pernah membiarkan dan meninggalkan kita bergumul sendirian. Dia ada bagi Saudara. Bersemangatlah!

Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.

Sabtu, 09 April 2011

“Jangan berbuat dosa lagi!”



YOHANES 8:1-11

Lalu kata Yesus kepadanya: “Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah dan jangan berbuat dosa lagi.”

Pasti ucapan Tuhan Yesus ini memiliki kesan dan makna yang sangat mendalam bagi perempuan yang tertangkap basah sedang berbuat zinah itu. Terutama peringatan Tuhan Yesus supaya perempuan itu tidak berbuat dosa lagi. Peringatan ini benar-benar penting, bukan saja untuk perempuan itu tetapi juga untuk kita! Mengapa peringatan “jangan berbuat dosa lagi” begitu penting? Paling tidak ada dua jawaban yang kita temui dari nats ini, yang dilihat dan disaksikan perempuan itu dan pasti juga Tuhan kita, Yesus Kristus.

1. KARENA AKIBAT DOSA SANGAT MENGERIKAN!

Perempuan berdosa itu telah menyaksikan betapa mengerikannya akibat dari dosa! Kita akan memperhatikan beberapa dosa yang mengerikan yang ditunjukkan dalam nats ini. Pertama, setiap dosa akan mendatangkan hukuman fisik (ayat 3-5). Tuhan tidak kompromi terhadap dosa, sejak zaman Musa, Allah telah memberikan perintah untuk memberikan hukuman kepada yang berbuat dosa. Ini juga menunjukkan bahwa setiap dosa menuai hukuman fisik di bumi, entah itu penderitaan, pergumulan tertentu karena dosa atau sakit penyakit! Bukankah jika ada yang tertangkap mencuri akan dihukum juga? Lihat saja, ternyata banyak pergumulan atau sakit yang kita alami adalah akibat langsung dari perbuatan dosa yang kita lakukan. Kedua, dosa menyebabkan rusaknya hubungan kita dengan orang lain. Lihat, perempuan yang kedapatan berzinah. Mungkin saja ia kenal dengan para ahli Taurat dan Farisi itu, namun karena dosa dia dibenci dan jadi pesakitan. Bayangkan hubungannya dengan keluarga atau mungkin suaminya (jika sudah bersuam), sudah pasti rusak! Ya, dosa senantiasa merusakkan hubungan kita dengan sesama! Jangan berbuat dosa lagi. Ketiga, dosa merusakkan hubungan kita dengan Allah (ayat 11). Perempuan itu mungkin sekali adalah orang Yahudi, tetapi dengan berbuat dosa dia sudah merusakkan hubungannya dengan Allah yang disembahnya. Untuk mendongak melihat para pelayan Tuhan saja tidak berani apalagi melihat wajah Yesus, yang adalah Anak Allah! Ingatlah dosa akan merusakkan hubungan kita dengan Allah di dalam Tuhan Yesus. Terakhir, sekalipun tidak tertulis secara eksplisit, akibat dosa yang paling mengerikan adalah kebinasaan kekal, yaitu KETERPISAHAN DENGAN ALLAH SELAMA-LAMANYA! Inilah yang paling mengerikan jika kita tetap di dalam dosa, dosa akan membawa kita masuk neraka dimana kita terpisah dengan Allah selamanya. Dosa bukan saja mengakibatkan kita dihukum, menderita, merusak hubungan dengan Allah dan sesama, tetapi juga akan membawa kita terpisah dengan Allah selama-lamanya di neraka sebab itu Tuhan Yesus mengingatkan: Jangan berbuat dosa lagi! Mari kita hidup kudus dan benar dengan bersandar pada kuat kuasa Tuhan yesus saja. Ingat, jangan berbuat dosa lagi.

2. KARENA KITA SUDAH MENERIMA KASIH DAN PENGAMPUNAN TUHAN YESUS.

Perempuan yang kedapatan berbuat zinah itu mengalami kasih dan pengampunan Tuhan Yesus. Dia diselamatkan dari lemparan batu hingga mati oleh orang banyak bahkan Tuhan Yesus juga tidak menghukumnya. Ada beberapa hal yang harus kita perhatikan. Pertama, Tuhan Yesus berhak menghukum setiap pendosa! Mengapa? Karena Tuhan Yesus adalah satu-satunya orang yang TIDAK BERDOSA di situ! Semua berdosa dan tidak berhak menghukum, tapi Tuhan Yesus berbeda, Dia berhak menghukum. Namun Tuhan Yesus mengampuni. Perhatikan sekalipun orang Farisi bermaksud mencobai Yesus, namun yang mereka lakukan tepat menegaskan bahwa Yesus-lah yang berhak menghakimi dan menjatuhkan hukuman. Terakhir, Tuhan Yesus berhak menghukum karena Dia-lah Terang dan Hakim bagi setiap manusia. Perhatikan semua orang yang ditegur dosanya dan undur karena ‘dihakimi’ oleh perkataanNya: “Siapa yang tidak berdosa silahkan menjadi yang pertama melempar perempuan itu dengan batu”. Hal kedua yang penting adalah: Tuhan Yesus mengampuni perempuan itu. Tuhan Yesus mengampuni ketika Dia tidak menghukumNya. PengampunanNya bukan tanpa harga yang harus dibayar. Dosa tetap harus dihukum oleh Allah, baru Allah adalah Allah Yang Mahaadil! Itu sebabnya Tuhan Yesus menuju Yerusalem untuk mati di kayu salib.Mati untuk membayar dosa perempuan itu, juga dosa kita! Yohanes Pembaptis dengan tepat menyebut Yesus sebagai ‘Anak Domba Allah yang menghapus dosa isi dunia’ (1:29). Jelas orang Yahudi paham bahwa Yesus harus jadi Anak Domba yang dikurbankan, disembelih dan itu terjadi di kayu salib! Bayangkan, apabila dosa kita diampuni Tuhan Yesus dengan kurban diriNya di kayu salib, tidakkah kita harus berhenti dengan dosa? Karena dosa perempuan itu dan dosa kita, Kristus disalibkan apakah kemudian kita masih akan berbuat dosa? Itu sebabnya Tuhan Yesus berpesan: Jangan berbuat dosa lagi. Kita sudah menerima kasihNya dan pengampunan yang mahal harganya, yaitu seharga darah Tuhan Yesus sendiri, sebab itu mari kita tinggalkan dosa, bertobat dan tidak berbuat dosa lagi.

Mari kita ingat pesan Tuhan Yesus bagi kita: Jangan berbuat dosa lagi! Mengapa? Karena akibat dosa sangat mengerikan. Lebih dari itu, karena kita sudah menerima kasih dan pengampunanNya yang tidak terkira. Tuhan Yesus berfirman: “Jangan berbuat dosa lagi!”

Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.

Minggu, 03 April 2011

PERSEMBAHAN YANG INDAH


KEJADIAN 22:1-19

Allah datang untuk mencobai Abraham dengan meminta Ishak, anaknya yang tunggal. Tentu ini adalah sebuah hal yang sulit bagi Abraham. Namun Abraham lulus atas ujian Allah, karena Abraham tidak segan-segan mempersembah-kan Ishak kepada Allah. Seringkali Allah datang menguji kita dalam hal persembahan, dengan meminta sesuatu yang berharga di dalam hidup kita. Hari ini apakah kita lulus ujian karena Allah mendapati kita sebagai anak-anaknya berani mempersembahkan yang indah kepada Allah? Mari kita belajar dari persembahan Abraham yang indah kepada Tuhan.

I. PERSEMBAHAN ABRAHAM MEMPERKENANKAN HATI ALLAH (ay. 12, 15-16)

Firman Tuhan disampaikan kepada Abraham melalui malaikat Tuhan sebanyak dua kali. Sangat menunjukkan bahwa sikap Abraham yang mau mempersembahkan Ishak anaknya memperkenankan hati Allah. Mengapa?

A. Persembahan Abraham Menunjukkan Ketaatan Abraham (ay. 1-4)

Abraham tidak tawar menawar atau berbantah dengan Allah. Padahal permintaan Allah sangat tidak sesuai dengan kebiasaan pada jaman itu. Biasanya yang dipakai untuk persembahan kurban bakaran adalah binatang (Kej. 15:9, 17; Kel. 29:18). Apalagi Ishak adalah anak tunggal, harapan hidupnya. Alkitab juga menulis Abraham berangkat ke gunung Moria pagi-pagi benar. Abraham tidak menunda-nunda untuk mempersembahkan Ishak kepada Allah. Perjalanan selama tiga hari menuju gunung Moria, bisa saja membuat Abraham berubah pikiran. Bagaimana dengan kita? Seringkali kita tawar menawar dengan Tuhan. Allah meminta sedikit waktu untuk kita besekutu denganNya, itupun kita “korupsi” dengan berbagai urusan kita. Allah meminta 10% dari berkat yang Dia berikan kepada kita, itupun juga kita tidak rela, bahkan tidak kita persembahkan dengan banyak dalih.

B. Persembahan Abraham Menunjukkan Kasih Abraham

Kasih dibuktikan dengan pengorbanan. Pengorbanan Abraham ketika ia akan mempersembahkan Ishak sangat besar. Bagi orang Yahudi, keturunan sangat penting, apalagi anak laki-laki. Bagi Abraham, Ishak adalah anak yang dikasihi; anak yang dijanjikan Allah dan lahir pada masa tuanya; bahkan anak yang akan menggenapi janji Allah, artinya Ishak adalah harapan hidup Abraham. Tetapi seberapa besar kasih Abraham kepada Ishak, tidak membuat Abraham berat untuk mempersembahkan Ishak kepada Allah. Abraham lebih mengasihi Allah. Berapa banyak dari kita yang berkata “Saya mengasihi Allah”, tetapi tidak pernah berbuat sesuatu untuk Allah. Kita lebih mengasihi harta kita. Kita lebih mengasihi waktu untuk urusan kita daripada waktu untuk Allah.

C. Persembahan Abraham Menunjukkan Iman Abraham (Yak 2:21)

Iman dan perbuatan bekerjasama. Abraham membuktikan imannya kepada Allah dengan perbuatannya dengan mempersembahkan Ishak kepada Allah. Dan Abraham lulus dalam ujian iman. Sekalipun janji Allah digenapi melalui Ishak (Kej 15:2-5), Abraham tidak segan-segan mempersembahkan Ishak karena ia percaya bahwa janji Allah tetap akan digenapi. Abraham juga percaya Allah sanggup membangkitkan orang mati. Ucapan Abraham kepada bujangnya merupakan iman, bahwa ia akan kembali bersama Ishak (ay. 5). Demikian pula ucapan Abraham kepada Ishak bahwa Allah “Jehova Jireh” akan menyediakan kurban bakaran menunjukkan iman Abraham. Ia tidak tahu apa yang akan Tuhan sediakan, apakah anak domba? Atau yang lain? Tetapi Abraham begitu yakin bahwa Allah akan menyediakan. Kesulitan hidup seringkali membuat kita menghitung untung dan rugi bila kita mempersembahkan sesuatu kepada Tuhan. Hari ini apakah iman kita dapat kita buktikan dengan perbuatan melalui persembahan kita kepada Allah?

II. PERSEMBAHAN ABRAHAM MEMBUKA PINTU BERKAT ALLAH (ay. 15-18)

Melihat keberanian Abraham untuk mempersembahkan kurban kepada Allah, Allah berjanji dengan sumpah demi diriNya sendiri, bahwa Allah akan memberkati Abraham. Bandingkan pada Kej. 15, 17, 18, tidak ada kata “sumpah” ketika Allah menyampaikan janjiNya. Berkat apa yang Allah berikan kepada Abraham? Berkat jasmani yang melimpah; Berkat kemenangan; Berkat bagi keturunannya, bahkan dari keturunan yang diberkati ini juga menunjuk kepada Tuhan Yesus. Keberanian kita dalam berbuat sesuatu bagi Allah, sangat mempengaruhi tindakan Allah dan berkat Allah kepada kita. Bukan berarti kita “gambling”. Allah pasti memberkati anak-anakNya yang berkenan padaNya.

Akhirnya, apakah persembahan-persembahan kita dapat digolongkan sebagai persembahan yang berkenan dan indah kepada Tuhan? Mari kita tunjukkan ketaatan, kasih dan iman dalam setiap persembahan kita, maka pintu berkat Allah terbuka bagi kita. Tuhan Yesus Memberkati

Ibu Pdt. Antonetha Lukas Widiyanto, S.Th.

Alasan Tidak Membayar Perpuluhan

Tiga orang yang berbeda profesi sedang berdiskusi soal perpuluhan. Mereka masing-masing mengemukakan alasan mengapa mereka belum membayar perpuluhan.

Akuntan: Saya belum membayar perpuluhan karena belum menerima surat tagihan dari Tuhan.

Pengacara: Kalau saya belum membayar perpuluhan karena belum ada undang-undang yang mengaturnya.

Bankir: Saya sih sudah lama mau membayar perpuluhan, tapi sampai sekarang saya belum tahu nomor rekening Tuhan.

cabe deeeh....

ALBUM KENANGAN