Selamat datang di www.wartamaranatha.blogspot.com - Memberitakan Injil dan Mendewasakan Kerohanian

Minggu, 24 Juni 2012

Bersyukurlah atas Kebaikan dan Kasih Setia TUHAN

Mazmur 118:1-29

    Mazmur 118 adalah mazmur Ucapan Syukur, dimana Pemazmur bersyukur atas kebaikan dan kasih setia TUHAN yang diterimanya. Nampaknya, mazmur ini merupakan nyanyian yang dinyanyikan dalam ibadah umat Israel, mengingat adanya ajakan untuk bersyukur dan merupakan refrein dari mazmur ini (ayat 1-4; 28-29). Ya, kita diajak untuk bersyukur atas kebaikan dan kasih setia TUHAN kita, Yesus Kristus!  Apakah Saudara dapat beryukur atas kebaikan dan kasih setia Tuhan hari ini? Jika tidak, mungkin karena Saudara tidak memahami kebaikan dan kasih setia TUHAN dalam hidup ini seperti apa yang dipahami oleh Pemazmur. Nah, mari kita renungkan bagaimana kebaikan dan kasih setia TUHAN dalam mazmur 118 ini.
 
1. Kebaikan dan Kasih Setia TUHAN BUKAN Berarti Hidup Tanpa Pergumulan.
    Kita seringkali berpikir bahwa dimana ada kebaikan dan kasih setia TUHAN, maka disitu tidak akan ada pergumulan! Sayangnya, ini padangan yang salah! Perhatikan, Pemazmur justru menghadapi banyak pergumulan, tetapi dia tetap bersyukur dan mengajak kita untuk bersyukur. Apa yang dihadapi oleh Pemazmur? Pemazmur mengalami kesesakan (ayat 5), menghadapi banyak orang yang memusuhinya (ayat 10-12) dan mengalami penolakan yang hebat hingga dia terjatuh!(ayat 13 band. 22-23). Disinilah Pemazmur melihat kebaikan dan kasih setia TUHAN. Pemazmur benar-benar memahami bahwa adanya kebaikan dan kasih setia TUHAN dalam hidupnya, bukan berarti hidup tanpa masalah, namun justru di tengah pergumulanlah, kebaikan dan kasih setia Tuhan semakin nyata! Bukankah ditengah kegelapan, sinar akan semakin terang? Berapa banyak orang Kristen yang bersungut, marah dan menyalahkan TUHAN YESUS, ketika mengalami pergumulan hidup? Padahal di dalam pergumulan hidup justru kebaikan dan kasih setia TUHAN nyata! Biarlah kita seperti bunga teratai, dapat berbunga indah sekalipun ‘ditempatkan’ di rawa-rawa yang kotor, suatu tempat yang penuh dengan “PERGUMULAN”. Mari kita tetap bersyukur sekalipun ada di tengah pergumulan, TUHAN sudah ada di sana untuk menyatakan kebaikan dan kasih setiaNya!
 
2. Kebaikan dan Kasih Setia TUHAN itu Nyata Dalam Pertolongan-Nya yang SELALU TEPAT.
    Kebaikan dan kasih setia TUHAN selalu berhubungan dengan pertolonganNya. Pemazmur bersyukur karena telah menikmati kebaikan dan kasih setia TUHAN dalam hidupnya. Dan pertolongan TUHAN itu selalu tepat! Pertama, selalu tepat, sesuai dengan kebutuhannya. Saat Pemazmur menghadapi peperangan, TUHAN memberikan kemenangan (ayat 6, 10-12), saat ditolak, Dia menopang dan  menyambutnya (ayat 13), saat ‘salah jalan’, TUHAN mendisiplin dan menuntun kembali pada jalanNya (ayat 18). TUHAN selalu menolong kita dengan pertolongan yang tepat dengan apa yang kita butuhkan! Dia tidak pernah salah! Kedua, pertolongan TUHAN adalah pertolongan yang tepat waktu! Perhatikan apa yang disampaikan Pemazmur dimana dia menghadapi pergumulan, TUHAN tidak membiarkan dia kalah, terjatuh dan tidak bangun kembali atau tersesat! Tuhan kita, Yesus menolong pada waktu yang tepat! Inilah kebaikan dan kasih setia TUHAN: PertolonganNya yang tepat bagi kita!
 
3. Kebaikan dan Kasih Setia TUHAN itu adalah Campur Tangan Tuhan Setiap Hari.
    Kebaikan dan kasih Setia TUHAN nyata dalam campur tangan Tuhan dalam hidup kita SETIAP HARI. Pemazmur menyatakan bahwa TUHAN-lah yang menjadikan hari bagi kita (ayat 24-25). Pertama, ini berarti setia hari dalam hidup kita adalah pemberian (baca: dibuat) TUHAN bagi kita. Tidakkah kita bersyukur? Kalau kita ada hari ini, itu karena TUHAN yang memberikan hari ini untuk kita. Inilah kebaikan dan kasih setia TUHAN!  Kedua, TUHAN “menjadikan hari ini” bagi kita berarti setiap hari TUHAN turut campur tangan; mengatur dan berkarya bagi kita! Tidak ada satu haripun, Dia tidak hadir dan mengatur hidup kita. Wow, luar biasa bukan? Bukankah kita harus bersyukur senantiasa?

 Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.

Senin, 18 Juni 2012

HIDUP ADALAH KEPERCAYAAN

Daniel 3:13-18

    Bagaimana seseorang memandang hidup ini akan menentukan dan mempengaruhi cara hidupnya dalam menggunakan talenta, waktu, uang, hubungannya dengan Allah dan juga terus hubungannya dengan sesama.
    Bacaan kita menunjuk adanya suatu kondisi yang sangat pelik dimana Sadrakh, Mesakh, dan Abednego diperhadapkan kepada pilihan untuk menyembah patung yang didirikan oleh Raja Nebukadnezar di dataran Dura.  Apabila mereka menyembah patung yang telah didirikan oleh Raja Nebukadnezar mereka akan hidup, tetapi yang tidak mau menyembah maka akan mati dibuang ke dalam dapur api. Kondisi ini mengisyaratkan bagi orang percaya sekarang ini untuk waspada, karena pengaruh “dunia” begitu hebat untuk menyeret umat Tuhan keluar dari imannya kepada Tuhan Yesus.
Ada dua pandangan yang kita dapati dalam melihat hidup ini, yang pertama cara pandang dari sudut pandang manusia. Yang kedua cara pandang dari sudut pandang  Allah. Kasus Sadrakh, Mesakh dan Abednego ini jika dipandang dari sisi manusia maka kita akan dapati pandangan manusia sebagai berikut:
Pertama, Sujud sembahlah patung itu, maka akan hidup. Bukankah hati kita kan “tidak menyembah” tetapi hanya pura-pura saja, dengan demikian tidak akan mati di dalam dapur api? Kedua, Bukankah dengan mengikuti titah raja maka ada kesempatan untuk mendapat posisi, kedudukan yang lebih tinggi dalam kerajaan Babilonia. Dan itu berarti hidup tercukupkan dan bahkan bisa dibebaskan  dari status sebagai orang buangan?. Minimal inilah pandangan manusia yang mau gampang dan tidak mau menyusahkan dirinya.
    Bagi kita pandangan seperti ini sangat menyesatkan karena saat kita tunduk menyembah, ikut keinginan yang berlawanan dengan Tuhan maka kita telah menyakiti hati Tuhan. Ingat kita adalah suratan Kristus yang dibaca, dilihat oleh banyak orang di sekitar kita (Lihat 2 Korintus 3:2-3). Perhatikan ketiga pemuda Ibrani ini, saat bunyi-bunyian dibunyikan mereka tetap tegak, tidak tunduk menyembah kepada patung emas itu (Daniel 3:12). Tidak ada rasa takut atau gentar padahal telah jelas bahwa itu berarti “maut” alias mati di dapur api. Mengapa mereka bisa bersikap demikian? Secara jelas kita ketahui bahwa Sadrakh, Mesakh dan Abednego adalah pemuda-pemuda yang takut akan Allah, saleh dan juga adalah orang-orang muda yang cakap (Daniel 1: 9,19-20) dengan demikian mereka imani bahwa dalam takut akan Tuhan ada ketentraman yang besar (Amsal 14:26).
perhatikan kalimat yang diucapkan  Sadrakh, Mesakh, dan  Abednego dalam ayat 16-18 merupakan perkataan yang menantang kepada raja Nebukadnezar; suatu tekad yang sangat luar biasa, keberanian ini membuat  suatu kepasrahan bahwa mereka telah siap menghadapi hukuman itu. Ungkapan dalam ayat 18 “tetapi seandainya tidak ...” bukanlah merupakan ungkapan dari iman yang teguh dan kemampuan Allah untuk menyelamatkan mereka? dan bukan merupakan suatu pertanda bahwa mereka bimbang atas pertolongan Allah terhadap mereka, tetapi merupakan pernyataan iman yang kokoh, kuat dalam ketaatan mereka kepada Allah mereka.

APA YANG MENDASARI PENGAKUAN IMAN MEREKA ITU?   
 
1. Mereka  memiliki pandangan Allah atas kehidupan ini  adalah sauatu “ujian”.
  Alkitab mencatat beberapa tokoh yang menghadapi ujian dan mereka lulus, antara lain:
    Abraham, diuji saat Allah meminta Ishak, anaknya yang telah dinanti-nantikan kurang lebih 25 tahun. Abraham lebih taat kepada Allahnya daripada menyayangi anaknya Ishak (Kejadian 22:1-14) dan Abraham lulus. Yusuf seorang pemuda yang lolos dari godaan istri Potifar. Bagi Yusuf penjara lebih baik daripada melakukan perbuatan yang menyakiti hati Allahnya (Kejadian 39:7-10).
    Namun ada  juga tokoh-tokoh Alkitab yang tidak lulus dalam ujian:
Adam dan Hawa Tidak lulus dengan memberi hatinya untuk mengikuti kehendak iblis (Kejadian 3:6-7). Karena mata dan keinginan hati, kecongkakan inilah buah dari mau menyamai Allah - Ini dosa.
Daud yang gagal dalam imannya. Karena ia terjerat dalam perbuatan zinah dengan Batsyeba dan berlanjut dengan dosa pembunuhan atas suami Batsyeba, Uria (2 Samuel 11:2-5,14).
    Bagi Sadrakh, Mesakh dan Abednego lebih baik dalam iman kepada Allah daripada hidup tetapi menyangkal dan menyakiti hati Allah. setiap kita pun diperhadapkan dengan ujian dan pencobaan, tetapi biarlah tetap setia kepada Tuhan Yesus, karena Dia akan memberi jalan keluar bagi kita (1 Korintus 10:13). Tuhan Yesus adalah teladan kita, Ia lulus dalam ujian yang berat (lihat Lukas 22:19-20; 1 Petrus 4:12-14).
2. Sadrakh, Mesakh, dan Abednego sadar bahwa hidup mereka adalah suatu “kepercayaan” yang harus diperjuangkan.
     Sadarkh, Mesakh dan Abednego sadar bahwa mereka hidup karena Allah yang memberi nafas hidup kepada mereka, jadi seandainya Dia mengambil itu adalah hak-Nya, jadi lebih baik setia dan taat kepada Alah sebagaimana Sadrakh, Mesakh dan Abednego, maka kita yang sekarang pun seharusnya sadar bahwa apa yang kita punya itu semuanya adalah kepercayaan dari  Allah kepada kita. Waktu kita, tenaga, kepintaran, kesempatan, kekayaan yang kita miliki semuanya adalah kepercayaan Allah kepada kita (Mazmur 24:1; band. Mazmur 89:12). Setiap berkat yang kita terima, baik itu jasmani maupun rohani adalah kepercayaan dari Allah (Kolose 1:16). Karena segala sesuatu adalah kepercayaan Allah kepada kita, maka Allah pasti meminta pertanggungan jawab dari kita, perhatikan perumpamaan tentang talenta dalam Matius 25 :14-29 (band. Ibrani 4:13). Pelajaran dari Sadrakh, Mesakh dan Abednego memicu kita untuk tetap menghadapi hidup ini sebagai suatu kepercayaan dari  Allah kepada kita, hargailah itu. 
TUHAN YESUS MEMBERKATI

Pdt. Adrian L. Manikome,  GPPS Bitung

Minggu, 10 Juni 2012

DIAMPUNI dan DIPULIHKAN

Mazmur 51:1-19

     Mazmur  bergenre Mazmur Keluhan ini, merupakan ungkapan hati Daud yang memohon pengampunan Tuhan karena dosa yang diperbuatnya! Dosa apa yang dilakukan Daud? Daud berzinah dengan Betsyeba, kemudian untuk menutupi dosanya, ia membunuh Uria, suami Betsyeba! (baca ayat 1-2 bandingkan dengan 2 Samuel 11). Allah tidak membiarkan Daud, Dia mengutus nabi Natan untuk menegur Daud. Daud menyadari dan Mazmur 51 inilah ungkapan permohonan ampun Daud kepada Tuhan. 
 
AWAS AKIBAT DOSA YANG MENGERIKAN!
    Dalam ungkapan penyesalan dan permohonan ampun Daud yang begitu dalam, kita menemukan pengajaran yang penting bagi kita untuk hari ini, yaitu akibat dosa yang mengerikan! Pertama, Dosa menjauhkan kita dari Tuhan. Daud berseru agar Tuhan tidak “membuang dirinya” dan supaya Tuhan tidak “mengambil Roh Allah darinya”  (ayat 13). Ini ungkapan yang menunjukkan bahwa dosa menjauhkan kita dari Tuhan. Daud adalah saksi mata bagaimana seseorang yang ‘jauh’ dari Tuhan itu sangat mengerikan. Daud telah melihat contoh yang terburuk, yaitu raja Saul (1 Samuel 16:14-17). Nabi Yesaya mengingat umat Israel bahwa dosalah yang memisahkan mereka dengan Tuhan (Yesaya 59:1-2). tidak mungkin murid-murid Tuhan mengalami kepenuhan Roh Kudus! Itu sebabnya mari kita hidup dalam kebenaran, buang segala dosa. Kedua, dosa menyebabkan kita ‘kotor’ dihadapan Tuhan dan terus akan menuduh hati nurani kita jika tidak dibereskan dengan Tuhan. Ini yang dialami Daud. Berulang kali Daud memohon agar Tuhan membersihkan dirinya (Mazmur 51:4, 9 dan 12). Dosa menjadikan kita ‘kotor’ dihadapan Tuhan Yesus dan kita terus menerus dituduhnya sehingga sulit bertumbuh dalam kerohanian. Ketiga, dosa menyebabkan kita kehilangan sukacita Sorgawi. Segera sesudah kesadaran bahwa dirinya telah jatuh dalam dosa, maka sukacita semu yang Daud peroleh berubah menjadi dukacita yang tak terelakkan! Dia kehilangan sukacita rohani (ayat 10, 14). Ya, dosa akan merenggut sukacita Sorga dari hidup kita! Keempat, dosa menyebabkan kita kehilangan semangat untuk mendekat kepada Tuhan dan melayani Dia! Daud kehilangan semangat itu! Dia bahkan memohon semangatnya dipulihkan (ayat 14-15). Begitu dosa menguasai kita, kita segera akan meninggalkan persekutuan dengan Tuhan dan perkara-perkara rohani lainnya. Betapa mengerikan akibat dosa! Mari kita dengan pertolongan Roh Kudus, menjaga diri dari godaan dosa. Tuhan beserta kita!  
 
KUNCI MENERIMA PENGAMPUNAN DAN PEMULIHAN TUHAN.
       Sangat bersyukur bahwa Mazmur 51 ini bukan saja menunjukkan betapa mengerikan akibat dari dosa, tetapi juga bagaimana kita menerima pengampunan dan pemulihan dari Tuhan!  Mazmur ini merupakan sebuah ‘cermin’ dari sebuah kehidupan yang berdosa yang mengalami pengampunan dan pemulihan Tuhan! Bagaimana menerima pengampunan dan pemulihan Tuhan?
1. Pengampunan dan pemulihan selalu dimulai oleh Allah!
    Tanpa Allah, tidak seorangpun dapat bertobat dan menerima pengampunan dan pemulihanNya. Tanpa Allah mengutus nabi Natan, mungkin Daud akan binasa dalam dosanya! (ayat 1-2). Pertobatan pertama-tama adalah kerinduan dan inisiatif Allah dalam Tuhan kita Yesus! Itu sebabnya bersyukurlah, bila khotbah, firman yang kita dengar dan baca menegur dosa-dosa kita. Itu berarti Allah mengasihi Saudara! Harus Saya tambahkan disini: Tanpa Allah memberikan ‘hati yang rela ditegur’ dan ‘hati yang mau bertobat’, Daud tidak akan mungkin bertobat dengan kekuatannya sendiri! Itu sebabnya setiap orang yang rela ditegur firman Tuhan, yang mau bertobat karena Allah dalam Kristus menganugerahi orang itu. Apakah Saudara termasuk di dalamnya? Berikan diri Saudara ditegur Firman dan bertobatlah!
2. Sadari dan sesali dosa Saudara!
    Menyadari dan menyesali dosa adalah langkah pertama yang harus kita ambil seperti yang dikerjakan Daud! (ayat 1-5 band. 2 Samuel 12:13). Bahkan seluruh Mazmur 51 adalah ungkapan penyesalan Daud kepada Allah. Tanpa menyadari dan menyesali dosa tidak ada pertobatan yang sejati! Dan jika tidak ada pertobatan sejati, maka tidak ada pula pengampunan dan pemulihan Tuhan. Nah, bila kita jatuh dalam dosa, mari sadari dan sesali dosa kita dihadapan Tuhan dan menerima pengampunanNya! (1 Yohanes 1:9).
3. Berhenti berbuat dosa!
    Pertobatan yang sejati bukan hanya menyadari dan menyesali, tetapi berhenti berbuat dosa tersebut! Daud tidak lagi berbuat dosa yang sama! Tinggalkan dosa adalah jalan pertobatan untuk menerima pengampunan dan pemulihan Allah.
4. Kembali kepada Allah!
    Selain meninggalkan dosa, maka bertobat adalah kembali kepada Allah!  Lihat Daud kembali kepada Allah, Dia berdoa, menyanyikan Mazmur 51 dengan hancur hati. Mari kita tinggalkan dosa dan kembali kepada Allah kita dalam Tuhan Yesus Kristus. Kembali kepada Allah berarti kembali membangun persekutuan yang akrab dengan Dia. Mari masuk ke dalam persekutuan yang hidup dengan Tuhan Yesus. beribadah, bersaat teduh, berdoa dan merenungkan firmanNya. Kembali kepada Allah berarti melakukan kembali kebenaran-kebenaran Allah. Mari kita mulai hidup dalam ketaatan, berjalan dalam kebenaran FirmanNya! Dan dengan iman, kita menerima pengampunan Allah Bapa pemulihaNya yang ajaib sekarang!    

  Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.

Senin, 04 Juni 2012

Ketika Roh Kudus dicurahkan...

Kisah Para Rasul 2:1-13

     Pentakosta adalah hari dimana Roh Kudus pertama kalinya dicurahkan bagi umatNya! Pentakosta artinya “hari yang kelima puluh” dan memang terjadi pada hari yang kelima puluh setelah kebangkitan Tuhan Yesus! Ini adalah hari pencurahan Roh Kudus sebagai pemenuhan dari janji Tuhan Yesus bagi murid-muridNya (Kisah Para Rasul 1:4-5, 8). Hari itu janji Tuhan Yesus digenapi! Apa yang terjadi ketika Roh Kudus dicurahkan? Mari kita renungkan apa yang disaksikan Kisah para Rasul 2:1-13 ini
1. Orang Percaya Dipenuhi Oleh ROH KUDUS (ayat 4).
     Saat Roh Kudus dicurahkan, maka murid-murid mengalami kepenuhan Roh Kudus. Ya, tanpa pencurahan Roh Kudus pertama kali ini, maka tidak mungkin murid-murid Tuhan mengalami kepenuhan Roh Kudus! Tuhan Yesus menjanjikan bahwa mereka yang percaya, haus dan datang kepadaNya akan menerima Roh Kudus (Yohanes 7:37-39). Namun, Roh Kudus belumlah dicurahkan karena Tuhan Yesus belum dimuliakan, belum naik ke Sorga. Tetapi setelah Dia naik ke Sorga, sesuai janjiNya, sepuluh hari kemudian, Roh Kudus dicurahkan dan sejak itu murid-murid mengalami kepenuhan Roh Kudus, termasuk kita! Perhatikanlah dalam kitab Kisah Para Rasul ini, setelah pencurahan Roh Kudus pertama kalinya, maka murid-murid mengalami kepenuhan Roh Kudus terus menerus (Kisah para Rasul 8:14-17; 9:17; 10:44-46; 13:9, 52; 19:1-7 dan ayat-ayat lain).  Ketika Roh Kudus dicurahkan, maka kita berhak menerima kepenuhan Roh Kudus-Nya! Itu sebabnya Rasul Paulus, oleh Roh Kudus, memerintahkan agar jemaat di Efesus dan kita semua terus menerus penuh dengan Roh Kudus (Efesus 5:18). Tanpa pencurahan Roh Kudus, ini tidak mungkin terjadi. Itu sebabnya mari kita terus menerus dipenuhi oleh Roh Kudus! Jangan lewatkan berkat yang indah dan heran ini! dengan pencurahan Roh Kudus yang pertama, kita dapat dipenuhi oleh Roh Allah. Jangan hanya “dulu” dipenuhi Roh Kudus, tetapi sekarang kita juga dimungkinkan untuk dipenuhi oleh Roh Kudus. Berikanlah hati dan hidup saudara untuk dipenuhi oleh Roh Kudus! O, Roh Kudus penuhilah umatMu, penuhilah kami...
2. Orang percaya mengalami Pengalaman Rohani (ayat 1-4).
     Apa yang terjadi ketika Roh Kudus dicurahkan? Para murid Tuhan Yesus mengalami pengalaman rohani yang lebih dalam! Tiba-tiba terdengar suara tiupan angin keras dan nampak lidah-lidah api di atas kepala mereka. Mereka kepenuhan Roh Kudus dan berbicara dalam bahasa-bahasa lain.  Mereka mengalami pengalaman rohani yang tidak akan terlupakan! Bahkan orang banyak menyindir mereka “mabuk anggur” (ayat 13). Tanpa fenomena yang ‘aneh’ tentu tidak ada sindiran ini! Ya, ketika Roh Kudus dicurahkan umatNya mengalami pengalaman rohani dengan Tuhan. Ini adalah akibat logis ketika Allah melawati umatNya. Perhatikan di Perjanjian Lama, bagaimana umat Tuhan mengalami pengalaman rohani ketika Tuhan hadir menjamah umatNya. Seperti kehadiranNya di tengah umat Israel zaman Musa tahu seperti di bait Allah saat Salomo mengadakan pentahbisan bait  Allah. Lihat saja, ketika Roh Kudus hadir dalam persekutuan doa jemaat mula-mula, maka tergoncang ruangan tempat mereka berdoa (Kisah Para Rasul 4:31). Dimana Allah hadir, oleh Roh Kudus-Nya, maka umat mengalami pengalaman yang indah dengan Tuhan Yesus. Tentu saja, pengalaman rohani dengan Tuhan pada setiap orang berbeda-beda dan tidak boleh ”diwajibkan” atau “diseragamkkan” apalagi “dijadikan doktrin”. Injinkan Roh Kudus memberikan pengalaman rohani yang indah dengan Tuhan Yesus sekalipun berbeda-beda setiap orang. Masihkah saudara mengalami keindahan persekutuan dengan Tuhan Yesus oleh Roh Kudus?
3. Orang percaya memuji dan Memuliakan Tuhan Yesus (ayat 11).
     Ketika Roh kudus dicurahkan, para murid memuji dan memuliakan Tuhan Yesus. Pujian, penyembahan dan pengagungan kepada Tuhan Yesus adalah akibat logis, jika Roh Kudus hadir, dicurahkan di tengah-tengah umatNya! Tuhan Yesus mengajarkan bahwa Roh Kudus memimpin kita untuk memuji dan memuliakan Tuhan Yesus (Yohanes 16:13-14). Paulus menegaskan bahwa orang yang dipenuhi Roh kudus akan memuji Tuhan Yesus, bermazmur, menyanyikan nyanyian rohani dan suka bersyukur kepada Tuhan (Efesus 5:18-20). Masihkah Saudara senang memuji Tuhan dan Bersyukur kepadaNya? Masihkah ada semangat yang dikerjakan Roh Kudus untuk hidup memuliakan Dia? Jika tidak kini saatnya kita memohon kepenuhan-Nya dalam hidup kita.
4. Orang percaya Terdorong Untuk Memberitakan Injil (ayat 11).
     Ketika Roh Kudus dicurahkan, maka murid-murid terdorong untuk memberitakan Injil! Mereka mewartakan perbuatan Allah yang besar dalam berbagai bahasa yang diberikan Roh Kudus! (ayat 7-11). Sejak awal Tuhan Yesus menegaskan bahwa janji pencurahan Roh kudus untuk memperlengkapi mereka dengan kuasa untuk menjadi saksiNya, untuk memberitakan InjilNya! (Lukas 24:47-49 band. Kisah Para Rasul 1:8). Ini tidak boleh dilupakan oleh semua orang percaya, termasuk kita. Roh Kudus dianugerahkan bukan hanya untuk berbahasa Roh atau menikmati pengalaman rohani yang dalam dengan Tuhan, tetapi untuk memberi kita kuasa dalam memberitakan Injil. Jadi, mari kita beritakan InjilNya! Jangan malu dan jangan takut! Roh Kudus menyertai dan memberi kita kuasa dari Sorga! (2 Timotius 1:7-8). Apakah hari ini kita masih berapi-api memberitakan Injil Tuhan Yesus? Jika tidak, mari datang dan menerima janji kepenuhan Roh Kudus yang memberikan kuasa untuk menjadi saksiNya.
     
     Mari, di hari peringatan Pentakosta ini, jangan menjadi sebuah hari “peringatan masa lalu”  saja, tetapi mari kita memberi diri dipenuhi oleh Roh Kudus untuk menikmati persekutuan yang indah denganNya, memuji dan memberitakan Injil Tuhan Yesus. Mari kita serukan bersama: “Ya Roh Kudus datanglah, brilah apiMu dalam hatiku...”  

Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th. 

Alasan Tidak Membayar Perpuluhan

Tiga orang yang berbeda profesi sedang berdiskusi soal perpuluhan. Mereka masing-masing mengemukakan alasan mengapa mereka belum membayar perpuluhan.

Akuntan: Saya belum membayar perpuluhan karena belum menerima surat tagihan dari Tuhan.

Pengacara: Kalau saya belum membayar perpuluhan karena belum ada undang-undang yang mengaturnya.

Bankir: Saya sih sudah lama mau membayar perpuluhan, tapi sampai sekarang saya belum tahu nomor rekening Tuhan.

cabe deeeh....

ALBUM KENANGAN