Selamat datang di www.wartamaranatha.blogspot.com - Memberitakan Injil dan Mendewasakan Kerohanian

Minggu, 15 Desember 2013

MENYAMBUT NATAL


Matius 2:1-12

    Natal sudah dekat, apa yang Saudara lakukan untuk menyambut hari Natal? Menghias rumah? Menghias pohon Natal? Menyiapkan kue-kue? Beli baju baru buat ibadah Natal? Kisah Natal pertama yang kita baca dalam Matius 2:1-12 tentang para majus yang menyambut kelahiran Yesus memberikan teladan bagi kita bagaimana menyambut hari Natal.

1. Mencari Tuhan Yesus (ayat 1-2).
     Para majus mencari bayi Yesus, Raja di atas segala raja. Dan bayi Yesus menjadi fokus dari Natal pertama! Bukan yang lain. Bukan bintang Timur yang terang gemilang, tetapi bayi Yesus. Bukan raja Herodes yang lebih berwibawa, berkuasa dan megah dengan segala kemuliaan kerajaannya, namun bayi Yesus. Semua itu tidak memukau para majus, mereka tetap mencari bayi Yesus. Ya, fokus Natal adalah Tuhan Yesus, bukan yang lain! Siapa dan apa yang kita cari saat Natal tiba? Jangan kado, souvenir, makanan atau berkat-berkat Natal lainnya, namun carilah Tuhan Yesus. Hari Natal jangan sekedar mencari teman, ‘pembicara’ atau relasi untuk bisnis, tapi carilah Tuhan Yesus.Mengapa? Karena Tuhan Yesus-lah Keselamatan. Di dalam Dia kita beroleh keselamatan kekal. Karena Dia-lah Sumber sukacita (ayat 10). Bila kita cari Tuhan Yesus, kita mencari sumber sukacita dan damai Natal! Terakhir, karena Tuhan Yesus-lah RAJA diatas segala raja, Raja yang MAHAKUASA. Saat mencari Tuhan Yesus, kita akan menikmati kuasaNya yang ajaib.

2. Menyembah Tuhan Yesus (ayat 10-11).
     Bagaimana menyambut Natal tahun ini? Para majus memberi teladan, mereka menyembah bayi Yesus. Sudah  seharusnya kita menyambut Natal dengan MENYEMBAH, beribadah dan melayani Tuhan Yesus! Natal bukan untuk melayani diri kita sendiri, tetapi Kristus. Pertama, mari kita beribadah di hari Natal. jangan biarkan Natal tahun ini tanpa beribadah. Natal adalah mengingat kasih Kristus Yesus bagi kita. Mari kita layani Tuhan Yesus, jangan diri sendiri! Banyak orang Kristen melayani dirinya sendiri, memenuhi hanya kebutuhannya sendiri dan yang lain menyedihkan, menyengarkan ego-nya. Lihat saja, banyak anak Tuhan ‘tersinggung’ atau marah karena merasa tidak puas dengan ibadah atau perayaan natal. Atau bahkan merasa tidak dilibatkan atau dihargai. Mari melayani sesama di hari Natal ini. Bukankah Tuhan Yesus telah melakukannya lebih dahulu?

3. Memberi kado buat Tuhan Tuhan Yesus (ayat 11).
     Para Majus mempersembahkan apa yang mereka miliki kepada bayi Yesus. Ya, mereka menyambut Natal dengan memberi persembahan. Bukankah yang ulang tahun Tuhan Yesus? Sudah selayaknya kita memberikan  ‘kado’ buat Tuhan Yesus. Terlebih lagi, Tuhan Yesus LEBIH DAHULU memberikan ‘kado terindah dan terbesar’ bagi kita yaitu diriNya sendiri tersalib bagi kita. Dan kita beroleh keselamatan kekal. Itu sebabnya sambutlah Natal tahun ini dengan belajar memberi persembahan bagiNya. Sebuah persembahan dari “apa yang kita miliki” bukan yang tidak ada pada kita. Berikutnya, belajarlah mepersembahkan APA YANGTERBAIK bagi Tuhan kita Yesus seperti para majus. Biasanya kita memberi dari kelebihan kita saja, mari belajar memberi dengan hati dan yang terbaik bagi Tuhan Yesus yang sudah lebih dahulu memberi yang terbaik bagi kita, kehidupan kekal.
     
     Natal sudah dekat, mari kita menyambutnya dengan mencari TUHAN YESUS dengan bersungguh-sungguh, menyembah Dia dan belajar memberi persembahan bagiNya. Wah, dengar lonceng Natal sudah berbunyi, tunggu apa lagi....  

Pdt. Lukas Widiyanto, M.Th.

Senin, 09 Desember 2013

JANGAN MAU DIKALAHKAN OLEH PENCOBAAN !


1 Korintus 10:11-13


    Rasul Paulus rindu dan mengajar jemaat Korintus agar mereka jangan mau kalah oleh pencobaan!  Apakah pencobaan itu? Pencobaan dalam konteks 1 Korintus 10 ini adalah segala sesuatu yang menggodai jemaat (orang Kristen) untuk berbuat dosa atau jatuh dalam dosa. Perhatikan bahwa ayat 1-10 adalah peringatan rasul Paulus agar jemaat tidak meniru berbuat dosa seperti bangsa Israel! Jadi, pencobaan yang disebutkan di ayat 13 adalah segala godaan untuk berbuat dosa. Ingatlah hal ini, pencobaan adalah semua hal yang menggodai Saudara untuk berbuat dosa! Godaan itu dapat datang melalui kondisi yang sulit, masalah-masalah yang kita hadapi, sakit penyakit atau pergumulan hidup. Seperti umat Israel yang terhimpit dan digodai untuk bersungut-sungut! (ayat 10). Tetapi pencobaan dapat datang melalui kondisi keberkatan, seperti umat Israel saat diberkati justru berbuat dosa; mereka menyembah berhala, melakukan percabulan dan kejahatan lainnya! (ayat 6-9).
MENANG ATAS PENCOBAAN, BAGIAMANA?
    Sekarang kita akan merenungkan bagaimana nasehat Paulus supaya kita berkemenangan atas pencobaan. 
 1. Sadarilah bahwa kita hidup di bawah ‘bayang-bayang’ pencobaan (ayat 11).
    Sama seperti umat Israel, orang Kristen tidak terbebas dari pencobaan (ayat 1-5). Sadar atau tidak dan mau atau tidak, kita akan berhadapan dengan pencobaan. Tetapi Tuhan berfirman: “Jangan mau dikalahkan oleh pencobaan!” Apalagi kita berada di zaman yang akhir (ayat 11). Kita berada di zaman yang semakin jahat! Banyak godaaan di sekitar jkita yang menggodai kita untuk jatuh dalam dosa. Sadarlah dan berjaga-jagalah! Itu sebabnya tidak salah Tuhan Yesus mengajar kita berdoa setiap hari agar kita ‘jangan di bawa dalam pencobaan’ (Matius 6:13).
2. Perhatikan contoh dan peringatan dari TUHAN! (ayat 11).
    Tuhan memberikan kita peringatan dan contoh. Sebagian umat Israel telah dicobai dan jatuh dalam dosa (ayat 1-10) dan mereka menerima hukuman Tuhan. Contoh ini dituliskan bagi kita dalam firmanNya: Alkitab! Kita seharusnya memperhatikan peringatan Tuhan ini, yaitu Alkitab! Bacalah Alkitab setiap hari dan renungkan. Itulah peringatan Tuhan yang akan menjagai kita supaya tidak berbuat dosa (Mazmur 119:11). Bukan hanya dibaca dan diingat, tetapi dilakukan dan Saudara akan berkemenangan atas pencobaan!
3. Waspadalah, jangan merasa diri kuat! (ayat 12).
    Tanpa kekuatan Tuhan kita, Yesus Kristus, kita tidak akan mampu menang atas pencobaan. Jangan takabur, mari bergantung pada Tuhan Yesus! Siapa menyangka dirinya kuat dan mampu mengalahkan pencobaan sendirian justru akan jatuh. Mari kita semakin dekat dan lekat dengan Tuhan Yesus setiap hari. Jangan menjauh dari Dia. Hanya dengan kuat kuasa Tuhan Yesus-lah kita akan berkemangan atas pencobaan.
4. Mempercayai bahwa Allah ‘turut bekerja’ saat kita mengalami pencobaan (ayat 13).
    Ayat ini ayat yang indah, namun seringkali hanya sebagai ayat hafalan tanpa diyakini, diimani! Allah kita dalam Tuhan Yesus selalu turut bekerja ketika kita menghadapi pencobaan. Dia tidak pernah membiarkan kita sendiri menghadapi pencobaan yang menggodai kita untuk berbuat dosa! Apa campur tangan Allah saat kita dicobai? Pertama, Alkitab mengatakan bahwa Dia setia. Artinya, Tuhan Yesus selalu hadir dan ada saat kita menghadapi pencobaan! Kuatkan hati Saudara, jangan mau dibujuk untuk berbuat dosa, entah itu penyembahan berhala, percabulan, mencobai Tuhan atau bersungut-sungut sebab Tuhan ada bersama Saudara. Bukankah jika Tuhan Yesus dipihak kita siapa lawan kita? Kedua, Allah memastikan bahwa pencobaan yang kita alami tidak melebihi kekuatan kita. Jika demikian, tidak ada pencobaan yang terlalu berat atau besar untuk kita hadapi. Allah telah menentukan (mengatur) pencobaan yang kita tanggung sebagai pencobaan ‘biasa’, yang tidak melebihi kekuatan kita. Apakah Saudara mempercayai janji Tuhan ini? Jika ya, mengapa kita kalah oleh pencobaan dan tetap berbuat dosa? Jangan! Lawan dan kalahkan pencobaan, karena pencobaan itu tidak melebihi kekuatan kita, Allah yang memastikannya! Ketiga, Allah akan memberikan jalan keluar bagi kita. Ketika pencobaan datang menghadang kita, ingatlah Allah akan memberikan jalan keluar bagi kita. Ayat ini jangan sekedar dihafalkan, tetapi mari kita percayai sepenuhnya. Sehingga ketika kita menghadapi pencobaan, kita tidak mau dikalahkan sebab kita tahu bahwa Allah kita, dalam Kristus, akan memberikan jalan keluar! Apakah Saudara sedang mengalami pencobaan? Atau justru Saudara tidak menyadari bahwa pencobaan sedang berusaha menjatuhkan Saudara? Sadar dan berjagalah, dekatkan diri dengan Tuhan Yesus baik melalui doa, membaca, merenungkan dan melakukan firmanNya. Dan jangan pernah lupa bahwa Allah yang setia tidak akan memberikan pencobaan yang melebihi kekuatan kita, melainkan Dia akan memberi kekuatan dan jalan keluar bagi kita. Sebab itu jangan mau dikalahkan oleh pencobaan! Selamat berkemenangan dalam Kristus!    

Pdt. Lukas Widiyanto, M.Th.

Senin, 02 Desember 2013

PENGIKUT YESUS


LUKAS 5:27-32


    Apakah kita seorang pengikut Yesus? Sebelum kita menjawabnya, mari kita merenungkan kisah Lewi, si pemungut Cukai yang dipanggil oleh Kristus sendiri untuk menjadi pengikutNya. Penulis Injil Matius dan Markus juga menceritakan kisah panggilan Lewi ini, yang boleh dikatakan fenomenal. Bandingkan dengan panggilan Yesus untuk Petrus dan murid-murid yang lain, yang boleh dikatakan adalah orang baik-baik. Tapi Lewi..?
Siapa Lewi ?
a. Lewi disebut juga Matius, anak Alfeus (Mat. 10:3)
b. Seorang yang bekerja sebagai pemungut cukai (Yunani:Telones, pemungut cukai/ bea); Pemungut cukai bekerja  untuk pemerintah Roma dan mereka cenderung memeras, yaitu mengambil pajak lebih dari apa yang sudah ditetapkan (band. Luk 3:12-13; 19:1)
c.  Ia seorang yang kaya dari hasil pekerjaannya.
d. Dan pastinya ia seorang yang berdosa baik di mata masyarakat maupun di mata Tuhan. Orang Yahudi menggolongkan Pemungut cukai dalam kelompok orang-orang berdosa dan beberapa kali disebut bersama dengan perempuan sundal ( Matius 21:31).
Arti Menjadi Pengikut Kristus
    Dari kisah panggilan Lewi ini, sedikitnya ada 4 hal penting mengenai arti menjadi seorang pengikut Yesus:
I. Sebuah Anugerah
     Menjadi pengikut Yesus adalah sebuah anugerah / pemberian Allah, bukan karena kuat dan gagah kita. (Yoh. 6:65; 2 Tes. 2:13). Lewi pun menyadari anugerah Allah baginya untuk menjadi pengikut Kristus. Siapa kita? Kita tidak beda dengan Lewi, kita juga manusia berdosa. Tapi kita beroleh anugerah untuk menjadi pengikut Kristus (Ef. 2:8).  Sebab itu jangan sedikitpun kita berpaling dari Kristus hanya karena perkara-perkara dunia ini. Ingat menjadi pengikut Kristus itu anugerah!
II. Mengijinkan Yesus Menuntun Hidup kita
      Menjadi pengikut Yesus berarti mengijinkan Yesus menuntun (mengarahkan, menegur dan mendisiplin) hidup kita. Seperti gambaran seorang gembala dalam Mazmur 23. Lewi pun harus meninggalkan hidup lamanya untuk kemudian “dituntun” oleh Yesus (ay. 28). Seringkali kita mengaku sebagai pengikut Yesus, namun hidup kita tidak mau dituntun oleh Yesus. Kita berjalan dengan kemauan kita sendiri; kita tidak pernah mau diubah oleh firman Tuhan; kita tetap hidup dalam dosa. Pengikut Yesus harus bersedia dipimpin oleh Yesus. 
III. Mempercayakan “Masa Depan” Kepada Yesus
              Mengikut Yesus berarti mempercayakan masa depan kepada Yesus. Lewi meninggalkan segala sesuatu yang secara manusia “menjanjikan” bagi masa depannya. Profesinya sebagai pemungut cukai yang tentunya membuat dia kaya dan tidak perlu kuatir untuk masa yang akan datang. Namun Alkitab memberitahu kita bahwa ia tinggalkan segala sesuatu dan mengikut Yesus. Lewi sungguh-sungguh mempercayakan masa depannya kepada Yesus. Ya, Allah pun berjanji untuk menjamin masa depan kita (Ams. 23:18; Yer. 29:11), sebab itu percayakan masa depan kita kepadaNya.
IV. Menjadi Saksi Bagi Yesus
         Pengikut Yesus harus berani bersaksi tentang Yesus pada orang lain. Lewi dengan berani menunjukkan “status baru”nya sebagai pengikut Yesus kepada teman-teman pemungut Cukai dan juga “orang berdosa lainnya” , termasuk Orang Farisi dan ahli Taurat. Logisnya, Lewi akan malu dan sembunyi-sembunyi menjadi pengikut Yesus di hadapan teman-temannya. Tetapi Alkitab memberitahu kita, Lewi malah mengadakan perjamuan besar bagi Yesus. Lewi berani bersaksi tentang Yesus. Bagaimana dengan kita, para pengikut Yesus? Roh Kudus diberikan kepada kita supaya kita menjadi saksi Tuhan Yesus (Kis. 1:8).
    
    Akhirnya, marilah kita sungguh-sungguh menjadi pengikut Yesus; menyadari panggilan Tuhan sebagai anugerah; besedia dituntun oleh Yesus, mempercayakan masa depan kita padaNya, dan mari kita dengan berani bersaksi tentang Yesus pada orang lain. Tuhan Yesus memberkati kita semua.

Pdm. Dwi Cahyono. S.Th

Selasa, 26 November 2013

SIAPA YANG SEPERTI ALLAH KITA ?


Mazmur 115:1-18


    Pemazmur memulai mazmur  pujiannya dengan mengungkapkan kesadarannya bahwa Allah saja yang layak menerima kemuliaan. Kemuliaan bukanlah milik pemazmur, juga bukan milik kita. Pemazmur sebagai umat Tuhan, mungkin saja telah melakukan banyak hal, tetapi semuanya adalah karya dan campur tangan Tuhan semata, sehingga siapapun, termasuk pemazmur, tidak boleh mencuri kemuliaan Allah. Kemuliaan hanya bagi Allah saja. Sekali lagi, siapapun kita dan apapun yang sudah kita capai, kita harus sadar bahwa semuanya dari, oleh dan untuk Allah sehingga hanya Dia yang layak menerima kemuliaan. Namun di lain sisi kita dapat menangkap bahwa Allah pemazmur, yang sekaligus adalah Allah kita dalam Kristus Yesus adalah Allah yang luar biasa.Tidak ada yang seperti Dia! Inilah yang selanjutnya diungkapkan pemazmur dalam mazmurnya! Mari kita perhatikan siapa seperti Allah kita?
 
1. ALLAH Kita Adalah ALLAH Yang Mahatinggi (ayat 2-3).
    Bangsa-bangsa yang diam disekitar umat Israel saat itu adalah penyembah berhala. Bangsa Filistin misalnya, mereka menyembah Dagon, dewa mereka. Sebuah patung berbadan ikan berkepala manusia. Bangsa lainnya menyembah Baal, Asytoret, Molokh  dan sebagainya. Bagi mereka allah harus dapat dilihat, sehingga mereka mempertanyakan dimana Allah pemazmur, Allah orang-orang Israel. Memang Allah pemazmur yang juga Allah kita tidak kelihatan, namun Dia ada! Dia berada di sorga, di tempat yang Mahatinggi (ayat 2). Siapa yang berada di sorga, jika bukan Yang Mahatinggi. Pertama, Hal ini menunjukkan kedudukanNya sebagai Allah Yang Mahatinggi (ayat 15-16). Siapakah yang bertahta di sorga, jika bukan yang Mahatinggi? Pemazmur menekankan kedudukan Allah Yang Mahahtinggi. Kedua, keberadaanNya disorga dihubungkan dengan “melakukan segala yang dikehendakiNya” artinya, Allah bukan saja Yang Mahatinggi, tetapi Dia Allah yang berdaulat! Tidak ada yang lebih tinggi dari Allah kita dalam Tuhan Yesus. Dialah yang memerintah dan memiliki langit dan bumi ini! Luar biasakan? Siapa allah seperti Allah kita? Tidak ada!
 
2. ALLAH Kita Adalah Allah Yang Hidup (ayat 4-8).
    Pemazmur membandingkan Allah-Nya dengan berhala-berhala. Berhala-berhala hanya buatan tangan manusia, tetapi Allah kita dalam Kristus, adalah Pembuat segala sesuatu (ayat 4). Bahkan Dialah yang membuat kita, manusia! Dialah Pencipta segala sesuatu (band. ayat 13-16). Jadi, Allah kita adalah  Allah yang hidup sebab itu Dia menciptakan. Berbeda dengan berhala yang mati, Allah kita dapat melihat, mendengar, mengecap dan mengulurkan tanganNya bagi kita! Mari kita berikan kemuliaan bagi Allah kita dalam Yesus Tuhan!
Bagaimana Sikap Umat Allah Yang Allahnya Adalah Allah Yang Hidup dan Maha Tinggi?
    Jadi, siapakah seperti Allah kita? Allah yang hidup dan Mahatinggi? Tidak Ada! Justru karena itu mari kita hidup sebagai umat yang Allah-nya hidup dan Mahatinggi. Bagaimana itu?
    Pertama, Takutlah akan Allah kita (ayat 11,13).Pemazmur memanggil umat Allah ini sebagai “yang takut akan Allah” (ayat 11 dan 13). Memang karena Allah kita adalah Allah yang hidup selayaknya kita takut akan Dia. Jangan lupa, Dia melihat hidup kita. Dia mendengar apa yang kita katakan, bahkan yang ada dalam hati kita.Tidakkah ini menumbuhkan rasa takut akan Dia. Kita harus hidup menyenangkan hati TUHAN. Allah kita Allah Yang Mahatinggi, selayaknya kita hamba-hambaNYa, umatNya, taat dan hidup dalam takut hormat pada Dia, Yang Mahatinggi bukan?   
    Kedua, percaya dan bersandarlah pada Dia (ayat 9-11). Karena Allah kita hidup dan Mahatinggi dan kita adalah manusia yang terbatas dan lemah, sudah sepantasnya kita bersandar padaNya! Dia Allah yang hidup, bukan saja tahu apa pergumulan kita, namun Dia sanggup menolong kehidupan kita karena Dia hidup! Lebih lagi, Allah kita dalam Kristus, adalah Yang Mahatinggi! Adakah kekuatan dan kemuliaan yang tidak Dia miliki. Lalu jika kita tidak percaya dan bersandar kepadanya, betapa, maaf, bodohnya kita. Mari kita percaya dan terus bersandar pada Tuhan kita Yesus Kristus, Dia Allah yang hidup dan Mahatinggi! 
    Ketiga, berikan kemuliaan dan pujian hanya bagi Allah kita (ayat 1, 17).Tidak dapat tidak, kita akan memuji, menyembah dan memuliakan Allah yang hidup dan Mahatinggi! Bagaimana tidak? Kita menyembah Allah yang hidup. Dia mendengar apa yang kita nyanyikan. Dia melihat bagaimana hidup kita memuliakan Dia dengan hidup dalam kebenaran. Dan lagi Yang Mahatinggi sudah seharusnya dipuji dan ditinggikan. Jika demikian, mari kita memuji dan memuliakan Tuhan. Mari setiap hari kita menyembah Dia dan memuliakan Allah kita dengan kehidupan yang taat padaNya.
    
    Akhirnya, siapakah Allah seperti Allah kita? “Tidak ada!” adalah jawaban yang tepat. Hanya Allah kita dalam Kristus Yesus-lah Allah yang hidup dan Yang Mahatinggi. Itu sebabnya marilah kita nyanyikan “Allah mana s’perti Allah-ku” dengan sikap hidup yang takut akan Allah kita, dengan tekun bersandar padaNya dan dengan memuliakan Dia sekarang dan selama-lamanya! Amin

Pdt. Lukas Widiyanto, M.Th.


Senin, 18 November 2013

KEMENANGAN AKHIR


Wahyu 7:9-17


    Rasul Yohanes yang dibuang di pulau Patmos, mendapat pengelihatan dari TUHAN,sebuah pengelihatan tentang Sorga! [band. 4:1]. Rasul Yohanes melihat PADUAN SUARA SORGA bersahutan sedang memuji Allah di atas tahtaNya. Siapa mereka? Pertama, Yohanes melihat kumpulan besar orang banyak “tidak terhitung jumlahnya” dari segala bangsa, suku, kaum dan bahasa [ayat 9-10]. Mereka memuji Tuhan. Pujian itu disambut dengan pujian para malaikat, tua-tua dan makhluk surgawi [ayat 11-12]. Kumpulan orang yang bukan sekedar menyanyi, tetapi mereka menikmati dan merayakan KEMENANGAN AKHIR-nya di sorga. Luar biasa indah, mulia dan megah! Kumpulan besar “yang tidak terhitung” menikmati kemenangan akhir mereka di sorga [ayat 15-17]. Alkitab menceritakan bagaimana kondisi mereka di Sorga. Mereka sedang melayani Allah siang dan malam,  di hadapan tahta-Nya [ayat 15]. Betapa indahnya, mereka semua hanya melayani Allah dalam Kristus sepanjang masa. Mereka di Sorga, di tempat yang aman. Bagaimana tidak? Mereka ada dalam naungan Allah sendiri. Allah membentangkan kemah sebagai naungan mereka. Bukan hanya naungan, tetapi kepuasan kekal juga mereka nikmati. Ini digambarkan dengan “tidak lapar dan dahaga” dan menikmati “menikmati air kehidupan”. Mereka menikmati sukacita kekal, tanpa air mata. YA DI Sorga tidak ada lagi ratap tangis dan dukacita (band. Wahyu 21:1-4). Nah, pertanyaan yang terpenting bagi kita adalah: Siapakah kumpulan yang besar, “yang tidak terhitung,” yang menikmati dan merayakan KEMENANGAN AKHIR-nya di sorga itu? Apakah kita juga ada terhitung di dalamnya? Yohanes dalam pengelihatannya, dihampiri seorang tua-tua yang kemudian menjelaskan kepadanya siapa mereka.

1. Mereka yang telah mencuci jubahnya dengan darah Anak Domba [ayat 13-14].  
    Siapa yang dimaksud dengan “mereka yang mencuci jubahnya dengan darah Anak Domba”? Mereka adalah orang-orang yang percaya dan menerima Tuhan Yesus, Sang Anak Domba, sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya. Dalam Perjanjian Baru, “Anak Domba” adalah ‘julukan’ yang dikenakan kepada Tuhan Yesus (Yohanes 1:29). Oleh darahNya, Allah mengampuni dosa orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Sebab itu pastikanlah Saudara adalah orang-orang yang percaya dan menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat Saudara. Karena oleh darahNya kita dikuduskan, dilayakkan untuk Allah (Ibrani 10:10; 9:14). Oleh darahNya kita beroleh pengampunan dan satu kali kelak kita akan bersama kumpulan besar untuk memuji Tuhan di Sorga, dalam kemenangan terakhir. Berikutnya, “mencuci jubah dalam darah Anak Domba” menunjukkan bahwa mereka hidup kudus sebagai orang-orang yang SUDAH dikuduskan oleh Tuhan Yesus. Ya, membasuh atau mencuci adalah tindakan kita, sebagai orang yang telah dikuduskan Tuhan Yesus.  Jika kita telah percaya dan menerima Tuhan Yesus, kita adalah orang-orang yang SUDAH dikuduskan oleh darahNya. Ya, kita orang kudus! Oleh sebab itu sudah seharusnya, sebagai orang kudus, kita hidup dalam kekudusan. Rasul Yohanes menyatakan bahwa hidup kudus adalah tanda dari orang yang menantikan kemuliaan dan kemenangan akhirnya di Sorga! (1 Yoh 3:1-3).Mari kita hidup dalam kekudusan dalam segala segi hidup; dalam nikah, rumah tangga, pergaulan, pekerjaan, keuangan, pelayanan dan ibadah kita. Ketika kita hidup dalam kekudusan, kita semakin diteguhkan sebagai bagian dari “kumpulan besar” yang menikmati kemenangan akhirnya di Sorga bersama Kristus, Tuhan kita. 

2. Mereka yang keluar dari kesusahan yang besar [ayat 14].
     Tanda kedua adalah mereka “orang yang keluar  dari KESUSAHAN yang BESAR”. Ya, mereka adalah orang-orang Kristen yang “berkemenangan” atau bertahan dari kesusahan besar. “Kesusahan besar” bukan hanya menunjuk pada penganiayaan antikris, tetapi juga penganiayaan dan tantangan iman di segala zaman (ayat 13). Seperti dikatakan Paulus bahwa “kesusahan besar” telah, sedang terjadi secara rahasia (2 Tes 2:17). Jadi, ini adalah kesusahan di sepanjang sejarah gereja hingga masa kini. Bukankah kita juga mengalami tantangan iman, aniaya dan godaan dunia untuk undur dari Tuhan Yesus? Tetapi jangan undur! Tetaplah kuat. Ingatlah kita adalah bagian dari “kumpulan besar’ yang menikmati kemenangan akhirnya di Sorga. Ada dua alasan kuat untuk tetap teguh dalam Kristus. Pertama, tetaplah kuat dan setia mengikut Tuhan  Yesus, karena penderitaan sekarang ini tidak dapat dibandingkan kemuliaan dari kemenangan akhir di sorga. Kedua, tetaplah kuat dan setia sebab kemenangan akhir SUDAH DIPASTIKAN oleh Allah kita. “Kemudian daripada itu aku melihat, suatu kumpulan besar yang tidak terhitung banyaknya, ... berdiri dihadapan tahta Anak Domba!”  

Pdt. Lukas Widiyanto, M.Th.

PERSEMBAHAN YANG INDAH


Kejadian 22:1-19


    Ketika Allah datang untuk mencobai Abraham dengan meminta anaknya yang tunggal. Abraham lulus atas ujian Allah karena Abraham tidak segan-segan mempersembahkan anaknya kepada Allah. Seringkali Allah datang menguji kita dalam hal persembahan dengan meminta sesuatu yang berharga di dalam hidup kita. Apakah kita hari ini juga lulus ujian karena Allah mendapati kita  anak-anakNya berani mempersembahkan persembahan yang indah kepada Allah? Mari kita belajar dari persembahan Abraham yang indah kepada Allah.
 
1. Persembahan Abraham memperkenankan hati Allah [ayat 12, 15-16].
      Firman Tuhan yang disampaikan kepada Abraham melalui malaikat Tuhan sebanyak dua kali, sangat menunjukkan bahwa sikap Abraham yang mau mempersembahkan Ishak anaknya  untuk memperkenankan hati Allah. Mengapa? Pertama, Karena persembahan Abraham menunjukkan ketaatan Abraham [ayat 1-4]. Alkitab menulis bahwa Abraham berangkat ke gunung Moria pagi-pagi benar. Abraham tidak menunda-nunda waktu untuk mempersembahkan Ishak kepada Allah. Abraham tidak tawar menawar, berbantah-bantah dengan Allah. Padahal permintaan Allah sangat tidak sesuai dengan kebiasaan zaman itu. Biasanya yang dipakai untuk persembahan korban bakaran adalah binatang [Kejadian 15:9,17; Keluaran 29:18] Apalagi Ishak adalah anak tunggal, harapan hidupnya. Bagaimana dengan kita? Seringkali kita tawar menawar dengan Tuhan, “jangan yang ini, yang lain saja...” Allah hanya minta sepersepuluh dan sembilan puluh persen  bagi kita, itupun kita masih berdalih. Allah hanya minta sedikit waktu kita untuk Dia itu juga kita terkadang korupsi. Kedua, karena persembahan Abraham menunjukkan kasih Abraham. Bukti kasih itu ialah pengorbanan. Pengorbanan Abraham  ketika ia akan mempersembahkan Ishak sangat besar. Karena Ishak anak tunggal, anak yang sangat dikasihi. Bagi orang Israel/Yahudi, keturunan sangat penting apalagi anak laki-laki. Diberikan pada masa tua Abraham dan Sara setelah kurang lebih 20 tahun sesudah janji Allah yang pertama datang pada keluarga Abraham. Anak yang akan menggenapi janji Allah artinya Ishak adalah harapan hidup Abraham. Tetapi seberapa besarnya kasih Abraham kepada Ishak tidak membuat Abraham berat untuk mempersembahkan Ishak kepada Allah. Abraham lebih mengasihi Allah. Berapa banyak dari kita yang berkata “mengasihi Allah” tetapi kita tidak pernah berbuat sesuatu kepada Allah, tidak pernah berkorban untuk Allah. Kita lebih mengasihi harta kita daripada Allah. Kita dengan gampang katakan mengasihi Allah tetapi kita lebih mengasihi waktu kita dari pada mengasihi Allah. Ketiga, Karena persembahan Abraham menunjukkan iman Abraham [Yakobus 2:21]. Iman dan perbuatan itu bekerja sama, tidak bisa dipisahkan. Abraham membuktikan ketika ia berani mempersembahkan Ishak kepada Allah. Allah menguji iman Abraham dan ia lulus. Dalam Ibrani 11:17-19; Kejadian 15:2-5 Janji Allah digenapi melalui Ishak. Walaupun Abraham sangat mengerti bahwa penggenapan janji Allah melalui Ishak, tetapi dia tidak segan-segan untuk mempersembahkan Ishak kepada Allah karena dia percaya bahwa janji Allah pasti tetap akan digenapi. Sebagaimana dia percaya bahwa Allah sanggup membangkitkan orang mati, begitu juga dia percaya  Allah tetap akan menggenapi janji-Nya. terbukti dalam ucapannya kepada bujangnya “...kami akan kembali kepadamu” [ayat 5]. Serta dalam ayat 8,14, ucapan Abraham kepada Ishak ... JEHOVAH JIREH menunjukkan iman Abraham. dipikirannya Abraham, apa yang akan Tuhan sediakan? Apakah anak domba? tetapi Abraham begitu yakin untuk ‘menyembelih’ Ishak anaknya. Apakah keturunnya yang lain untuk penggenapan janji Allah? Kita tidak tahu. Yang pasti Abraham beriman: “TUHAN menyediakan.” Ingat janda miskin yang mempersembahkan seluruh miliknya, adalah sebuah persembahan yang terbaik, menyenangkan hati Allah. Kesulitan hidup, keadaan yang berat seringkali membuat kita hitung-hitungan dengan Allah. Apa nanti untung? kalau rugi? apakah iman kita dapat kita buktikan dengan perbuatan kita lewat persembahan kita kepada Allah. 
2. Persembahan Abraham membuka pintu berkat Allah [ayat 15-18].
   Melihat keberanian Abraham untuk mempersembahkan korban kepada Allah, Allah berjanji dengan “sumpah” padahal dalam Kejadian 15,17,18 ketika Allah menyampaikan janji kepada Abraham, tidak ada kata “sumpah.” Tetapi persembahan Abraham membuat Allah berani bersumpah demi diriNya sendiri. Allah memberkati Abraham. Berkat Allah adalah ada berkat yang lebih dibanding pasal 15 dan 17. Berkat jasmani diberikan Allah dengan berlimpah. Keturunan Abraham ikut diberkati Tuhan. dari keturunan Abraham bangsa-bangsa akan diberkati menunjuk kepada Tuhan Yesus. Keberanian kita dalam berbuat sesuatu kepada Allah sangat mempengaruhi tindakan Allah dan berkat Allah kepada kita. Bukan berarti kita seperti ‘berjudi’.Tetapi ketika kita mempersembahkan persembahan yang memperkenan hatiNya, Allah-pun memberkati kita.  
    
    Bagaimana dengan kita? Apakah kita digolongkan mempersembahkan persembahan yang memperkenankan hati Allah. Apakah kita taat kepada Allah, jika sampai hari ini kita belum bisa memberi kepada Allah seperti kehendak Allah dalam hidup kita?  Apakah kita mengasihi Allah, jika sampai saat ini kita lebih mengasihi yang lain daripada Allah?  Apakah kita beriman kepada Allah, jika sampai saat ini tidak berani memberi pada Allah karena takut kekurangan, rugi, dan hitung-hitungan dengan Allah? Apakah kita hari ini lulus ujian Allah dalam hal mempersembahkan persembahan yang terindah  kepada Allah?

Pdt. Antonetha Lukas Widiyanto

Minggu, 03 November 2013

Sang Penjunan


Yeremia 18:1-6

    Nabi Yeremia diutus TUHAN ke tempat tukang periuk atau biasa disebut penjunan tanah liat. Di sanalah TUHAN menyatakan diriNya sebagai penjunan, Sang Tukang Periuk dari Israel. Bukan saja Israel, tetapi pembentuk kita juga. TUHAN adalah Penjunan kita. Bukankah Alkitab mengaskan bahwa sejak semula, TUHAN-lah Sang Penjunan? Ya, kita yang adalah debu tanah dibentuknya menjadi manusia bukan? [Kejadian 2:7]. Setiap orang Percaya adalah tanah liat di tangan TUHAN YESUS, Sang Penjunan. Ini adalah kebenaran dan faktanya. “Seperti tanah liat ditangan tukang periuk, demikianlah Engkau di tanganKU” [ayat 6]. Sudahkah Saudara percaya dan menerima Tuhan Yesus sebagai TUHAN da Juruselamat Saudara? Pastikan Saudara ada di tangan yang tepat. Hanya di tangan Sang Penjunan, yaitu Tuhan Yesus Kristus-lah kita berada di tangan yang tepat. Mengapa? Seperti apakah TUHAN, Sang Penjunan itu memperkenalkan diriNya?
 
1. Penjunan Yang BEROTORITAS [ayat 4].
    Adakah tanah liat mengatur tukang periuk yang membuatnya? Tidak ada bukan? Ketika TUHAN menyatakan diriNya sebagai Tukang Periuk atau Penjunan, maka Dia sedang menegaskan OTORITAS atau kedaulatanNya atas kita, buatan tanganNya [ayat 4]. Paulus juga mengambil gambaran Penjuanan dan tanah liatnya ini untuk menegaskan kedaulatan TUHAN [Roma 9:20]. TUHAN-lah yang berhak membentuk kita sesuai dengan kehendakNya [ayat 4]. Bahkan kepada Yeremia, TUHAN menyatakan bahwa Dialah yang berhak mencabut, merobohkan, membinasakan [ayat 7]. Dia juga yang berwenang menanam, dan membangun [ayat 9]. Bukan itu saja, Dia yang berhak mengubah keputusanNya [ayat 7-11].  Siapa dapat membantah Yang Mahaberdaulat ini? Hidup, mati, berkat dan masa depan kita ada dalam genggaman tangan Sang Penjunan, TUHAN kita Yesus Kristus. Itu sebabnya, tidakkah kita takut dan hormat akan Dia? Jangan hidup sembrono, tetapi takutlah akan Dia, TUHAN, Sang Penjunan.
 
2. Penjunan yang memiliki TUJUAN BAIK [ayat 4].
    Sekalipun TUHAN, Sang Penjunan yang berotoritas, tetapi Dia adalah penjunan yang memiliki tujuan yang indah bagi kita, tanah liatNya. Alkitab secara tegas menyatakan bahwa Dia memiliki tujuan yang baik bagi tanah liat di tanganNya [ayat 4]. Adakah pembuat periuk yang ingin hasil karyanya jelek dan tidak berguna? Tidak ada bukan? Apalagi TUHAN, Sang Penjunan yang sempurna dalam segala sesuatu. Apapun yang dikerjakan TUHAN, Sang Penjunan adalah untuk membentuk hidup kita menjadi indah di mataNya. Memang kadang proses untuk menjadi bejana yang indah itu menyakitkan. Ketika tanah liat diairi dan dibersihkan, mungkin terasa nyaman. Tetapi saat mulai dibentuk, maka tanah liat itu dipukul-pukul, dibanting, di taruh di pelarikan diputar-putar dan ditekan dibentuk, maka itu akan menyakitkan sekali. Tetapi percayalah pembuat periuk sedang mengerjakan yang terbaik dan terindah bagi tanah liat itu. Demikianlah, Penjunan kita, TUHAN sedang membentuk kita melalui segala kondisi apapun itu, entah berkat atau pergumulan; entah suka atau duka. Bukankah Allah turut bekerja di dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi kita, untuk menjadikan kita serupa dengan AnakNya? [Roma 8:28-29]. Jika demikian, tetaplah kuat dan berserahlah di tangan TUHAN, Penjunan kita. Dia sedang membentuk kita menjadi bejanaNya yang indah dan mulia.
 
3. Penjunan Yang Mahakuasa [ayat 4].
    TUHAN adalah Penjunan Yang Mahakuasa. Otoritas menunjuk wewenangNya atas segala sesuatu, tetapi kuasa menunjukkan pada kesanggupanNya yang tidak terbatas. Bejana yang rusak seburuk apa yang TUHAN, Penjuan itu tidak sanggup perbaiki menjadi bejana yang indah? Tidak ada.TUHAN sanggup mengubah yang paling buruk sekalipun menjadi indah. Tidak ada yang mustahil bagi Dia. Lihatlah Petrus atau Saulus yang paling hina diantara orang berdosa dibentukNya menjadi indah. Itu sebabnya datanglah kepada Sang penjunan dan Dia akan membentuk dan mengubahkan kita menjadi bejananNya yang indah. TUHAN juga sanggup ‘memakai’ segala kondisi bahkan yang paling burukpun untuk membentuk kita jadi Indah, karena Dia-lah Penjunan Yang Mahakuasa. Terakhir, Ke-Mahakuasaa-anNya memastikan rencana Penjunan kita tidak akan pernah gagal [Ayub 42:1]. TujuanNya untuk menjadikan kita bejana indah pasti tercapai. Mari berserah kepadaNya. Berserah kepada Kristus berarti mempercayai bahwa TUHAN YESUS adalah Penjunan Mahakuasa.
 
4. Penjunan Yang Penuh Kesabaran [ayat 4].
    Bila tanah liat yang dibentuk rusak, maka tukang periuk itu kembali mengerjakan, kembali membentuknya jadi bejana lain yang indah. TUHAN, Penjunan yang penuh kesabaran. Dia tidak pernah membuang yang sudah rusak. Apakah kita merasa diri rusak dan tidak layak bagiNya? Dia tidak pernah membuang ‘yang rusak’, Dia dengan kasih dan kesabaran memperbaikiNya. TUHAN mengerjakan kembali, membentuk ulang, memperbaiki... sampai menjadi bejana yang indah. Luar biasa bukan? Lihatlah kesabaran Penjunan kita, Kristus Yesus, segeralah berbalik dan serahkan hidup ini dalam tanganNya yang perkasa. Dia akan membentuk kita semakin indah di mataNya. “Apabila bejana, yang sedang dibuatnya rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik dipemandangannya.” 

Pdt. Lukas Widiyanto, M.Th.

Minggu, 27 Oktober 2013

be STRONG in the LORD


2 Timotius 2:1


   Paulus memerintahkan Timotius untuk menjadi kuat dalam kasih karunia Tuhan Yesus. Ini bukan berarti Timotius harus menguat-kuatkan dirinya. Tidak., ini berarti bahwa Tuhan Yesus-lah oleh kasih karuniaNya menyediakan kekuatan dan Timotius hanya perlu ‘mengambilnya’ dengan iman. TUHAN tidak memerintahkan kita untuk ‘nguat-nguatkan’ diri kita sendiri, apalagi dengan kekuatan kita. Tetapi Dia sediakan kekuatan bagi kita. Mari kita percaya dan menerima kekuatanNya. Jadilah kuat dalam kasih karuniaNya.
    Sebelum kita merenungkan kasih karunia TUHAN yang demikian menguatkan, mari kita renungkan mengapa Timotius dan kita perlu menjadi kuat dalam kasih karunia Tuhan. Pertama, karena Timotius dan kita menghadapi berbagai tantangan, pergumulan dan godaan dalam dunia ini. Iblis dan dunia mencoba menggoda kita. Aniaya pasti biasa dihadapi orang Kristen saat itu. Paulus ada di penjara saat menulis surat ini [1:8, 16], bahkan kematiannya sudah dekat [4:6]. Bukan itu saja, Iblis dan dunia menggodai kita dengan gaya hidup yang tidak takut akan Tuhan [3:1-9]. Belum lagi semakin hari pergumulan semakin berat nampaknya karena zamanpun semakin sulit bukan? Dan musuh terbesar adalah diri kita sendiri dengan segala keinginan dan hawa nafsu yang digodai iblis dan dunia [2:22]. Itu sebabnya kita membutuhkan kekuatan dari Tuhan. Kedua, problem yang lebih besar adalah ternyata kita tidak memiliki kekuatan. Timotius disapa dengan sebutan “anakku”. Seberapa sih kekuatan seorang anak. Bukankah orang Kristen juga disebut sebagai “anak-anak Tuhan”? Ya, anak-anak yang lemah, yang senantiasa membutuhkan Tuhan dan kekuatanNya. Nah, betapa semakin penting menjadi kuat dalam kasih karunia Kristus, Tuhan kita bukan?
Kasih karunia TUHAN Yang Menguatkan
    
    Kasih karunia adalah pemberian TUHAN. Dan Paulus menyatakan pemberian itu menjadikan kita kuat  Inilah bentuk kasih karunia TUHAN yang menguatkan kita.
1. Kekuatan dari Firman TUHAN [ayat 2].
    Berulang-ulang Paulus mengingatkan Timotius tentang Firman Tuhan yang merupakan kekuatan Allah [1:7-8; 2:7-13]. Bukankah Firman TUHAN menguatkan hati Saudara seperti juga Timotius dikuatkan dengan firman Tuhan yang dituliskan Paulus kepadaNya. TUHAN menganugerahkan firmanNya untuk menguatkan kita. Lalu bagaimana kita menerima kekuatan dari firmanNya? Pertama, beribadahlah dengan setia, sehingga memungkinkan kita mendengar firman Tuhan yang menguatkan. Bukan hanya beribadah, tetapi ibadah dengan kesungguhan saat mendengarkan firman Tuhan. Jangan lewatkan untuk menerima kekuatan TUHAN yang berlimpah dari firmanNya. Dengarkan firmanNya. Kedua, bangunlah hati yang mencintai firman TUHAN. Baca dan renungkan firman Tuhan setiap hari dan temukan kekuatan dari firmanNya. Ketiga, lakukan firman Tuhan. Melakukan firman Tuhan melatih kerohanian kita semakin kuat dalam Kristus.
2. Kekuatan dari Sahabat-Sahabat dalam KRISTUS.
    Tuhan memberikan Onesiforus dan keluarganya bagi Timotius dan pelayanannya sebab itu Timotius diminta untuk jadi kuat [ayat 1:16-2:1].TUHAN memberikan Onesiforus sebagai sahabat yang menguatkan Timotius di Efesus. Demikian juga TUHAN memberikan kita sahabat-sahabat dalam Kristus untuk saling menguatkan. Bukankah ini suatu bentuk kasih karuniaNya? Sebab itu jadilah kuat. Lihatlah, banyak sahabat yang ditempatkan TUHAN YESUS bagi kita untuk menguatkan kita. Share-lah dan mohonlah bantuan dan doa dari sahabat-sahabat dalam Kristus. Berikutnya, jadilah ‘kasih karunia’ TUHAN bagi saudara-saudara kita seiman. Suami-suami jadilah ‘kasih karunia’ TUHAN yang menguatkan bagi isteri dan anak-anakmu. Demikian juga isteri-isteri, jadilah berkat yang menguatkan suami dan anak-anak. Keluarga ditempatkan TUHAN supaya saling menguatkan. Jemaat ditempatkan di GPT. Maranatha ini untuk menjadi “kasih karuniaNya” bagi jemaat yang lain. Mari kuatkan, doakan dan jadilah berkat bagi sahabat-sahabat kita dalam Kristus.
3. Kekuatan dari ROH KUDUS [1:6-7].
    Kasih karunia TUHAN yang menguatkan adalah kekuatan oleh Roh Kudus. Paulus mengingatkan Timotius bahwa dia telah menerima Roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban [ayat 7]. Ya, setiap orang Kristen sudah memiliki [dikaruniai] Roh Kudus [band. 1 Korintus 12:2-3].  dan Roh Kudus-lah yang membangkitkan kekuatan dalam kita. Kekuatan untuk melayani Tuhan. kekuatan untuk menghadapi pergumulan dan godaan di masa yang sulit ini.  mari kita percaya bahwa kita telah menerima karunia yang luar biasa ini: Roh Kudus tinggal di dalam hidup kita, orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Kedua, jangan biarkan ‘api’ Roh Kudus padam. Paulus menegur Timotius supaya mengobarkan kembali karunia yang ada padanya [1:6]. Mari rindukan api Roh Kudus berkobar di hati kita. Rindukan jamahan Roh Kudus menguatkan kita kembali untuk menghadapi pergumulan dan godaan. Mari kita berdoa dan berseru: “Roh kudus, nyalakan apiMu di hati kami” dan jadilah kuat oleh Roh Kudus-Nya.
    
    Akhirnya, TUHAN YESUS telah memberikan kasih karuniaNya yang menguatkan kita: FirmanNya, sahabat-sahabat di dalam Kristus dan Roh Kudus yang tinggal dalam kita. Sebab itu jadilah kuat oleh kasih karuniaNya.    

Pdt. Lukas Widiyanto, M.Th.
                              

Minggu, 13 Oktober 2013

MELEKAT KEPADA TUHAN


Yeremia 13:11

    Melekat kepada TUHAN sebenarnya bukanlah kerinduan manusia yang berdosa, tetapi TUHAN-lah yang rindu dekat dan lekat kepada umatNya. Bukankah sejak penciptaan, TUHAN rindu dekat dengan anak-anakNya? Lihatlah sejarah, TUHAN-lah yang terus memberikan anugerah supaya manusia yang sudah jatuh dalam dosa dapat melekat kepadaNya. Melalui mezbah, korban-korban, tempat ibadah [kemah suci hingga bait Allah] hingga akhirnya AnakNya sendiri, Yesus Kristus datang ke dunia untuk mati di kayu salib menjadi ‘jalan’ agar kita dilayakkan untuk  dapat melekat kepada TUHAN. Jadi, jangan kita menyia-nyiakan kasih dan kerinduan TUHAN, mari melekat kepadaNya.
    TUHAN bukan saja rindu dan memberi Tuhan Yesus menjadi ‘jalan’ agar kita dapat melekat kepadaNya. Tetapi Dia-lah yang menganugerahkan kerinduan di hati kita untuk melekat kepadaNya. Siapakah dengan kekuatannya sendiri dapat melekat kepada TUHAN? Adakah kekuatan, kesucian dan kehebatan kita yang mampu membuat kita rindu dan tetap melekat kepada TUHAN? Itu sebabnya mari kita melekat kepada TUHAN. Kerinduan di hati Saudara adalah anugerah.
    Terakhir, melekat kepada TUHAN memungkinkan kita menerima kepenuhan dari berkatNya [Yeremia 13:11; Mazmur 91:14; Yohanes 15:4-5]. Bagaimana tidak? Ketika kita melekat kepada TUHAN, maka kita akan menerima segala yang baik dariNya. Seperti carang melekat pada pokok anggur. Jadi, melekatlah kepada TUHAN.   

JADILAH JEMAAT YANG MELEKAT KEPADA TUHAN

   Ada kisah yang menggambarkan tindakan yang jahat dan sikap yang ‘tidak melekat’ kepada Tuhan. Ini contoh negatif. Itulah sikap Gehazi yang menipu nabi Elisa dan panglima Naaman [2 Raja-raja 5:15-27]. Apa akibatnya? Gehazi yang menipu menerima hukuman, yaitu terkena penyakit kusta Naaman turun temurun [ayat 27]. Kita jangan mengikuti cara hidup Gehazi, tetapi kita harusnya melekat kepada Tuhan dan rindu kesucian.
I. Ada 7 Perempuan memegang seorang laki-laki.
    Dalam Yesaya 4:1 dikatakan: “Pada waktu itu tujuh orang perempuan akan memegang seorang laki-laki, serta berkata: “Kami akan menanggung makanan dan pakaian kami sendiri; hanya biarlah namamu dilekatkan kepada nama kami; ambillah aib yang ada pada kami.” 7 perempuan itu adalah gambaran  gereja Tuhan [Wahyu 1:11]. Gambaran kehidupan yang rindu disucikan. Dan itu juga kerinduan Tuhan [2 Korintus 11:2 dan Wahyu 19:7]. Demikian juga kita, sebagai gereja Tuhan seharusnya rindu kesucian. 
    “Seorang laki-laki” dalam yesaya 4:1 adalah gambaran dari Tuhan Yesus. Para wanita itu memegang laki-laki itu. Ini gambaran gereja yang melekat kepada Tuhan. Kita seharusnya rindu melekat kepada Tuhan Yesus.  Seperti carang yang melekat pada pokok anggur yang benar [Yohanes 15:4-5]. Pemazmur mengatakan “Jiwaku melekat kepadaMu, tangan kananMu menopang aku.” [Mazmur 63:9]. Dan melekat kepada Tuhan mengandung janji berkat-berkatNya. Tuhan akan memberikan kemenangan bagi yang melekat kepadaNya [Yesaya 41:10]. Perlindungan adalah bagi yang hatinya lekat kepada Tuhan [Mazmur 91:14]. Bahkan segala yang baik disediakan Tuhan bagi mereka yang melekat kepadaNya. Yeremia menegur Israel yang dulu melekat kepada Tuhan seperti ikat pinggang di pinggang Tuhan, tetapi kemudian menjauh dariNya. Saat lekat dengan Tuhan, mereka menerima berkatNya [Yeremia 13:11].  Mari kita melekat kepada Tuhan. Bukan hanya masalah beribadah dan persekutuan pribadi dengan Tuhan Yesus, tetapi juga kehidupan yang melekat kepada Tuhan pastilah kehidupan yang menaati firmaNya. Hidup rindu akan kesucian.
II. “Ambillah aib yang ada pada kami” [Yesaya 4:1]. 
    7 perempuan memohon supaya laki-laki itu mengambil aib mereka. Tujuan Allah memilih dan memanggil kita supaya hidup tiada beraib dan bernoda [Lukas 1:25; Filipi 2:15]. “Sebab di dalam Dia, Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat dihadapanNya.” [Efesus 1:4]. Mari hidup dalam kekudusan sesuai dengan kerinduanNya. 

Pdt. Gersom Sunarto

Minggu, 06 Oktober 2013

KEAJAIBAN MEMUJI TUHAN


Mazmur 96:1-4


    Betapa ajaibnya, saat saya melihat mainan burung yang dapat bersiul dan bernyanyi dengan gerakan kepala yang seperti aslinya. Mainan ini bisa bernyanyi... Wah, itu menakjubkan. Tetapi lebih menakjubkan lagi ketika kita memuji TUHAN. 
TUHAN Bergairah Dengan Nyanyian
    
    Sebelum kita lanjutkan melihat keajaiban dari memuji TUHAN, mari kita perhatikan bahwa Alkitab menegaskan jika TUHAN bergairah dengan nyanyian. Dalam Mazmur 96:1-2 ini saja, kita 4 kali diperintahkan untuk menyanyi bagi TUHAN. Banyak tersebar dalam Alkitab perintah untuk menyanyi, memuji TUHAN. Lihat saja hampir di seluruh kitab Mazmur, kita temukan. Efesus 5:19 memerintahkan kita, yang penuh Roh Kudus, untuk menaikkan pujian, nyanyian rohani. Bahkan Kolose 3:16 bukan hanya memerintahkan kita untuk bernyanyi, tetapi menekankan bahwa nyanyian, mazmur dan pujian rohani adalah bagian dari ‘perkataan Kristus dengan segala kekayaannya’. TUHAN bukan saja rindu mendengar  nyanyian umatNya, tetapi Dia sendiri bernyanyi [ Zefanya 3:17 bandingkan terjemaham King James Version atau Young Literal Translation]. Tuhan Yesus, ketika malam perjamuan terakhir, bersama murid-muridNya menaikkan nyanyian bagi Allah [Matius 26:30] memberikan teladan bagi kita. Di gereja bukan hanya berdoa dan mendengarkan khotbah, tetapi juga memuji TUHAN. Perhatikan bahwa TUHAN bergairah dengan nyanyian dan Dia mendengar pujian kita. Bukan itu saja, nyanyian kita untuk TUHAN sangat ajaib, dan menakjubkan. Mengapa?
 
1. Karena Kita Sedang Memuji TUHAN.
     Menakjubkan bukan karena nyanyiannya atau siapa yang menyanyi, tetapi untuk siapa kita bernyanyi. Pemazmur berkata kita menyanyi untuk TUHAN [Mazmur 69:1-2]. Siapa TUHAN? Pertama, TUHAN itu Mahabesar [ayat 4-5]. Bayangkan, kita yang hanya ciptaanNya, diberikan kehormatan dan kesempatan untuk bernyanyi bagi Dia Yang Mahabesar. Luar biasa bukan? Kedua, TUHAN adalah pemilik segala keagungan, semarak, kekuatan dan kehormatan [ayat 6]. Sekalipun kita tidak memuji Dia, Dia-lah pemilik keagungan. Tanpa pujian kita, Dia sudah Maha Agung. Sebab itu betapa ajaibnya, kita diikutsertakan untuk mengagungkan TUHAN.     
2. Karena Memuji TUHAN Adalah Bagian Dari Pemberitaan Injil.
    Pemazmur menegaskan bahwa memuji TUHAN adalah menceritakan keselamatan dari TUHAN bagi bangsa-bangsa [ayat 2-3]. Seperti halnya Perjamuan Kudus dan Baptisan Air pada masa Perjanjian Baru, diadakan untuk memberitakan Injil dalam Kristus, demikian pula memuji TUHAN sadar atau tidak menyatakan siapakah Allah kita.  KuasaNya, kasihNya dan keselamatan dariNya kepada para pendengar. Ajaib bukan memuji TUHAN, karena memuji Dia berarti membesarkan namaNya diantara orang-orang yang belum kenal Dia. Dunia ini rindu dan haus nyanyian yang membawa damai sejahtera dan keselamatan. Itu sebabnya jangan malu bersaksi dan memuji TUHAN di mana saja. Sebuah pertanyaan penting adalah: Nyanyian apa yang sering kita nyanyikan dan perdengarkan bagi orang disekitar kita? Ayo nyanyikan nyanyian rohani, nyanyian tentang Kristus yang membawa damai sejahtera, kekuatan dan keselamatan.
3. Karena Memuji TUHAN Mengingatkan Kita Akan Firman TUHAN.
    Ketika kita memuji TUHAN, kita akan segera diingatkan firman TUHAN. Mengapa? Karena dalam nyanyian rohani, syairnya adalah firman TUHAN. Jika isi nyanyian itu bukanlah pengajaran dari Alkitab, maka itu bukanlah nyanyian rohani. Lihat saja nyanyian pemazmur dalam Mazmur 69 ini, isinya adalah firman TUHAN. Penciptaan oleh tangan TUHAN [ayat 5]. Kebenaran tentang kebesaranNya [ayat 4-6], Dialah Raja [ayat 7-10] dan kehadiranNya sebagai Hakim [ayat 11-13]. Jadi, tiap kali kita menyanyi bagi TUHAN, kita diingatkan FirmanNya oleh karya Roh Kudus tentunya. Bukankah iman timbul dari pendengaran akan firman TUHAN? [Roma 10:17]. Itu sebabnya tidak heran, ketika kita sungguh-sungguh menyanyikan nyanyian rohani, hati kita dikuatkan. Kesusahan disirnakan digantikan sukacita dan ucapan syukur. Sakit disembuhkan oleh kuasa TUHAN dan Iblis-pun diusir. Betapa ajaib memuji TUHAN itu bukan? Jadi, bernyanyilah bagi TUHAN dan dengan kesungguhan hati dan jiwa kita. 
4. Karena Memuji TUHAN Mempersekutukan Kita.
     Pemazmur menunjukkan bahwa segenap bumi dipanggil untuk bernyanyi [ayat 1-2]. Di lapangan bola, di luar negeri,  orang Indonesia dari suku apa saja dan dari mana saja segera akan bersatu ketika lagu kebangsaan dan suporter bola kesayangan dinyanyikan. Ajaib bukan? Bahkan mungkin yang belum pernah mendengar lagu itu akan ikut-ikutan bernyanyi. Bukankah nyanyian mempersekutukan orang percaya dimana saja? Tentu saja bukan nyanyiannya yang mempersekutukan, tetapi Oknum yang dipuji, yaitu TUHAN YESUS. Jika kita ada di belahan bumi lain, bernyanyi lagu rohani, kita dipersekutukan dengan orang-orang yang ada di dalam Kristus. Nyanyian mempersekutukan kita bukan hanya di bumi. Rasul Yohanes dalam pengelihatannya, menuliskan bahwa kelak akan berkumpul orang banyak dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa berdiri dihadapan tahta Anak Domba dan menaikkan nyanyian bagiNya [Wahyu 7:9-10]. Luar biasa bukan? Jika demikian mengapa kita tidak bernyanyi bagi TUHAN setiap hari? Bukan hanya di dalam gereja tetapi di mana saja. “Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, menyanyilah bagi TUHAN hai segenap bumi.”  

Pdt. Lukas Widiyanto, M.Th.

Minggu, 29 September 2013

JANGAN HANYA ‘YANG LUAR’


Lukas 11:37-44


    Suatu ketika saya diundang sebuah pesta pernikahan. Saya menghampiri meja dimana tersusun piring-piring yang nampak cantik dengan warna warni tidak seperti kebanyakan pesta yang piringnya berwarna putih. Warnanya cantik, rapi dan nampak bersih. Tetapi penialian itu segera sirna ketika saya melihat bagian dalam piring karena bagian dalamnya ternyata sedikit basah dan kotor. Nah, bayangkan bagaiman reaksi TUHAN ketika menemukan kerohanian yang demikian? Bersih hanya di bagian “luarnya”, sementara bagian dalamnya penuh dengan kotoran?
TUHAN Mengecam Kerohanian Hanya “Yang Di Luar”
    
    Dalam Lukas 11:37-44 ini, Tuhan Yesus mengecam orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Mengapa? Karena kerohanian mereka sekedar membersihkan “yang diluar”. Tuhan bersabda: “Kamu membersihkan bagian luar dari cawan, tetapi bagian dalam penuh rampasan dan kejahatan”.
Rupanya orang-orang yang belajar Taurat dan nampaknya rohani ini, hanya memoles bagian luar mereka. Ya, kerohaniannya hanya nampak pada pakaian kebesaran mereka, praktik-praktik ibadah dan berbagai peraturan yang ditaati, tetapi sejatinya tidak memiliki kasih, kebenaran dan keadilan. Tuhan Yesus mengecam mereka serta mengingatkan murid-muridNya, termasuk kita, jangan mengikuti kerohanian yang demikian [Lukas 12:1]. Bagaimana memiliki kerohanian yang tidak hanya memoles bagian “luar”? Sebuah kerohanian yang menyenangkan hati Tuhan kita, Yesus Kristus?
 
1. Ingatlah bahwa di dalam YESUS, kita ciptaan baru.
     Sumber kerohanian sejati adalah dalam Tuhan Yesus. Kita tidak mungkin dapat mengubah ‘luarnya’ tanpa diubah ‘dalamnya’. Hanya di dalam Tuhan Yesus, saya dan Saudara menjadi ciptaan baru [2 Korintus 5:17]. Nah, percaya dan terimalah Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan juruselamat Saudara, maka Saudara menjadi ciptaan baru, manusia yang diperbaharui. Jika Saudara sudah terima Kristus Yesus sebagai Tuhan, ketahuilah Saudara adalah ciptaan baru. Jangan lagi melakukan perbuatan yang lama, yaitu segala kejahatan [Efesus 4:17-32].    
2. Buang Munafik.
    Buanglah segala kemunafikan. Miliki hidup yang tulus dan jujur bukan saja kepada sesama, terutama kepada TUHAN. Jika kita selalu memakai topeng, supaya terlihat rohani, baik, maka itu menjadi kebiasaan dan karakter. Kita cenderung menutup-tutupi kekurangan kita dan yang kita tunjukkan kerohanian semu [baca: cuma pura-pura alias jaga image]. Apakah Tuhan tidak tahu hati kita?
3. Berikanlah hati yang mau dikoreksi oleh TUHAN.
    Lihat saja Tuhan Yesus menegur orang Farisi dan Ahli Taurat karena memang teguran sangat penting. Dan lebih penting lagi hati yang mau menerimanya. Belajarlah rela memberikan hati kita untuk dikoreksi Tuhan. Evaluasi diri sangat penting. Bukankah TUHAN tahu siapa kita, tanpa kita memberitahu kepadaNya? Jadi, mari setiap hari memeriksa hati dan hidup kita dengan doa dan membaca firman. Melalui ibadah, kita relakan hati untuk diselidiki oleh FirmanNya. Satu lagi, berikan hati untuk diubah Tuhan Yesus. Dia-lah yang sanggup mengubah dan memberikan kekuatan untuk berubah bukan? Tapi, semua ini dimulai dari hati yang mau dikoreksi olehNya.
4. Bangunlah kerohanian yang tulus.
    Tidak dapat tidak untuk memiliki kerohanian yang bukan “luarnya saja”, kita harus membangun kerohanian yang tulus. Kerohanian yang bukan karena dilihat pendeta, teman atau siapa saja [band. ayat 43]. Banyak orang hidup rohani kalau ada [dilihat] teman, pendeta atau hanya di gereja. Begitu di luar gereja kelihatan aslinya... Jangan demikian, mari kita hidup penuh kasih, setia, melayani  dan dalam kebenaran Tuhan bukan karena ‘jaga image’, tetapi karena memang demikianlah kita: Ciptaan baru dalam Yesus.     

Pdt. Lukas Widiyanto, M.Th.

MENGETAHUI kehendak Allah?


Matius 9:35-38

    Kata orang “Hidup selalu diperhadapkan dengan pilihan”, dan Saya pikir itu tepat. Memilih pasangan hidup, pekerjaan, rumah bahkan perkara-perkara yang nampak ‘kecil’, misalnya memilih pakaian kita. Dapatkah kita mengatahui kehendak Allah dalam memilih segala sesuatu dalam hidup ini?  Jawaban saya adalah BISA, namun TIDAK [selalu bisa] secara detail. Maksud saya, bisa karena TUHAN telah memberi prinsip-prinsip tertentu dalam FirmanNya, Alkitab saat kita menentukan pilihan kita. Tetapi seringkali TUHAN tidak memberitahu kita secara detail tentang manakah yang harus kita pilih. Misalnya, perkejaan ini atau itu yang tepat ya? Keduanya tidak melanggar prinsip kebenaran Alkitab, lalu mana kehendakNya? Nah, jika terus menanti jawaban TUHAN yang detail [jelas sekali], banyak yang akan terus dalam kebingungan dan menjadi ketakutan kalau-kalau pilihannya bukan kehendak TUHAN. Memang Alkitab menunjukkan kepada kita tentang orang-orang yang menerima anugerah TUHAN sehingga memperoleh ‘tanda yang jelas’ untuk memilih, misalnya, hambaNya Abraham ketika mencarikan Ishak isteri, Gideon dengan panggilannya, nabi Samuel memilih raja bagi Israel atau raja Hizkia yang ditambahkan usianya. Namun perlu disadari ini adalah anugerah TUHAN, bersifat khusus dan tidak selalu kita alami, bukan? Ingat, pengalaman orang lain tidak dapat kita tiru atau sekedar ikut-ikutan. Ingat juga bahwa yang memberi ‘tanda’ adalah TUHAN. Tapi jangan berkecil hati, TUHAN sudah memberikan prinsip bagaimana menemukan kehendak TUHAN bagi kita. Prinsip-prinsip ini memberikan konfirmasi yang pasti tentang manakah kehendak TUHAN.
 
1. Harus sesuai dengan Firman TUHAN: Alkitab.
    Firman TUHAN adalah standar bagi kehendak TUHAN [Mazmur 119:105; 2 Timotius 3:16]. Cocokkan apakah pilihan kita sesuai dengan kehendakNya yang tertulis dalam Alkitab? Bila tidak bertentangan dengan firman TUHAN, jangan ragu untuk melangkah, tetapi bila itu bertentangan jangan diteruskan. Misalnya bila pekerjaan yang akan kita pilih adalah berjudi atau mencuri sudah pasti bukan kehendak TUHAN. Atau calon pasangan hidup kita tidak seiman, sudah pasti kita melanggar kehendakNya bukan?
2. Gunakanlah pertimbangan akal budi yang diterangi Roh Kudus [Roma 12:2].
    TUHAN tidak memerintahkan kita untuk ‘membuang’ akal atau rasio, tetapi menggunakan akal yang sudah dibaharui oleh Roh Kudus. Tuhan Yesus memberikan perumpamaan tentang perencanaan yang membutuhkan pertimbangan akal budi [Lukas 14:28-30]. Bahkan Dia memerintahkan untuk menggunakan segenap akal budi untuk mengasihi Dia [Matius 22:37]. Gunakanlah akal budi Saudara, pertimbangkan pilihan-pilihan tersebut dengan matang. Perhatikan untung ruginya, terutama bagi kerohanian. Namun jangan mengandalkan akal budi, tetap berdoalah minta tuntunan TUHAN. Jangan mengabaikan karya Roh Kudus karena dapat saja memberikan tuntunan ‘khusus’ bagi kita melampaui akal kita.
3. Perhatikan pertimbangan orang-orang kudus.
    Karena kita adalah bagian dari tubuh Kristus, persekutuan orang-orang percaya, maka penting bagi kita untuk memperhatikan pertimbangan orang-orang kudus, tubuh Kristus. Sebab itu Paulus menekankan bahwa di dalam persekutuan tubuh Kristus ada nasehat dan arahan [Filipi 2:1-2]. Contoh di Alkitab adalah sidang yang diadakan di Yerusalem, dimana Paulus dan Barnabas meminta nasehat rasul-rasul dan para penatua [Kisah Para Rasul 15:1-2]. jadi, sangat tepat kita meminta dan memperhatikan pertimbangan orang-orang kudus, sahabat dalam Kristus. Tentu saja yang dewasa rohani dalam Kristus. Mintalah pertimbangan pendeta atau gembala sidang, anggota keluarga yang dewasa rohani [orang tua], diaken dan sahabat-sahabat dalam Kristus yang tentunya dewasa rohani. Dengarkan dan pertimbangkanlah nasehat mereka yang didasarkan firman Allah.
4. Damai sejahtera oleh Roh Kudus.
    Saya kira penting memperhatikan damai sejahtera yang dikerjakan oleh Roh Kudus di hati kita saat menentukan kehendak TUHAN atas pilihan kita. Damai sejahtera akan timbul di hati saat pilihan kita sesuai dengan kehendakNya [Filipi 4:6-7, 9]. Namun hati-hati, sebab hati yng dikuasai ‘keinginan’ dapat saja memiliki ‘damai sejahtera’ PALSU. Itu sebabnya, saya menyebut ini sebagai konfirmasi. Pastikan dahulu pilihan kita tidak bertentangan dengan Firman TUHAN, karena tuntunan Roh Kudus tidak mungkin bertentangan dengan firmanNya bukan? Bangunlah kehidupan doa dan merenungkan Alkitab, FirmanNya. Setialah beribadah sehingga memberi kesempatan bagi Roh Kudus dan firman menuntun kehidupan kita. Jangan lupa menguji ‘sejahtera’ ataupun tuntunan yang kita anggap dari Tuhan.
5. Tentukan pilihan dengan berserah kepada TUHAN.
    Secara jujur, sebenarnya banyak orang Kristen takut memilih bukan karena apakah itu cocok kehendak TUHAN, tetapi takut kalau gagal dan jatuh dalam penderitaan. Sebenarnya ini merupakan keraguan terhadap penyertaan TUHAN yang sempurna. Asalkan pilihan kita sesuai dengan FirmanNya, dengan pertimbangan akal yang sehat dan diterangi Roh Kudus, meminta nasehat orang-orang kudus dan ada konfirmasi Roh Kudus, langkahkan kaki Saudara. Jangan takut lagi, mengapa? Pertama, bukankah Allah Bapa kita yang mengatur segala sesuatu? Dia yang berdaulat? Dia pasti memberikan yang terbaik bagi kita. Kedua, karena ALLAH turut bekerja di dalam segala sesuatu, termasuk pilihan-pilihan kita, untuk mendatangkan kebaikan bagi kita [Roma 8:28-29]. Kita bisa salah pilih, namun Allah tidak pernah salah. Dia memiliki maksud dan rencana terbaik bagi kita. Sebab itu tentukan pilihan Saudara dengan berserah kepada Allah Bapa dan TUHAN kita Yesus Kristus.
    
   Bagaimana? Masih bingung? Ikutilah prinsip-prinsip yang Tuhan berikan, maka kita berada dalam tuntunan Tuhan kita, Yesus Kristus, tuntunan yang sempurna. Amin.   

 Pdt. Lukas Widiyanto, M.Th.

Senin, 02 September 2013

Pelajaran dari sebuah pergumulan...


Mazmur 34:1-6

    Daud telah melewati banyak pergumulan hidup dan menerima pertolongan Tuhan. Daud senantiasa menemukan pelajaran penting darinya. Bukan hanya bagi Daud, tetapi juga bagi kita. Mazmur 34 ini adalah salah satunya. Daud sedang baru saja nyaris tertangkap raja Abimelekh alias Akhis, raja Gat, salah satu kota Filistin, musuh Israel [ayat 1 band.1 Samuel 21:13-15].  Lalu Daud pura-pura tidak waras dan akhirnya dilepaskan. Apakah yang diajarkan pergumulan yang baru saja dialami Daud?
 
1. Memuji TUHAN di segala waktu [ayat 2-4].
    Daud mengajar kita untuk memuji TUHAN pada segala waktu. Ketika kita diberkati dan hidup tenang, kita mudah saja memuji Tuhan, coba saat pergumulan menghadang apakah kita masih memuji Tuhan? Daud saat itu sedang dikejar-kejar Saul, begitu lolos, justru bertemu raja Abimelekh, salah satu raja Filistin. Dan nyaris ditangkap. Lihat, Daud tetap memuji Tuhan. Bagaimana dengan kita? Baru pergumulan yang ‘biasa’ saja menghadang,  kita banyak menggerutu, sukar memuji Tuhan apalagi datang beribadah kepadaNya. Bagaimana Daud dapat memuji Tuhan dikala masalah satu belum terselesaikan, masalah berikutnya menanti? Sederhana, Daud memiliki alasan untuk memuji Tuhan dan jadikanlah alasan Daud menjadi alasan kita untuk memuji Tuhan kita, Yesus Kristus. Pertama, Daud memuji Tuhan karena TUHAN semata [ayat 3]. TUHAN saja alasan kita memuji Dia. Dia, Allah kita adalah TUHAN, Sang Pencipta, Yang Mahasegalanya. Kata TUHAN, selalu menunjukkan hakekatNya, bahwa Dia-lah Dia; Dia yang sudah ada, yang ada dan yang akan ada. Tuhan berfirman “Aku adalah Aku”[Kel 3:14]. Tuhan selalu ada. Dan Dia bersama Daud. Karena TUHAN, seharusnya kita bermegah, memuliakan dan memuji Dia. Hanya Dia yang layak dipuji. Terlebih lagi Dia selalu ada di setiap perjalanan hidup kita karena Dia TUHAN. Alasan kedua, Daud menemukan bahwa TUHAN selalu menjawab doanya [ayat 5]. Tuhan kita tidak pernah tidak menjawab doa kita. Memang jawaban doa tidak selalu sesuai keinginan hati kita, tetapi percayalah bahwa jawaban Tuhan atas doa kita adalah yang terbaik kita. Pujilah Tuhan yang selalu menjawab seruan doa kita.Ketika Daud bertemu Abimelekh dan hampir ditangkap, Daud tentu saja berdoa [band. ayat 5]. Tapi apa jawaban Tuhan, Daud harus pura-pura gila.Apakah ini bukan jawaban doa? Memang jika dibandingkan mengalahkan raksasa Goliat atau keluputan di sebuah gunung yang ajaib, pura-pura gila bukanlah mujizat yang ‘spektakuler’, namun Daud menangkap itulah jawaban doanya. Tuhan yang memberi hikmat dan meluputkannya dari tangan Abimelekh. Itu sebabnya dia memuji Tuhan.
2. Pandanglah wajah TUHAN setiap waktu [ayat 6].
   Daud diajar untuk selalu memandang TUHAN setiap waktu. Ketika kita memandang, berharap dan bergantung Tuhan Yesus, kita tidak akan dipermalukan. Dia akan membuat wajah kita berseri-seri. Hidup jadi tenang dan penuh kemenangan. Daud telah mengalaminya, sebab itu dia tuliskan bagi kita. Berharap dan andalkan Tuhan kita, Yesus Kristus, dan lihatlah bagaimana kita akan dibuat berseri-seri, penuh sukacita.     

   Mari kita memuji Tuhan kita, Yesus di segala waktu dan memandang wajahNya. Disanalah wajah kita akan dibuatNya berseri, penuh kemenangan.

Pdt. Lukas Widiyanto, M.Th.

   

Minggu, 25 Agustus 2013

SAYANG TIDAK MEMBERI DAMPAK


Matius 5:13-14; Kejadian 19:1-38


   Tuhan Yesus bersabda agar setiap anak-anak Bapa di Surga berfungsi sebagai ‘garam yang mengasinkan’ dan ‘terang yang mengusir kegelapan’ dunia ini [Matius 5:13-14]. Ya, Tuhan rindu kita memberi dampak dan menjadi berkat bagi banyak orang di sekitar kita sehingga nama Tuhan Yesus dipermuliakan. Kita akan memperhatikan seorang benar dalam perjanjian Lama, yang begitu diberkati, namun sayang tidak memberi dampak untuk sekitarnya, untuk kotanya, untuk negrinya. Benar, dia adalah Lot, seorang yang benar, mengenal Allah yang benar, kata rasul Petrus [2 Petrus 2:7]. Lot, diberkati Tuhan menjadi orang yang kaya dan sukses [Kej 13:4-7]. Bukan itu saja, Lot seorang yang berpengaruh dan memiliki kedudukan penting di kota Sodom, sebab seperti kebiasaan masa itu tua-tua atau tokoh kota-lah yang duduk di pintu gerbang kota. Dan Lot duduk di sana bersama para tua-tua kota Sodom [Kej 19:1-2]. Wow, luar biasa bukan, Tuhan memberkati Lot? Namun sayang, dia tidak memberi dampak yang memuliakan Tuhan. Perhatikan, Lot tidak memberi dampak. Pertama, Lot tidak memberi dampak bagi masyarakat Sodom. Semua dibinasakan Tuhan. Bukankah Tuhan berfirman jika saja ada 10 orang benar di Sodom, Tuhan tidak akan membinasakannya? Tapi satupun orang Sodom tidak ada yang bertobat. Dan apa yang dibuat oleh Lot selama ini? Kedua, dilingkungan rumah Lot, tidak satu pun hamba-hamba laki-laki atau perempuan yang dikatakan percaya kepada Allah Lot dan Abraham.Ketiga, calon menantu Lot pun tidak percaya kepada perkataan Tuhan dan binasa bersama Sodom. Keempat, anak-anak Lot. Mereka memang selamat dari api dan belerang, namun tidak selamat dari cara pikir dan cara hidup Sodom [Kej 19:30-36]. Apakah Lot mengajarkan kebenaran, membagikan kebenaran kepada anak-anak perempuannya? Terakhir, yang paling dekat dengan Lot pun dikuasai pikiran duniawi ala Sodom, itulah isterinya [Kej 19:25-26].Sayang Lot tidak memberi dampak yang signifikan bagi keluarga, lingkungan serta kotanya.Bagaimana dengan Saudara? bagaimana memberi dampak dan memuliakan Tuhan kita, Yesus?   
 
1. Pahamilah tujuan Allah atas hidup Saudara.
    Allah menciptakan, memilih dan memanggil kita menjadi anak-anakNya supaya kita memuliakan Dia melalui kehidupan kita. Allah memberkati dan menaruh kita di tempat sebagaimana sekarang karena Dia memiliki tujuan. Dan tujuannya adalah supaya kita berdampak, menjadi berkat dan dengan demikian memuliakan TUHAN YESUS. Kaya, sukses dan terkenal bukanlah tujuan, tetapi anugrah, berkat dan ‘sarana’ supaya kita dapat berdampak, menjadi berkat dan memuliakan TUHAN. Lot tidak memahami tujuan Allah atas hidupnya. Bagaiman dengan saudara? 
2. Mulailah dari keluarga Saudara.
    Mau memberi dampak? Mulailah dari keluarga Saudara. Lot tidak melakukannya. Berbeda dengan Abraham yang mengajak Lot dan mengenalkannya dengan Allah-nya [Kej 12:4]. banyak orang Kristen seolah-olah mau berdampak di lingkungannya, gereja, tempat kerja, kota, negara dan dunia, tetapi TIDAK BERDAMPAK bagi keluarganya. Ironis bukan? Bagaimana bisa? Aneh, di luar nampak menjadi berkat, tetapi di keluarga tidak menjadi berkat. Mari, mulailah menjadi berkat di keluarga. Beritakan Injil bagi keluarga kita. Nyatakan kebenaran Allah dalam Kristus bagi keluarga kita. Dan nyatakan kasih Allah melalui mengasihi isteri, suami, anak-orang tua dan anak-anak. Jadilah berkat bagi keluarga Saudara, dan lihatlah keluarga kita memuliakan Tuhan Yesus.
3. Berdoalah bagi lingkungan Saudara.
    Tidak satupun ayat menunjukkan Lot berdoa untuk Sodom, bahkan sesudah diberitahu Sodom akan dibinasakan. Justru Abraham yang memiliki beban itu dan dia berdoa [Kej 18:16-33; 19:27-28]. Doakanlah keluarga kita, lingkungan sekitar kita, kota, negara dan dunia yang membutuhkan keselamatan. Doa syafaat untuk bangsa, negara dan dunia disebut sebagai “yang pertama” oleh Alkitab [1 Tim 1:1-4]. Sudahkah Saudara berdoa syafaat bagi lingkungan sekitar kita, kota Surabaya dan negara kita? Mari kita terlibat dalam doa syafaat bagi lingkungan, kota, negara dan dunia.
4. Beritakan Injil.
    Tidak dapat dipungkiri,  seringkali kita takut dan malu untuk memberitakan Injil. Tetapi Beritakan dan jadikanlah memberitakan Injil sebagai gaya hidup kita. Mulailah bersaksi. Tuhan memberikan kuasa dan penyertaanNya [Mat 28:19-20; 2 Tim 1:7]. Tentu saja belajar Alkitab dan cara penginjilan sangat penting. Bergabunglah dengan Maranatha Teaching di gereja kita dan pelajari firman Allah. Namun mulailah bersaksi tentang Tuhan Yesus ke semua orang dari sekarang.
5. Nyatakanlah kasih dan kebenaran Kristus melalui kehidupan Saudara.
    Pemberitaan Injil tidak boleh diganti dengan menyatakan kasih dan kebenaran melalui hidup kita, tetapi keduanya harus berjalan bersama-sama. Mari kita hidup benar dan kudus sehingga memberi dampak ke sekitar kita. Kehidupan yang benar dan kudus akan memberikan ‘ragi’ sekaligus teladan bagi sekitar kita. Dan kasih yang nyata bagi keluarga dan orang-orang yang kita temui akan memberkati dan menyentuh kebutuhan terdalam dunia yang terhilang ini.
    
    Sayang, Lot tidak memberi dampak. Bagaimana dengan Saudara, apakah kita memberi dampak, menjadi berkat bagi keluarga, sekitar kita, kota dan negara kita? Hidup jadi berarti dan yang terpenting Tuhan Yesus dipermuliakan melalui hidup kita. Segala kemuliaan bagi Kristus, Tuhan kita.

Pdt. Lukas Widiyanto, M.Th.

Minggu, 18 Agustus 2013

TEMPAT PERLINDUNGAN YANG PASTI


Mazmur 2:1-12

   
   “Berbahagialah orang yang berlindung pada Allah” adalah pujian akhir Pemazmur ketika Pemazmur menemukan tempat perlindungan yang pasti. Tempat perlindungan yang paling aman di saat Pemazmur menghadapi pergumulannya. Pemazmur, yang nampaknya adalah raja Israel [mungkin juga Daud-ayat 5-6] menghadapi pergumulan yang ‘luar biasa’. Bagaimana tidak? Di ayat 1-3 dikatakan ada permufakatan besar untuk menjatuhkan kedudukannya. Dan  itu dilakukan oleh para pembesar dan raja-raja. Ini bukan pergumulan biasa ketika seluruh orang-orang berkuasa bermufakat melawan kita, kemana kita akan berlindung? Saat pergumulan yang begitu besar datang menghadang kita, kemana kita akan berlindung? Di tengah  pergumulan yang dihadapinya, Pemazmur menetapkan hati untuk berlindung pada Allah, suatu tempat perlindungan yang pasti. Allah dalam Tuhan kita, Yesus Kristus-lah Tempat Perlindungan yang pasti, tidak ada yang lain. Mengapa di dalam DIA kita beroleh tempat perlindungan yang sejati?
 
1. Karena Allah adalah Allah yang BERDAULAT.
    Allah kita dalam Kristus adalah Allah yang berdaulat. Istilah ‘berdaulat’ berarti memiliki kekuasaan yang tertinggi, bukan saja berkuasa dalam arti memiliki kekuatan, tetapi memiliki wewenang atau otoritas. Allah menciptakan manusia dari debu tanah itu berarti Dia Mahakuasa, tetapi memutuskan menciptakan manusia atau tidak itu kedaulatan Allah. Kalau Dia tidak mau, maka tidak ada yang dapat memaksaNya karena Dialah yang paling berotoritas, tidak ada yang lain. Perhatikan di ayat 6-8, Allah-lah yang memilih dan melantik raja. Jika Dia melantik siapa mau menggugatnya? Dia meninggikan tetapi Dia berdaulat juga untuk merendahkan. Dia-lah yang berhak memberikan ketetapan. Siapa dapat menolak ketetapannya? [ayat 7]. Itu sebabnya mari berlindung pada Allah yang demikian, Allah yang berdaulat. Siapa melebihi Dia? 
2. Karena Allah adalah Allah Yang Mahakuasa.
   Kemahakuasaan Allah disaksikan Pemazmur dengan mengungkapkan bagaimana Allah tidak pernah gentar sama sekali dengan permufakatan seisi dunia [ayat 1-3 band. 4-5]. Allah justru menertawakannya. Sebab Dialah Allah Yang Mahakuasa. Allah yang dalam murkanya akan mengejutkan bukan saja musuhNya, tetapi seisi semesta [ayat 5]. Allah yang sanggup memberikan bukan saja apa yang kita butuhkan, bahkan bangsa-bangsa [ayat 8]. Allah yang sanggup membuat siapa saja yang dikehendakiNya berkemenangan dan menghancurkan siapa saja yang melawan Dia [ayat 9].  Berlindunglah pada Allah kita, Tuhan kita Yesus Kristus, Allah Yang Mahakuasa. Jangan berlindung kepada yang lain.
3. Karena Allah adalah Allah Yang Mahatahu.
    Allah memang bersemayam di Sorga, tetapi bukan berarti Dia tidak tahu persepakatan yang jahat. Sebab Dia adalah Sang Mahatahu. Itu sebabnya Dia-lah tempat perlindungan yang pasti. Allah dalam Tuhan Yesus mengetahui setiap kejahatan bahkan hati yang ingin melawan Dia [ayat 1-5]. Tidak ada yang tersembunyi bagi kemahatahuan Allah. Kita harus hidup takut akan Allah tentunya, namun di sisi lain ini menenangkan hati kita bahwa kita ada di hadapanNya, di dalam kemahatahuanNya. Dia tahu pergumulan Pemazmur yang menghadapi persepakatan jahat ini. Dan yang terpenting Dia tahu siapa yang berlindung padaNya dan yang tidak. Jika demikian, masihkah kita mencari tempat perlindungan yang lain selain dari Allah kita dalam Tuhan Yesus?
4. Karena Allah adalah Allah yang mendengar seruan anak-anakNya.
    Allah adalah tempat perlindungan yang pasti karena Dia mendengar seruan anak-anakNya. Mazmur ini bukan saja tergolong mazmur pengajaran atau hikmat, tetapi seruan seseorang yang mengalami pergumulan hebat, namun telah menemukan tempat perlindungan yang pasti, tempat perlindungan yang teraman, yaitu pada Allah. Itu sebabnya mazmur ini diakhiri sebuah kesimpulan “berbahagialah orang yang berlindung pada Allah” [ayat 12]. Allah telah mendengar doa dan seruan orang yang dipilihNya menjadi anak-anakNya. Allah tidak tuli, Dia mendengar seruan kita. Dan hanya Dia-lah Allah yang mendengar seruan anak-anakNya. Jika demikian, tidakkah baik kita segera berlindung kepadaNya?
    
    Nah, apakah Saudara sedang mengalami pergumulan yang berat dan tidak mampu lagi menghadapinya? Adakah Saudara mencari tempat perlindungan yang pasti? Hanya pada Allah dalam Tuhan Yesus saja tempat perlindungan yang sejati. Sebab Dialah Allah yang berdaulat, Yang Mahakuasa, Mahatau dan yang selalu mendengar seruan kita. Tunggu apa lagi, berlindunglah padaNya. Amin

Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.

Senin, 05 Agustus 2013

MENANG DALAM PEPERANGAN


Mazmur 20:1-10


    Pemazmur [Raja Daud] sedang menghadapi peperangan dan ia berdoa kepada Tuhan untuk memperoleh kemenangan. Demikian pula kita, dalam hidup juga menghadapi “peperangan” yaitu pergumulan-pergumulan hidup [masalah keluarga, pekerjaan, ekonomi, dsb] dan kita pasti ingin memperoleh kemenangan. Ayub juga mengatakan hal yang sama, bahwa hidup ini bagai orang yang berperang [Ayub 7:1]. Dalam menghadapi peperangan, Pemazmur menemukan rahasia bagaimana menang atas peperangan.Ada 3 hal penting yang menjadi rahasia untuk memperoleh kemenangan, yaitu:
 
1. Berdoa [ay. 1-6,10]
    Jika kita perhatikan pembacaan kita, maka kita temukan kata “Kiranya..., kiranya... yang merupakan bahasa doa/permohonan dari pemazmur. Pemazmur adalah seorang yang hidup dalam doa. Dapat kita buktikan bagaimana mazmur-mazmur tentang doa “mewarnai” Kitab Mazmur. Tuhan Yesus juga memberikan teladan dalam berdoa. Dalam pelayanan Tuhan Yesus selama di dunia tidak lepas dari doa [misal: Mrk 1:35]. Yang menjadi pertanyaan bagi kita adalah “Apakah kita memiliki kehidupan doa?” Bagaimana Doa Pribadi kita dengan Tuhan? Bagaimana pula dengan Persekutuan Doa kita dengan Saudara-saudara seiman? Paulus menasehati jemaat Tesalonika untuk tetap berdoa [I Tes 5:18]. Ingat, hidup kita menghadapi banyak pergumulan dan kita membutuhkan kemenangan atas setiap pergumulan kita.  Doa tetap menjadi langkah utama dalam memperoleh kemenangan.
2. Tidak Mengandalkan Kekuatan Sendiri [ay. 8-9].
    Pemazmur tidak mengandalkan kekuatannya sendiri, yaitu kereta ataupun kudanya, sekalipun bisa. Kereta dan kuda  merupakan unsur penting dalam peperangan, lambang kekuatan suatu kerajaan [1 Raja-raja 10:26]. Ya, tentunya Daud punya kereta dan kuda yang banyak, dia juga seorang pahlawan perang. Tetapi pemazmur tidak mengandalkan itu semua, ia tetap mengandalkan Tuhan. Siapa atau apa yang kita andalkan ketika menghadapi peperangan? Apakah orang yang kita anggap memiliki kekuatan/kekayaan? Apakah harta yang kita miliki? intelektual kita? ataukah pengalaman-pengalaman hidup kita? Mari kita andalkan Tuhan, jangan yang lain [Yer. 17:5-8, Ams 21:31]
3. Menyadari Bahwa Tuhan lah Yang Memberi Kemenangan. [ay. 7]
     Pemazmur menyadari, sekaligus mengakui bahwa Tuhanlah yang  memberi kemenangan, bukan yang lain. Kesadaran ini tentunya muncul dari setiap pengalaman  kemenangan yang diperoleh Daud. Bagaimana Tuhan yang memberi kemenangan padanya [2 Sam 8:6]. Ketika kita menyadari bahwa Tuhan lah yang memberikan kemenangan, maka kita tidak akan pernah berharap kepada yang lain/berhala atau manusia [Mazmur 131:3; 146:1-5]. Kemenangan yang Tuhan berikan bukan kemenangan yang biasa, tetapi kemenangan yang gilang gemilang [besar]. Ya, kemenangan-kemenangan dari Tuhan yang kita alami seharusnya ,membuat kita terus berharap hanya kepada Tuhan, karena Tuhan adalah sumber kemenangan kita.
     
    Akhirnya, marilah kita menjadi orang-orang yang menang dalam setiap peperangan yang kita hadapi. Miliki kehidupan doa; jangan mengandalkan kekuatan kita dan sadarilah bahwa Tuhan lah sumber kemenangan kita. Tuhan Yesus Memberkati.

Pdm. Dwi Cahyono. S.Th

BERSAMA MENGHADAPI PERGUMULAN


2 RAJA-RAJA 4:1-7

    Pergumulan datang dengan tiba-tiba, tanpa di duga.Tentunya keluarga nabi itu tidak pernah menduga suami, ayah dan kepala keluarga mereka meninggal dunia. Bukan hanya tiba-tiba, pergumulan seringkali menghimpit jiwa dan kondisi menjadi serba sulit. Ketika penagih hutang mulai menagih dan mengancam akan merampas anak-anak isteri nabi, mereka dalam himpitan yang berat. Pada akhirnya pergumulan merampas damai sejahtera. Bayangkan, pastilah mereka kehilangan damai sejahtera. Demikian, seringkali pergumulan datang tiba-tiba, menghimpit jiwa dan merampas sukacita serta damai sejahtera kita bukan? Jika pergumulan menghadang kita, keluarga kita, apa yang harus kita lakukan? Mari belajar dari keluarga nabi yang telah lebih dahulu menghadapi pergumulan ini.
 
1. Bangun Kebersamaan!
    Kisah dalam 2 Raja-raja 4:1-7 ini adalah bukanlah kisah pergumulan seorang isteri, tetapi kisah pergumulan keluarga! Bukan isteri saja yang mengalami pergumulan, tetapi anak-anaknya yang akan segera dirampas dan dijadikan budak (ayat 1). Bahkan kisah ini menekankan anak-anak aktif membantu ibu mereka menghadapi pergumulan (kata “anak-anak” muncul 4 kali dalam ayat 4-6). Kebersamaan adalah anugerah Tuhan bagi kita untuk menghadapi setiap pergumulan. Kita tidak dapat sendiri menghadapi pergumulan hidup ini! Milikilah beban terhadap pergumulan yang dihadapi oleh suami, isteri atau anak-anak. Itu bukan pergumulan pribadi, tetapi pergumulan bersama. Jemaat sebagai keluarga Allah, seharusnya memiliki beban dan kerinduan membangun kebersamaan. Bukankah tali tiga lembar sulit diputuskan? Mari kita bangun kebersamaan dalam keluarga dan jemaat, sebagai keluarga Allah!
 
2. Bersama Berseru Kepada TUHAN.
    Isteri nabi dan anak-anaknya segera bertemu hamba Tuhan, nabi Elisa dan mengadukan pergumulannya. Berseru kepada Tuhan adalah langkah yang tepat menghadapi pergumulan. Lebih lagi apabila bersama dengan keluarga. Tuhan Yesus mengajarkan kebersamaan dalam doa. Bila dua orang sepakat berdoa dan meminta, maka Bapa akan mengabulkannya (Matius 18:19-20). betapa indahnya jika suami, isteri dan anak-anaknya berseru bersama kepada Tuhan Yesus. Pasti janji Tuhan akan digenapiNya! Satu hal lagi yang penting di sini yaitu bahwa TUHAN YESUS adalah tempat yang tepat untuk berseru, tidak ada yang lain!
 
3. Bersama Taat Kepada Firman TUHAN.
    Isteri nabi bersama anak-anaknya taat kepada firman Tuhan, kepada apa yang dikatakan nabi Elisa dan terjadilah mujizat!Ketaatan adalah wujud dari percaya kepada Tuhan dan kepada apa yang difirmankanNya. Alkitab dengan tegas mengatakan bahwa ketaatan selalu  menjadi  kunci dari mujizat Tuhan. marilah kita belajar hidup taat kepada Tuhan kita.
 
4. Bersama Berusaha Dengan Anugerah TUHAN.
   Mereka adalah keluarga yang berusaha! Isteri nabi dan anak-anaknya bekerja bersama dengan anugerah Tuhan (ay 4-6).  Ketika Istri nabi dan anak-anaknya bersama-sama bekerja, maka  mereka melihat mujizat Tuhan yang luar biasa. Jangan pernah merasa mampu sendiri. Saat  masalah atau pergumulan datang kita membutuhkan penolong. Share - kanlah pergumulan itu kepada orang terdekat kita,  dan mintalah dukungan dari padanya. Terutama anggota keluarga kita (suami, istri, anak-anak) serta belajar melibatkan anggota keluarga kita  dalam setiap pergumulan.    

Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.

Minggu, 21 Juli 2013

GEMBALA YANG SETIA


MAZMUR 23:1-6

    “Tuhan adalah Gembalaku” adalah pengakuan Daud, seharusnya menjadi pengakuan kita juga! bukan saja pengakuan, tetapi benar-benar menjadikan Tuhan Yesus sebagai Gembala kita, Pemimpin hidup kita. Tuhan Yesus adalah Gembala yang baik dan SETIA! Rasul Yohanes menuliskan pengakuan Tuhan Yesus bahwa Dia-lah Gembala yang baik, yang memberi hidupNya dengan menyerahkan nyawaNya bagi domba-dombaNya (Yohanes 10:10-11). Ya, Dia sudah mati bagi kita dan memberikan hidup kekal dan suatu hidup yang berkelimpahan. Seperti yang dikatakan Daud: “TUHAN adalah Gembalaku, takkan kekurangan aku” (Mazmur 23:1). Itu sebabnya jadikanlah Tuhan Yesus Gembala Saudara. Percayalah dan terimalah Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi Saudara, maka Saudara akan menerima hidup dan suatu hidup yang berkelimpahan. Pasti!
    
    Mazmur 23 tidak hanya menunjukkan bahwa TUHAN adalah Gembala yang baik, tetapi Dia sekaligus Gembala yang SETIA. Bagaimana tidak? 
Pertama, Tuhan Yesus adalah Gembala yang setia, yang menuntun kita pada tempat yang penuh keberkatan (ayat 2-3). Dia membaringkan kita dipadang yang berumput hijau dan membawa kita ke air yang tenang serta menuntun di jalan yang benar! Wow, pemeliharaanNya luar biasa bukan? Kesetiaan Tuhan Yesus memastikan kita terpelihara. 
Kedua, Dia adalah Gembala yang setia menyertai kita di tengah pergumulan (ayat 4-5). Pemazmur menyadari bahwa hidup ini bukan tanpa “lembah kekelaman”, suatu lembah yang menakutkan dan sarat pergumulan (ayat 4). Hidup ini, menurut pemazmur juga, pasti suatu kali akan menghadapi “medan peperangan” (ayat 5). Namun kita tidak pernah sendiri! Sebab TUHAN-lah Gembala yang setia. Di “lembah kekelaman” dan di “medan peperangan” yang tersulitpun Dia ada beserta domba-dombaNya. Tuhan Yesus setia bukan saja saat semua kehidupan kita tenang dan terberkati, tetapi Dia ada di tengah pergumulan hidup kita! Sebab itu jangan takut, Dia beserta dan berjanji memberikan kemenangan. Dia adalah Gembala yang setia. 
Terakhir, Dia adalah Gembala yang setia hingga di rumahNya yang kekal (ayat 6). Tuhan Yesus bukan hanya setia menyertai kita dalam kehidupan ini saja, tetapi seumur hidup kita bahkan sampai kita masuk ke rumahNya yang kekal (ayat 6). Ini berarti bahwa Tuhan Yesus beserta kita setiap hari, seumur hidup kita! Dan itu sebabnya pemazmur berkata “kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti kita seumur hidup kita”. Bukan itu saja, Dia  memastikan setiap domba-dombaNya masuk rumah Bapa yang kekal, yang disediakanNya (Yohanes 14:1-3). Kita, yang percaya kepadaNya, PASTI akan masuk ke rumahNya yang kekal. Dan pada akhirnya bersama dengan Dia untuk selama-lamanya. Dia tidak pernah meninggalkan domba-dombaNya. Dia setia hingga kekekalan.
    
    Luar biasa kesetiaan TUHAN kita Yesus, bukan? Nah, sudahkan Saudara menjadikan Tuhan Yesus, Gembala hidup Saudara? Percaya dan terimalah Dia menjadi TUHAN, Juruselamat dan Gembala jiwa Saudara. Dan jadilah domba-dombaNya, yang taat, mengikut Dia, Gembala yang setia. Lihatlah, betapa setiaNya Tuhan dan Gembala kita, Tuhan Yesus Kristus! 

Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.

Alasan Tidak Membayar Perpuluhan

Tiga orang yang berbeda profesi sedang berdiskusi soal perpuluhan. Mereka masing-masing mengemukakan alasan mengapa mereka belum membayar perpuluhan.

Akuntan: Saya belum membayar perpuluhan karena belum menerima surat tagihan dari Tuhan.

Pengacara: Kalau saya belum membayar perpuluhan karena belum ada undang-undang yang mengaturnya.

Bankir: Saya sih sudah lama mau membayar perpuluhan, tapi sampai sekarang saya belum tahu nomor rekening Tuhan.

cabe deeeh....

ALBUM KENANGAN