Selamat datang di www.wartamaranatha.blogspot.com - Memberitakan Injil dan Mendewasakan Kerohanian

Minggu, 30 Oktober 2011

Jangan “keras hati” terhadap Firman TUHAN

Keluaran 7:1-13

Firaun mengeraskan hatinya terhadap firman Tuhan. Apa itu ‘keras hati’? ‘Keras hati’ memang dapat berarti memiliki tekad, namun dalam konteks kisah ini ‘keras hati’ adalah sikap hati yang tidak mau menerima firman Tuhan, keras kepala, bandel.Lawan dari ‘keras hati’ adalah lembut hati, mau menerima kebenaran yaitu Firman Tuhan. Jangan keraskan hati terhadap Firman Tuhan.

Allah Mengeraskan Hati Firaun? (ayat 7:3-5)

Jika Allah mengajarkan supaya kita tidak keras hati terhadap Firman Tuhan, mengapakah Allah justru mengeraskan hati Firaun? (ayat 3-5). Jangan bingung, paling tidak ada 3 jawaban yang Alkitabiah untuk masalah ini. Pertama, Allah adalah Allah yang berdaulat (ayat 3), Dia yang berkuasa atas segala sesuatu. Jika Tuhan berkehendak untuk mengeraskan hati Firaun, siapa dapat menghalanginya dan apakah perlu Dia menjawab ‘mengapa’? Dia berhak bertindak karena Dia berdaulat. Namun perlu kita ingat bahwa ketika Allah bertindak dalam kedaulatanNya, bersamaan dengan tindakanNya itu, Dia juga bertindak dalam kasih dan keadilanNya! Itu sebabnya kita harus bersyukur ketika kita mau menerima Firman dan menaatinya karena sesungguhnya bukan kita yang baik, namun Allah-lah yang melembutkan hati kita! Jika kita mau menerima dan dibentuk Firman Tuhan, itu karena tangan Allah! Jadi, mengapa tidak menerima dan mau dibentuk firman Tuhan? Kedua, Allah mengeraskan hati Firaun berdasarkan kemahatahuan-Nya (Kejadian 3:19-20; 5:1-2). Artinya, Allah tahu apa yang akan diperbuat oleh Firaun nantinya, yaitu mengeraskan hatinya, maka Allah ‘mengeraskan’ hati Firaun. Jadi, ayat 3-5 adalah representasi dari kemahatahuan Allah. Ketiga, Allah mengeraskan hati Firaun sebagai hukuman Allah terhadap kekerasan hati Firaun. Ya, Alkitab menunjukkan bahwa Allah menghukum orang-orang yang hidup dalam dosa dengan menyerahkan pada dosa yang lebih dalam (band. Roma 1:21-25). Karena Firaun berkeras hati, maka Allah menyerahkannya pada kekerasan hati yang lebih lagi. Itu sebabnya, janganlah kita mengeraskan hati saat mendengar suara Tuhan. Mari kita taburkan hati yang mau menerima Firman dan mau dibentuk oleh FirmanNya.

Bentuk-Bentuk Kekerasan Hati
Kekerasan hati terhadap firman Tuhan tidak selalu nampak secara fisik (di wajah dan sikap) karena kekerasan hati berhubungan dengan ‘hati’, yang di dalam. Ada ungkapan “dalamnya hati siapa yang tahu?” Benar kan? Tetapi justru yang tidak nampaklah yang sangat berbahaya! Mari kita perhatikan bagaimana Firaun mengeraskan hati terhadap Firman Tuhan?

I. Membuat “benteng” terhadap Firman Tuhan.
Firaun “membentengi” hatinya terhadap firman Tuhan yang disampaikan Musa. Perhatikan bagaimana Firaun tanpa mengucapkan sepatah kata, memanggil ahli-ahli sihir dan membuat mujizat yang sama. Firaun keraskan hatinya! Jangan mengeraskan hati terhadap firman Tuhan. Seringkali kita nampak mengaminkan, tetapi sesungguhnya kita menolak firman Tuhan dalam hati kita. Atau ada yang mengalihkan perhatian dengan kegiatan lain, misalnya keluar masuk atau jalan-jalan di gereja, menggambar dan sebagainya. Kalau sudah demikian,untuk apa kita ke gereja? Ada juga yang mengalihkan perhatian dengan berbicara sendiri atau main sms saat khotbah. Aduh, menyedihkan sekali bukan? Jangan keraskan hati, ijinkanlah Firman Tuhan mengubah hidup kita!

II. Tidak taat kepada Firman Tuhan (ayat 13, 22-23).
Firaun bukan saja membuat benteng, tetapi dia MENOLAK firman Tuhan! Ini bentuk yang sangat jelas: Menolak dan tidak mau taat pada Firman Tuhan. Tujuan akhir dari mendengar suara Tuhan adalah melakukan FirmanNya.Mari buang kekerasan hati dan terima FirmanNya dengan hati yang lembut. Hati yang lemah lembut adalah hati yang mau menerima firman Tuhan dan rela untuk dikoreksi . Hati yang lemah lembut, seperti tanah yang baik kata Tuhan Yesus, hati yang mau menerima dan melakukan Firman Tuhan Yesus.
Bagaimana Supaya Tidak Keras Hati?

Memiliki hati yang tidak keras, mudah saja! Pertama, percayai (dengan iman) bahwa kita yang percaya Tuhan Yesus adalah ciptaan baru dan sudah diberi hati yang baru (Yehezkiel 36:25-27 band. 2 Korintus 5:17; Ibrani 9:14).Saudara memiliki hati baru, kini saatnya menerima Firman, mau dikoreksi dan mau melakukannya. Kedua, bertindaklah, berikan hati kita bagi firman Tuhan karena Tuhan memampukan kita untuk menerima dan melakukan firmanNya!
Akibat Dari Kekerasan Hati

Akhirnya, kita harus tahu bahwa Tuhan akan menghukum setiap kekerasan hati! Firaun dan Mesir dihukum Tuhan dengan sepuluh tulah. Ya, keras hati menuai penghukuman Tuhan. Satu lagi, bagi orang percaya, kekerasan hati hanya akan menyebabkan kita kehilangan berkat-berkat yang indah dari firman Tuhan. Jika kita lakukan firmanNya, kita taat, maka kita akan menikmati buah dari ketaatan kepada Firman Tuhan. Bagaimana?

Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th

Minggu, 23 Oktober 2011

BAGAIMANA MENGHADAPI PENDERITAAN ?

Ayub 1:1-22

Ketika kita membaca bagian-bagian Firman Tuhan ini, maka bagian ini akan menjelaskan kepada kita akan empat fakta yang terjadi dalam hidup orang percaya.
Pertama, ada musuh yang tidak dapat kita lihat tetapi nyata. Yaitu Iblis yang berusaha menjatuhkan kita.
Kedua, ada ujian-ujian yang kita tanggung yang tidak seharusnya kita terima tetapi diijinkan oleh Allah. Ayub adalah seorang yang benar, tetapi dia tetap mengalami ujian yang begitu berat.
Ketiga, kita menjalani sebuah rencana yang tidak kita mengerti, tetapi inilah rencana yang terbaik. Ayub mengalami penderitaan tetapi kemudian ia dipulihkan dan memuliakan nama Tuhan.
Keempat, Allah tidak pernah membiarkan umatNya. Ayub bertahan dan dipulihkan karena kekuatan dari Allah.
Bagian yang pertama sampai yang ketiga dalam hidup ini merupakan misteri kehidupan, akan tetapi jalanilah karena Allah tidak pernah membiarkan umatNya.

Kisah Ayub sangat luar biasa, kita bisa tahu siapa Ayub, dia orang yang saleh, takut akan Tuhan, Allahpun mengakuinya (ayat 1-3,8). Akan tetapi tanpa ada tanda-tanda atau pemberitahuan, kehidupan Ayub tiba-tiba berubah. Empat pembantunya menyampaikan pesan secara beruntun tentang malapetaka-malapetaka yang menimpa hidupnya. Mungkin sampai pada pesan ketiga Ayub masih bisa bersyukur dan menerima. Tetapi pada pesan yang keempat akan sangat sulit bagi Ayub untuk bisa dengan kuat menerima apalagi bersyukur. Tetapi Ayub adalah orang yang luar biasa, karena dalam kondisi yang seperti itu ia mampu bersikap baik untuk menghadapi semua penderitaannya. Bagaimanakah sikap Ayub?

I. Ayub Memberikan Respon yang tepat dan Benar ketika menghadapi masalah.
Pada ayat 20, ada empat kata kerja yaitu: Ayub berdiri, Mengoyakkan jubahnya (jubah luar atau jaket). Hal ini dalam tradisi Perjanjian Lama merupakan suatu ekspresi kesedihan yang sangat dalam. Kemudian, ia mencukur rambutnya (kemuliaan atau mahkota). Mencukur kepala adalah simbol kehilangan kemuliaan pribadinya. Ketiga ekspresi ini tidak salah, tetapi ekspresi yang keempat sangat luar biasa, Ayub menyembah (jatuh, tiarap). Dalam penderitaan Ayub memilih untuk tetap menyembah Tuhan.

II. Dalam Penderitaan Ayub Menyadari Betapa Berkuasanya Tuhan Atas Hidup Kita (ayat 21).
Betapa terbatasnya kita sebagai manusia, “kita datang dengan telanjang” ungkapan Ayub yang menggambarkan tidak adanya kekuatan dan kebanggaan kita. Tuhan yang memberi. Apapun yang kita miliki adalah pemberian dari Allah bukan milik kita, hanya pinjaman, semuanya adalah milik Allah. Demikian juga Tuhan yang mengambil. Karena Tuhan yang memberi maka dia juga yang berkuasa mengambilnya, sedangkan kita tida mempunyai kuasa untuk menahannya.

III. Dalam Penderitaan Ayub tetap Konsisten Dengan Karakternya yang Takut Akan Tuhan (ayat 22).
Ayub tidak berbuat dosa, dalam penderitaan kita malah meninggalkan Tuhan dan melangkah dengan cara kita sendiri. Ayub tidak menuduh Allahberbuat yang kurang patut, bersungut atau menyalahkan Allah. Seringkali Allah mengijinkan kita dalam penderitaan untuk membentuk karakter kita semakin serupa dengan Dia (Roma 8:28), sabar dan pemaaf.

IV. Dalam Penderitaannya Ayub memuji Tuhan dan Ini Adalah Tanda Ucapan syukurnya Kepada Allah.

Ucapan syukur Ayub menunjukkan bahwa Ayub menerima bukan hanya apa yang ia inginkantetapi juga semua yang Allah kehendaki baik susah ataupun senang. Ayub bersyukur untuk semua “pinjaman” dari Allahselama hidupnya juga bersyukur ketika semua “propertinya” Allah diambil dari hidupnya. Bukankah ucapan syukur adalah tanda percaya kita kepada Allah.

Bagaimana respon kita ketika ada dalam penderitaan? Apakah kita bersungut-sungut, atau bersyukur karena Tuhan masih menolong kehidupan kita?

Ibu Pdt. Antonetha Lukas Widiyanto, S.Th.

Minggu, 16 Oktober 2011

SIAPA YANG SEPERTI ALLAH KITA ?

Mazmur 115:1-18

Pemazmur memulai mazmur pujiannya dengan mengungkapkan kesadarannya bahwa Allah saja yang layak menerima kemuliaan. Kemuliaan bukanlah milik pemazmur, juga bukan milik kita. Pemazmur sebagai umat Tuhan, mungkin saja telah melakukan banyak hal, tetapi semuanya adalah karya dan campur tangan Tuhan semata, sehingga siapapun, termasuk pemazmur, tidak boleh mencuri kemuliaan Allah. Kemuliaan hanya bagi Allah saja. Sekali lagi, siapapun kita dan apapun yang sudah kita capai, kita harus sadar bahwa semuanya dari, oleh dan untuk Allah sehingga hanya Dia yang layak menerima kemuliaan. Namun di lain sisi kita dapat menangkap bahwa Allah pemazmur, yang sekaligus adalah Allah kita dalam Kristus Yesus adalah Allah yang luar biasa.Tidak ada yang seperti Dia! Inilah yang selanjutnya diungkapkan pemazmur dalam mazmurnya! Mari kita perhatikan siapa seperti Allah kita?

1. ALLAH Kita Adalah ALLAH Yang Mahatinggi (ayat 2-3).
Bangsa-bangsa yang diam disekitar umat Israel saat itu adalah penyembah berhala. Bangsa Filistin misalnya, mereka menyembah Dagon, dewa mereka. Sebuah patung berbadan ikan berkepala manusia. Bangsa lainnya menyembah Baal, Asytoret, Molokh dan sebagainya. Bagi mereka allah harus dapat dilihat, sehingga mereka mempertanyakan dimana Allah pemazmur, Allah orang-orang Israel. Memang Allah pemazmur yang juga Allah kita tidak kelihatan, namun Dia ada! Dia berada di sorga, di tempat yang Mahatinggi (ayat 2). Siapa yang berada di sorga, jika bukan Yang Mahatinggi. Pertama, Hal ini menunjukkan kedudukanNya sebagai Allah Yang Mahatinggi (ayat 15-16). Siapakah yang bertahta di sorga, jika bukan yang Mahatinggi? Pemazmur menekankan kedudukan Allah Yang Mahahtinggi. Kedua, keberadaanNya disorga dihubungkan dengan “melakukan segala yang dikehendakiNya” artinya, Allah bukan saja Yang Mahatinggi, tetapi Dia Allah yang berdaulat! Tidak ada yang lebih tinggi dari Allah kita dalam Tuhan Yesus. Dialah yang memerintah dan memiliki langit dan bumi ini! Luar biasakan? Siapa allah seperti Allah kita? Tidak ada!

2. ALLAH Kita Adalah Allah Yang Hidup (ayat 4-8).
Pemazmur membandingkan Allah-Nya dengan berhala-berhala. Berhala-berhala hanya buatan tangan manusia, tetapi Allah kita dalam Kristus, adalah Pembuat segala sesuatu (ayat 4). Bahkan Dialah yang membuat kita, manusia! Dialah Pencipta segala sesuatu (band. ayat 13-16). Jadi, Allah kita adalah Allah yang hidup sebab itu Dia menciptakan. Berbeda dengan berhala yang mati, Allah kita dapat melihat, mendengar, mengecap dan mengulurkan tanganNya bagi kita! Mari kita berikan kemuliaan bagi Allah kita dalam Yesus Tuhan!
Bagaimana Sikap Umat Allah Yang Allahnya Adalah Allah Yang Hidup dan Maha Tinggi?

Jadi, siapakah seperti Allah kita? Allah yang hidup dan Mahatinggi? Tidak Ada! Justru karena itu mari kita hidup sebagai umat yang Allah-nya hidup dan Mahatinggi. Bagaimana itu?
Pertama, Takutlah akan Allah kita (ayat 11,13).Pemazmur memanggil umat Allah ini sebagai “yang takut akan Allah” (ayat 11 dan 13). Memang karena Allah kita adalah Allah yang hidup selayaknya kita takut akan Dia. Jangan lupa, Dia melihat hidup kita. Dia mendengar apa yang kita katakan, bahkan yang ada dalam hati kita.Tidakkah ini menumbuhkan rasa takut akan Dia. Kita harus hidup menyenangkan hati TUHAN. Allah kita Allah Yang Mahatinggi, selayaknya kita hamba-hambaNYa, umatNya, taat dan hidup dalam takut hormat pada Dia, Yang Mahatinggi bukan?
Kedua, percaya dan bersandarlah pada Dia (ayat 9-11). Karena Allah kita hidup dan Mahatinggi dan kita adalah manusia yang terbatas dan lemah, sudah sepantasnya kita bersandarpadaNya! Dia Allah yang hidup, bukan saja tahu apa pergumulan kita, namun Dia sanggup menolong kehidupan kita karena Dia hidup! Lebih lagi, Allah kita dalam Kristus, adalah Yang Mahatinggi! Adakah kekuatan dan kemuliaan yang tidak Dia miliki. Lalu jika kita tidak percaya dan bersandar kepadanya, betapa, maaf, bodohnya kita. Mari kita percaya dan terus bersandar pada Tuhan kita Yesus Kristus, Dia Allah yang hidup dan Mahatinggi!
Ketiga, berikan kemuliaan dan pujian hanya bagi Allah kita (ayat 1, 17).Tidak dapat tidak, kita akan memuji, menyembah dan memuliakan Allah yang hidup dan Mahatinggi! Bagaimana tidak? Kita menyembah Allah yang hidup. Dia mendengar apa yang kita nyanyikan. Dia melihat bagaimana hidup kita memuliakan Dia dengan hidup dalam kebenaran. Dan lagi Yang Mahatinggi sudah seharusnya dipuji dan ditinggikan. Jika demikian, mari kita memuji dan memuliakan Tuhan. Mari setiap hari kita menyembah Dia dan memuliakan Allah kita dengan kehidupan yang taat padaNya.

Akhirnya, siapakah Allah seperti Allah kita? “Tidak ada!” adalah jawaban yang tepat. Hanya Allah kita dalam Kristus Yesus-lah Allah yang hidup dan Yang Mahatinggi. Itu sebabnya marilah kita nyanyikan “Allah mana s’perti Allah-ku” dengan sikap hidup yang takut akan Allah kita, dengan tekun bersandar padaNya dan dengan memuliakan Dia sekarang dan selama-lamanya! Amin
Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.

Minggu, 09 Oktober 2011

BERSABARLAH !

Yakobus 5:7-11

“Sabar” bukanlah perkara yang mudah, apalagi jika harus bersabar dalam penderitaan. Tetapi inilah yang difirmankan Tuhan melalui penulis surat Yakobus bagi kita. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sabar berarti tahan menghadapi cobaan, tidak lekas marah atau tidak lekas putus asa (KBBI, hal. 973). Arti pertama dan kedua inilah yang tepat untuk nats yang kita baca. Dalam bahasa Yunani istilah sabar adalah makrothymeo yang artinya dapat menahan penderitaan. Yakobus memang sedang menasehati orang-orang Kristen yang mengalami kemiskinan (5:6 band. 2:5-6). Bukan saja miskin namun mereka menderita dan mengalami ketidakadilan (5:4, 6). Untuk orang-orang inilah Tuhan melalui Yakobus, memberi nasehat supaya bersabar. Bagaimana dengan Saudara? Ada dalam penderitaan, mengalami ketidakadilan atau keuangan dan pekerjaan sedang bermasalah? Tuhan berfirman: “Bersabar;lah”!

BERSABAR, BAGAIMANA ITU ?
Bersabar yang bagiamana? Pertama, sabar berarti dapat tahan penderitaan dengan tetap teguh dan tekun mengikuti Tuhan Yesus dan ajaranNya (ayat 8). Kita dapat dikatakan tidak sabar jika kita segera meninggalkan Kristus karena penderitaan atau tidak lagi taat melakukan firmanNya dan berpaling pada dosa dan Iblis! Kita disebut sabar jika kita tetap percaya dan ikut Tuhan Yesus meski mengalami penderitaan. Sabar berarti tetap melakukan firmanNya meski ada pergumulan dan penderitaan. Inilah bersabar.
Kedua, tahan menanggung penderitaan tanpa bersungut-sungut (ayat 9). Kita bisa saja ‘terpaksa’ sabar karena tidak ada jalan lain. Ini bukan bersabar namanya. Sabar berarti menahan penderitaan dengan rasa ucapan syukur. Ketiga, bersabar adalah menahan penderitaan tanpa saling menyalahkan atau mencari ‘kambing hitam’ (ayat 9). Kalau sabar, ya tidak perlu mencari kambing hitam untuk dipersalahkan. Introspeksi diri sendiri kemudian mengadakan perbaikan akan jauh lebih baik daripada mencari-cari kesalahan orang lain. Bersabarlah!

BERSABAR, SAMPAI KAPAN?
“Sampai kapan harus bersabar?” Sebenarnya ini pertanyaan orang yang mulai kurang sabar. Ya kan? Yakobus mengajarkan kita supaya kita bersabar sampai kedatangan Tuhan Yesus (ayat 7). Kedatangan Tuhan Yesus kembali di sini adalah kedatanganNya yang kedua kelak sebab dari bahasa aslinya digunakan istilah parousia yang khas bersifat eskhatologi.Yakobus sebenarnya ingin menekankan bahwa kita harus bersabar sampai akhir hidup kita, kalau diijinkan Tuhan sampai Tuhan datang kembali. Seperti halnya kesetiaan, kesabaran dalam penderitaan adalah karakter yang baru akan teruji pada akhirnya.

MENGAPA KITA HARUS BERSABAR?
sederhana sebenarnya jawabnya, karena ini adalah Firman Tuhan, perintah Tuhan bagi kita. Namun Yakobus memberikan beberapa alasan mengapa kita harus bersabar.
Pertama, karena kedatangan Tuhan Yesus sudah dekat! (ayat 8). Tuhan Yesus segera datang kembali. Ini pasti! Saat Tuhan datang Dia akan mengaruniakan upah bagi yang bersabar sampai kesudahannya, tetapi sekaligus akan menghakimi yang tidak bersabar! Nah, jika begitu, mari kita bersabar hingga Dia datang kembali. Sudah dekat kok. Paling tidak ribuan tahun lebih dekat dengan kita ketimbang saat surat Yakobus ditulis. Di sisi lain Saya ingatkan bukankah hidup ini singkat. Orang Jawa bilang hidup ini cuma ’mampir ngombe’ (mampir minum). Jika bukan Tuhan yang datang kedua, Dia datang menjemput ajal kita bukan? Jika hidup ini singkat mengapa tidak sabar hingga kita beroleh mahkota ketekunan dari Tuhan kita Yesus Kristus.
Kedua, kita harus bersabar sebab kita memiliki teladan-teladan kesabaran (ayat 10-11). Para nabi Tuhan dengan sabar menanggung penderitaan. Mereka tetap melayani meski harus menderita (ayat 10). Mari kita teladani mereka. Satu lagi teladan, yaitu Ayub. Ayub bersabar dalam penderitaannya yang hebat. Kehilangan harta kekayaan, anak-anaknya, kesehatan bahkan ditinggalkan isteri dan orang-orang dekatnya. Namun kesabaranya membuahkan hasil yang indah. Mau meneladani Ayub?
Ketiga, alasan terakhir mengapa kita harus bersabar adalah karena ada upah yang disediakan Allah bagi mereka yang bersabar dalam penderitaan. Dalam ayat 7 dan 11 sangat jelas menegaskan hal ini. Seorang petani akan mendapatkan hasil dari kesabarannya bekerja dan menanti hujan (ayat 7). Dan Ayub menerima apa yang disediakan Allah baginya setelah kesabarannya teruji. Bayangkan jika petani tidak sabar lagi. Atau Ayub tidak bisa bersabar dengan apa yang dialaminya. Pasti kisahnya berbeda! Bagaimanapun kondisi Saudara dan apapun yang Saudara alami sekarang ini, mari kita bersabar. Tentu dengan kekuatan yang berlimpah dari Tuhan kita Yesus Kristus kita dapat bersabar dalam penderitaan sampai tiba saatnya Dia menjemput kita. Sudah dekat saat kedatanganNya, bersabarlah!

Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.

Senin, 03 Oktober 2011

PEKERJAAN ALLAH

YOHANES 9:1-39

Dalam pembacaan kita hari ini kita bisa melihat, ada pekerjaan Allah yang harus dinyatakan dalam kehidupan kita sebagai anak-anak-Nya, yaitu Allah memiliki rencana dan pekerjaan untuk dinyatakan dalam setiap kehidupan kita (Yeremia 29:11). Bahkan dalam setiap masalah dan pergumulan yang kita hadapi.Orang buta yang terdapat dalam pembacaan kita hari ini juga memiliki pergumulan, yaitu buta sejak lahir. Dia juga adalah seorang pengemis yang menunjukkan bahwa dia seorang yang miskin. Tetapi kepada orang yang buta sejak lahir itu, Tuhan Yesus menyatakan bahwa orang tersebut buta bukan karena dosa dirinya atau dosa orang tuanya (Yohanes 9:3). Tetapi kebutaan dari orang tersebut karena ada pekerjaan Allah yang harus dinyatakan. Mari kita belajar apa yang dikerjakan oleh Allah bagi anak-anakNya.

I. Allah Memberikan Mujizat Kesembuhan (Yohanes 9:1-7).
Tuhan Yesus mencelikkan mata orang buta tersebut dengan cara-Nya. Dia mengolesi mata orang buta tersebut dengan tanah yang telah dicampur dengan ludah-Nya, setelah itu disuruh membasuh dirinya ke kolam Siloam, kemudian orang tersebut dapat melihat kembali.Ajaib bukan? Allah sanggup membuat mujizat bagi kita dengan berbagai cara. Namun seringkali kita membatasi kuasa Allah dengan memaksakan Allah untuk menolong kita menurut cara kita. Ketidakpercayaan atau kebimbangan hanya membuat mujizat Allah tidak terjadi dalam kehidupan kita (Matius 13:58; Markus 6:5-6). Apakah saudara percaya Tuhan Yesus sanggup membuat mujizat bagi Saudara? Mari kita percaya pada Tuhan Yesus dan membiarkan Allah bekerja menurut cara-Nya yang ajaib.

II. Allah Menjadikan Orang Yang Dicelikkan Matanya Sebagai Kesaksian (ayat 8-34).
Orang yang telah dicelikkan matanya oleh Tuhan Yesus menceritakan tentang kuasa Tuhan Yesus kepada para tetangganya (ayat 8-12), kepada orang tuanya (ayat 18-23) dan kepada orang-orang Farisi (ayat 13-17; 24-34). Kesaksiannya memberikan dampak yang luar biasa, banyak orang yang percaya pada Tuhan. Menyaksikan mujizat atau pertolongan Tuhan adalah sama dengan kita memberitakan tentang Tuhan Yesus sebagai Juruselamat. Oleh karena itu, jangan malu bersaksi atau memberitakan Injil (2 Timotius 1:8). Sudahkah saat ini kita memberitakan tentang Tuhan Yesus melalui kesaksian kita?

III. Allah Membuat Orang yang Dicelikkan Matanya Lebih Mengenal Tuhan Yesus.
Orang yang dicelikkan matanya mengalami proses, dari yang tidak mengenal Tuhan Yesus menjadi mengenal Dia, bahkan mengenal secara pribadi (Hosea 4:6; Filipi 3:10; 2 Petrus 3:18). Sudahkah saat ini kita mengenal Tuhan Yesus secara pribadi? Mungkin melalui masalah yang kita hadapi saat ini kita dapat mengenal Tuhan Yesus lebih dalam lagi. Seperti kisah Ayub, melalui masalah yang dia hadapi, dia semakin mengenal Tuhan, bukan hanya dari kata orang saja. Ayub dapat menikmati kasih Tuhan dan memandang sendiri kebaikan Tuhan (Ayub 42:5). Dalam setiap pergumulan yang kita hadapi, ada “pekerjaan Allah” yang harus dinyatakan dalam kehidupan kita, yaitu Allah menyatakan mujizat-Nya, Allah menjadikan kita saksi-Nya dan Allah rindu supaya kita lebih mengenal-Nya. Tuhan Yesus memberkati

Pdm. Dwi Cahyono, S.Th

Alasan Tidak Membayar Perpuluhan

Tiga orang yang berbeda profesi sedang berdiskusi soal perpuluhan. Mereka masing-masing mengemukakan alasan mengapa mereka belum membayar perpuluhan.

Akuntan: Saya belum membayar perpuluhan karena belum menerima surat tagihan dari Tuhan.

Pengacara: Kalau saya belum membayar perpuluhan karena belum ada undang-undang yang mengaturnya.

Bankir: Saya sih sudah lama mau membayar perpuluhan, tapi sampai sekarang saya belum tahu nomor rekening Tuhan.

cabe deeeh....

ALBUM KENANGAN