Selamat datang di www.wartamaranatha.blogspot.com - Memberitakan Injil dan Mendewasakan Kerohanian

Minggu, 25 November 2012

MENJADI PAHLAWAN


1 SAMUEL 11:1-15

    Pahlawan? Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia, “pahlawan” adalah seseorang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran atau pejuang yang gagah berani (KBBI, hal. 811). Memahami makna istilah “pahlwan” ini, rasanya makin sulit menemukan seorang pahlawan pada masa kini. Banyak orang sudah tidak memiliki ‘sense’ kepahlawanan, lebih banyak orang yang mau menolong asal ada imbalannya, ada keuntungannya. Tetapi kita tidak boleh pesimis, karena dalam teks yang kita baca, kita menemukan seorang pahlawan yang memenuhi arti seorang pahlawan, yaitu Saul! Dan ini menunjukkan bahwa TUHAN sedang mencari para pahlawanNya!
Masa Kini Adalah Masa Dimana Pahlawan Sangat Dibutuhkan!
    
    Tidak usah diragukan lagi bahwa masa kini adalah masa dimana pahlawan-pahlawan Tuhan sangat dibutuhkan! Seperti masa dimana Saul hidup! Orang-orang Yabesy-Gilead sedang terancam oleh Nahas dan tentara Amon-nya! (ayat 1-4). Lihat saja dunia yang dirundung berbagai persoalan, Indonesia dengan berbagai pergumulan. Lebih dari itu, suku-suku bangsa terancam kebinasaan bukan? Bagaimana dengan masyarakat di sekitar kita? Apakah mereka tidak sedang terancam? Dosa begitu meningkat, kejahatan dan efeknya kemiskinan, peperangan, kekerasan dan berbagai pergumulan! Bagaimana gereja kita, apakah tidak sedang membutuhkan para pahlawan? Siapa yang merasakan betapa masa kini membutuhkan pahlawan? Belum lagi keluarga kita yang mengalami berbagai pergumulan mungkin. Bukankah ini masa-masa dimana pahlawan-pahlawan dibutuhkan?
Menjadi Pahlawan Tuhan
    
    Tuhan mencari dan memanggil para pahlawanNya. Bersediakah Saudara menjadi pahlawan? Ada beberapa ciri dari seorang pahlawan yang kita temukan pada Saul, dan seharusnya ada pada kita!
1. Memiliki “BEBAN” Bagi Orang Lain!
    Saul berbeban atas penderitaan orang Yabesy yang terancam oleh Nahas (ayat 1-6). Sebenarnya, Saul memiliki masalahnya sendiri, memiliki ‘beban’-nya tersendiri, namun dia lebih terbeban untuk orang lain (1 Samuel 10:26-27). Mengapa? Pertama, “beban” ini adalah “beban” dari kasih Tuhan dalam Saul. Yang terancam adalah saudaranya, bangsanya tidakkah Saul akan bertindak? Tahukah Saudara, bahwa kasih Kristus sudah dicurahkan Roh Kudus di hati kita semua? (Roma 5:5). Jadi, kita tidak punya alasan untuk tidak berbeban. Milikilah beban untuk mengasihi, menolong dan menjadi pahlawan bagi bangsa ini, masyarakat, kita  gereja dan keluarga kita! Kedua, “beban” ini dorongan Roh Kudus (ayat 6). Roh Kudus memberikan beban khusus di hatinya. Ya, Roh Kudus tetap berkarya sampai hari ini. Dia memberikan beban itu di hati kita. Saudara merasakannya?  
2. Memiliki KEBERANIAN Untuk Bertindak.
    Saul tidak hanya berbeban, dia berani bertindak! Sebenarnya, Saul bukanlah seorang yang pemberani. Dia selalu merasa ‘kecil’ karena menyadari dari suku termuda dan kaum terhina (1 Samuel 9:20-21). Bahkan saat pengangkatannya menjadi raja, Saul justru bersembunyi! (1 Samuel 10:17-23). Belum lagi, masih juga menghadapi masalah yang tidak bisa dikatakan ‘kecil’ karena ada yang tidak mendukungnya! (1 samuel 10:26-27). Tetapi Saul berani bertindak. Ada 2 pelajaran penting bagi kita mengenai keberanian ini. Pertama, berani karena Roh Kudus! Roh Kudus yang memberikan keberanian bagi kita. Dan Roh Kudus sudah memberikannya (2 Timotius 1:6-7). Paulus mengatakannya kepada Timotius dan kita hari ini bahwa Roh Kudus yang tinggal di dalam kita memberikan keberanian bukan ketakutan! Keberanian untuk menjadi pahlawanNya; memberitakan Injil, berdoa dan menyatakan firmanNya. Kedua, keberanian harus diimbangi dengan tindakan yang berdasarkan Firman Tuhan! Doakan, nasehati, nyatakan kasih Allah dan lakukan apa yang sesuai dengan firman Tuhan bagi keluarga, gereja, masyarakat di sekitar kita bahkan bagi bangsa kita! Jadilah pahlawanNya!
3. Memiliki KERELAAN Untuk BERKORBAN. 
    Tidak ada kepahlawanan sejati tanpa pengorbanan! Saul rela berkorban. Saul memberikan hatinya untuk bertindak. Dia memberikan pikirannya untuk memikirkan persoalan orang - orang Yabesy. Dia menyatukan dan mengatur tentara Israel untuk membela bangsanya. Dan itu berarti ada pengorbanan waktu, tenaga dan dana! Apakah kita mau menjadi pahlawan Tuhan bagi bangsa kita, gereja dan keluarga kita? Persembahkanlah hati, pikiran, waktu, tenaga dan dana bagi Tuhan!, bagi kemuliaanNya dan jadilah pahlawanNya!
 
TUHAN Tidak Akan Pernah Membiarkan PahlawanNya!    
    TUHAN tidak akan pernah membiarkan orang-orang yang BERSEDIA menjadi pahlawanNya! Lihatlah Saul, Tuhan oleh Roh-Nya memperlengkapi dengan hikmat, wibawa dan kuasa untuk memimpin bangsa Israel melawan Nahas! (ayat 6-7) Roh Kudus akan memperlengkapi orang yang bersedia menjadi pahlawanNya dengan hikmat, kuasa dan segala yang dibutuhkannya! Bukan hanya itu Tuhan juga memberikan kemenangan dalam peperangan (ayat 110-11). Bahkan yang luar biasa, ketika Saul memberikan dirinya menjadi pahlawan, menjadi berkat untuk pergumulan orang lain, pergumulannya juga ditolong oleh Tuhan! (ayat 12-13).
    Saya percaya setiap masa TUHAN selalu membangkitkan para pahlwanNya bagi kemuliaanNya. Tidakkah itu adalah Saudara?   

Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.

Senin, 19 November 2012

SEJAUH KEMAUAN KITA

    

    Kehendak TUHAN bukankah hal yang bersifat mistis. Berjalan bersama TUHAN merupakan sukacita yang ajaib dan Dia menyatakan kehendakNya kepada kita sejauh kemauan kita untuk menerimanya. Kunci untuk berjalan bersama TUHAN adalah keinginan untuk mengerjakan apa yang Dia perintahkan untuk kita lakukan.
    
    Jika kita perhatikan perjalanan Paulus, dia telah dengan jeli melihat kehendak Allah melalui berbagai situasi yang sulit.Kita menyaksikan bagaimana Allah menunjukkan kepada Paulus bahwa jalan Allah bukanlah jalan Paulus. Paulus sangat berkeinginan untuk kembali ke Asia Kecil dan menginjil di sana. Sebab di Asia, Paulus pernah menginjil semasa perjalanannya yang pertama, tetapi Allah memiliki rencana yang lain.
    
    Kemudian, kita dapat melihat bahwa keputusan Allah juah lebih besar daripada keputusan Paulus. Allah membawa Paulus ke Troas. Di sanalah Allah jelas menyatakan kehendakNya agar Paulus berangkat ke Makedonia.
Berikutnya, adalah hal yang menggembirakan bahwa hikmat Allah yang dinyatakan dalam fakta bahwa duniaNya jauh lebih besar dari dunia Paulus dan kita. Dalam Kisah Para Rasul 16:10 memberitahu kita bahwa Paulus memiliki keinginan yang tegas untuk mematuhi Allah. Penulis Kisah para Rasul (Lukas) menuliskan “Setelah Paulus melihat pengelihatan itu, segeralah kami mencari kesempatan untuk berangkat ke Makedonia, karena dari pengelihatan itu kami menarik kesimpulan bahwa Allah telah memanggil kami untuk memberitakan Injil kepada orang-orang di sana.” menarik bahwa kata kerja digunakan kata jamak yang berarti Paulus berangkat dengan rombongan. selain Lukas, ada beberapa orang yang bersama Paulus ke Makedonia. Demikianlah tentang kepemimpinan, jika kita mengikut Allah, maka merekapun akan mengikut kita!
    
    Kedua, kata “menarik kesimpulan” menunjukkan visi baru ke Makedonia bukanlah visi yang asal-asalan, tetapi dipertimbangkan dan digumuli.
    
    Ketiga, dunia Allah lebih besar dari dunia Paulus dan kita. “Lalu kami bertolak ke dari Troas dan langsung berlayar ke Samotrake dan keesokan harinya tibalah kami di Neapolis, dari situ kami ke Filipi...” (ayat 11 dan 12). Filipi adalah kota pertama dimana gereja didirikan di Eropa! Secara figuratif “orang-orang makedonia” adalah benua Eropa yang bangkit memohon Injil. Dalam pikiran Paulus adalah kota kecil Makedonia, tetapi dalam pikiran Allah adalah keseluruhan penjuru dunia.
    
    Kita membutuhkan pimpinan TUHAN, terutama dari firmanNya. Kuasa Roh Kudus senantiasa berbicara kepada kita melalui Alkitab, yang adalah firmanNya. Firman TUHAN seperti kompas mengarahkan hidup kita pada kehendakNya.
    
    Jika kita memberikan diri dipimpin oleh Allah, kita akan menemukan jalanNya jauh lebih baik dari jalan kita. hikmatNya jauh lebih baik dari hikmat kita dan duniaNya jauh lebih besar dari dunia kita! Selalu!  

Pdt. Wayne Barber

Minggu, 11 November 2012

MENANG ATAS DOSA !


ROMA 6:1- 14

    Siapa diantara kita yang mau berbuat dosa? Atau mau hidup dalam dosa? Tentu saja kita akan menjawab TIDAK bukan? Apalagi untuk hidup di dalam dosa!  Dalam Roma 6 ini secara implisit ditunjukkan dua fakta penting bagi kita. Pertama, setiap orang yang sudah lahir baru tidak ingin berbuat dosa, tetapi sebaliknya, rindu untuk menyenangkan hati Tuhan Yesus! Karena hati nurani kita telah disucikan oleh Tuhan, dosa hilang kuasanya atas tubuh kita (ayat 5-6). Fakta kedua, meskipun demikian, tubuh kita tetap terus menerus digodai untuk berbuat dosa. Hal ini nampak dari kalimat perintah rasul Paulus bahwa “hendaklah dosa jangan berkuasa lagi dalam tubuhmu...” (ayat 12) dan “janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa...” (ayat 13). Itu sebabnya kita harus sadar bahwa  kita sedang bergumul, berjuang terus untuk hidup bagi Tuhan Yesus dan bukan bagi dosa! Hidup ini merupakan peperangan dan perjuangan bukan? Saya, yakin bahwa tidak seorang Kristen yang sudah lahir baru pun yang senang jatuh apalagi hidup di dalam dosa! Nah, bagaimana kita dapat berkemenangan atas dosa? Rasul Paulus dalam surat Roma 6 memberikan kita beberapa langkah yang penting ketika menuliskan suratnya kepada jemaat Roma dan menjawab pergumulan mereka tentang besarnya kasih karunia Allah dan perbuatan dosa. Menurut Paulus betapa besar kasih karunia Allah yang menyelamatkan manusia berdosa dan jangan karenanya, manusia terus berbuat dosa supaya kasih karunia itu semakin bertambah! (ayat 1-2). Apakah rahasia hidup berkemenangan atas dosa?
 
1. Pandanglah Bahwa Kita SUDAH MATI Bagi Dosa (ayat 11).
    Rasul Paulus menegaskan bahwa setiap orang yang berada dalam Kristus, adalah orang-orang yang terhisab dalam Kristus! Menjadi satu dengan Dia dalam kematian dan kebangkitanNya! Saat Kristus mati karena dosa, kita juga SUDAH turut tersalib, yaitu manusia lama kita! (baca 5-10). Paulus menunjukkan gambaran yang jelas saat seorang Kristen mengambil bagian dalam sakramen baptisan air. Baptisan air memiliki makna bahwa orang Kristen sudah mati bersama Kristus dan dibangkitkan bersama Kristus! Manusia lama mati bersama Kristus dan dibangkitkan sebagai manusia baru (ayat 3-4). Jadi, kita adalah orang-orang yang SUDAH MATI bagi dosa! Orang mati tidak mungkin suka makanan bukan? Orang mati tidak bisa digodai bukan? Nah, demikianlah kita seharusnya memandang diri kita, kita adalah ORANG MATI bagi dosa! Paulus berkata “Demikianlah kamu hendaknya memandangnya: Bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus.” (ayat 11). Kata “memandang” seharusnya diterjemahkan sebagai “terus menerus memandang”. Kita harus terus menerus memandang, sadar dengan iman, bahwa kita SUDAH MATI bagi dosa! Dengan demikian, kita terus ingat bahwa dosa tidak ada kuasanya lagi dan kita berkemenangan atas dosa!
2. Jangan ijinkan Dosa Berkuasa Lagi Atas Kita! (ayat 12).
    Sadarilah bahwa kita sedang dalam perjuangan melawan dosa. Dosa ingin menguasai tubuh kita. Tidak ada seorang Kristen pun yang tidak mengalami godaan untuk jatuh dalam dosa. Lihat saja di Alkitab, semua tokoh Alkitab dicobai, digodai untuk berbuat dosa. Bahkan Tuhan Yesus, Allah yang menjadi manusia! (Matius 4:1-11). Memang tidak mungkin kita tidak digodai, tetapi kita dapat MENEPIS dan TIDAK MENGIJINKAN dosa menguasai tubuh kita! Jika demikian, maka mari kita berkata “TIDAK” terhadap dosa! Teladan kita jelas, yaitu Tuhan Yesus. Dia digodai, namun tidak berbuat dosa. Dia tidak ijinkan dosa menguasai tubuhNya (Matius 4:1-11). Satu lagi teladan kita adalah Yusuf yang “lari” dari godaan istri Potifar untuk berbuat dosa, meski konsekuensinya sangat berat (Kejadian 39:7-13). Dan yang tidak kalah  penting lagi, hindari ‘dekat’ dengan godaan dosa. 
3. Jangan Serahkan Anggota-anggota Tubuh Kita Kepada Dosa! (ayat 13).
    Ini rahasia ketiga, jangan serahkan anggota tubuh kita kepada dosa! Bukan saja jangan mengijinkan dosa menguasai tubuh kita, tetapi jangan serahkan anggota tubuh kita kepada dosa itu. Artinya, kita seharusnya dengan disiplin menolak menyerahkan anggota tubuh kita; mata, telinga, pikiran (otak), hati, mulut, tangan dan kaki  serta seluruh tubuh ini kepada dosa!  Disiplin tubuh kita untuk terbiasa tidak menyerahkan pada godaan dosa! Seringkali kita membiarkan anggota tubuh ini menikmati dosa sedikit-sedikit dan tanpa kita sadari kita telah dikuasai dosa! Jika kita tahu itu bacaan atau tontonan yang berdosa, stop dan tinggalkan! Jangan serahkan mata kita pada dosa!
4. Serahkanlah Anggota-anggota Tubuh Kita Kepada Allah Dalam Kristus (ayat 14).
    Terakhir, secara aktif serahkan anggota tubuh kita kepada Allah untuk melayani Dia! Mata, telinga, akal, hati, mulut, tangan, kaki dan seluruh tubuh ini persembahkanlah untuk Tuhan Yesus, sehingga tidak akan memberi kesempatan kepada dosa! Bukan hanya itu, tanpa kita sadar, setiap kali kita menyerahkan anggota-anggota tubuh kita bagi Kristus, kita beroleh anugerah dan kekuatanNya untuk hidup kudus dihadapanNya! Lewat mata yang membaca Alkitab dan telinga yang mendengar suaraNya, bukankah kita dijaga dan dikuatkanNya? Tubuh yang senantiasa beribadah, berdoa dan menyembah Tuhan Yesus, menerima kekuatanNya dan dilatihNya ‘kuat’ dalam peperangan dengan dosa! Tidak dapat tidak, kita harus terus menerus mendisiplin tubuh kita untuk melayani Tuhan. Paulus dalam suratnya, sekali lagi mendesak kita untuk mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: Itu adalah ibadahmu yang sejati (Roma 12:1).     
    
    Saya harus jujur bahwa khotbah ini tidak terlalu berguna apabila kita tidak melakukannya! Kita akan tetap kalah dan kalah. Namun, mari dengan kekuatan dan anugerah Tuhan Yesus kita menyadari terus menerus bahwa kita sudah mati bagi dosa, jangan ijinkan dosa menguasai kita, jangan serahkan anggota tubuh kita kepadanya, tetapi serahkan kepada Tuhan kita, Yesus Kristus, untuk kemuliaanNya. Berkemenanganlah oleh Roh-Nya!

Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.

Minggu, 04 November 2012

TAK PERNAH TERLAMBAT!

Yohanes 11:1- 44

    Tuhan Yesus mendengar kabar bahwa Lazarus, orang yang dikasihiNya sedang sakit. Ya, Lazarus memang seorang yang dikasihi oleh Tuhan Yesus. Pernyataan Marta dan Maria menyatakan hal itu (ayat 3).  Orang-orang banyak saat itu juga menunjukkan hal ini (ayat 36). Bukan hanya itu, sikap Tuhan Yesus saat berada di rumah Lazarus menunjukkan kasihNya (ayat 34-35, 38). Apalagi tempat yang dituju Tuhan Yesus menuju rumah Lazarus adalah jalan yang berbahaya (band. ayat 8), tetapi Tuhan berangkat juga. Namun, pada saat Tuhan Yesus mendengar kabar bahwa Lazarus sedang sakit, maka Alkitab memberitahu kita bahwa sikap Tuhan Yesus ‘jauh’ dari sikap seseorang yang mengasihi sahabatnya, Lazarus! Pertama, Tuhan Yesus memberikan respon “biasa saja” saat diberitahu bahwa Lazarus sakit! (ayat 4). Kedua, Tuhan Yesus bahkan sengaja tinggal dua hari lagi, sebelum menengok Lazarus (ayat 6). Ketiga, bahkan Tuhan Yesus tahu kalau Lazarus akan mati, tetapi tidak bersegera datang untuk menyembuhkannya (ayat 14). Kematian adalah puncak dari pergumulan manusia. Ketika kematian menghampiri, maka pupus sudah harapan! Bagi manusia kematian adalah akhir segalanya, dan TUHAN sudah terlambat! Perhatikan pernyataan Marta dan maria (ayat 20-21, 32). Mereka seolah-olah berkata: “Tuhan, Engkau terlambat, andai saja Engkau datang lebih cepat, tentu Lazarus, saudara kami itu disembuhkan!” Seringkali kita juga merasa bahwa Tuhan Yesus terlambat menolong kita. Terkadang kita merasa doa-doa kita diabaikan karena belum terjawab. Persoalan semain berat dan rumit dan tidak ada jalan keluar. Dan akhirnya kita merasa Tuhan sudah terlambat! Benarkah Tuhan terlambat? mari kita belajar memahami maksud Tuhan, ketika Dia seakan “terlambat” menolong kita! 

1. TUHAN Ingin Mengajar Kita Tentang DIRI-Nya.
    Tuhan ingin mengajar kita tentang siapa diriNya ketika Dia seolah nampak ‘terlambat’ menolong kehidupan kita.
a. Tuhan Yesus Mengajar Murid-murid-Nya (13-15, 40).
    Murid-murid telah mengikut Tuhan Yesus dan menyaksikan betapa ajaib kuasa Tuhan. Tetapi seringkali mereka kurang percaya. Melalui mujizat ini, mereka semakin bertumbuh dalam iman!
b. Tuhan Yesus Mengajar Marta dan Maria (21-24, 32).
    Pengenalan Marta dan Maria hanya sampai kepada Tuhan Yesus menyembuhkan dan Dia akan membangkitkan orang-orang pada akhir zaman. Tuhan ingin mereka tidak hanya mengenal diriNya sebagai Penyembuh! Dia adalah Allah yang Mahakuasa, sanggup membangkitkan yang mati! Allah mengijinkan kita ada dalam masalah supaya kita bertumbuh dalam pengenalan akan Dia.
c. Tuhan Yesus Mengajar Orang Yahudi (42).
   Melalui ‘keterlambatan’ Tuhan Yesus, orang-orang Yahudi diperkenalkan siapa Yesus sebenarnya. Di adalah Mesias, Anak Allah, utusan Bapa bukan sekedar Guru agama atau nabi!
    Biarlah kita menyadari bahwa setiap pergumulan yang diijinkan Tuhan kita alami dan seolah Dia ‘terlambat’ menolong kita, adalah sarana Allah untuk menumbuhkan pengenalan kita kepadaNya. Jangan putus asa, tetaplah teguh dan tetaplah berharap kepada Tuhan kita, Yesus Kristus!   
2. Tuhan Ingin Kita Memahami Bahwa KuasaNya Luar Biasa.
    Kehadiran Tuhan Yesus yang nampak ‘terlambat’ bukan menunjukkan kelemahanNya, tetapi justru kuasaNya yang luar biasa! Tuhan Yesus juga ingin agar kita memahami kuasaNya luar biasa ini! Pertama, kuasaNya tidak dibatasi oleh besarnya masalah kita! Tuhan Yesus seakan terlambat, tetapi sebenarnya masalah sakit atau mati bagi Tuhan Yesus itu sama saja! Sebab itu, Dia katakan bahwa Lazarus hanya “tidur” (ayat 11). Bagi Tuhan Yesus, kematian seperti halnya tidur saja! Apakah peroalan kita kecil atau besar, bagi Tuhan Yesus itu sama saja! Tidak ada pengaruhnya bagi Tuhan Yesus! Dia sanggup menolong karena Dia Mahakuasa! Kedua, kuasaNya tidak dibatasi oleh waktu! Bagi Marta dan Maria, Tuhan yesus sudah terlambat, bayangkan sudah 4 hari Lazarus dikubur! Tetapi bagi Tuhan Yesus, tidak! Tidak terlambat! Justru saat itulah yang paling tepat. Mungkin kita berkata bahwa semuanya sudah terlambat, tetapi bagi Tuhan tidak ada kata terlambat, mari percayai kuasa Tuhan yesus yang tidak berubah untuk selamanya!
3. Tuhan Ingin Melalui Masalah Kita NamaNya Dimuliakan.
    Kalau saja Tuhan Yesus datang pada saat Lazarus masih hidup, pastilah beritanya tidak segempar kalau Dia membangkitkan Lazarus! Ketika Tuhan membangkitkan Lazarus, maka banyak orang menjadi percaya kepadaNya. Mari kita bersabar dan tetap percaya, meski doa-doa kita belum terjawab. Tuhan rindu melalui masalah kita banyak orang menyaksikan kemuliaan dan keajaiban Tuhan kita, Yesus Kristus!
    
    Yakinlah bahwa Tuhan Yesus tidak pernah terlambat menolong kita karena Dia tahu kapan saat yang tepat untuk menolong kita! Tuhan tidak pernah terlalu cepat ataupun terlalu lambat untuk menolong kita, karena Dia selalu menolong kita dan indah pada waktuNya! Sebab itu tetaplah tekun berdoa, terus berharap dan nantikanlah pertolonganNya. Tuhan Yesus memberkati!

Ibu Pdt. Antonetha Lukas Widiyanto

Alasan Tidak Membayar Perpuluhan

Tiga orang yang berbeda profesi sedang berdiskusi soal perpuluhan. Mereka masing-masing mengemukakan alasan mengapa mereka belum membayar perpuluhan.

Akuntan: Saya belum membayar perpuluhan karena belum menerima surat tagihan dari Tuhan.

Pengacara: Kalau saya belum membayar perpuluhan karena belum ada undang-undang yang mengaturnya.

Bankir: Saya sih sudah lama mau membayar perpuluhan, tapi sampai sekarang saya belum tahu nomor rekening Tuhan.

cabe deeeh....

ALBUM KENANGAN