Selamat datang di www.wartamaranatha.blogspot.com - Memberitakan Injil dan Mendewasakan Kerohanian

Minggu, 16 Desember 2012

DATANG UNTUK MATI


YOHANES 12:20-27

   Datang untuk mati! Ah, setiap manusia juga akan mati!  Ya,benar bahwa setiap orang juga akan mati. Tetapi Tuhan Yesus berbeda! Dia sadar dan tahu persis bahwa kedatanganNya ke dunia adalah untuk mati di kayu salib! Itu adalah tugas dari BapaNya. Tuhan Yesus menyatakan dengan jelas sekali mengenai hal ini. Bukan hanya sekali Dia memberitahukan kematianNya, tetapi hingga tiga kali menurut ketiga Injil sinoptik: Matius, Markus dan Lukas. Bukan hanya itu, Alkitab menuliskan adanya “pertanda” bahwa bayi Kudus yang dilahirkan ini akan mati.  Pertama, saat kelahiran Yesus, mereka harus tinggal di sebuah kandang di Betlehem karena “tidak ada tempat bagi mereka”! (Lukas 2:6-7). Memang dapat dimaklumi bahwa saat itu sedang ada sensus penduduk sehingga Betlehem, kota yang kecil, penuh pengunjung dan penulah penginapan. Namun, kondisi “tidak ada tempat bagi mereka” menunjukkan sebuah ‘pertanda khusus’ bagaimana bangsa Yahudi menolak kedatangan Sang Mesias seperti yang dituliskan rasul Yohanes (Yohanes 1:9-11). Kedua, bayi Yesus dibaringkan dalam palungan (Lukas 2:7, 12 dan 16). Mengherankan bahwa Lukas hingga tiga kali menuliskan kata “palungan” dalam kisah kelahiran Yesus ini dan pastilah memiliki maksud tertentu. Palungan adalah tempat makanan hewan dan ini jelas ‘menempatkan’ Yesus sebagai ‘makanan’ bagi umat pilihanNya. Benar saja, saat Dia melayani, Tuhan Yesus menyatakan bahwa diriNya adalah Roti hidup! Yang dimaksudNya adalah tubuhNya yang dikurbankan (Yohanes 6:51). Bahkan saat perjamuan terakhir, Tuhan Yesus menyatakan bahwa tubuh dan darahNya adalah ‘makanan rohani’ yang akan dipecahkan bagi umatNya. Ketiga, persembahan para majus yang bagi orang Yahudi sangat kental dengan makna kematian, yaitu mur (Matius 2:11). Memang bagi orang Persia, persembahan emas, kemenyan dan mur menunjukkan bahwa penerima persembahan ini adalah seorang raja, tetapi ingat bahwa penerimanya adalah orang Yahudi. Bagi orang Yahudi mur adalah salah satu rempah-rempah yang digunakan untuk membalsam mayat (Yohanes 19:39 band. Lukas 23:56). Ya, sudah sejak kelahiranNya, nampak bahwa kedatangan Tuhan Yesus adalah kedatangan untuk mati! Terakhir, nama Tuhan kita memiliki makna yang penting karena nama itu dari Sorga, dari Bapa bukan dari Yusuf atau Maria. Dan nama itu adalah YESUS, yang artinya Dia yang menyelamatkan umatNya dari dosa! (Matius 1:21; Lukas 2:39).Tahukah Saudara bahwa Penyelamat atau Mesias itu menurut Kitab Suci Perjanjian lama dinubuatkan harus menderita dan mati? (Lukas 24:25-26).  
 
TUJUAN KEMATIAN TUHAN YESUS
    Mengapa “Dia datang untuk mati”? Berbeda kita, manusia, kematianNya memiliki tujuan yang jelas diberitakanNya, diberitakan oleh  Alkitab! Kita mati karena kita berdosa, tetapi Tuhan Yesus mati bukan karena Dia berdosa melainkan karena menanggung dosa kita! Ya, kematianNya supaya kita beroleh HIDUP KEKAL! (Yohanes 12:25). Hidup kekal adalah kita memiliki kembali persekutuan yang erat (mengenal) Allah yang benar dan (di dalam) Tuhan Yesus Kristus mulai dari saat kita percaya padaNya hingga kekekalan kelak! (Yohanes 17:3). Dulu kita berseteru dengan Allah karena dosa, tetapi Kristus datang dan mati bagi kita, supaya yang percaya beroleh hidup yang kekal, kembali memiliki persekutuan yang erat dengan Allah dalam Kristus (Yohanes 3:16). Apakah Saudara telah memiliki hidup kekal? Jika belum, sekarang juga percaya dan terimalah Tuhan Yesus Kristus sebagai TUHAN dan Juruselamat pribadi Saudara dan hidup kekal Saudara terima. 
 
LALU APA?
    Saya senang memberikan pertanyaan ini: “Lalu apa?” Kalau kita sudah tahu Yesus Kristus datang untuk mati bahkan untuk mati bagi kita, lalu apa? Rasul Yohanes, menuliskan apa yang Tuhan Yesus pesankan bagi kita, para muridNya di dalam Yohanes 12 ini, yaitu:
1. Tetaplah teguh dalam iman kepadaNya (ayat 25).
    Tuhan Yesus berpesan bahwa kita harus tetap teguh dalam iman. jangan sayangkan nyawa, jika memang membutuhkan untuk kehilangan nyawa karena iman! Pada saat itu dan pada saat gereja mula-mula, mengikut Tuhan Yesus adalah pilihan yang beresiko! Jadi untuk mengikut Tuhan Yesus seringkali haruslah kehilangan nyawa mereka. Semua iman akan mengalami ujian, sekalipun berbeda-beda, entah penderitaan atau godaan yang penuh kenikmatan. Karena Dia telah mati bagi kita, marilah kita menghargai kurbanNya dan itu berarti hidup tetap teguh dalam iman yang dianugerahkanNya! 
2. Melayani Dia dalam ketaatan (ayat 26). 
   Jika Tuhan Yesus sudah melayani kita hingga mati di kayu salib dan olehnya kita beroleh hidup kekal, apakah terlalu besar pengorbanan, jika kita melayai Dia? Tidak bukan? Mari kita melayani Tuhan Yesus dalam ketaatan kepadaNya setiap hari!  3. Beritakanlah InjilNya (ayat 24).
    
   Seperti Tuhan Yesus mewartakan kematianNya yang menyelamatkan, seperti itulah kita diutusNya untuk berbuah! Memang, ada harga yang harus dibayar untuk berbuah! Mari di hari Natal ini, kita hidup bagi Tuhan Yesus dan mewartakan bahwa di dalam Dia ada kehidupan kekal!
    
   Akhirnya, marilah kita merayakan Natal dengan mengingat bahwa kedatanganNya untuk mati bagi kita, supaya kita beroleh hidup kekal. Dan tugas kita adalah tetap teguh dalam iman, melayani dalam ketaatan kepadaNya dan mewartakan kasihNya bagi semua orang! Selamat Natal!

Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.

Minggu, 09 Desember 2012

DATANG UNTUK MENYEMBAH


MATIUS 2:1-11

    Alkitab menyaksikan bahwa para majus, yang mungkin saja dari Persia, mencari bayi Yesus. mereka datang untuk menyembah bayi Yesus. Mereka menyampaikan tujuan mereka ini kepada Herodes di Yerusalem (ayat 2). Dan benar, ketika mereka betemu bayi Yesus, mereka sujud dan menyembahNya! Bagaimana dengan kita? Pada hari Natal ini untuk apakah kita datang mencari Tuhan Yesus? Untuk menyembah Dia atau untuk hal lain? Para majus memberikan kita teladan dan spirit bagi kita; ketika kita mencari Tuhan Yesus kerinduan kita yang terdalam adalah datang untuk menyembah Dia, bukan yang lain! Bukan hanya berkat, pertolongan apalagi hadiah-hadiah!
Penyembahan Sejati
    
    Mari kita datang untuk menyembah Tuhan Yesus di hari Natal ini. Nah, bagaimana kita dapat menyembah Tuhan Yesus dengan penyembahan yang sejati? Apakah penyembahan itu?
1. Mempersembahkan ucapan bibir yang memuliakan Tuhan Yesus (ayat 2, 11).
    Penyembahan adalah mempersembahkan ucapan bibir yang keluar dari hati untuk memuliakan dan mengagungkan karya dan pribadi Tuhan Yesus. Pertama, penyembahan haruslah dari hati! Perhatikan betapa antusiasnya para majus mencari Tuhan Yesus sedemikian antusiasnya mereka menyembah Tuhan Yesus! Marilah kita menaikkan puji-pujian dan penyembahan di hari Natal ini! Kedua, bila penyembahan kita dari hati, maka ucapan bibir pastilah dengan sungguh-sungguh (Ibrani 13:15). Naikkanlah ungkapan penyembahan bagi Tuhan kita, Yesus. Ketiga, sikap tubuh. Bila penyembahan merupakan apa yang keluar dari hati kita terdalam, maka sikap kitapun bersungguh-sungguh! Bersujud, mengangkat tangan atau berdiri dengan penuh hormat kepada Tuhan.
2. Mempersembahkan Sebagian Dari Milik Kita! (ayat 11).
    Seperti para majus, mereka segera membuka tempat perbekalan mereka dan memberikan sebagian milik mereka tatkala menyembah bayi Yesus, yaitu emas, kemenyan dan mur. Mereka mempersembahkan sebagian harta mereka kepada Kristus! Lihat saja Perjanjian Lama, setiap penyembahan selalu disertai dengan korban di atas mezbah! Sejak Kain dan habel, setiap orang yang menyembah Tuhan, selalu ada korban di atas mezbah. Lagi pula para majus menempatkan bayi Yesus sebagai bayi Raja! (ayat 2, 11). Bahkan emas, kemenyan dan mur adalah persembahan ‘khas’ bagi seorang raja dikebudayaan mereka saat itu. Nah, bagaimana dengan kita? Sudahkah kita memberikan sebagaian miliki kita bagi Kristus? Berikanlah apa yang ada seperti para majus. Tetapi juga berikan yang terbaik seperti mereka!                                      
 3. Mempersembahkan seluruh hidup kita (ayat 2, 11-12). 
    Ketika para majus berangkat mencari bayi Yesus, sebenarnya mereka telah memulai penyembahan yang sejati kepadaNya! Penyembahan sejati adalah ketaatan dan penundukan diri kita kepada Tuhan Yesus dengan menempatkan Dia sebagai Raja  atas hidup kita. Lihat para majus taat kepada ‘petunjuk’ Allah melalui Bintang di Timur, taat kepada Taurat tentang nubuat kelahiran Kristus dan taat pada Allah melalui mimpi mereka. Inilah penyembahan sejati. Sudahkah kita menyembah Tuhan Yesus? OPpenyembahan bukan hanya ucapan-ucapan bibir atau memberikan sebagaian milik kita, tetapi penundukan diri kita di bawah pemerintahan Yesus Kristus, Tuhan dan Raja kita. Di hari Natal ini mari kita taat kepadaNya, taat kepada FirmanNya dan memberikan diri sepenuhnya untuk menghamba!
Layak Disembah!
    
    Tuhan Yesus memang layak disembah! Sebab Dialah Allah dan Tuhan, Dialah Raja di atas segala raja! KelahiranNya mempengaruhi alam semesta (ayat 1-2). KelahiranNya diwartakan Allah kepada bangsa-bangsa (ayat 2). KelahiranNya dinubuatkan Alkitab (ayat 4-5). KelahiranNya ajaib (ayat 9-10). Itu sebabnya para majus menyembah Dia. Bagi kita, bukan hanya ini, sebab Matius, penulis Injil ini menjelaskan LEBIH bagi kita. Tuhan Yesus adalah Penguasa, Raja atas segalanya! Dia berkuasa atas sakit-penyakit, berkuasa atas alam semesta, berkuasa atas setan-setan, bahkan hidup dan mati! Dia-lah Raja yang bermahkota duri untuk menebus dosa kita dan satu kali akan datang kembali untuk menjemput penyembah-penyembahNya! Bukankah Dia layak disembah? Mari, di hari Natal ini, kita menyembah Dia dengan ucapan bibir yang memuliakan Dia, dengan sebagaian milik kita dan dengan ketaatan kepada firmanNya. Selamat Natal!

Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.

Senin, 03 Desember 2012

DOA ORANG BENAR


YOHANES 1:5-80

    Minggu ini disebut minggu Advent di beberapa gereja. Minggu dimana menantikan hari Natal, hari kelahiran Tuhan Yesus. Kita juga sedang menantikan dan mempersiapkan bukan? Mari kita belajar menyambut Natal sesuai dengan Firman Tuhan. Kita membaca tentang Pemberitahuan Tentang Kelahiran Yohanes Pembaptis dalam Lukas 1:5-80. “Engkau akan bersukacita dan bergembira, bahkan banyak orang akan bersukacita atas kelahirannya.” (ayat 14). Keluarga Yohanes Pembabtis bergembira karena doanya dijawab, karena kelahiran  Yohanes Pembaptis. Bukan hanya itu, nantinya Yohanes Pembaptis,  seperti yang telah ‘dinubuatkan’, akan membawa berkat bagi banyak orang!
 
A. Kehidupan Zakharia dan Elisabet (ayat 6-8).
        Doa Zakharia dan Elisabet di dengar Tuhan. Memang Alkitab menyatakan bahwa ada hubungan yang jelas antara kehidupan rohani dengan jawaban doa. Bagaimana kehidupan Zakharia dan Elisabet, orang  tua Yohanes Pembaptis?
a. Mereka hidup benar dihadapan Allah (ayat 6).
    Zakharia dan Elisabet hidup benar di hadapan Allah. Pertama, kita dibenarkan oleh Allah melalui iman bukan karena melakukan hukum Taurat (Galatia 2:16). Dan itu adalah kemurahan Allah saja. Tetapi kita juga harus hidup dalam kebenaran Firman Tuhan. 1 Yohanes 3:7 menyatakan: “Anak-anakku, janganlah membiarkan seorangpun menyesatkan kamu. Barangsiapa berbuat kebenaran, adalah benar, sama seperti Kristus adalah benar.”  Menyambut Natal tahun ini, mari kita hidup benar. Boleh saja menghias rumah dan mempersiapkan segala sesuatu, tetapi yang terpenting mari kita ‘hias’ kehidupan kita dengan berbuat apa yang benar dihadapan Allah! Dan janji Tuhan adalah Allah mendengarkan orang-orang benar yang berseru kepadaNya (Mazmur 34:16-18).
b. Mereka hidup menurut segala perintah Tuhan (ayat 6).
    Zakharia dan Elisabet hidup taat, menurut segala perintah Tuhan dengan tidak bercacat. Kita harus senantiasa taat kepada Tuhan. Tuhan Yesus adalah teladan yang sempurna! Dia taat sampai mati di kayu salib. “Dalam hidupNya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkanNya dari maut, dan karena kesalehanNya, Ia telah didengarkan. Dan sekalipun Ia Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang dideritaNya, dan sesudah Ia mencapai kesempurnaanNya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepadaNya dan Ia dipanggil menjadi Imam Besar oleh Allah, menurut Melkisedek.” (Ibrani 5:7-10). Ketaatan berhubungan dengan penderitaan, dengan kayu salib! Tetapi mari kita tetap taat kepada Tuhan Yesus. Biarlah Natal kali ini, kita sambut dengan kehidupan yang taat pada firman Tuhan, pada pemimpin rohani, pelayan yang melayani, pimpinan koor dan seterusnya. Sesuai dengan firman Tuhan, doa dan permohonan orang yang taat kepada Tuhan akan didengarNya.
c. Mereka setia melayani Tuhan (ayat 7-8). 
    Zakharia setia melakukan tugasnya sebagai imam dihadapan Tuhan. Zakharia memang seorang pelayan Tuhan yang setia dalam melaksanakan tugas keimamannya. Kita juga adalah pelayan-pelayan, imam-imam dihadapan Tuhan Yesus Kristus. “Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terangNya yang ajaib.” (1 Petrus 2:9). Mari kita sambut Natal tahun ini dengan setia melayani Tuhan, meskipun melayani pelayanan yang terlihat ‘kecil’. Tidak ada pelayanan yang kecil dihadapan Tuhan! Jangan undur atau tinggalkan pelayanan, tetapi setialah melayani Tuhan.
 
B. Doa Zakharia Didengar Oleh Tuhan (ayat 9-17).
    Doa Zakharai dan Elisabeth yang hidup benar, taat dan setia melayani Tuhan didengar dan dikabulkan oleh Tuhan! Tuhan mengutus malaikatNya berkata: “Jangan takut , hai Zakharia, sebab doamu telah dikabulkan, dan Elisabet, isterimu, akan melahirkan seorang anak laki-laki bagimu dan haruslah engkau menamai dia Yohanes. Engkau akan bersukacita dan bergembira, bahkan banyak orang akan bersukacita atas kelahirannya itu.” (ayat 13-14). Jika Zakharia dan Elisabet hidup benar, taat dan setia melayani Tuhan, meskipun Elisabet mandul, tidak mungkin mendapatkan anak, TUHAN mau memberkati buah nikah mereka. Tuhan mendengar dan mengabulkan doa mereka! Sehingga mereka bersukacita dan bergembira bahkan banyak orang menjadi bersukacita atas kelahiran Yohanes pembaptis. Mari kita hidup dalam kebenaran, taat kepada Tuhan dan setia melayani Dia, Tuhan pasti mendengar doa kita. “Apabila orang-orang benar itu berseru-seru, maka TUHAN mendengar dan melepaskan mereka dari segala kesesakannya.” (Mazmur 34:18).Tuhan Yesus memberkati.

Pdt. Gersom Sunarto

Minggu, 25 November 2012

MENJADI PAHLAWAN


1 SAMUEL 11:1-15

    Pahlawan? Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia, “pahlawan” adalah seseorang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran atau pejuang yang gagah berani (KBBI, hal. 811). Memahami makna istilah “pahlwan” ini, rasanya makin sulit menemukan seorang pahlawan pada masa kini. Banyak orang sudah tidak memiliki ‘sense’ kepahlawanan, lebih banyak orang yang mau menolong asal ada imbalannya, ada keuntungannya. Tetapi kita tidak boleh pesimis, karena dalam teks yang kita baca, kita menemukan seorang pahlawan yang memenuhi arti seorang pahlawan, yaitu Saul! Dan ini menunjukkan bahwa TUHAN sedang mencari para pahlawanNya!
Masa Kini Adalah Masa Dimana Pahlawan Sangat Dibutuhkan!
    
    Tidak usah diragukan lagi bahwa masa kini adalah masa dimana pahlawan-pahlawan Tuhan sangat dibutuhkan! Seperti masa dimana Saul hidup! Orang-orang Yabesy-Gilead sedang terancam oleh Nahas dan tentara Amon-nya! (ayat 1-4). Lihat saja dunia yang dirundung berbagai persoalan, Indonesia dengan berbagai pergumulan. Lebih dari itu, suku-suku bangsa terancam kebinasaan bukan? Bagaimana dengan masyarakat di sekitar kita? Apakah mereka tidak sedang terancam? Dosa begitu meningkat, kejahatan dan efeknya kemiskinan, peperangan, kekerasan dan berbagai pergumulan! Bagaimana gereja kita, apakah tidak sedang membutuhkan para pahlawan? Siapa yang merasakan betapa masa kini membutuhkan pahlawan? Belum lagi keluarga kita yang mengalami berbagai pergumulan mungkin. Bukankah ini masa-masa dimana pahlawan-pahlawan dibutuhkan?
Menjadi Pahlawan Tuhan
    
    Tuhan mencari dan memanggil para pahlawanNya. Bersediakah Saudara menjadi pahlawan? Ada beberapa ciri dari seorang pahlawan yang kita temukan pada Saul, dan seharusnya ada pada kita!
1. Memiliki “BEBAN” Bagi Orang Lain!
    Saul berbeban atas penderitaan orang Yabesy yang terancam oleh Nahas (ayat 1-6). Sebenarnya, Saul memiliki masalahnya sendiri, memiliki ‘beban’-nya tersendiri, namun dia lebih terbeban untuk orang lain (1 Samuel 10:26-27). Mengapa? Pertama, “beban” ini adalah “beban” dari kasih Tuhan dalam Saul. Yang terancam adalah saudaranya, bangsanya tidakkah Saul akan bertindak? Tahukah Saudara, bahwa kasih Kristus sudah dicurahkan Roh Kudus di hati kita semua? (Roma 5:5). Jadi, kita tidak punya alasan untuk tidak berbeban. Milikilah beban untuk mengasihi, menolong dan menjadi pahlawan bagi bangsa ini, masyarakat, kita  gereja dan keluarga kita! Kedua, “beban” ini dorongan Roh Kudus (ayat 6). Roh Kudus memberikan beban khusus di hatinya. Ya, Roh Kudus tetap berkarya sampai hari ini. Dia memberikan beban itu di hati kita. Saudara merasakannya?  
2. Memiliki KEBERANIAN Untuk Bertindak.
    Saul tidak hanya berbeban, dia berani bertindak! Sebenarnya, Saul bukanlah seorang yang pemberani. Dia selalu merasa ‘kecil’ karena menyadari dari suku termuda dan kaum terhina (1 Samuel 9:20-21). Bahkan saat pengangkatannya menjadi raja, Saul justru bersembunyi! (1 Samuel 10:17-23). Belum lagi, masih juga menghadapi masalah yang tidak bisa dikatakan ‘kecil’ karena ada yang tidak mendukungnya! (1 samuel 10:26-27). Tetapi Saul berani bertindak. Ada 2 pelajaran penting bagi kita mengenai keberanian ini. Pertama, berani karena Roh Kudus! Roh Kudus yang memberikan keberanian bagi kita. Dan Roh Kudus sudah memberikannya (2 Timotius 1:6-7). Paulus mengatakannya kepada Timotius dan kita hari ini bahwa Roh Kudus yang tinggal di dalam kita memberikan keberanian bukan ketakutan! Keberanian untuk menjadi pahlawanNya; memberitakan Injil, berdoa dan menyatakan firmanNya. Kedua, keberanian harus diimbangi dengan tindakan yang berdasarkan Firman Tuhan! Doakan, nasehati, nyatakan kasih Allah dan lakukan apa yang sesuai dengan firman Tuhan bagi keluarga, gereja, masyarakat di sekitar kita bahkan bagi bangsa kita! Jadilah pahlawanNya!
3. Memiliki KERELAAN Untuk BERKORBAN. 
    Tidak ada kepahlawanan sejati tanpa pengorbanan! Saul rela berkorban. Saul memberikan hatinya untuk bertindak. Dia memberikan pikirannya untuk memikirkan persoalan orang - orang Yabesy. Dia menyatukan dan mengatur tentara Israel untuk membela bangsanya. Dan itu berarti ada pengorbanan waktu, tenaga dan dana! Apakah kita mau menjadi pahlawan Tuhan bagi bangsa kita, gereja dan keluarga kita? Persembahkanlah hati, pikiran, waktu, tenaga dan dana bagi Tuhan!, bagi kemuliaanNya dan jadilah pahlawanNya!
 
TUHAN Tidak Akan Pernah Membiarkan PahlawanNya!    
    TUHAN tidak akan pernah membiarkan orang-orang yang BERSEDIA menjadi pahlawanNya! Lihatlah Saul, Tuhan oleh Roh-Nya memperlengkapi dengan hikmat, wibawa dan kuasa untuk memimpin bangsa Israel melawan Nahas! (ayat 6-7) Roh Kudus akan memperlengkapi orang yang bersedia menjadi pahlawanNya dengan hikmat, kuasa dan segala yang dibutuhkannya! Bukan hanya itu Tuhan juga memberikan kemenangan dalam peperangan (ayat 110-11). Bahkan yang luar biasa, ketika Saul memberikan dirinya menjadi pahlawan, menjadi berkat untuk pergumulan orang lain, pergumulannya juga ditolong oleh Tuhan! (ayat 12-13).
    Saya percaya setiap masa TUHAN selalu membangkitkan para pahlwanNya bagi kemuliaanNya. Tidakkah itu adalah Saudara?   

Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.

Senin, 19 November 2012

SEJAUH KEMAUAN KITA

    

    Kehendak TUHAN bukankah hal yang bersifat mistis. Berjalan bersama TUHAN merupakan sukacita yang ajaib dan Dia menyatakan kehendakNya kepada kita sejauh kemauan kita untuk menerimanya. Kunci untuk berjalan bersama TUHAN adalah keinginan untuk mengerjakan apa yang Dia perintahkan untuk kita lakukan.
    
    Jika kita perhatikan perjalanan Paulus, dia telah dengan jeli melihat kehendak Allah melalui berbagai situasi yang sulit.Kita menyaksikan bagaimana Allah menunjukkan kepada Paulus bahwa jalan Allah bukanlah jalan Paulus. Paulus sangat berkeinginan untuk kembali ke Asia Kecil dan menginjil di sana. Sebab di Asia, Paulus pernah menginjil semasa perjalanannya yang pertama, tetapi Allah memiliki rencana yang lain.
    
    Kemudian, kita dapat melihat bahwa keputusan Allah juah lebih besar daripada keputusan Paulus. Allah membawa Paulus ke Troas. Di sanalah Allah jelas menyatakan kehendakNya agar Paulus berangkat ke Makedonia.
Berikutnya, adalah hal yang menggembirakan bahwa hikmat Allah yang dinyatakan dalam fakta bahwa duniaNya jauh lebih besar dari dunia Paulus dan kita. Dalam Kisah Para Rasul 16:10 memberitahu kita bahwa Paulus memiliki keinginan yang tegas untuk mematuhi Allah. Penulis Kisah para Rasul (Lukas) menuliskan “Setelah Paulus melihat pengelihatan itu, segeralah kami mencari kesempatan untuk berangkat ke Makedonia, karena dari pengelihatan itu kami menarik kesimpulan bahwa Allah telah memanggil kami untuk memberitakan Injil kepada orang-orang di sana.” menarik bahwa kata kerja digunakan kata jamak yang berarti Paulus berangkat dengan rombongan. selain Lukas, ada beberapa orang yang bersama Paulus ke Makedonia. Demikianlah tentang kepemimpinan, jika kita mengikut Allah, maka merekapun akan mengikut kita!
    
    Kedua, kata “menarik kesimpulan” menunjukkan visi baru ke Makedonia bukanlah visi yang asal-asalan, tetapi dipertimbangkan dan digumuli.
    
    Ketiga, dunia Allah lebih besar dari dunia Paulus dan kita. “Lalu kami bertolak ke dari Troas dan langsung berlayar ke Samotrake dan keesokan harinya tibalah kami di Neapolis, dari situ kami ke Filipi...” (ayat 11 dan 12). Filipi adalah kota pertama dimana gereja didirikan di Eropa! Secara figuratif “orang-orang makedonia” adalah benua Eropa yang bangkit memohon Injil. Dalam pikiran Paulus adalah kota kecil Makedonia, tetapi dalam pikiran Allah adalah keseluruhan penjuru dunia.
    
    Kita membutuhkan pimpinan TUHAN, terutama dari firmanNya. Kuasa Roh Kudus senantiasa berbicara kepada kita melalui Alkitab, yang adalah firmanNya. Firman TUHAN seperti kompas mengarahkan hidup kita pada kehendakNya.
    
    Jika kita memberikan diri dipimpin oleh Allah, kita akan menemukan jalanNya jauh lebih baik dari jalan kita. hikmatNya jauh lebih baik dari hikmat kita dan duniaNya jauh lebih besar dari dunia kita! Selalu!  

Pdt. Wayne Barber

Minggu, 11 November 2012

MENANG ATAS DOSA !


ROMA 6:1- 14

    Siapa diantara kita yang mau berbuat dosa? Atau mau hidup dalam dosa? Tentu saja kita akan menjawab TIDAK bukan? Apalagi untuk hidup di dalam dosa!  Dalam Roma 6 ini secara implisit ditunjukkan dua fakta penting bagi kita. Pertama, setiap orang yang sudah lahir baru tidak ingin berbuat dosa, tetapi sebaliknya, rindu untuk menyenangkan hati Tuhan Yesus! Karena hati nurani kita telah disucikan oleh Tuhan, dosa hilang kuasanya atas tubuh kita (ayat 5-6). Fakta kedua, meskipun demikian, tubuh kita tetap terus menerus digodai untuk berbuat dosa. Hal ini nampak dari kalimat perintah rasul Paulus bahwa “hendaklah dosa jangan berkuasa lagi dalam tubuhmu...” (ayat 12) dan “janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa...” (ayat 13). Itu sebabnya kita harus sadar bahwa  kita sedang bergumul, berjuang terus untuk hidup bagi Tuhan Yesus dan bukan bagi dosa! Hidup ini merupakan peperangan dan perjuangan bukan? Saya, yakin bahwa tidak seorang Kristen yang sudah lahir baru pun yang senang jatuh apalagi hidup di dalam dosa! Nah, bagaimana kita dapat berkemenangan atas dosa? Rasul Paulus dalam surat Roma 6 memberikan kita beberapa langkah yang penting ketika menuliskan suratnya kepada jemaat Roma dan menjawab pergumulan mereka tentang besarnya kasih karunia Allah dan perbuatan dosa. Menurut Paulus betapa besar kasih karunia Allah yang menyelamatkan manusia berdosa dan jangan karenanya, manusia terus berbuat dosa supaya kasih karunia itu semakin bertambah! (ayat 1-2). Apakah rahasia hidup berkemenangan atas dosa?
 
1. Pandanglah Bahwa Kita SUDAH MATI Bagi Dosa (ayat 11).
    Rasul Paulus menegaskan bahwa setiap orang yang berada dalam Kristus, adalah orang-orang yang terhisab dalam Kristus! Menjadi satu dengan Dia dalam kematian dan kebangkitanNya! Saat Kristus mati karena dosa, kita juga SUDAH turut tersalib, yaitu manusia lama kita! (baca 5-10). Paulus menunjukkan gambaran yang jelas saat seorang Kristen mengambil bagian dalam sakramen baptisan air. Baptisan air memiliki makna bahwa orang Kristen sudah mati bersama Kristus dan dibangkitkan bersama Kristus! Manusia lama mati bersama Kristus dan dibangkitkan sebagai manusia baru (ayat 3-4). Jadi, kita adalah orang-orang yang SUDAH MATI bagi dosa! Orang mati tidak mungkin suka makanan bukan? Orang mati tidak bisa digodai bukan? Nah, demikianlah kita seharusnya memandang diri kita, kita adalah ORANG MATI bagi dosa! Paulus berkata “Demikianlah kamu hendaknya memandangnya: Bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus.” (ayat 11). Kata “memandang” seharusnya diterjemahkan sebagai “terus menerus memandang”. Kita harus terus menerus memandang, sadar dengan iman, bahwa kita SUDAH MATI bagi dosa! Dengan demikian, kita terus ingat bahwa dosa tidak ada kuasanya lagi dan kita berkemenangan atas dosa!
2. Jangan ijinkan Dosa Berkuasa Lagi Atas Kita! (ayat 12).
    Sadarilah bahwa kita sedang dalam perjuangan melawan dosa. Dosa ingin menguasai tubuh kita. Tidak ada seorang Kristen pun yang tidak mengalami godaan untuk jatuh dalam dosa. Lihat saja di Alkitab, semua tokoh Alkitab dicobai, digodai untuk berbuat dosa. Bahkan Tuhan Yesus, Allah yang menjadi manusia! (Matius 4:1-11). Memang tidak mungkin kita tidak digodai, tetapi kita dapat MENEPIS dan TIDAK MENGIJINKAN dosa menguasai tubuh kita! Jika demikian, maka mari kita berkata “TIDAK” terhadap dosa! Teladan kita jelas, yaitu Tuhan Yesus. Dia digodai, namun tidak berbuat dosa. Dia tidak ijinkan dosa menguasai tubuhNya (Matius 4:1-11). Satu lagi teladan kita adalah Yusuf yang “lari” dari godaan istri Potifar untuk berbuat dosa, meski konsekuensinya sangat berat (Kejadian 39:7-13). Dan yang tidak kalah  penting lagi, hindari ‘dekat’ dengan godaan dosa. 
3. Jangan Serahkan Anggota-anggota Tubuh Kita Kepada Dosa! (ayat 13).
    Ini rahasia ketiga, jangan serahkan anggota tubuh kita kepada dosa! Bukan saja jangan mengijinkan dosa menguasai tubuh kita, tetapi jangan serahkan anggota tubuh kita kepada dosa itu. Artinya, kita seharusnya dengan disiplin menolak menyerahkan anggota tubuh kita; mata, telinga, pikiran (otak), hati, mulut, tangan dan kaki  serta seluruh tubuh ini kepada dosa!  Disiplin tubuh kita untuk terbiasa tidak menyerahkan pada godaan dosa! Seringkali kita membiarkan anggota tubuh ini menikmati dosa sedikit-sedikit dan tanpa kita sadari kita telah dikuasai dosa! Jika kita tahu itu bacaan atau tontonan yang berdosa, stop dan tinggalkan! Jangan serahkan mata kita pada dosa!
4. Serahkanlah Anggota-anggota Tubuh Kita Kepada Allah Dalam Kristus (ayat 14).
    Terakhir, secara aktif serahkan anggota tubuh kita kepada Allah untuk melayani Dia! Mata, telinga, akal, hati, mulut, tangan, kaki dan seluruh tubuh ini persembahkanlah untuk Tuhan Yesus, sehingga tidak akan memberi kesempatan kepada dosa! Bukan hanya itu, tanpa kita sadar, setiap kali kita menyerahkan anggota-anggota tubuh kita bagi Kristus, kita beroleh anugerah dan kekuatanNya untuk hidup kudus dihadapanNya! Lewat mata yang membaca Alkitab dan telinga yang mendengar suaraNya, bukankah kita dijaga dan dikuatkanNya? Tubuh yang senantiasa beribadah, berdoa dan menyembah Tuhan Yesus, menerima kekuatanNya dan dilatihNya ‘kuat’ dalam peperangan dengan dosa! Tidak dapat tidak, kita harus terus menerus mendisiplin tubuh kita untuk melayani Tuhan. Paulus dalam suratnya, sekali lagi mendesak kita untuk mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: Itu adalah ibadahmu yang sejati (Roma 12:1).     
    
    Saya harus jujur bahwa khotbah ini tidak terlalu berguna apabila kita tidak melakukannya! Kita akan tetap kalah dan kalah. Namun, mari dengan kekuatan dan anugerah Tuhan Yesus kita menyadari terus menerus bahwa kita sudah mati bagi dosa, jangan ijinkan dosa menguasai kita, jangan serahkan anggota tubuh kita kepadanya, tetapi serahkan kepada Tuhan kita, Yesus Kristus, untuk kemuliaanNya. Berkemenanganlah oleh Roh-Nya!

Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.

Minggu, 04 November 2012

TAK PERNAH TERLAMBAT!

Yohanes 11:1- 44

    Tuhan Yesus mendengar kabar bahwa Lazarus, orang yang dikasihiNya sedang sakit. Ya, Lazarus memang seorang yang dikasihi oleh Tuhan Yesus. Pernyataan Marta dan Maria menyatakan hal itu (ayat 3).  Orang-orang banyak saat itu juga menunjukkan hal ini (ayat 36). Bukan hanya itu, sikap Tuhan Yesus saat berada di rumah Lazarus menunjukkan kasihNya (ayat 34-35, 38). Apalagi tempat yang dituju Tuhan Yesus menuju rumah Lazarus adalah jalan yang berbahaya (band. ayat 8), tetapi Tuhan berangkat juga. Namun, pada saat Tuhan Yesus mendengar kabar bahwa Lazarus sedang sakit, maka Alkitab memberitahu kita bahwa sikap Tuhan Yesus ‘jauh’ dari sikap seseorang yang mengasihi sahabatnya, Lazarus! Pertama, Tuhan Yesus memberikan respon “biasa saja” saat diberitahu bahwa Lazarus sakit! (ayat 4). Kedua, Tuhan Yesus bahkan sengaja tinggal dua hari lagi, sebelum menengok Lazarus (ayat 6). Ketiga, bahkan Tuhan Yesus tahu kalau Lazarus akan mati, tetapi tidak bersegera datang untuk menyembuhkannya (ayat 14). Kematian adalah puncak dari pergumulan manusia. Ketika kematian menghampiri, maka pupus sudah harapan! Bagi manusia kematian adalah akhir segalanya, dan TUHAN sudah terlambat! Perhatikan pernyataan Marta dan maria (ayat 20-21, 32). Mereka seolah-olah berkata: “Tuhan, Engkau terlambat, andai saja Engkau datang lebih cepat, tentu Lazarus, saudara kami itu disembuhkan!” Seringkali kita juga merasa bahwa Tuhan Yesus terlambat menolong kita. Terkadang kita merasa doa-doa kita diabaikan karena belum terjawab. Persoalan semain berat dan rumit dan tidak ada jalan keluar. Dan akhirnya kita merasa Tuhan sudah terlambat! Benarkah Tuhan terlambat? mari kita belajar memahami maksud Tuhan, ketika Dia seakan “terlambat” menolong kita! 

1. TUHAN Ingin Mengajar Kita Tentang DIRI-Nya.
    Tuhan ingin mengajar kita tentang siapa diriNya ketika Dia seolah nampak ‘terlambat’ menolong kehidupan kita.
a. Tuhan Yesus Mengajar Murid-murid-Nya (13-15, 40).
    Murid-murid telah mengikut Tuhan Yesus dan menyaksikan betapa ajaib kuasa Tuhan. Tetapi seringkali mereka kurang percaya. Melalui mujizat ini, mereka semakin bertumbuh dalam iman!
b. Tuhan Yesus Mengajar Marta dan Maria (21-24, 32).
    Pengenalan Marta dan Maria hanya sampai kepada Tuhan Yesus menyembuhkan dan Dia akan membangkitkan orang-orang pada akhir zaman. Tuhan ingin mereka tidak hanya mengenal diriNya sebagai Penyembuh! Dia adalah Allah yang Mahakuasa, sanggup membangkitkan yang mati! Allah mengijinkan kita ada dalam masalah supaya kita bertumbuh dalam pengenalan akan Dia.
c. Tuhan Yesus Mengajar Orang Yahudi (42).
   Melalui ‘keterlambatan’ Tuhan Yesus, orang-orang Yahudi diperkenalkan siapa Yesus sebenarnya. Di adalah Mesias, Anak Allah, utusan Bapa bukan sekedar Guru agama atau nabi!
    Biarlah kita menyadari bahwa setiap pergumulan yang diijinkan Tuhan kita alami dan seolah Dia ‘terlambat’ menolong kita, adalah sarana Allah untuk menumbuhkan pengenalan kita kepadaNya. Jangan putus asa, tetaplah teguh dan tetaplah berharap kepada Tuhan kita, Yesus Kristus!   
2. Tuhan Ingin Kita Memahami Bahwa KuasaNya Luar Biasa.
    Kehadiran Tuhan Yesus yang nampak ‘terlambat’ bukan menunjukkan kelemahanNya, tetapi justru kuasaNya yang luar biasa! Tuhan Yesus juga ingin agar kita memahami kuasaNya luar biasa ini! Pertama, kuasaNya tidak dibatasi oleh besarnya masalah kita! Tuhan Yesus seakan terlambat, tetapi sebenarnya masalah sakit atau mati bagi Tuhan Yesus itu sama saja! Sebab itu, Dia katakan bahwa Lazarus hanya “tidur” (ayat 11). Bagi Tuhan Yesus, kematian seperti halnya tidur saja! Apakah peroalan kita kecil atau besar, bagi Tuhan Yesus itu sama saja! Tidak ada pengaruhnya bagi Tuhan Yesus! Dia sanggup menolong karena Dia Mahakuasa! Kedua, kuasaNya tidak dibatasi oleh waktu! Bagi Marta dan Maria, Tuhan yesus sudah terlambat, bayangkan sudah 4 hari Lazarus dikubur! Tetapi bagi Tuhan Yesus, tidak! Tidak terlambat! Justru saat itulah yang paling tepat. Mungkin kita berkata bahwa semuanya sudah terlambat, tetapi bagi Tuhan tidak ada kata terlambat, mari percayai kuasa Tuhan yesus yang tidak berubah untuk selamanya!
3. Tuhan Ingin Melalui Masalah Kita NamaNya Dimuliakan.
    Kalau saja Tuhan Yesus datang pada saat Lazarus masih hidup, pastilah beritanya tidak segempar kalau Dia membangkitkan Lazarus! Ketika Tuhan membangkitkan Lazarus, maka banyak orang menjadi percaya kepadaNya. Mari kita bersabar dan tetap percaya, meski doa-doa kita belum terjawab. Tuhan rindu melalui masalah kita banyak orang menyaksikan kemuliaan dan keajaiban Tuhan kita, Yesus Kristus!
    
    Yakinlah bahwa Tuhan Yesus tidak pernah terlambat menolong kita karena Dia tahu kapan saat yang tepat untuk menolong kita! Tuhan tidak pernah terlalu cepat ataupun terlalu lambat untuk menolong kita, karena Dia selalu menolong kita dan indah pada waktuNya! Sebab itu tetaplah tekun berdoa, terus berharap dan nantikanlah pertolonganNya. Tuhan Yesus memberkati!

Ibu Pdt. Antonetha Lukas Widiyanto

Senin, 29 Oktober 2012

MENGUNAKAN TEKNOLOGI INFORMASI SESUAI ALKITAB

    Teknologi informasi sudah demikian berkembang. Apakah yang dimaksud dengan tekonologi informasi? Teknologi informasi adalah teknologi yang menggabungkan komputasi (komputer) dengan jalur komunikasi berkecepatan tinggi yang membawa data, suara dan video/ gambar (Kamus Oxford, 1995). Hampir setiap orang memiliki piranti teknologi informasi tersebut; misalnya handphone, Blackberry, Ipad, smartphone, tablet dan sebagainya. Memang teknologi informasi merupakan anugerah, tetapi di sisi lain juga ‘jerat’ yang berbahaya! Ada pengaruh positif, tetapi banyak pengaruh negatifnya! (dibuletin ini juga dijelaskan dengan judul Awas Pengaruh Negatif Teknologi Informasi!). Lalu bagaimana kita dapat menggunakan Teknologi Informasi dengan bijak? Sesuai dengan Alkitab, yang tentunya menyenangkan hati Tuhan Yesus? Alkitab, Firman Allah memberikan beberapa prinsip yang penting bagaimana pengikut Kristus menggunakan Teknologi Informasi.
 
1. Pergunakan Teknologi Informasi yang dianugerahkan TUHAN untuk kemuliaan-Nya (1 Korintus 10:31; Roma 14:6).
    Jangan pernah lupa bahwa Allah-lah Pencipta dan Pengembang Teknologi Informasi yang pertama dan utama! Lihat saja, Dia yang menciptakan alat komunikasi pertama, mulut dan telinga kita! Dia juga yang memberikan akal pikiran pada kita, yang demikian hebat sehingga dapat menemukan komputer! Dan tujuan Allah adalah untuk kemuliaanNya! Jangan untuk hal yang lain! Jadi pergunakanlah teknologi informasi kita untuk melayani TUHAN kita YESUS! Jangan melayani teknologi informasi itu sendiri! Lihat saja banyak yang jadi kecanduan, bahkan di gerejapun, saat pujian atau mendengar firman, masih tetap BBM ria, atau kirim sms dan bertelepon. Ada juga yang kecanduan hingga lupa Tuhan, keluarga, pekerjaan dan sekitarnya. Ini dosa! Ini bagian dari melayani teknologi informasi  dan menjadikannya berhala! Awas! Jangan juga untuk melayani diri sendiri serta dosa. Bayangkan, teknologi pemberian Allah justru digunakan untuk berbuat dosa; terikat pornografi, perjudian, prostitusi, perselingkuhan, fitnah dan gosip serta dosa-dosa lainnya. Mari kita gunakan teknologi informasi yang Tuhan karuniakan untuk kemuliaan Allah! 
 
2. Pergunakan Teknologi Informasi dengan memperhatikan “manfaatnya” (1 Korintus 10:23-24).
    Rasul paulus mengingatkan setiap orang Kristen untuk memperhatikan ‘manfaat’ dari apa yang kita lakukan dan apa yang kita pakai (konteksnya adalah masalah makan dan minum-red). Demikian juga dengan teknologi informasi yang kita gunakan, mari tanyakan apakah manfaatnya bagi kita. Rasul Paulus menegaskan ada 2 manfaat yang harus kita tekankan saat menggunakan Teknologi Informasi. Pertama, gunakan untuk mengembangkan akal dan talenta dari TUHAN (menggunakan Teknologi Informasi untuk belajar). Banyak informasi yang mendidik kita dapatkan melalui internet yang membuat kita semakin pandai dan memuliakan Tuhan. Jangan informasi yang “sampah”, yang berdosa kita cari. Kedua, gunakan Teknologi Informasi untuk menumbuhkan kerohanian kita. Kita bisa saja menggunakan internet untuk memuji Tuhan, membaca Alkitab dan renungan-renungan. Berbagi dan berdiskusi tentang firman Allah, kesaksian atau bahkan saling mendoakan. Jika tidak ada manfaat yang demikian, apalagi justru merusakkan kerohanian kita, untuk apa kita gunakan? Bukankah Tuhan berfirman lebih baik kita masuk kerajaan Allah tanpa teknologi informasi (ayat aslinya berkata ‘anggota tubuh’) yang membawa kita ke neraka? Mari kita gunakan internet, hp, BB dan lain-lain untuk menambah pengetahuan kita sekaligus menumbuhkan kerohanian kita!  

3. Pergunakan Teknologi Informasi untuk memberkati orang lain (1 Korintus 10:23-33).
    Rasul Paulus menempatkan dirinya sedemikian, untuk menjadi berkat. Fokus hidupnya untuk jadi berkat bukan ‘batu sandungan’! Ini juga harusnya menjadi prinsip kita ketika menggunakan piranti teknologi informasi kita. Mari kita gunakan BB, Hp dan internet kita untuk memberkati, bukan untuk gosip, fitnah, kata-kata yang kasar, porno dan menyedihkan hati Tuhan Yesus. Tanpa kita sadar banyak orang membaca tulisan kita, kata-kata kita, di facebook atau twitter kita, saat itu juga nama Tuhan dipermalukan bukan? Tetapi, coba bayangkan jika setiap orang Kristen memberitakan Injil lewat Hp, Ipad, BB dan piranti teknologi informasi yang dimilikinya, bukankah semakin banyak orang membaca Injil Kristus? Atau kata-kata yang membangun dengan ayat-ayat Alkitab, bukankah banyak orang akan dikuatkan? Mari jadilah berkat bagi sesama yang terhilang dan yang membutuhkan Tuhan Yesus. Inilah saatnya memberkati dunia!
    
    Nah, akhirnya marilah kita bijaksana menggunakan tekonologi informasi yang Tuhan berkatkan kepada kita. Gunakan untuk kemuliaan Allah kita, dalam Tuhan Yesus, menambah pengetahuan dan menumbuhkan kerohanian kita serta memberkati banyak orang di sekitar kita bahkan dunia! Tuhan Yesus memberkati!

Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.

Minggu, 21 Oktober 2012

HARI TUHAN

Maleakhi 4:1-6

    Sadar atau tidak kita sedang meyongsong “hari Tuhan”! Apa yang dimaksud dengan “hari Tuhan”? Dalam Perjanjian Lama, “hari Tuhan” mengacu pada kedatangan Tuhan Yesus, akhir zaman! Dan kedatangan Tuhan Yesus itu tidak akan lama lagi! Setiap hari semakin mendekat. Nabi Maleakhi memperingatkan umat Tuhan tentang tibanya hari Tuhan.
 
Hari Tuhan, Suatu Hari Penghukuman!
    Nabi Malekahi memberitahu kita bahwa hari Tuhan adalah hari di mana Allah menghukum orang-orang fasik! “Bahwa sesungguhnya, hari itu datang menyala seperti perapian, maka semua orang gegabah dan setiap orang yang berbuat fasik menjadi seperti jerami dan akan terbakar oleh hari yang datang itu, firman Tuhan semesta alam, sampai tidak ditinggalkannya akar dan cabang mereka” (ayat 1). Kedatangan Tuhan Yesus akan membawa pemisahan; yang seorang tertinggal dan yang lain diangkat dalam kemuliaan (Matius 24:40-41). Ada pemisahan, dimana yang satu mengalami hukuman, sedangkan yang lain beroleh upah yang kekal. Penghukuman yang sangat mengerikan, kondisinya digambarkan seperti “jerami yang terbakar”. Itu sebabnya jangan berlaku fasik. Mari kita hidup dalam kebenaran.
 
Hari Tuhan, Suatu Hari Kesukaan!
    Nabi Maleakhi tidak hanya menggambarkan hari Tuhan sebagai hari penghukuman, tetapi juga hari kesukaan. Bagaimana bisa? Kedatangan Tuhan Yesus kedua kalinya adalah penghukuman bagi orang yang gegabah dan berlaku fasik, tetapi menjadi hari kesukaan bagi orang-orang yang takut akan namaNya! “Tetapi kamu yang takut akan nama-Ku, bagimu akan terbit surya kebenaran dengan kesembuhan pada sayapnya,. Kamu akan keluar berjingkrak-jingkrak seperti anak lembu lepas kandang. Kamu akan menginjak-injak orang-orang fasik, sebab mereka akan menjadi abu dibawah telapak kakimu, pada hari yang Ku siapkan itu, firman Tuhan semesta alam” (ayat 2-3). Kedatangan Tuhan Yesus kedua kali merupakan hari yang berbahagia, penuh kesukaan dan kemenangan bagi orang-orangNya yang takut akan Dia!
 
Memasuki Hari Tuhan, Hari kesukaan!
    Jadi, hari Tuhan, hari kedatangan Tuhan Yesus kedua kalinya, adalah hari penghukuman bagi yang hidup dalam kefasikan, sekaligus hari penuh kesukaan dan kemuliaan bagi yang takut akan Tuhan! Kita harus berjaga menyongsong hari Tuhan agar kita mendapatinya sebagai hari penuh kesukaan dan kemuliaan. Nabi Maleakhi menegaskan bagaimana sikap kita. Pertama, sikap kita seharusnya sesuai dengan Alkitab, Firman Allah. Nabi mengingatkan umat Tuhan agar ingat dan melakukan Firman Tuhan (ayat 4). Hanya Firman Allah menjadi tolok ukur yang tepat dan benar bagi kehidupan kita. Kita harus hidup sesuai dengan peraturan dan ketetapan Tuhan Yesus. Kedua, kehidupan yang bertobat (ayat 5-6). “Maka ia membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak berbalik kepada bapanya...” adalah ungkapan pertobatan. Ingat, nabi Maleakhi telah menyampaikan nubuat dan tegoran yang keras atas dosa-dosa umat Israel saat itu supaya mereka berbalik kepada Allah! Umat Tuhan ditegur supaya bertobat dari memberikan persembahan yang cemar dan tidak menyenangkan hati Tuhan (Maleakhi 1:6-14). Mari kita bertobat, dan mempersembahkan korban-korban yang menyenangkan hati Tuhan. Ibadah, korban-korban kita, bahkan hidup ini haruslah persembahan yang menyenangkan hati Tuhan. Umat Israel juga ditegur supaya bertobat dalam hal pernikahan mereka (Maleakhi 2:10-16). Mereka hidup dalam perzinahan yang menyakitkan hati Tuhan. Untuk menyambut hari Tuhan, kita seharusnya bertobat, hidup kudus dan benar dalam pernikahan kita. Mari kita hidup dalam kekudusan. Baik suami isteri, juga kaum muda. Jangan ada ketidaksetiaan, tetapi suami isteri yang utuh dan setia, saling mengasihi. Kaum muda hidup kudus, jangan turuti gaya pacaran orang-orang yang tidak takut akan Tuhan.   Terakhir, bertobatlah dalam hal mengembalikan milik Allah, yaitu persepuluhan! Umat Israel ditegor supaya mereka bertobat (Maleakhi 3:8-10). Nabi Maleakhi menyebut umat Tuhan yang tidak mengembalikan milik Tuhan ini sebagai ‘perampok’.
     
    Hari Tuhan akan segera tiba, sudah siapkah kita? Hari Tuhan adalah hukuman bagi orang-orang gegabah dan yang berlaku fasik, tetapi hari kesukaan bagi orang-orang yang takut akan Tuhan. Mari kita menyongsong hari Tuhan Yesus yang semakin mendekat dengan kehidupan yang taat pada Firman Allah dan dalam pertobatan. Bersiap sedialah! Tuhan Yesus segera datang kembali!

Pdt. Adrian Lukas Manikome, B.Sc -

Senin, 15 Oktober 2012

“SALIB” BAGI YESUS

YOHANES 12:20-32

     Ketika kita mendengar kata “salib”, apa yang muncul dalam benak kita? Mungkin kita akan menjawab , “Kristen”, “penderitaan” atau “pelayanan”. Semuanya benar, tetapi itu karena kita telah menjadi Kristen. Sebenarnya istilah “salib” pertama-tama akan membuat ngeri seseorang. Salib adalah suatu hukuman bagi penjahat yang sangat mengerikan disertai serangkaian penyiksaannya pada masa itu. Namun kemudian istilah “salib” kemudian menjadi istilah kias dalam Alkitab, khususnya Perjanjian Baru untuk menyatakan penderitaan karena nama Tuhan Yesus, ‘beban’ dan pelayanan (misalnya Matius 16:24). Tetapi bagaimana dengan Tuhan Yesus, apakah makna salib bagiNya? Bagi orang yang kemudian hari benar-benar disalib?  
 
1. Salib Adalah TUGAS Dari BapaNya (ayat 27).
     Saat memberitakan kematianNya, SALIB, Tuhan Yesus dengan jelas menyatakan bahwa salib adalah tujuan kedatanganNya, misalnya (ayat 27). Artinya, bagi Tuhan Yesus salib adalah tugas dari BapaNya! (band. Yohanes 10:18). Itu sebabnya Dia tidak mundur untuk memikul salibNya. ini bukan berarti salib itu ringan! Tuhan Yesus ketakutan dan gentar saat menghadapi salib (Matius 26:36-37 band. Markus 14:32-33; Lukas 22:44). Bukan penderitaan hebat yang dihadapi, tetapi murka Allah atas dosa yang membuatNya gentar! Tuhan Yesus bukan saja gentar, Dia memohon supaya ‘salib’ itu dilalukan (Lukas 22:41-42). Meski demikian, doa Tuhan Yesus bukan untuk  mangkir dari tugas BapaNya, sebab Dia lanjutkan doanya  “biarlah kehendakMu yang jadi!” Sesuai dengan ungkapanNya di Yohanes 12:27 “Apakah yang harus Aku katakan? Bapa selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak!”
     Ya, bagi Tuhan Yesus salib adalah tugas dan panggilan dari BapaNya. Tahukah Saudara bahwa Tuhan juga memanggil kita untuk memikul salib Kristus? Rasul paulus mengingatkan kita bahwa kita dianugerahi Tuhan bukan hanya untuk selamat, tetapi juga untuk menderita bagi Tuhan Yesus (Filipi 1:27-29). Demikian Petrus menegaskan bahwa kita dipanggil untuk mengikuti jejak Tuhan Yesus dalam penderitaanNya karena kebenaran, karena Tuhan kita, Yesus! (1 Petrus 2:19-21). Bukan itu saja, Tuhan Yesus sendiri memanggil kita untuk memikul salib (Matius 16:24-25 band. Yohanes 12:24-26). Betapa banyak orang Kristen yang takut menderita, takut miskin, takut sakit, pendeknya takut menderita! Jika itu penderitaan [diijinkan] oleh Tuhan Yesus, karena nama Tuhan Yesus dan bagi Dia, maka itu adalah panggilan Bapa dan Tuhan kita Yesus Kristus. Jangan mengeluh, jangan putus asa dan tetaplah teguh dalam Kristus. Salib adalah lencana kita, orang Kristen sejati, pengikut Kristus sejati!
2. Salib adalah KEMENANGAN! (ayat 32).
     Bagi Tuhan Yesus salib bukan saja panggilan, tetapi kepastian KEMENANGAN! Tuhan Yesus berkata bahwa bila Dia ditinggikan, maka orang banyak akan datang kepadaNya! Istilah “ditinggikan” di ayat ini menunjuk pada penyalibanNya (band. 3:14). Salib bukan kekalahan, salib bukan menunjukkan seseorang itu pecundang, tetapi seorang pemenang! Katika Dia disalibkan maka Dia menang, menyelesaikan tugas dari BapaNya! (Yoh 19:30). Ketika Tuhan Yesus disalibkan penguasa dunia ini, iblis, dilemparkan keluar (ayat 31). Kuasa setan dihancurkan saat Kristus disalibkan (Ibrani 2:14; Kolose 2:13-14). Dan kita diselamatkan! Ketika Tuhan Yesus disalibkan rencana Allah Bapa digenapi, dimenangkan!
     Bagaimana dengan kita? Bukankah seringkali kita memandang penderitaan, kemiskinan, sakit dan berbagai pergumulan adalah kekalahan? Jika itu semua karena nama Tuhan Yesus, kerena melakukan kebenaran, itu bukan kekalahan itu kemenangan! Kemenangan bersama Kristus! Bayangkan jika kita menderita secara daging, dengan taat kepada firman Tuhan, hidup kudus dan dalam kebenaranNya, bukankah daging kita dikalahkan? Bukankah ditengah ‘penderitaan’ itu kita pemenang? Mungkin kita tidak sekaya orang lain yang mencuri, menipu dan korup atau bahkan mengalami pergumulan, tetapi kita berkemenangan atas dosa dan perbuatan daging! berikutnya, karena melalui penderitaan bagi Tuhan Yesus, kita sedang menggenapi rencana Bapa yang ‘jauh lebih besar’ dari apa yang kita perkirakan, Dia sedang membentuk kita serupa dengan AnakNya! Jadi, bila Saudara sedang dalam memikul salib, itu kemenangan bersama Tuhan Yesus!
3. Salib adalah KEMULIAAN ( ayat 23, 28).
     Tuhan Yesus memandang salib adalah kemuliaan! Penyaliban adalah pemuliaan diriNya (ayat 23). Salib adalah kemuliaan sekalipun nampak di mata manusia sebagai kehinaan. Tuhan Yesus benar-benar dihina dan direndahkan di atas kayu salib. Disalib diantara para penjahat, ditelanjangi, diolok-olok dan disiksa. Jika demikian bagaimana salib dapat dikatakan kemuliaan? Pertama, penyaliban Tuhan Yesus adalah kemenanganNya bukan? (lihat pada bagian kedua). Kemuliaan karena salib adalah kemenangan Tuhan Yesus! Kedua, karena dibalik salib ada mahkota! Tuhan Yesus memikul salib dan Dia ditinggikan! Semua orang datang kepadaNya, menyembah Dia, Sang Pemenang, Yang Mahamulia! Persis seperti yang dikatakan Paulus bahwa karena ketaatanNya, Dia ditinggikan, menerima kehormatan dan kemuliaan dari BapaNya (Filipi 2:5-11). Lelah memikul salib, menderita kerena Kristus dan kebenaranNya? Berat menanggung derita? Jangan lagi. lihat dengan mata iman bahwa dibalik salib, menanti mahkota kemuliaan dari Bapa kita.
    
    Nah, akhirnya apakah kita memaknai salib seperti Tuhan Yesus ‘memandang’ salibNya? Ingatlah salib adalah panggilan Bapa bagi kita, salib adalah kemenangan bersama Kristus dan pada waktunya kelak salib akan digantikan mahkota kemuliaan! Itu sebabnya mari kita tetap teguh memikul salibNya dan terus menyanyikan dengan iman:
    
           SalibNya, salibNya
           itu kemuliaan,   
           Hingga di seb’rang sana
          dapat perhentian

Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.

Senin, 08 Oktober 2012

RINDU MEMENANGKAN JIWA-JIWA BAGI TUHAN!

    Sudahkah Saudara memenangkan jiwa-jiwa bagi Tuhan Yesus? Sebagai murid-murid Tuhan Yesus, kita harus RINDU memenangkan jiwa-jiwa bagi Tuhan Yesus.
 
A.Rindu Memenangkan Jiwa Bagi Tuhan Yesus.
    Bagian pertama, ini kita akan melihat kerinduan Paulus memenangkan jiwa bagi Tuhan Yesus. Rasul Paulus mengatakan “Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang.“  (1 Korintus 9:19). Rasul Paulus sangat rindu untuk memenangkan orang bagi Tuhan Yesus. Kitapun seharusnya demikian. Sebab itu jangan diam, mari memberitakan Injil. Kalau kita membawa atau membuat orang berdosa berbalik dari jalannya yang sesat, maka kita akan menyelamatkan jiwa orang itu dan menutupi banyak dosa (Yakobus 5:19-20).
 
B. Jiwa-Jiwa Yang Diselamatkan.
    Kitab Zakharia menggambarkan jiwa-jiwa yang diselamatkan dengan gambaran yang indah (Zakharia 9:16-17). Jiwa-jiwa yang diselamatkan itu seperti:
1. Kawanan domba, umatNya.
    Jiwa-jiwa seperti kawanan domba Tuhan. Dulu mereka sesat, tetapi setelah terima Tuhan Yesus, mereka bagaikan kawanan yang tergembalakan (Yohanes 10:16 band. 1 Petrus 2:25). Mereke seperti domba-domba yang dipelihara oleh Gembala Agung. Itu sebabnya mari kita menjadi jemaat yang tergembala dan rindu memenangkan jiwa bagi Tuhan Yesus. 
2. Seperti permata-permata, mahkota yang berkilap-kilap.
   Jiwa-jiwa yang dimenangkan bagi Tuhan Yesus seperti permata-permata, begitu indah untuk mahkota Tuhan. Di Yerusalem Baru, kota yang akan datang itu dihiasi berbagai permata indah (Wahyu 21:11). Biarlah gereja Tuhan seperti kota Yerusalem yang berhiaskan permata-permata indah, yaitu jiwa-jiwa yang diselamatkan. Kita akan menghadap Tuhan Yesus dengan persembahan jiwa-jiwa, seperti permata yang berkilap-kilap bagi Tuhan.
 
C. Jiwa-jiwa Yang Dimenangkan Kelak Dihadapan Tuhan.
    1 Tesalonika berkata “Sebab siapakah pengharapan kami atau sukacita kami atau mahkota kemegahan kami di hadapan Yesus, Tuhan kita, pada waktu kedatanganNya, kalau bukan kamu? Sungguh, kamulah kamuliaan kami dan sukacita kami.” Pada waktu kedatangan Tuhan Yesus kali kedua nanti, jiwa-jiwa yang kita menangkan akan menjadi:
1. Pengharapan.
2. Sukacita.
3. Mahkota kemegahan.
    Nanti dihadapan Tuhan Yesus, jiwa-jiwa yang kita menangkan menjadi pengharapan. Menjadi sukacita kita, kita akan menikmati sukacita karena telah memberitakan Injil. Bahkan jiwa-jiwa menjadi mahkota kemegahan kita kelak. Bayangkan jika kita malas memberitakan Injil, jika kita tidak membawa apa-apa buat Tuhan Yesus, saat Dia datang kembali. 
    
    Akhirnya, mari kita rindu memenangkan jiwa-jiwa bagi Tuhan Yesus. Mari kita berdoa bagi mereka yang belum percaya, bawa dalam pergumulan doa dan beritakan Injil keselamatan.      

Pdt. Gersom Sunarto

Minggu, 30 September 2012

Ingatlah kepada PENCIPTAMU !

PENGKHOTBAH 12:1

    Firman TUHAN mengingatkan kita supaya kita ingat kepada Pencipta kita, Tuhan Yesus Kristus! Memang, peringatan ini ditujukan untuk para pemuda atau “orang muda”, tetapi bukan berarti bukan untuk yang tua. “Muda” menunjukkan mereka yang usianya memang masih muda (kira-kira usia 12-40 tahun) seperti yang dapat kita perkirakan. Tetapi usia “muda” juga kita kenakan untuk membandingkan orang yang lebih tua atau lebih muda dari kita, meskipun perbandingan itu antara yang tua dan yang lebih tua bukan? Secara sederhana, usia “muda” menunjuk pada kepemilikan potensi atau kemampuan untuk mengingat TUHAN, Sang Pencipta. Jadi, ayat ini untuk kita semua: Ingatlah kepada Pencipta-mu!
    Apakah kita ingat kepada Pencipta? “Ingat kepada Pencipta” adalah sikap eling (bahasa Jawa-red), mengingat TUHAN dalam kehidupan ini. “Ingat akan Pencipta” ternyata, kalau kita rajin beribadah, berdoa, melayani TUHAN, memberitakan Injil dan paling penting, hidup takut akan Dia! Tanpa hal-hal ini sulit untuk kita katakan kita ingat TUHAN.
    
    Betapa banyak orang sibuk dan melupakan Penciptanya. Tetapi Pengkhotbah ini mengingatkan kita supaya kita ingat Pencipta kita! Siapa pengkhotbah ini? Dia adalah Salomo, seorang raja yang sukses, kaya raya dan pernah hidup dalam penuh kenikmatan. Tetapi ditengah limpahnya ‘apa yang menyibukkan banyak orang’ sampai tidak ingat Penciptanya ini, Salomo justru mengingatkan adanya TUHAN, Pecipta. Jangan hanya mengejar kesuksesan, kekayaan dan kesenangan, tetapi mari ingat akan Pencipta kita, TUHAN YESUS KRISTUS! Nah, mengapa kita harus ingat Pencipta kita, TUHAN YESUS?
1. Karena Kita Akan Menjadi Tua dan Mati (ayat 1-7).
     Pengkhotbah memberikan alasan pertamanya, bahwa akan datang hari-hari “yang malang mendekat” dan “tahun-tahun dimana dikatakan tidak ada kesenangan bagiku di dalamnya”! Setiap kita kan memasuki masa tua. Tidak ada yang akan muda seterusnya. Talmud, menafsirkan ayat 2-7 sebagai gambaran masa tua yang datang. Mata akan menjadi rabun, gigi-gigi mulai terlepas, tulang-tulang sulit digerakkan dan seterusnya. Bukankah hal ini benar? Kita akan menjadi tua, dan yang ada adalah “tidak ada kesenangan di dalamnya”. Bukan hanya itu, suatu saat akan tiba waktunya bagi kita dimana “debu kembali menjadi tanah, dan roh kembali kepada Allah yang mengaruniakan” (ayat 6-7). Ya, kita akan kembali kepada Pencipta kita. Itu sebabnya selagi masih muda, selagi masih kuat, selagi masih ada kesempatan, mari kita ingat kepada TUHAN kita, Pencipta kita! Mari kita setia beribadah, setia melayani TUHAN YESUS, setia memberitakan Injil dan hidup dalam kebenaran TUHAN. Sehingga jika masa tua menghampiri kita tidak akan menyesal. Kita didapatiNya telah hidup dengan mengingat TUHAN. 
2. Karena Waktu Hidup Kita Berlalu Dengan Cepat (11:9-10)
    Pengkhotbah dengan tepat menggambarkan bahwa hidup muda itu seperti fajar! (Baca secara berurutan 11:9-12:1). Fajar itu hanya sebentar (ayat 10). Tidak lebih dari satu jam! Memang hidup itu sangat singkat, jangan pernah disia-siakan. Hari berganti hari dengan sangat cepat. Tiba-tiba saja kita mendapati diri kita sudah tua dan jika kita tidak ingat kepada TUHAN, Sang Pencipta, kita hanya akan menyesalinya. Sebab itu, jangan tunda lagi, sekarang saatnya kita ingat kepada Pencipta kita! Ini saatnya kita setia beribadah, setia melayani, setia hidup dalam kebenaran dan bersungguh-sungguh kepada TUHAN kita, YESUS. Ingat, waktu yang kita miliki cepat berlalunya.
3. Karena Setiap Perbuatan Kita Akan Dipertanggung jawabkan Kepada ALLAH (12:13-14).
    Ini adalah alasan terakhir, yang dikemukakan Pengkhotbah: Setiap perbuatan kita akan dibawa ke pengadilan Allah (ayat 14).  Jika kita melupakan TUHAN, maka kita akan menanggung akibatnya, jika kita ingat akan TUHAN, kita memperoleh upahnya. Ajaran ini sesuai dengan Perjanjian Baru. Rasul Paulus menyatakan bahwa kelak akan ada pertanggung jawaban (1 Korintus 15:32). Jika hidup ini tidak dipertanggung jawabkan kelak, maka lebih baik hidup senang tanpa takut akan TUHAN saja!  Bukan itu saja, ia juga mengingatkan semua orang Kristen bahwa kita juga akan menghadap pengadilan Allah untuk mempertanggung jawabkan perbuatan kita yang baik atau yang jahat (2 Korintus 5:10). Pengadilan Allah ini untuk orang Kristen, untuk menerima pahala atas setiap perbuatan yang baik dan memuliakan TUHAN! Jangan pernah berpikir bahwa hidup kita bebas dari mempertanggung jawabkan apa yang kita perbuat di dunia ini! Mari kita setia beribadah, melayani dan hidup takut akan TUHAN, kelak kita akan mendengar hasil akhir pengadilan Allah: “Hai hamba-KU yang baik dan setia, masuklah ke dalam kebahagiaan Tuan-mu selama-lamanya”.
    
    Ingatlah bahwa kita akan menjadi tua dan mati, dan itu terjadi cepat yang pada akhirnya apa yang kita perbuat harus kita pertangung jawabkan kelak dihadapan Allah. Jika demikian, mari kita ingat kepada Pencipta kita mulai sekarang dan setiap hari. Tuhan Yesus memberkati.   

Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.

Minggu, 23 September 2012

Mengapa TUHAN memerintahkan burung gagak memberi makan Elia?

1 RAJA-RAJA 17:1-6

     Dikisahkan nats ini, TUHAN memerintahkan Elia untuk menyampaikan pesanNya kepada Ahab bahwa karena dosa, tanah Israel akan mengalami kekeringan bahkan tidak akan ada embun yang turun di sana! Lalu TUHAN memerintahkan Elia ke sungai Kerit dan Dia akan memelihara Elia dengan menyuruh burung-burung gagak memberi makan Elia, memberi daging dan roti. Mengapa TUHAN memerintahkan burung-burung gagak untuk memberi makan Elia? Sederhana saja, TUHAN sedang mengajar Elia tentang diriNya! Elia baru saja melayani sebagai nabi Tuhan (ayat 1). Lihat saja pada pasal sebelumnya tidak ada cerita mengenai pelayanan Elia. Bahkan Elia belumlah mendapat ‘gelar’ nabi atau pelihat atau abdi Allah sebagaimana umumnya seorang nabi di Israel (ayat 1). Dia hanya disebut sebagai Elia, “orang Tisbe”. Bagi Elia, yang baru melayani TUHAN, perlu diajar tentang siapa Tuhan. Saya kira bukan hanya untuk Elia, tetapi TUHAN juga sedang  mengajar kita, yang hidup pada masa kini! Karena kita juga menghadapi pergumulan yang tidak berbeda dengan yang dihadapi oleh Elia. Apa yang TUHAN ajarkan kepada Elia ketika memerintahkan burung-burung gagak untuk memberinya makan? 

1. TUHAN tetap adalah TUHAN yang mengendalikan segala sesuatu!
     Bayangkan, siapa yang dihadapi Elia saat itu? Dia harus menghadapi Ahab, seorang penguasa tertinggi di kerajaan Israel. Semua yang ada di Israel berada dibawah kekuasaan Ahab, karena dialah rajanya! (1 Raja-raja 16:29-33). Bukan itu saja, Ahab seorang raja yang jahat, penyembah berhala dan ‘anti nabi Tuhan’. Banyak nabi telah dibunuh oleh Ahab dan Izebel, isterinya (1 Raja-raja 18:1-4). Ya, ini bukan pergumulan biasa untuk hamba Tuhan yang baru saja melayani. Ada banyak masalah yang kita hadapi dan seringkali itu ‘diluar kemampuan kita’! Kita seringkali mendapati betapa tidak berdayanya diri kita dihadapan sebuah pergumulan; entah itu masalah keluarga, keuangan atau sakit penyakit. Rasa-rasanya pergumulan-lah yang menguasai keadaan dan seringkali memang demikian kenyataan. Namun hari ini kita dilihatkan bahwa apa yang kita pikirkan ini bukan kebenaran yang seluruhnya. TUHAN menunjukkan kebenaran yang sebenarnya kepada Elia dan kita! Ketika TUHAN memerintahkan burung-burung gagak memelihara Elia dengan roti dan daging, TUHAN ingin berkata: “Lihat Elia, memang Ahab yang menguasai Israel, tetapi AKU menguasai alam semesta ini bahkan Israel dan Ahab dalam gengaman tanganKu! Mari kita percaya bahwa apapun kondisi kita dan pergumulan kita, TUHAN kita, Yesus Kristus, tetap yang memegang kendali!
2. TUHAN adalah TUHAN Yang Mahakuasa!
    Tidak diragukan TUHAN sedang mendemonstrasikan kemahakuasaanNya kepada Elia! Elia perlu tahu bahwa TuanNya adalah Yang Mahakuasa! Siapa yang dapat memerintahkan burung-burung gagak untuk memberi makan manusia? Bahkan TUHAN tidak memerlukan waktu dan pelatihan bagi burung-burung gagak itu! TUHAN kita TIDAK PERNAH BERUBAH! Dia sanggup membuat mujizat bagi Saudara! Dia-lah Yang Mahakuasa.
3. TUHAN adalah TUHAN yang berkarya dengan caraNya!
   Tahukah Saudara burung gagak adalah burung yang berwarna hitam, yang identik dengan kematian, kejahatan bahkan kitab Taurat menyatakannya sebagai binatang yang haram untuk dimakan! Tetapi TUHAN memilih burung gagak ini untuk memberi makan Elia. TUHAN sebenarnya bisa saja menyuruh yang lain, yang lebih normal dan tetap menunjukkan mujizatNya. Misalnya menyuruh janda Sarfat (bandingkan 1 Raja-17:7-24). Atau lebih ‘normal’ lagi memerintahkan Obaja yang memang dipakai TUHAN untuk memelihara 100 nabi TUHAN (18:3-5). Tetapi TUHAN punya caraNya sendiri. Mari kita belajar berserah kepada TUHAN kita, Yesus. Salah satu bagian dari IMAN adalah berserah penuh kepada tangan TUHAN kita Yesus Kristus. Ijinkan Dia berkarya dengan caraNya dan bukan cara kita! Ijinkan TUHAN Yesus yang Mahakuasa mengejutkan kita dengan mujizatNya yang tidak terpikirkan.
4. TUHAN adalah TUHAN yang menopang orang-orang yang taat kepadaNya.
     Elia adalah seorang nabi yang teruji dan sedang diuji ketaatannya. TUHAN memerintahkan Elia untuk menyampaikan kabar buruk kepada Ahab dan dia taat (ayat 1). Kali ini TUHAN memerintahkan Elia bersembunyi dan menerima pelayanan burung-burung gagak. Ini perintah yang mustahil! Tetapi Elia taat dan apa yang terjadi? Mujizat! Pertolongan dan keajaiban! Setiap kali Elia melihat burung-burung gagak datang dan membawa daging dan roti saat pagi dan petang ia bukan saja diingatkan bahwa TUHAN itu Mahakuasa, tetapi ditunjukkan sebuah ‘teladan’ ketaatan! Ingatlah ketaatan adalah bagian penting dari iman, tanpa ketaatan tidak ada iman sejati. Dan ketika kita taat pada suara TUHAN, kita akan melihat mujizatNya. Pasti!
    
    TUHAN mengajar Elia, dan kita tentang diriNya melalui ‘perintahNya pada burung-burung gagak memberi makan Elia”. TUHAN kita Yesus Kristus, adalah TUHAN yang memegang kendali, sebab itu jangan kuatir. Tetapi percaya, berserah dan taatilah perintahNya. Mari nantikanlah mujizat dan pertolongan TUHAN yang ajaib!  

Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.

Minggu, 16 September 2012

Mengapa TUHAN mengijinkan pergumulan dalam hidup kita ?

HAKIM-HAKIM 3:1-4

     Mengapa TUHAN membiarkan bangsa-bangsa lain tetap tinggal di tengah-tengah umat Israel? Padahal mereka menjadi ‘duri’ dan pergumulan tersendiri bagi umat Israel! Memang, bangsa-bangsa Kanaan itu seharusnya dihalau oleh umat Israel saat masuk ke tanah perjanjian. Tetapi sayang, umat Israel membiarkan bangsa-bangsa Kanaan yang seharusnya mereka halau sesuai perintah TUHAN! Ingatlah, bahwa setiap ketidak-taatan kita kepada Firman Allah akan menuai pergumulan di kemudian hari! Kita harus belajar taat kepada TUHAN. Dan ketika kita menabur ketaatan, kita juga pasti akan menuai buah yang manis! Selain ketidaktaatan, secara jelas Alkitab menunjukkan bahwa TUHAN sengaja membiarkan bangsa-bangsa Kanaan itu tetap ada di sekitar umatNya, Israel. Ya, mereka menjadi ‘pergumulan’ tersendiri di kemudian hari! Mereka mengganggu keamanan, menyebabkan kondisi tidak aman dan nyaman! Kedua, mereka menjadi ‘jerat’ dengan gaya hidup kafir dan penyembahan berhala. Mengapa TUHAN membiarkan bangsa-bangsa Kanaan itu dan membiarkan umatNya mengalami pergumulan? Bukankah kita juga seringkali bertanya-tanya mengapa pergumulan menghampiri kita? Entah itu pergumulan hidup, masalah ataupun godaan-godaan (pencobaan) yang mencoba menjatuhkan kita dalam dosa?  Tidakkah lebih baik TUHAN menyingkirkan saja pergumulan hidup dan godaan-godaan itu? Tetapi kita seharusnya ingat apa yang TUHAN firmankan bagi kita: “Kita tahu sekarang bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan dengan rencana Allah” (Roma 8:28). Ya, semua yang terjadi dalam hidup kita, Allah turut bekerja di dalamnya untuk kebaikan kita! Percayalah pada apa yang dikatakan TUHAN ini! Jika demikian, lalu apa maksud TUHAN mengijinkan kita ada dalam pergumulan? Kitab Hakim-hakim 3 ini memberitahu kita tujuan Allah itu!
 
1. Karena melalui pergumulan, TUHAN mencobai kita       (ay. 4).
     Secara jelas maksud dan tujuan TUHAN dinyatakan di ayat 4 “supaya Ia mencobai orang Israel dengan perantaraan mereka untuk mengetahui apakah mereka mendengarkan perintah TUHAN kepada nenek moyang mereka dengan perantaraan Musa”.Sebenarnya Tuhan telah menyampaikan maksudnya ini di ayat sebelumnya dengan lebih jelas, 2:21-23. Istilah “mencobai” yang digunakan Perjanjian Lama, tidak usah membuat kita ‘merasa terganggu” karena yang dimaksud adalah “menguji”. Sekalipun kata “mencobai” digunakan, toh, tujuan TUHAN selalu bagi kebaikan umatNya. Bukankah TUHAN itu baik?  Jadi, setiap kali kita mengalami pergumulan, ingatlah bahwa TUHAN ingin kita didapatiNya teruji! Dia sedang menguji kita, apakah kita TETAP BERPEGANG pada firman Tuhan Yesus, tetap setia kepadaNya! Dia mencari dan menantikan umatNya yang setia, gerejaNya yang setia! Mari kita tetap setia sekalipun di tengah pergumulan dan pencobaan! Jangan undur, jangan tergoda dan jatuh dalam penyembahan berhala atau kehidupan yang tidak sesuai dengan Firman Tuhan.
    Satu hal yang sangat mengangkat hati kita bahwa TUHAN TIDAK PERNAH membiarkan kita sendiri dalam pencobaan dan pergumulan! Lihat saja, tidak sekalipun, TUHAN membiarkan umatNya dalam pergumulan dan pencobaan sendirian. TUHAN memberikan hukum Taurat untuk ditaati, para nabi, imam dan para hakim untuk mengingatkan umatNya. Belum lagi tangaNya yang kuat, yang selalu terulur menopang! Bukankah Perjanjian Baru juga memberitahu kita bahwa “pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah itu setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai, Ia akan memberikan kepadamu jalan keluar, sehingga kamu dapat menanggungnya” (1 Korintus 10:13).  Jika TUHAN tidak pernah membiarkan kita sendiri di dalam pencobaan, mengapa kita lemah dan kalah? Kita sanggup berkemenangan atas pergumulan dan pencobaan karena TUHAN kita YESUS, tidak pernah membiarkan kita! Dia memberikan kekuatan bahkan jalan keluar!    
2. Karena melalui pergumulan, TUHAN sedang melatih kita  “berperang”! (ayat 1-3).
     TUHAN membiarkan bangsa-bangsa Kanaan tinggal di antara umatNya, Israel untuk melatih mereka berperang! (ayat 1-3). Umat Israel yang ada pada saat itu adalah generasi yang tidak pernah berperang (ayat 2). Mereka perlu dilatih untuk berperang. Mengapa TUHAN mengijinkan kita untuk dicobai oleh si jahat dan dosa? Mengapa kita diijinkan TUHAN mengalami berbagai pergumulan? Karena TUHAN sedang melatih kita ‘berperang’. Melatih kita untuk menjadi umat TUHAN yang kuat dan terlatih untuk berkemenangan. Jangan lupa, kita masih ada di ‘medan peperangan’di dunia ini. Godaan dosa dan pergumulan hidup berusaha menjatuhkan kita, menjauhkan kita dari TUHAN YESUS, itu sebabnya kita pelu menjadi umat yang terlatih, yang kokoh. Tetaplah teguh dalam Kristus!
    
    Apakah Saudara hari ini sedang mengalami pergumulan atau digoda untuk jauh dari TUHAN YESUS dan jatuh dalam dosa? Tetaplah setia, jangan goyah sebab TUHAN sedang menguji kita dan sedang melatih kita. Tetaplah setia dan teguh, TUHAN tidak pernah membiarkan kita sendiri!

Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.

Minggu, 09 September 2012

MENGUNDANG, TETAPI TIDAK MENYAMBUT

LUKAS 7:36-50

     Bagaimana perasaan Saudara apabila diundang makan malam oleh seseorang, tetapi ketika Saudara datang, dia tidak menyambut Saudara dengan semestinya? Di nats ini, kita menemukan Simon, seorang Farisi, mengundang Tuhan Yesus untuk makan di rumahnya. Namun Simon, tidak menyambut kedatangan Tuhan Yesus dengan semestinya, seperti adatnya orang Yahudi menerima tamu. Bertolak belakang dengan Simon ada seorang perempuan yang tidak disebutkan namanya, tetapi terkenal sebagai pendosa, datang menyambut Tuhan Yesus sebagai ‘tamu’ kehormatannya! Perhatikan saja teguran Tuhan Yesus kepada Simon yang tidak menyambut kedatanganNya (ayat 40-47). Simon tidak menyediakan air untuk membasuh kaki Tuhan Yesus sebagaimana adat Yahudi dalam menyambut tamu, apalagi mebasuhnya! Tetapi perempuan pendosa itu membasuh kaki Yesus dengan air matanya dan menyeka dengan rambutnya. Simon tidak mencium Tuhan Yesus sebagai tamu dan ‘saudara’, tetapi perempuan berdosa itu tidak henti-hentinya mencium kaki Tuhan Yesus! Simon tidak meminyaki kaki Tuhan Yesus, tetapi perempuan itu justru meminyaki kaki Tuhan Yesus dengan minyak narwastu yang mahal dan yang seharusnya untuk parfum bukan untuk kaki! Nampak sekali bahwa Simon hanya “mengundang Tuhan Yesus, tetapi tidak benar-benar menyambutNya”! Bagaimana dengan Saudara? Apakah Saudara yang sudah mengaku Kristen, mengundang Tuhan Yesus, benar-benar menyambutNya sebagai Tamu dalam hidup Saudara? Apakah kita menempatkan Tuhan Yesus sebagai yang terutama? Atau seperti Simon, mengundang, tetapi tidak benar-benar menyambutNya. Mengapa Simon mengundang, tetapi tidak menyambut Yesus?
 
1. Karena Tidak Mengenal Siapa Tuhan Yesus!
    Simon sebenarnya TIDAK benar-benar mengenal Tuhan Yesus! Simon hanya mengenal Tuhan Yesus sebagai Guru agama di Yerusalem (ayat 40). Tidak lebih! Bahkan Simon meragukan kenabian Tuhan Yesus (ayat 39). Apakah Saudara mengenal Tuhan Yesus? Dia bukan hanya seorang Guru atau seorang Nabi! Mari kita selidiki siapa Yesus dalam kisah ini. Pertama, Yesus adalah Tuhan yang penuh kasih, yang menerima orang-orang berdosa. Perempuan yang terkenal sebagai pendosa diterimaNya. Tuhan Yesus tidak menolak apalagi mengusirnya! Juga Simon, orang Farisi yang munafik! Simon juga bukan orang yang tanpa dosa! Bukankah Alkitab telah berfirman bahwa tidak ada seorangpun yang benar (Roma 3:8-10). Semua telah berbuat dosa. Tetapi, yang terpenting Tuhan Yesus menerima bahkan memang datang untuk mencari orang berdosa! (Band. Lukas 15 dan 19:10). Kedua, Tuhan Yesus adalah Tuhan karena Dia Mahatahu (ayat 39-40). Apa yang dipikirkan Simon, Tuhan Yesus tahu. Perempuan pendosa itupun Tuhan Yesus tahu keadaanNya. Dia Mahatahu, Dia Tuhan! Ketiga, Dia adalah Allah yang menyelamatkan! Yesus bukan saja, penuh kasih dan Mahatahu, tetapi Dia sanggup mengampuni dan menyelamatkan yang percaya kepadaNya (ayat 48 dan 50). Sayang Simon tidak mengenal Dia. Jika saja dia mengenalnya, pasti menyambut dengan penuh hormat dan kasih! Bukankah Saudara sudah mengenal Tuhan Yesus yang demikian? Tidakkah kita akan segera menyambutNya dengan penuh penghormatan dan kasih, serta menempatkan Dia sebagai yang utama dalam hidup kita? 
 
2. Karena tidak mengenal karya Tuhan Yesus!
     Simon tidak mengenal apa yang Tuhan Yesus kerjakan baginya! Berbeda dengan perempuan pendosa, yang nampaknya tahu. Mungkin saja perempuan berdosa ini pernah mendengar khotbah atau pengajaran Tuhan Yesus terbukti,  ketika dia mendengar bahwa Yesus ada di rumah Simon, dia segera datang ke sana (ayat 37). Yang jelas, Tuhan Yesus memberikan perumpamaan yang menunjukkan bahwa perempuan itu mengenali karyaNya: Menghapuskan hutang dosa! (ayat 41-47). Itu sebabnya perempuan itu menyambut Tuhan Yesus sebagai “tamu kehormatan” karena karyaNya yang ajaib bagiNya. Karena telah dihapuskan hutang dosanya yang demikian banyak! Berbeda dengan Simon! Apakah Saudara mengenal karya Tuhan Yesus bagi Saudara? Ya, Dia datang untuk menghapuskan hutang dosa kita! Rasul Petrus menegaskan bahwa kita telah ditebus dari dosa oleh darah Tuhan Yesus! (1 Petrus 1:18-19). Sejalan dengan itu rasul Paulus menyatakan hal yang sama kita sudah ditebus oleh kurban Tuhan Yesus (Kolose 2:13-14 band. 1 Korintus 6:19). Jika kita mengenal karyaNya yang luar biasa ini, tidakkah kita akan menyambut Dia dalam hidup kita?
 
3. Karena tidak tahu berterima kasih!
     Penyebab terakhir, adalah TIDAK TAHU BERTERIMA KASIH! Tuhan Yesus datang ke rumah Simon saja adalah suatu hal yang luar biasa bukan? (band. dengan kisah Zakheus). Perempuan pendosa itu jauh lebih tahu berterima kasih. Secara tersirat perkataan Tuhan Yesus menunjukkan hal ini (ayat 47). Apakah Saudara mengenal Tuhan Yesus dan karyaNya yang luar biasa? Jika ya, mengherankan bila kita tidak berbuat apa-apa untuk Dia! Lihat perempuan itu; membasuh kaki Yesus dengan air mata, menyeka dengan rambutnya, mencium kakiNya dan meminyaki kakiNYa dengan narwastu! Lalu bagaimana dengan kita, apa yang sudah kita buat bagi Dia, yang telah mengampuni dan menganugerahkan keselamatan bagi kita oleh kematianNya? Biarlah kita juga bertanya pada diri kita sendiri bersama pemazmur: “Bagaimana dapat ku balas kepada TUHAN segala kebajikanNya kepadaku ?” (Mazmur 116:12). Tuhan Yesus memberkati! 

Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.

Minggu, 02 September 2012

TUHAN ITU RAJA!

Mazmur 93:1-5

     Mazmur 93 ini salah satu dari Mazmur Raja, dimana mazmur ini berisi pengagungan TUHAN sebagai Raja. Pemazmur memulai mazmur atau nyanyiannya dengan kesimpulan yang tepat, bahwa TUHAN adalah Raja! Pemazmur, oleh anugerah Allah diijinkan ‘melihat’ kemuliaanNya bukan saja sebagai Raja, tetapi sebagai Raja di atas segala Raja! Dalam Perjanjian Baru, rasul Yohanes juga ‘melihat’ TUHAN kita, YESUS KRISTUS, sebagai Sang Raja di atas segala raja (Wahyu 19:6, 11-16). Mari kita lihat apa yang ‘dilihat’ atau dipahami oleh pemazmur sehingga sejak permulaan syairnya, pemazmur telah mengumandangkan bahwa TUHAN adalah Raja!
1. Pakaian TUHAN adalah kemegahan dan kekuatan (ayat 1).
    Jika seorang raja mengenakan pakaian yang megah dan ‘mulia’, kita akan cepat menemukannya. Tetapi, adakah raja di dunia ini yang berpakaian kemegahan? Tidak, tidak akan pernah ada! Hanya TUHAN saja yang memiliki kemegahan, kemegahan dan kemuliaan adalah pakaianNya. Ikat pinggang TUHAN adalah kekuatan, kekuasaan.Siapakah seperti TUHAN? Tidak heran, pemazmur berkata Dialah Raja!
2. Takhta TUHAN kekal selamanya (ayat 2).
     Pemazmur menyatakan bahwa takhta TUHAN itu sudah ada sejak dahulu kala, dari kekal! Sebelum segala sesuatu ada, TUHAN dengan takhtaNya sudah ada! Bukan hanya sejak kekal, TUHAN bertahta, tetapi pemerintahan TUHAN tegak untuk selamanya. Artinya, TUHAN tidak pernah ‘turun’ tahta! Tidak akan pernah tahta TUHAN ‘direbut’ atau ‘diturunkan’! Ya, bagaimanapun kondisi alam semesta ini, TUHAN tetap berada di tahtaNya, TUHAN tetap memerintah dalam kedaulatan dan keadilanNya. Sebab itu Dia-lah Raja!
3. Kehebatan TUHAN tiada duanya! (ayat 3-4).
     Pemazmur mengeluh kepada TUHAN bahwa ‘sungai-sungai’ dan ‘laut’ mengangkat diri untuk melawanNya, tetapi TUHAN tidak akan terkalahkan. Dia lebih hebat dari segala sesuatu! KedahsyatanNya menggoncangkan langit dan bumi serta alam semesta. Bukankah semuanya adalah ciptaanNya? Itu sebabnya TUHAN-lah Raja, tidak ada yang lain.
4. Peraturan TUHAN teguh (ayat 5).
     Peraturan TUHAN tegak, tidak berubah! Pertama, ini menegaskan bahwa sebagai Raja di atas segala raja, Dia memiliki peraturan untuk memerintah alam semesta. Kedua, peraturanNya tegak dan tidak berubah! Dialah yang berdaulat, menetapkan segala sesuatu dan semuanya tunduk kepadaNya. Bukankah begitu? Adakah raja di dunia yang peraturan sedemikian? Tidak ada bukan? Jika demikian, Dia adalah Raja di atas segala raja!  
 
JIKA TUHAN ADALAH RAJA, LALU... 
    Pemazmur menyanyikan bagi kita bahwa TUHAN adalah Raja! Bukan saja Raja, tetapi Maharaja, Raja di atas segala raja! Segera setelah kita mengakui dan mengamininya, sikap kita seharusnya mengikuti! Bagaimana itu?
1. Terimalah TUHAN YESUS sebagai Raja dalam hidup Saudara.
    TUHAN adalah raja! Rasul Yohanes dan seluruh Alkitab menjelaskan bahwa TUHAN, Dialah Yesus Kristus! Percaya dan terimalah Tuhan Yesus sebagai TUHAN dan Juru selamat pribadi Saudara dan Dia bertakhta dalam hidup Saudara sekarang juga!    
2. Hiduplah dengan tenang, tanpa ketakutan!
     Jika kita percaya TUHAN YESUS adalah Raja, mengapa kita masih hidup dalam kekuatiran dan ketakutan? Bisa saja kita ada dalam pergumulan, terancam dan mengalami berbagai masalah, tetapi ingatlan bahwa TUHAN kita, Yesus Kristus adalah Raja! Dia tetap memerintah di dunia ini! Bukankah tahtaNya kekal selamanya? Dia-lah yang mengatur segalanya! Lihat juga, sebagai Raja di atas segala raja, TUHAN penuh kekuatan dan kuasa. KehebatanNya digambarkan sebagai kehebatan “melebihi suara sungai-sungai dan gelombang laut yang dahsyat”. Bukankah ini mengingatkan kita bagaimana TUHAN membelah laut Merah dan sungai Yordan? Tidakkah ini mengingatkan kita tentang angin sakal yang diredakan oleh Tuhan Yesus! “Tenanglah, ini Aku, Raja atas semesta” kata Tuhan Yesus. Bila kita percaya dan bergantung pada Tuhan kita, Yesus Kristus, tidak usah lagi takut. Ingatlah bahwa Dia-lah Raja!
3. Hidup takut akan TUHAN.
    Jika kita percaya bahwa TUHAN adalah Raja, marilah hidup di bawah peraturanNya yang teguh dan kekal. jika TUHAN adalah Raja kita, bukankah seharusnya sebagai umatNya, kita taat? Tundukkan diri kita dibawah pemerintahan TUHAN dan kita dibuat penuh kemenangan.
    Akhirnya, biarlah kita benar-benar mempercayai bahwa TUHAN itu Raja, bukan saja sekedar ‘percaya’ di mulut, tetapi nyata dalam ketaatan kita kepadaNya dan keberanian menghadapi hidup dan hari esok karena TUHAN YESUS adalah Raja atas semesta! Dia tetap bertakhta! 

Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.

Minggu, 26 Agustus 2012

HIDUP BAGI KEMULIAAN ALLAH!

1 PETRUS 2:11-14

SEBUAH KEHORMATAN!
     Hidup sebagai duta kemuliaan Allah adalah sebuah kehormatan! Betapa bangganya seseorang yang diminta ‘membantu’ tugas presiden! Ya, itu baru membantu seorang presiden, lebih lagi kita. Rasul Petrus menyatakan bahwa kitalah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri supaya memberitakan perbuatan-perbuatanNya yang besar dari Dia (Baca selengkapnya dalam 1 Petrus 2:9-10). Ya, kita dipanggil untuk memberitakan perbuatan Allah yang besar, kita adalah duta dari kemuliaanNya. Bukan hanya dari perkataan kita (proklamasi) tentang Injil Kristus, tetapi juga lewat kehidupan, perbuatan yang baik sehingga orang-orang disekitar kita melihat Kristus dan memuliakan Allah saat Dia melawat mereka! (band. ayat 12). Dan ini adalah sebuah kehormatan! Pertama, Dia yang memanggil kita menjadi duta kemuliaanNya adalah ALLAH sendiri! Siapakah yang lebih tinggi dari Dia? Siapakah yang lebih berdaulat dan berkuasa atas alam semesta ini? Allah di dalam Tuhan Yesus bukan? Itu sebabnya kalau kita dipanggil untuk hidup bagi kemuliaanNya, bukankah suatu kehormatan? Kedua, kita harus melihat siapakah kita. Kita dahulu adalah orang-orang yang tinggal dalam kegelapan, yang tidak layak sama sekali untuk menjadi duta kemuliaanNya, tetapi Dia menjadikan kita dutaNya! (1 Petrus 2:9). Bukan hanya itu, kita dahulu BUKAN umatNya! Tetapi sekarang oleh anugerahNya di dalam Kristus, Dia menjadikan kita bukan saja sekedar umatNya, tetapi duta kemuliaanNya! Terakhir, kita dahulu adalah orang yang tidak pantas menerima belas kasihan Allah, namun Allah mengasihani kita. Dan yang sama sekali tidak pantas untuk dibelaskasihani ini bahkan dijadikan duta kemuliaanNya. Wow, luar biasa bukan? Mari hidup bagi kemuliaan Allah!
BERFUNGSILAH, HIDUP BAGI KEMULIAAN ALLAH! 
    Sebenarnya rasul Petrus memerintahkan kita agar kita berfungsi sebagai duta kemuliaan Allah! Karena sejak semula Allah telah memilih dan memanggil kita sebagai duta kemuliaanNya dalam 1 Petrus 2:9-10 tadi. Kita adalah duta kemuliaanNya, sebab itu berfungsilah sebagai duta kemuliaanNya. Secara sederhana, bisa dalam bahasa Saya: “Hai lampu, bersinarlah, karena kamu adalah lampunya! Ya, kita  seharusnya hidup bagi kemuliaan Allah dalam Kristus. Nah, bagaimana hidup bagi kemuliaanNya? Memberitakan Injil adalah satu tugas yang tidak boleh diabaikan! Tetapi diayat 11-14 ini Petrus menekankan bukan sekedar pemberitaan Injil dengan proklamasi, tetapi dengan kehidupan, tingkah laku kita! Petrus menunjukkan kehidupan yang bagaimana menjadi kemuliaan bagi Allah.   
1. Jauhilah Keinginan-Keinginan Daging! (ayat 11).
    Rasul Petrus mengingatkan bahwa kita harus hidup sebagai ‘pendatang’ dan ‘perantau’di bumi ini. Memang kita adalah ‘pendatang’ dan ‘perantau’, seperti yang dikatakan rasul Paulus bahwa kita, di dalam Kristus, adalah warga kerajaan Sorga (Filipi 3:20-21). Seharusnya hidup sebagai warga Sorga. Jika kita hidup dengan cara yang sama dengan dunia yang berdosa ini, maka apakah kita akan memuliakan Tuhan? Jauhilah keinginan daging, dosa dan kejahatanan. Hiduplah dalam kebenaran, kekudusan Allah sehingga melalui cara hidup kita, Tuhan Yesus dimuliakan.    
2. Miliki Cara HidupYang Baik (ayat 12).
     Cara hidup yang baik sebagai duta kemuliaan Allah akan membawa kemuliaan bagi Allah. Ketika surat ini ditulis, jemaat Kristen sedang mengalami penderitaan dan tekanan dari pemerintahan Romawi, dan banyak orang ‘mencari-cari’ kesalahan mereka. Jadi, sangat penting kehidupan yang baik! Bukan hanya saat surat ini ditulis, tetapi sampai hari ini! Kata “baik” dari kata Yunani kalos, bukan saja menekankan sesuatu yang benar, tetapi juga memiliki gagasan keindahan, patut dipuji. Jadi, cara hidup yang baik di sini menunjuk pada cara hidup yang indah, patut dipuji. Paling sederhana, kita dapat katakan sebagai “cara hidup yang penuh KASIH Allah” beserta dengan nilai-nilai yang mengikutinya; Sukacita, kebaikan, kemurahan hati, sabar, sopan, kesetiaan, penguasaan diri dan sebagainya. Bayangkan, kalau setiap orang Kristen hidup dalam kasih!
3. Tunduklah Pada Pemerintah (ayat 13-14).
    Rasul Petrus mengajar kita untuk tunduk pada pemerintah, sebagai wakil dari keadilan Allah. Jika kita di Indonesia, di antara masyarakat hidup dengan tunduk pada pemerintah, misalnya taat membayar pajak, mengikuti peraturan pemerintah, aktif terlibat dalam kemasyarakatan, bukankah nama Tuhan akan dimuliakan?
    Akhirnya, dengan rasa bangga yang sehat, kita menyadari bahwa kita adalah duta kemuliaan Allah! Sebab itu hiduplah bagi kemuliaanNya, dengan  perkataan dan perbuatan kita yang benar, penuh kasih dan ketundukan pada pemerintah. Kemuliaan bagi Allah di dalam Tuhan kita, Yesus Kristus!  

Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.

Alasan Tidak Membayar Perpuluhan

Tiga orang yang berbeda profesi sedang berdiskusi soal perpuluhan. Mereka masing-masing mengemukakan alasan mengapa mereka belum membayar perpuluhan.

Akuntan: Saya belum membayar perpuluhan karena belum menerima surat tagihan dari Tuhan.

Pengacara: Kalau saya belum membayar perpuluhan karena belum ada undang-undang yang mengaturnya.

Bankir: Saya sih sudah lama mau membayar perpuluhan, tapi sampai sekarang saya belum tahu nomor rekening Tuhan.

cabe deeeh....

ALBUM KENANGAN