Selamat datang di www.wartamaranatha.blogspot.com - Memberitakan Injil dan Mendewasakan Kerohanian

Senin, 28 Januari 2013

BERTOLAK KE SEBERANG!


MARKUS 6:45-52

    Pada masa sekarang banyak orang yang mengaku sebagai murid-murid Tuhan Yesus, namun mulai kehilangan ‘arah’ dan tujuan kehidupan rohaninya. Dan hal ini sangat memprihatinkan. Mari kita merenungkan kembali apa tujuan kita menjadi pengikut Tuhan Yesus dan apa tujuan iman kita. 
 
Bertolak Ke Seberang!
    Tuhan Yesus memerintahkan para muridNya bertolak ke seberang. Ini menunjukkan dua hal yang penting bagi kita. Pertama, kehidupan rohani kita sebagai murid-murid Tuhan Yesus tidak boleh mandeg, stagnant atau tetap begitu saja! Tetapi harus maju dan bertumbuh! Ini kerinduan Tuhan Yesus agar kita bertumbuh dalam iman dan kerohanian kita. Kedua, ungkapan ”bertolak ke seberang” menunjukkan bahwa ada tujuan yang jelas dalam pengikutan kita kepada Tuhan Yesus, yaitu Yerusalem Sorgawi! Tujuan kekekalan! Bukan yang fana, sementara dan akan binasa. Kita membutuhkan berkat materi, kesembuhan, kesehatan dan kesuksesan, namun bukan itu tujuan iman kita! Tujuan iman kita adalah keselamatan jiwa kita, penggenapan keselamatan yang penuh dalam kerajaanNya dan menjadi serupa dengan Tuhan Yesus Kristus (Roma 8:28-30). Mari kita mengarahkan mata iman kita memandang tujuan yang benar dan tidak akan mengecewakan, tidak binasa dan kekal di dalam Kristus.
 
Awas Rintangan Menghadang Langkah Kita Menuju Ke Seberang!
    Apakah ikut Tuhan Yesus tidak ada rintangannya? Tidak! Lihat, ketika para murid taat, mereka justru menghadapi angin sakal yang hebat! Bukankah dalam hidup ini, iman kita juga mengalami goncangan dan rintangan?
1. “Angin Sakal” Godaan DOSA!
    Dosa menggoda kehidupan murid-murid Tuhan sampai hari ini. Uang, Seks dan kedudukan menjadi trinitas cemar yang menjadi ‘umpan’ kejahatan dan dosa bagi anak-anak Tuhan masa kini. Ingin cepat kaya dengan cara yang berdosa, perselingkuhan dan perzinahan serta tawaran kedudukan dengan cara yang tidak halal. Semua ini ditawarkan agar kita tidak sampai ke seberang. Ingat tujuan kita: ke Yerusalem baru! Sebab itu jangan mau kalah dan tergoda. Jangan tukarkan keselamatan kita dengan kenikmatan dosa yang semu!
2. “Angin Sakal” Ajaran Sesat
    Selain dosa rintangan yang menghadang adalah ajaran sesat yang terkadang menimbus perahu iman kita. Sebab itu marilah kita semakin sungguh beribadah dan mempelajari firman Tuhan. Ikutlah ibadah Pelajaran Alkitab di gereja dan bertumbuhlah!
3. “Angin Sakal” Persoalan.
    “Angin sakal” yang terakhir, adalah persoalan dalam kehidupan kita. Betapa banyak pergumulan dan persoalan yang seringkali menghadang langkah iman kita mengikuti Tuhan Yesus. Namun jangan persoalan hidup menjadikan kita surut dan undur. Ingatlah pada tujuan yang menantikan kita. Tujuan kekal: Yerusalem Baru. Mari tetap teguh dan jangan lepaskan pengharapan yang indah di dalam Kristus hanya karena persoalan yang kita hadapi.
 
TUHAN YESUS Tidak Pernah Tinggalkan
    Tidak dapat dipungkiri bahwa ada rintangan yang menghadang pengiringan kita kepada Tuhan Yesus, namun satu hal yang perlu kita yakini adalah Tuhan Yesus tidak akan pernah meninggalkan murid-muridNya yang taat dan setia! Lihatlah nats ini, bagaimana Tuhan Yesus benar-benar tidak meninggalkan murid-muridNya. Pertama, Tuhan memperhatikan murid-muridNya. Dia memperhatikan para muridNya menyeberang. “Ketika Ia melihat betapa payahnya...” (ayat 48). Ya, Tuhan melihat hidup Saudara! Kita tidak pernah lepas dari pengawasanNya, sebab itu mari kita tetap teguh sekalipun rintangan menghadang hidup kita. Kedua, Dia mendoakan para muridNya. Tuhan Yesus di atas bukit berdoa (ayat 46). Saya percaya para muridNya-lah yang didoakanNya (Band. Yohanes 17). Bahkan saat Tuhan kita naik ke sorga dan duduk di sebelah kanan Allah Bapa, Dia menjadi Pendoa syafaat bagi kita selama-lamnanya. Sebab itu jadilah kuat karena penopang kita adalah Tuhan Yesus sendiri! Ketiga, Dia menghampiri dan mengulurkan tangan pertolonganNya (ayat 48-51). Tuhan Yesus bukan saja melihat dan mendoakan, tetapi Dia menghampiri dan menolong kita. Dia peduli terhadap pergumulan kita.
    
    Akhirnya, marilah kita mendengar panggilan Tuhan Yesus selalu untuk bertolak ke seberang, ke kota Yerusalem yang baru. Bertumbuh menjadi serupa dengan Dia dan mengarahkan tujuan iman kita pada yang kekal. Waspada bahwa rintangan selalu ada di depan kita saat mengikut Tuhan Yesus menuju “ke seberang”. Tetapi jangan pernah undur, tetapi tetap kuat karena kita memiliki tujuan kekal yang pasti! Dan jangan takut, sebab Tuhan kita, Yesus Kristus tidak akan membiarkan kita sendiri. Dia memperhatikan, mendoakan senantiasa dan pasti menolong kehidupan kita sampai “ke seberang”!
Tuhan Yesus memberkati.    

Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.

Rabu, 23 Januari 2013

Menikmati Damai Sejahtera ALLAH


Filipi 4:6-9

    Setiap orang yang percaya dan menerima Tuhan Yesus sudah menerima damai sejahteraNya! Tuhan Yesus mendamaikan orang Percaya dengan Allah, sesama dan dirinya sendiri! Tetapi yang mengherankan di masa sekarang adalah betapa langkanya damai sejahtera itu! Banyak orang kehilangan damai sejahtera dan beragam alasannya dan yang paling sering menjadi alasan kehilangan damai sejahtera adalah karena pergumulan hidup! Tahukah Saudara, bahwa rasul Paulus adalah orang yang memiliki banyak alasan untuk kehilangan damai sejahtera? Ketika menulis suratnya, Paulus sedang berada dalam pergumulan berat: Dia dipenjarakan karena Injil! (Filipi 1:12-13). Bukan hanya itu, banyak orang yang menyedihkan hati Paulus (3:17-18) dan banyak juga yang “memusuhi” Paulus (1:12-15-17). Namun apakah Paulus kehilangan damai sejahtera? Tidak! Justru Paulus-lah yang mengajak kita menikmati damai sejahtera Kristus, bahkan dia begitu bersukacita dalam pergumulan! Inilah damai sejahtera yang ada dalam Tuhan kita, Yesus Kristus. Damai sejahtera bukan karena kondisi dan keadaan di luar kita, tetapi damai sejahtera dari Tuhan Yesus Kristus. Sebuah damai sejahtera yang terus memelihara kita, bahkan saat kita dalam pergumulan sekalipun! Kenyataannya, damai sejahtera telah diberikan Tuhan Yesus, tetapi kita seringkali kita tidak menikmatinya. Itu sebabnya Paulus mengajarkan bagaimana menikmati damai sejahtera Allah itu! 

1. Buanglah segala kekuatiran! (ayat 6).
     Rasul paulus mengajar kita supaya “jangan hendaknya kamu kuatir!” Bukan pergumulan yang mencuri damai sejahtera kita, tetapi kekuatiran saat kita menghadapi pergumulan itulah yang mencurinya! Kehidupan ini penuh dengan berbagai pergumulan bukan? Tetapi lihatlah, bukan pergumulan yang menyebabkan kita kehilangan damai sejahtera, tetapi kekuatiran atasnya! Apakah kekuatiran akan menambahkan sesuatu dalam hidup kita? Ataukah kekuatiran akan menolong kita menghadapi pergumulan? Tidak, bukan? Kekuatiran justru akan mencuri damai sejahtera kita. Tuhan Yesus mengingatkan agar kita jangan kuatir karena kekuatiran tidak akan menambahkan apapun dalam hidup ini! (Matius 6:25-27). Jadi, jangan lagi kuatir, serahkan kekuatiran kita pada Tuhan kita, Yesus dan nikmati damai sejahteraNya!
2. Berdoalah (ayat 6-7).
     Rahasia menikmati damai sejahtera Allah adalah dengan BERDOA! Ya, berdoa, “menyatakan segala hal keinginanmu dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur”. Mengapa ketika kita berdoa, kita menerima damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal? Pertama, karena ini janji Allah dalam Kristus. Allah tidak pernah berdusta dan mengingkari janjiNya. Percayalah, setelah kita berdoa, kita menerima damai sejahteraNya yang memelihara hati dan pikiran kita dalam Kristus. Kedua, karena kita sudah ‘ngomong’, menyampaikan kekuatiran kita pada Allah! Istilah “keinginan” di sini menunjuk pada kekuatiran kita! Serahkan kekuatiran kita kepada Allah. Jika sudah, mengapa masih tidak merasa damai sejahtera? Bukankah kita sudah serahkan kepada Allah, Allah yang maha segalanya? Ya, Dia Allah Yang Mahabijak, Mahakuasa, Mahakasih, Maha-Adil dan maha segalanya! Dia yang menanggung segala pergumulan kita. Mari kita berdoa dan menerima damai sejahteraNya!
3. Berpikirlah positif! (ayat 8).
    Berpikir positif di sini BUKAN menyangkali kenyataan yang ada, tetapi dengan disiplin menjaga pikiran kita dari memikirkan perkara-perkara yang negatif, sia-sia dan berdosa! Misalnya kekuatiran! Berikutnya, berpikir positif berarti melatih secara aktif pikiran kita untuk memikirkan apa yang positif: Semua yang benar, semua yang mulia, yang adil, suci, yang manis, yang sedap di dengar, semua yang disebut kebajikan dan yang patut dipuji! (ayat 8). Nah, terus menerus jaga dan latih untuk berpikir yang demikian. Paulus bukan hanya mengajarkan, tetapi memberikan teladan. Ketika beberapa orang melayani dengan cara dan motivasi yang salah, beberapa Paulus tahu (nampaknya demikian dalam teks) bahwa mereka berusaha memperberat beban Paulus di penjara (Filipi 1:16-18), namun Paulus berpikir secara positif. Dia katakan bahwa hal tersebut tidak apa, toh Injil diberitakan dan itu sebabnya Paulus dapat damai sejahtera bahkan bersukacita! Bagaimana dengan Saudara?
4. Lakukanlah Firman Allah (ayat 9).
    Damai sejahtera dimiliki oleh mereka yang taat melakukan Firman Allah! Paulus mendesak jemaat supaya melakukan apa yang diajarkan dan diteladankannya. Bukankah ketika kita berbuat dosa, tidak taat pada firmanNya, kita menjadi tidak damai sejahtera? Tidak ada seorangpun yang berbuat dosa, tidak tahu bahwa dirinya berdosa! Hati nurani kita yang telah disucikan dan diterangi oleh Roh Kudus akan terus menuduh kita dan mengejar kita sehingga kita kehilangan damai sejahtera. Kita menjadi tidak tenang. nah, lakukanlah firman Tuhan kita, Yesus dan “Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kita”! Luar biasa bukan? Bukan hanya damai sejahtera yang kita peroleh, kata Paulus, tetapi Allah sumber damai sejahtera itu sendiri yang akan menyertai kita! Artinya, orang yang melakukan Firman Allah tidak akan pernah kekurangan damai sejahtera karena Sang Sumber menyertai kehidupannya. Lakukanlah firmanNya! 
    
    Mau menikmati damai sejahtera? Buang segala kekuatiran Saudara, berdoalah, berpikirlah positif dan lakukan Firman Tuhan, maka Allah sumber damai sejahtera menyertai kita! Tuhan Yesus memberkati!

Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.  

Alasan Tidak Membayar Perpuluhan

Tiga orang yang berbeda profesi sedang berdiskusi soal perpuluhan. Mereka masing-masing mengemukakan alasan mengapa mereka belum membayar perpuluhan.

Akuntan: Saya belum membayar perpuluhan karena belum menerima surat tagihan dari Tuhan.

Pengacara: Kalau saya belum membayar perpuluhan karena belum ada undang-undang yang mengaturnya.

Bankir: Saya sih sudah lama mau membayar perpuluhan, tapi sampai sekarang saya belum tahu nomor rekening Tuhan.

cabe deeeh....

ALBUM KENANGAN