Selamat datang di www.wartamaranatha.blogspot.com - Memberitakan Injil dan Mendewasakan Kerohanian

Minggu, 30 September 2012

Ingatlah kepada PENCIPTAMU !

PENGKHOTBAH 12:1

    Firman TUHAN mengingatkan kita supaya kita ingat kepada Pencipta kita, Tuhan Yesus Kristus! Memang, peringatan ini ditujukan untuk para pemuda atau “orang muda”, tetapi bukan berarti bukan untuk yang tua. “Muda” menunjukkan mereka yang usianya memang masih muda (kira-kira usia 12-40 tahun) seperti yang dapat kita perkirakan. Tetapi usia “muda” juga kita kenakan untuk membandingkan orang yang lebih tua atau lebih muda dari kita, meskipun perbandingan itu antara yang tua dan yang lebih tua bukan? Secara sederhana, usia “muda” menunjuk pada kepemilikan potensi atau kemampuan untuk mengingat TUHAN, Sang Pencipta. Jadi, ayat ini untuk kita semua: Ingatlah kepada Pencipta-mu!
    Apakah kita ingat kepada Pencipta? “Ingat kepada Pencipta” adalah sikap eling (bahasa Jawa-red), mengingat TUHAN dalam kehidupan ini. “Ingat akan Pencipta” ternyata, kalau kita rajin beribadah, berdoa, melayani TUHAN, memberitakan Injil dan paling penting, hidup takut akan Dia! Tanpa hal-hal ini sulit untuk kita katakan kita ingat TUHAN.
    
    Betapa banyak orang sibuk dan melupakan Penciptanya. Tetapi Pengkhotbah ini mengingatkan kita supaya kita ingat Pencipta kita! Siapa pengkhotbah ini? Dia adalah Salomo, seorang raja yang sukses, kaya raya dan pernah hidup dalam penuh kenikmatan. Tetapi ditengah limpahnya ‘apa yang menyibukkan banyak orang’ sampai tidak ingat Penciptanya ini, Salomo justru mengingatkan adanya TUHAN, Pecipta. Jangan hanya mengejar kesuksesan, kekayaan dan kesenangan, tetapi mari ingat akan Pencipta kita, TUHAN YESUS KRISTUS! Nah, mengapa kita harus ingat Pencipta kita, TUHAN YESUS?
1. Karena Kita Akan Menjadi Tua dan Mati (ayat 1-7).
     Pengkhotbah memberikan alasan pertamanya, bahwa akan datang hari-hari “yang malang mendekat” dan “tahun-tahun dimana dikatakan tidak ada kesenangan bagiku di dalamnya”! Setiap kita kan memasuki masa tua. Tidak ada yang akan muda seterusnya. Talmud, menafsirkan ayat 2-7 sebagai gambaran masa tua yang datang. Mata akan menjadi rabun, gigi-gigi mulai terlepas, tulang-tulang sulit digerakkan dan seterusnya. Bukankah hal ini benar? Kita akan menjadi tua, dan yang ada adalah “tidak ada kesenangan di dalamnya”. Bukan hanya itu, suatu saat akan tiba waktunya bagi kita dimana “debu kembali menjadi tanah, dan roh kembali kepada Allah yang mengaruniakan” (ayat 6-7). Ya, kita akan kembali kepada Pencipta kita. Itu sebabnya selagi masih muda, selagi masih kuat, selagi masih ada kesempatan, mari kita ingat kepada TUHAN kita, Pencipta kita! Mari kita setia beribadah, setia melayani TUHAN YESUS, setia memberitakan Injil dan hidup dalam kebenaran TUHAN. Sehingga jika masa tua menghampiri kita tidak akan menyesal. Kita didapatiNya telah hidup dengan mengingat TUHAN. 
2. Karena Waktu Hidup Kita Berlalu Dengan Cepat (11:9-10)
    Pengkhotbah dengan tepat menggambarkan bahwa hidup muda itu seperti fajar! (Baca secara berurutan 11:9-12:1). Fajar itu hanya sebentar (ayat 10). Tidak lebih dari satu jam! Memang hidup itu sangat singkat, jangan pernah disia-siakan. Hari berganti hari dengan sangat cepat. Tiba-tiba saja kita mendapati diri kita sudah tua dan jika kita tidak ingat kepada TUHAN, Sang Pencipta, kita hanya akan menyesalinya. Sebab itu, jangan tunda lagi, sekarang saatnya kita ingat kepada Pencipta kita! Ini saatnya kita setia beribadah, setia melayani, setia hidup dalam kebenaran dan bersungguh-sungguh kepada TUHAN kita, YESUS. Ingat, waktu yang kita miliki cepat berlalunya.
3. Karena Setiap Perbuatan Kita Akan Dipertanggung jawabkan Kepada ALLAH (12:13-14).
    Ini adalah alasan terakhir, yang dikemukakan Pengkhotbah: Setiap perbuatan kita akan dibawa ke pengadilan Allah (ayat 14).  Jika kita melupakan TUHAN, maka kita akan menanggung akibatnya, jika kita ingat akan TUHAN, kita memperoleh upahnya. Ajaran ini sesuai dengan Perjanjian Baru. Rasul Paulus menyatakan bahwa kelak akan ada pertanggung jawaban (1 Korintus 15:32). Jika hidup ini tidak dipertanggung jawabkan kelak, maka lebih baik hidup senang tanpa takut akan TUHAN saja!  Bukan itu saja, ia juga mengingatkan semua orang Kristen bahwa kita juga akan menghadap pengadilan Allah untuk mempertanggung jawabkan perbuatan kita yang baik atau yang jahat (2 Korintus 5:10). Pengadilan Allah ini untuk orang Kristen, untuk menerima pahala atas setiap perbuatan yang baik dan memuliakan TUHAN! Jangan pernah berpikir bahwa hidup kita bebas dari mempertanggung jawabkan apa yang kita perbuat di dunia ini! Mari kita setia beribadah, melayani dan hidup takut akan TUHAN, kelak kita akan mendengar hasil akhir pengadilan Allah: “Hai hamba-KU yang baik dan setia, masuklah ke dalam kebahagiaan Tuan-mu selama-lamanya”.
    
    Ingatlah bahwa kita akan menjadi tua dan mati, dan itu terjadi cepat yang pada akhirnya apa yang kita perbuat harus kita pertangung jawabkan kelak dihadapan Allah. Jika demikian, mari kita ingat kepada Pencipta kita mulai sekarang dan setiap hari. Tuhan Yesus memberkati.   

Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.

Minggu, 23 September 2012

Mengapa TUHAN memerintahkan burung gagak memberi makan Elia?

1 RAJA-RAJA 17:1-6

     Dikisahkan nats ini, TUHAN memerintahkan Elia untuk menyampaikan pesanNya kepada Ahab bahwa karena dosa, tanah Israel akan mengalami kekeringan bahkan tidak akan ada embun yang turun di sana! Lalu TUHAN memerintahkan Elia ke sungai Kerit dan Dia akan memelihara Elia dengan menyuruh burung-burung gagak memberi makan Elia, memberi daging dan roti. Mengapa TUHAN memerintahkan burung-burung gagak untuk memberi makan Elia? Sederhana saja, TUHAN sedang mengajar Elia tentang diriNya! Elia baru saja melayani sebagai nabi Tuhan (ayat 1). Lihat saja pada pasal sebelumnya tidak ada cerita mengenai pelayanan Elia. Bahkan Elia belumlah mendapat ‘gelar’ nabi atau pelihat atau abdi Allah sebagaimana umumnya seorang nabi di Israel (ayat 1). Dia hanya disebut sebagai Elia, “orang Tisbe”. Bagi Elia, yang baru melayani TUHAN, perlu diajar tentang siapa Tuhan. Saya kira bukan hanya untuk Elia, tetapi TUHAN juga sedang  mengajar kita, yang hidup pada masa kini! Karena kita juga menghadapi pergumulan yang tidak berbeda dengan yang dihadapi oleh Elia. Apa yang TUHAN ajarkan kepada Elia ketika memerintahkan burung-burung gagak untuk memberinya makan? 

1. TUHAN tetap adalah TUHAN yang mengendalikan segala sesuatu!
     Bayangkan, siapa yang dihadapi Elia saat itu? Dia harus menghadapi Ahab, seorang penguasa tertinggi di kerajaan Israel. Semua yang ada di Israel berada dibawah kekuasaan Ahab, karena dialah rajanya! (1 Raja-raja 16:29-33). Bukan itu saja, Ahab seorang raja yang jahat, penyembah berhala dan ‘anti nabi Tuhan’. Banyak nabi telah dibunuh oleh Ahab dan Izebel, isterinya (1 Raja-raja 18:1-4). Ya, ini bukan pergumulan biasa untuk hamba Tuhan yang baru saja melayani. Ada banyak masalah yang kita hadapi dan seringkali itu ‘diluar kemampuan kita’! Kita seringkali mendapati betapa tidak berdayanya diri kita dihadapan sebuah pergumulan; entah itu masalah keluarga, keuangan atau sakit penyakit. Rasa-rasanya pergumulan-lah yang menguasai keadaan dan seringkali memang demikian kenyataan. Namun hari ini kita dilihatkan bahwa apa yang kita pikirkan ini bukan kebenaran yang seluruhnya. TUHAN menunjukkan kebenaran yang sebenarnya kepada Elia dan kita! Ketika TUHAN memerintahkan burung-burung gagak memelihara Elia dengan roti dan daging, TUHAN ingin berkata: “Lihat Elia, memang Ahab yang menguasai Israel, tetapi AKU menguasai alam semesta ini bahkan Israel dan Ahab dalam gengaman tanganKu! Mari kita percaya bahwa apapun kondisi kita dan pergumulan kita, TUHAN kita, Yesus Kristus, tetap yang memegang kendali!
2. TUHAN adalah TUHAN Yang Mahakuasa!
    Tidak diragukan TUHAN sedang mendemonstrasikan kemahakuasaanNya kepada Elia! Elia perlu tahu bahwa TuanNya adalah Yang Mahakuasa! Siapa yang dapat memerintahkan burung-burung gagak untuk memberi makan manusia? Bahkan TUHAN tidak memerlukan waktu dan pelatihan bagi burung-burung gagak itu! TUHAN kita TIDAK PERNAH BERUBAH! Dia sanggup membuat mujizat bagi Saudara! Dia-lah Yang Mahakuasa.
3. TUHAN adalah TUHAN yang berkarya dengan caraNya!
   Tahukah Saudara burung gagak adalah burung yang berwarna hitam, yang identik dengan kematian, kejahatan bahkan kitab Taurat menyatakannya sebagai binatang yang haram untuk dimakan! Tetapi TUHAN memilih burung gagak ini untuk memberi makan Elia. TUHAN sebenarnya bisa saja menyuruh yang lain, yang lebih normal dan tetap menunjukkan mujizatNya. Misalnya menyuruh janda Sarfat (bandingkan 1 Raja-17:7-24). Atau lebih ‘normal’ lagi memerintahkan Obaja yang memang dipakai TUHAN untuk memelihara 100 nabi TUHAN (18:3-5). Tetapi TUHAN punya caraNya sendiri. Mari kita belajar berserah kepada TUHAN kita, Yesus. Salah satu bagian dari IMAN adalah berserah penuh kepada tangan TUHAN kita Yesus Kristus. Ijinkan Dia berkarya dengan caraNya dan bukan cara kita! Ijinkan TUHAN Yesus yang Mahakuasa mengejutkan kita dengan mujizatNya yang tidak terpikirkan.
4. TUHAN adalah TUHAN yang menopang orang-orang yang taat kepadaNya.
     Elia adalah seorang nabi yang teruji dan sedang diuji ketaatannya. TUHAN memerintahkan Elia untuk menyampaikan kabar buruk kepada Ahab dan dia taat (ayat 1). Kali ini TUHAN memerintahkan Elia bersembunyi dan menerima pelayanan burung-burung gagak. Ini perintah yang mustahil! Tetapi Elia taat dan apa yang terjadi? Mujizat! Pertolongan dan keajaiban! Setiap kali Elia melihat burung-burung gagak datang dan membawa daging dan roti saat pagi dan petang ia bukan saja diingatkan bahwa TUHAN itu Mahakuasa, tetapi ditunjukkan sebuah ‘teladan’ ketaatan! Ingatlah ketaatan adalah bagian penting dari iman, tanpa ketaatan tidak ada iman sejati. Dan ketika kita taat pada suara TUHAN, kita akan melihat mujizatNya. Pasti!
    
    TUHAN mengajar Elia, dan kita tentang diriNya melalui ‘perintahNya pada burung-burung gagak memberi makan Elia”. TUHAN kita Yesus Kristus, adalah TUHAN yang memegang kendali, sebab itu jangan kuatir. Tetapi percaya, berserah dan taatilah perintahNya. Mari nantikanlah mujizat dan pertolongan TUHAN yang ajaib!  

Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.

Minggu, 16 September 2012

Mengapa TUHAN mengijinkan pergumulan dalam hidup kita ?

HAKIM-HAKIM 3:1-4

     Mengapa TUHAN membiarkan bangsa-bangsa lain tetap tinggal di tengah-tengah umat Israel? Padahal mereka menjadi ‘duri’ dan pergumulan tersendiri bagi umat Israel! Memang, bangsa-bangsa Kanaan itu seharusnya dihalau oleh umat Israel saat masuk ke tanah perjanjian. Tetapi sayang, umat Israel membiarkan bangsa-bangsa Kanaan yang seharusnya mereka halau sesuai perintah TUHAN! Ingatlah, bahwa setiap ketidak-taatan kita kepada Firman Allah akan menuai pergumulan di kemudian hari! Kita harus belajar taat kepada TUHAN. Dan ketika kita menabur ketaatan, kita juga pasti akan menuai buah yang manis! Selain ketidaktaatan, secara jelas Alkitab menunjukkan bahwa TUHAN sengaja membiarkan bangsa-bangsa Kanaan itu tetap ada di sekitar umatNya, Israel. Ya, mereka menjadi ‘pergumulan’ tersendiri di kemudian hari! Mereka mengganggu keamanan, menyebabkan kondisi tidak aman dan nyaman! Kedua, mereka menjadi ‘jerat’ dengan gaya hidup kafir dan penyembahan berhala. Mengapa TUHAN membiarkan bangsa-bangsa Kanaan itu dan membiarkan umatNya mengalami pergumulan? Bukankah kita juga seringkali bertanya-tanya mengapa pergumulan menghampiri kita? Entah itu pergumulan hidup, masalah ataupun godaan-godaan (pencobaan) yang mencoba menjatuhkan kita dalam dosa?  Tidakkah lebih baik TUHAN menyingkirkan saja pergumulan hidup dan godaan-godaan itu? Tetapi kita seharusnya ingat apa yang TUHAN firmankan bagi kita: “Kita tahu sekarang bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan dengan rencana Allah” (Roma 8:28). Ya, semua yang terjadi dalam hidup kita, Allah turut bekerja di dalamnya untuk kebaikan kita! Percayalah pada apa yang dikatakan TUHAN ini! Jika demikian, lalu apa maksud TUHAN mengijinkan kita ada dalam pergumulan? Kitab Hakim-hakim 3 ini memberitahu kita tujuan Allah itu!
 
1. Karena melalui pergumulan, TUHAN mencobai kita       (ay. 4).
     Secara jelas maksud dan tujuan TUHAN dinyatakan di ayat 4 “supaya Ia mencobai orang Israel dengan perantaraan mereka untuk mengetahui apakah mereka mendengarkan perintah TUHAN kepada nenek moyang mereka dengan perantaraan Musa”.Sebenarnya Tuhan telah menyampaikan maksudnya ini di ayat sebelumnya dengan lebih jelas, 2:21-23. Istilah “mencobai” yang digunakan Perjanjian Lama, tidak usah membuat kita ‘merasa terganggu” karena yang dimaksud adalah “menguji”. Sekalipun kata “mencobai” digunakan, toh, tujuan TUHAN selalu bagi kebaikan umatNya. Bukankah TUHAN itu baik?  Jadi, setiap kali kita mengalami pergumulan, ingatlah bahwa TUHAN ingin kita didapatiNya teruji! Dia sedang menguji kita, apakah kita TETAP BERPEGANG pada firman Tuhan Yesus, tetap setia kepadaNya! Dia mencari dan menantikan umatNya yang setia, gerejaNya yang setia! Mari kita tetap setia sekalipun di tengah pergumulan dan pencobaan! Jangan undur, jangan tergoda dan jatuh dalam penyembahan berhala atau kehidupan yang tidak sesuai dengan Firman Tuhan.
    Satu hal yang sangat mengangkat hati kita bahwa TUHAN TIDAK PERNAH membiarkan kita sendiri dalam pencobaan dan pergumulan! Lihat saja, tidak sekalipun, TUHAN membiarkan umatNya dalam pergumulan dan pencobaan sendirian. TUHAN memberikan hukum Taurat untuk ditaati, para nabi, imam dan para hakim untuk mengingatkan umatNya. Belum lagi tangaNya yang kuat, yang selalu terulur menopang! Bukankah Perjanjian Baru juga memberitahu kita bahwa “pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah itu setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai, Ia akan memberikan kepadamu jalan keluar, sehingga kamu dapat menanggungnya” (1 Korintus 10:13).  Jika TUHAN tidak pernah membiarkan kita sendiri di dalam pencobaan, mengapa kita lemah dan kalah? Kita sanggup berkemenangan atas pergumulan dan pencobaan karena TUHAN kita YESUS, tidak pernah membiarkan kita! Dia memberikan kekuatan bahkan jalan keluar!    
2. Karena melalui pergumulan, TUHAN sedang melatih kita  “berperang”! (ayat 1-3).
     TUHAN membiarkan bangsa-bangsa Kanaan tinggal di antara umatNya, Israel untuk melatih mereka berperang! (ayat 1-3). Umat Israel yang ada pada saat itu adalah generasi yang tidak pernah berperang (ayat 2). Mereka perlu dilatih untuk berperang. Mengapa TUHAN mengijinkan kita untuk dicobai oleh si jahat dan dosa? Mengapa kita diijinkan TUHAN mengalami berbagai pergumulan? Karena TUHAN sedang melatih kita ‘berperang’. Melatih kita untuk menjadi umat TUHAN yang kuat dan terlatih untuk berkemenangan. Jangan lupa, kita masih ada di ‘medan peperangan’di dunia ini. Godaan dosa dan pergumulan hidup berusaha menjatuhkan kita, menjauhkan kita dari TUHAN YESUS, itu sebabnya kita pelu menjadi umat yang terlatih, yang kokoh. Tetaplah teguh dalam Kristus!
    
    Apakah Saudara hari ini sedang mengalami pergumulan atau digoda untuk jauh dari TUHAN YESUS dan jatuh dalam dosa? Tetaplah setia, jangan goyah sebab TUHAN sedang menguji kita dan sedang melatih kita. Tetaplah setia dan teguh, TUHAN tidak pernah membiarkan kita sendiri!

Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.

Minggu, 09 September 2012

MENGUNDANG, TETAPI TIDAK MENYAMBUT

LUKAS 7:36-50

     Bagaimana perasaan Saudara apabila diundang makan malam oleh seseorang, tetapi ketika Saudara datang, dia tidak menyambut Saudara dengan semestinya? Di nats ini, kita menemukan Simon, seorang Farisi, mengundang Tuhan Yesus untuk makan di rumahnya. Namun Simon, tidak menyambut kedatangan Tuhan Yesus dengan semestinya, seperti adatnya orang Yahudi menerima tamu. Bertolak belakang dengan Simon ada seorang perempuan yang tidak disebutkan namanya, tetapi terkenal sebagai pendosa, datang menyambut Tuhan Yesus sebagai ‘tamu’ kehormatannya! Perhatikan saja teguran Tuhan Yesus kepada Simon yang tidak menyambut kedatanganNya (ayat 40-47). Simon tidak menyediakan air untuk membasuh kaki Tuhan Yesus sebagaimana adat Yahudi dalam menyambut tamu, apalagi mebasuhnya! Tetapi perempuan pendosa itu membasuh kaki Yesus dengan air matanya dan menyeka dengan rambutnya. Simon tidak mencium Tuhan Yesus sebagai tamu dan ‘saudara’, tetapi perempuan berdosa itu tidak henti-hentinya mencium kaki Tuhan Yesus! Simon tidak meminyaki kaki Tuhan Yesus, tetapi perempuan itu justru meminyaki kaki Tuhan Yesus dengan minyak narwastu yang mahal dan yang seharusnya untuk parfum bukan untuk kaki! Nampak sekali bahwa Simon hanya “mengundang Tuhan Yesus, tetapi tidak benar-benar menyambutNya”! Bagaimana dengan Saudara? Apakah Saudara yang sudah mengaku Kristen, mengundang Tuhan Yesus, benar-benar menyambutNya sebagai Tamu dalam hidup Saudara? Apakah kita menempatkan Tuhan Yesus sebagai yang terutama? Atau seperti Simon, mengundang, tetapi tidak benar-benar menyambutNya. Mengapa Simon mengundang, tetapi tidak menyambut Yesus?
 
1. Karena Tidak Mengenal Siapa Tuhan Yesus!
    Simon sebenarnya TIDAK benar-benar mengenal Tuhan Yesus! Simon hanya mengenal Tuhan Yesus sebagai Guru agama di Yerusalem (ayat 40). Tidak lebih! Bahkan Simon meragukan kenabian Tuhan Yesus (ayat 39). Apakah Saudara mengenal Tuhan Yesus? Dia bukan hanya seorang Guru atau seorang Nabi! Mari kita selidiki siapa Yesus dalam kisah ini. Pertama, Yesus adalah Tuhan yang penuh kasih, yang menerima orang-orang berdosa. Perempuan yang terkenal sebagai pendosa diterimaNya. Tuhan Yesus tidak menolak apalagi mengusirnya! Juga Simon, orang Farisi yang munafik! Simon juga bukan orang yang tanpa dosa! Bukankah Alkitab telah berfirman bahwa tidak ada seorangpun yang benar (Roma 3:8-10). Semua telah berbuat dosa. Tetapi, yang terpenting Tuhan Yesus menerima bahkan memang datang untuk mencari orang berdosa! (Band. Lukas 15 dan 19:10). Kedua, Tuhan Yesus adalah Tuhan karena Dia Mahatahu (ayat 39-40). Apa yang dipikirkan Simon, Tuhan Yesus tahu. Perempuan pendosa itupun Tuhan Yesus tahu keadaanNya. Dia Mahatahu, Dia Tuhan! Ketiga, Dia adalah Allah yang menyelamatkan! Yesus bukan saja, penuh kasih dan Mahatahu, tetapi Dia sanggup mengampuni dan menyelamatkan yang percaya kepadaNya (ayat 48 dan 50). Sayang Simon tidak mengenal Dia. Jika saja dia mengenalnya, pasti menyambut dengan penuh hormat dan kasih! Bukankah Saudara sudah mengenal Tuhan Yesus yang demikian? Tidakkah kita akan segera menyambutNya dengan penuh penghormatan dan kasih, serta menempatkan Dia sebagai yang utama dalam hidup kita? 
 
2. Karena tidak mengenal karya Tuhan Yesus!
     Simon tidak mengenal apa yang Tuhan Yesus kerjakan baginya! Berbeda dengan perempuan pendosa, yang nampaknya tahu. Mungkin saja perempuan berdosa ini pernah mendengar khotbah atau pengajaran Tuhan Yesus terbukti,  ketika dia mendengar bahwa Yesus ada di rumah Simon, dia segera datang ke sana (ayat 37). Yang jelas, Tuhan Yesus memberikan perumpamaan yang menunjukkan bahwa perempuan itu mengenali karyaNya: Menghapuskan hutang dosa! (ayat 41-47). Itu sebabnya perempuan itu menyambut Tuhan Yesus sebagai “tamu kehormatan” karena karyaNya yang ajaib bagiNya. Karena telah dihapuskan hutang dosanya yang demikian banyak! Berbeda dengan Simon! Apakah Saudara mengenal karya Tuhan Yesus bagi Saudara? Ya, Dia datang untuk menghapuskan hutang dosa kita! Rasul Petrus menegaskan bahwa kita telah ditebus dari dosa oleh darah Tuhan Yesus! (1 Petrus 1:18-19). Sejalan dengan itu rasul Paulus menyatakan hal yang sama kita sudah ditebus oleh kurban Tuhan Yesus (Kolose 2:13-14 band. 1 Korintus 6:19). Jika kita mengenal karyaNya yang luar biasa ini, tidakkah kita akan menyambut Dia dalam hidup kita?
 
3. Karena tidak tahu berterima kasih!
     Penyebab terakhir, adalah TIDAK TAHU BERTERIMA KASIH! Tuhan Yesus datang ke rumah Simon saja adalah suatu hal yang luar biasa bukan? (band. dengan kisah Zakheus). Perempuan pendosa itu jauh lebih tahu berterima kasih. Secara tersirat perkataan Tuhan Yesus menunjukkan hal ini (ayat 47). Apakah Saudara mengenal Tuhan Yesus dan karyaNya yang luar biasa? Jika ya, mengherankan bila kita tidak berbuat apa-apa untuk Dia! Lihat perempuan itu; membasuh kaki Yesus dengan air mata, menyeka dengan rambutnya, mencium kakiNya dan meminyaki kakiNYa dengan narwastu! Lalu bagaimana dengan kita, apa yang sudah kita buat bagi Dia, yang telah mengampuni dan menganugerahkan keselamatan bagi kita oleh kematianNya? Biarlah kita juga bertanya pada diri kita sendiri bersama pemazmur: “Bagaimana dapat ku balas kepada TUHAN segala kebajikanNya kepadaku ?” (Mazmur 116:12). Tuhan Yesus memberkati! 

Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.

Minggu, 02 September 2012

TUHAN ITU RAJA!

Mazmur 93:1-5

     Mazmur 93 ini salah satu dari Mazmur Raja, dimana mazmur ini berisi pengagungan TUHAN sebagai Raja. Pemazmur memulai mazmur atau nyanyiannya dengan kesimpulan yang tepat, bahwa TUHAN adalah Raja! Pemazmur, oleh anugerah Allah diijinkan ‘melihat’ kemuliaanNya bukan saja sebagai Raja, tetapi sebagai Raja di atas segala Raja! Dalam Perjanjian Baru, rasul Yohanes juga ‘melihat’ TUHAN kita, YESUS KRISTUS, sebagai Sang Raja di atas segala raja (Wahyu 19:6, 11-16). Mari kita lihat apa yang ‘dilihat’ atau dipahami oleh pemazmur sehingga sejak permulaan syairnya, pemazmur telah mengumandangkan bahwa TUHAN adalah Raja!
1. Pakaian TUHAN adalah kemegahan dan kekuatan (ayat 1).
    Jika seorang raja mengenakan pakaian yang megah dan ‘mulia’, kita akan cepat menemukannya. Tetapi, adakah raja di dunia ini yang berpakaian kemegahan? Tidak, tidak akan pernah ada! Hanya TUHAN saja yang memiliki kemegahan, kemegahan dan kemuliaan adalah pakaianNya. Ikat pinggang TUHAN adalah kekuatan, kekuasaan.Siapakah seperti TUHAN? Tidak heran, pemazmur berkata Dialah Raja!
2. Takhta TUHAN kekal selamanya (ayat 2).
     Pemazmur menyatakan bahwa takhta TUHAN itu sudah ada sejak dahulu kala, dari kekal! Sebelum segala sesuatu ada, TUHAN dengan takhtaNya sudah ada! Bukan hanya sejak kekal, TUHAN bertahta, tetapi pemerintahan TUHAN tegak untuk selamanya. Artinya, TUHAN tidak pernah ‘turun’ tahta! Tidak akan pernah tahta TUHAN ‘direbut’ atau ‘diturunkan’! Ya, bagaimanapun kondisi alam semesta ini, TUHAN tetap berada di tahtaNya, TUHAN tetap memerintah dalam kedaulatan dan keadilanNya. Sebab itu Dia-lah Raja!
3. Kehebatan TUHAN tiada duanya! (ayat 3-4).
     Pemazmur mengeluh kepada TUHAN bahwa ‘sungai-sungai’ dan ‘laut’ mengangkat diri untuk melawanNya, tetapi TUHAN tidak akan terkalahkan. Dia lebih hebat dari segala sesuatu! KedahsyatanNya menggoncangkan langit dan bumi serta alam semesta. Bukankah semuanya adalah ciptaanNya? Itu sebabnya TUHAN-lah Raja, tidak ada yang lain.
4. Peraturan TUHAN teguh (ayat 5).
     Peraturan TUHAN tegak, tidak berubah! Pertama, ini menegaskan bahwa sebagai Raja di atas segala raja, Dia memiliki peraturan untuk memerintah alam semesta. Kedua, peraturanNya tegak dan tidak berubah! Dialah yang berdaulat, menetapkan segala sesuatu dan semuanya tunduk kepadaNya. Bukankah begitu? Adakah raja di dunia yang peraturan sedemikian? Tidak ada bukan? Jika demikian, Dia adalah Raja di atas segala raja!  
 
JIKA TUHAN ADALAH RAJA, LALU... 
    Pemazmur menyanyikan bagi kita bahwa TUHAN adalah Raja! Bukan saja Raja, tetapi Maharaja, Raja di atas segala raja! Segera setelah kita mengakui dan mengamininya, sikap kita seharusnya mengikuti! Bagaimana itu?
1. Terimalah TUHAN YESUS sebagai Raja dalam hidup Saudara.
    TUHAN adalah raja! Rasul Yohanes dan seluruh Alkitab menjelaskan bahwa TUHAN, Dialah Yesus Kristus! Percaya dan terimalah Tuhan Yesus sebagai TUHAN dan Juru selamat pribadi Saudara dan Dia bertakhta dalam hidup Saudara sekarang juga!    
2. Hiduplah dengan tenang, tanpa ketakutan!
     Jika kita percaya TUHAN YESUS adalah Raja, mengapa kita masih hidup dalam kekuatiran dan ketakutan? Bisa saja kita ada dalam pergumulan, terancam dan mengalami berbagai masalah, tetapi ingatlan bahwa TUHAN kita, Yesus Kristus adalah Raja! Dia tetap memerintah di dunia ini! Bukankah tahtaNya kekal selamanya? Dia-lah yang mengatur segalanya! Lihat juga, sebagai Raja di atas segala raja, TUHAN penuh kekuatan dan kuasa. KehebatanNya digambarkan sebagai kehebatan “melebihi suara sungai-sungai dan gelombang laut yang dahsyat”. Bukankah ini mengingatkan kita bagaimana TUHAN membelah laut Merah dan sungai Yordan? Tidakkah ini mengingatkan kita tentang angin sakal yang diredakan oleh Tuhan Yesus! “Tenanglah, ini Aku, Raja atas semesta” kata Tuhan Yesus. Bila kita percaya dan bergantung pada Tuhan kita, Yesus Kristus, tidak usah lagi takut. Ingatlah bahwa Dia-lah Raja!
3. Hidup takut akan TUHAN.
    Jika kita percaya bahwa TUHAN adalah Raja, marilah hidup di bawah peraturanNya yang teguh dan kekal. jika TUHAN adalah Raja kita, bukankah seharusnya sebagai umatNya, kita taat? Tundukkan diri kita dibawah pemerintahan TUHAN dan kita dibuat penuh kemenangan.
    Akhirnya, biarlah kita benar-benar mempercayai bahwa TUHAN itu Raja, bukan saja sekedar ‘percaya’ di mulut, tetapi nyata dalam ketaatan kita kepadaNya dan keberanian menghadapi hidup dan hari esok karena TUHAN YESUS adalah Raja atas semesta! Dia tetap bertakhta! 

Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.

Alasan Tidak Membayar Perpuluhan

Tiga orang yang berbeda profesi sedang berdiskusi soal perpuluhan. Mereka masing-masing mengemukakan alasan mengapa mereka belum membayar perpuluhan.

Akuntan: Saya belum membayar perpuluhan karena belum menerima surat tagihan dari Tuhan.

Pengacara: Kalau saya belum membayar perpuluhan karena belum ada undang-undang yang mengaturnya.

Bankir: Saya sih sudah lama mau membayar perpuluhan, tapi sampai sekarang saya belum tahu nomor rekening Tuhan.

cabe deeeh....

ALBUM KENANGAN