Selamat datang di www.wartamaranatha.blogspot.com - Memberitakan Injil dan Mendewasakan Kerohanian

Minggu, 30 Juni 2013

Iman yang membuat TUHAN heran


Lukas 7:1-10

    Tuhan Yesus dibuat heran oleh iman seorang  Perwira di Kapernaum. Istilah ‘Perwira’ menujukkan bahwa orang tersebut adalah orang non-Yahudi. Hal ini nampak juga dalam ucapan Yesus membandingkan dirinya dengan seluruh orang Israel (ayat 9). Namun yang harus digarisbawahi adalah perwira non-Yahudi ini telah mendengar tentang Tuhan Yesus dan percaya kepadaNya! Dan yang luar biasa imannya membuat Tuhan Yesus heran (ayat 9). Bagaimana dengan kita? Apakah iman kita membuat Tuhan heran? Apakah hidup keberimanan kita menyenangkan hatiNya? Nah, mari kita belajar bagaimana iman yang mengherankan Tuhan?
 
1. Iman yang mempercayai Tuhan Yesus (ayat 6-8)!
    Tidak diragukan bahwa perwira itu sudah pernah mendengar tentang Yesus bahkan percaya kepadaNya! Ketika ia mendengar bahwa Tuhan Yesus di Kapernaum segera ia meminta tolong para tua-tua Yahudi untuk datang dan memohon pertolongan Yesus! Apakah Saudara percaya Tuhan Yesus? Amin? Perwira itu menghadapi pergumulan, hambanya sakit, dan ia datang pada Yesus. Inilah iman, ketika kita dalam pergumulan siapa yang kita percaya, kepada siapa kita datang? Ada 2 perkara yang dipercayai perwira itu. Pertama, perwira itu percaya bahwa Tuhan Yesus adalah Tuhan Yang Mahakuasa. Dengan sangat yakin ia meminta Tuhan Yesus menyembuhkan hambanya. Dia percaya Tuhan Yesus adalah Yang Mahakuasa! Bahkan bagi perwira itu, ‘sepatah kata’ saja dari Tuhan Yesus sanggup menyembuhkan hambanya (ayat 7). Nah, mari kita percaya sungguh bahwa Tuhan kita, Yesus Tuhan Yang Mahakuasa! Tidak ada yang mustahil bagiNya. Datanglah kepadaNya, jangan kepada dunia, setan dan kekuatan kita sendiri. Hanya Tuhan yesus Yang Mahakuasa. Kedua, perwira itu bukan hanya percaya bahwa Tuhan Yesus Mahakuasa, tetapi dia percaya bahwa Tuhan Yesus berotoritas, memiliki wewenang atas segala sesuatu (ayat 8). Dengan kata lain Tuhan Yesus-lah Allah. Dia berdaulat atas segala sesuatu. Inilah iman. Bukan saja mempercayai bahwa Tuhan Yesus Mahakuasa, tetapi mempercayai Dia berdaulat. Kita harus belajar berserah pada kedaulatanNya.Dia-lah yang memiliki kewenangan dan otoritas. Biarlah kita belajar juga dengan iman menyatakan “kehendakMu Tuhan yang jadi, bukan kehendakku”! Iman itu bukan saja mempercayai Allah sanggup melakukan segala sesuatu yang kita minta, tetapi juga berserah kepada otoritas Allah dalam Kristus. Bila hari ini kita menghadapi pergumulan, datanglah dengan percaya bahwa bagi Tuhan Yesus tidak ada yang mustahil serta berserah (mempercayakan) segala sesuatu kepadaNya, Dia pasti mengerjakan yang terbaik bagi anak-anakNya!
 
2. Iman yang nampak dalam perbuatan (ayat 1-5)!
    Kisah ini menegaskan bahwa sebelum perwira itu meminta para tua-tua Yahudi meminta pertolongan Yesus, dia sudah mendengar dan percaya Tuhan Yesus (perhatikan alur cerita diayat 1-5). Satu lagi konfirmasi adalah kehidupannya yang ‘berbeda’ dengan kebanyakan perwira dan prajurit Romawi saat itu. Iman perwira itu nampak dalam perbuatannya. Iman kepada Tuhan Yesus PASTI mengubah kehidupan seseorang. Apa yang kita percayai akan nampak dari tingkah laku kita. Orang yang percaya bahwa Tuhan itu ada, maka ia akan berdoa. Nah, hal itulah yang nampak pada perwira ini, seorang non-Yahudi (kafir) yang percaya Tuhan Yesus (ayat 2-3). Iman kita seharusnya seperti iman perwira itu, iman yang nyata dalam perbuatannya. Dalam kisah ini iman perwira itu nyata dalam tindakannya. Pertama, Iman yang nyata dalam mengasihi sesama. Perwira itu menghargai dan mengasihi hambanya  (ayat 1-2). Hidupnya berbuah oleh imanNya kepada Kristus. Dia mengasihi orang lain, bahkan budaknya! Bagaimana kita? Apakah iman kita nampak dalam tindakan-tindakan kasih kita kepada orang lain? Kepada suami, isteri atau anak-anak kita? Kepada jemaat dan orang-orang disekitar kita? Kedua, iman yang nyata dalam IBADAH dan pelayanan (ayat 5). Perwira itu memperhatikan rumah ibadat dan kerohanian. Ya, ketika kita percaya Tuhan Yesus, apakah sampai saat ini kita memperhatikan kerohanian kita? Ibadah dan pelayanan kita kepada Tuhan Yesus? Ketiga, iman yang nyata dalam perbuatan kebenaran (ayat 1-5). Pendeknya, iman yang mengherankan Tuhan adalah iman yang nyata dalam tindakan bukan sekedar muncul dari perkataan “saya percaya Tuhan Yesus”. Mari kita beriman kepada Tuhan Yesus bukan hanya karena membutuhkan pertolonganNya, tetapi beriman dengan menyatakan iman kita dalam tindakan nyata. Dan jangan terkejut bila orang-orang disekitar kita menikmati buah dari iman kita kepada Kristus, memuliakan Tuhan Yesus! Jangan terkejut juga, bila Tuhan dibuat heran oleh iman yang seperti ini. Tuhan Yesus memberkati.

Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.

Senin, 24 Juni 2013

Mengatasi KEGALAUAN


Markus 14:32-42

    Galau ??? Ya, siapa saja bisa galau ....Istilah “Galau” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan pikiran yang kacau tidak karuan. Kemudian hari diidentikkan dengan sedih, stres, tertekan, dan seterusnya. Tuhan Yesus dalam kemanusiaanNya juga pernah mengalami kegalauan! (ayat 33-34) Tuhan Yesus mengatakan bahwa Ia takut dan gentar, sedih, mau mati rasanya... Lalu, bagaimana kita mengatasi kegalauan? Ada beberapa teladan dari Tuhan dalam mengatasi kegalauanNya:
 
1. Mintalah dukungan dari saudara dalam Kristus (ayat 33-34)!
    Dalam kegalauanNya, Tuhan Yesus mengungkapkan pergumulanNya kepada Petrus, Yakobus, dan Yohanes yang diajak berdoa pada saat itu. Tuhan menciptakan manusia sebagai makhluk sosial yang selalu membutuhkan Tuhan dan orang lain. Demikian pula Tuhan menciptakan gereja untuk membangun satu dengan yang lain..
a. Share-kan pergumulan saudara dengan saudara-saudara dalam Kristus. Siapa mereka? Tentunya bukan sembarang orang. Mereka adalah saudara seiman, dan saudara yang dewasa rohani, mengerti firman Allah, dapat dipercaya (dapat menjaga rahasia dari masalah kita) dan mengasihi. Kita juga dapat membicarakannya dengan pendeta, keluarga (suami/istri/orang ua/anak), saudara seiman yang dewasa rohani.
b. Jadilah “saudara” bagi saudara-saudara yang mengalami kegalauan. Artinya kita juga harus bertumbuh menjadi dewasa rohani, mengerti firman Allah, dapat dipercaya dan berani menyatakan kebenaran dengan kasih, seandainya hal tersebut adalah dosa. Jadilah jemaat yang peduli terhadap saudara-saudara dalam Tuhan. Hal ini dapat kita praktekkan dengan berbincang-bincang dengan saudara yang lain setelah ibadah, menanyakan kabar, dan lain sebagainya.
2. Berdoalah kepada Bapa di dalam Kristus (ay 35)
    Tuhan Yesus menghadapi pergumulan dengan berdoa kepada BapaNya di taman Getsemani. Share-kan pergumulan kita kepada Bapa di sorga. Jangan hanya kepada manusia, tetapi kepada Bapa di Sorga. Mengapa?
a. Karena TIDAK ADA YANG MUSTAHIL bagi Bapa kita di Sorga. Bapa di Sorga sanggup melakukan apa saja, termasuk melalukan cawan murka Allah yang harus ditanggung oleh Tuhan Yesus.
b.Karena Bapa PASTI menjawab doa kita (Mat 7:11). Dalam peristiwa ini kita tidak mendapati bahwa Bapa mengabulkan apa yang menjadi doa Tuhan Yesus. Namun Bapa “menjawab” doa Tuhan Yesus dengan memberikan kekuatan, Bapa mengutus malaikatNya untuk memberikan kekuatan kepada Tuhan Yesus. (Luk 22:41-43). Bapa juga memberikan ketenangan kepada Tuhan Yesus, yang pada mulanya merasa galau menjadi tidak galau lagi (perhatikan ay 41. band. Filipi 4:6-7).
3.Berserahlah pada kehendak Bapa (ay 36)!
    Untuk berserah bukanlah hal yang mudah, namun Tuhan Yesus BERSERAH kepada kehendak BapaNya (ay 36). Di akhir doaNya, Tuhan berkata: “... tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki.”  Serahkan semua pergumulan dan “hasil akhir” kepada Allah Bapa kita.
a. Serahkan, jangan tetap ‘DIPEGANG!’ Seringkali kita mengaku berserah, tapi kita masih “memegang” masalah tersebut: memikirkan bagaimana jalan keluarnya; langkah apa yang tepat; dan lain sebagainya. Berserah berarti menyerahkan sepenuhnya kepada Bapa di Sorga.
b. Jangan kuatir, Dia adalah Bapa- kita. KehendakNya pasti yang terbaik bagi kita, bukankah kita anak-anakNya? Dia Bapa yang sangat mengasihi kita.
    
    Akhirnya, atasilah kegalauan dalam hidup kita dengan “share” kepada saudara-saudara seiman; berdoa dan berserah kepada Bapa di Sorga. Tuhan Yesus pasti memberkati sehingga  kita tidak galau lagi. Amin

 Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.

Minggu, 09 Juni 2013

Dahulu Kita Jauh Dari Allah Tapi Sekarang Diperdamaikan Di Dalam Kristus


Kolose 1:21-23

Dahulu Kita Adalah...
    Rasul paulus menegaskan bahwa dahulu kita adalah orang-orang yang jauh dari Allah. Yang memusuhi Allah dalam segala pikiran dan perbuatan kita. Sama seperti mereka yang hidup dalam segala kejahatan, hidup hanya menghujat Allah, hidup berfoya-foya, mereka penuh dengan nafsu berzinah dan tidak pernah jemu berbuat dosa, serta hidup dalam keserakahan. Alkitab mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang terkutuk (2 Petrus : 12-14). Rasul Paulus juga mengatakan bahwa kita dahulu adalah orang yang mencari kepentingan diri sendiri, tidak taat kepada kebenaran, namun kepada kelaliman sehingga orang yang seperti ini pasti akan menerima murka dan geram Allah - hidup dalam penderitaan (Roma 2:8,9). Demikianlah keadaan kita dahulu, sebelum menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita. 
 
Kita Sekarang...
    Tetapi sekarang, sejak kita percaya Tuhan Yesus, maka kita diubah menjadi BERBEDA! Kita telah diperdamaikan  oleh Allah di dalam Kematian Kristus.Dahulu kita jauh dari Allah dan menjadi musuhNya, tetapi oleh kematian Tuhan Yesus kita yang jauh dari Allah menjadi dekat dan diperdamaikan dengan
Allah. Melalui Kematian Kristus kita yang adalah orang-orang yang berdosa Ia menempatkan kita sebagai orang yang telah dikuduskan dan tak bercacat. Pertama, kudus dihadapan-Nya.  Kedua, tak bercacat dihadapan-Nya.  Sehingga kita dilayakkan untuk dekat kepada Allah Yang Mahakudus dan tidak lagi menjadi seterunya.         Ada empat hal yang perlu kita miliki sebagai orang yang sudah diperdamaikan Allah (Kolose 1:23), yaitu:
 
1. Harus bertekun dalam Iman (Kol 1:23; Yoh 20:31; KPR 14:22).
    Dahulu kita memang musuh Allah dan jauh dariNya, tetapi sekarang kita berbeda. Itu sebabnya kita harus hidup berbeda, sebagai orang yang telah dikuduskan dan tak bercacat, yaitu hidup dengan tekun dalam iman. Tetap kuat dalam iman, jangan mau lagi hidup dalam dosa.
2. Tetap teguh dan tidak tergoncang (Ams 12:3).
    Sebagai orang yang sudah dikuduskan dan tak bercacat dihadapan Allah seharusnya kita tetap teguh, tidak tergoncangkan. Kita sudah dibenarkan.
3. Jangan mau digeser dari pengharapan Injil.
    Sebagai orang yang sudah dikuduskan dan tak bercacat dihadapan Allah, kita menerima pengharapan Injil, pengharapan akan yang kekal, yaitu keselamatan!
Jangan biarkan iman kita digeser dari pengharapan ini. Kita akan bersama-sama dengan Tuhan Yesus.

Pdt. Gersom Sunarto, Kupang- NTT

Senin, 03 Juni 2013

KARYA ROH KUDUS BAGI KITA


Efesus 1:13,14

   Kali ini kita akan belajar bersama karya Roh Kudus bagi orang percaya menurut surat Efesus. Namun sebelum kita belajar tentang karya dari Roh Kudus bagi kita dalam surat Efesus, ada baiknya kita mengenal siapakah Roh Kudus itu! Bukankah ada pepatah ‘tak kenal, maka tak sayang’ bukan? Dalam suratnya kepada jemaat di Efesus, rasul Paulus secara tidak langsung menjelaskan siapakah Roh Kudus. Pertama,  Roh Kudus adalah Allah. Rasul Paulus menempatkan karya Roh Kudus sebagai salah satu dari karya Allah Tritunggal. Dalam permulaan suratnya kepada jemaat di Efesus, Paulus menjelaskan mengenai karya Allah Tritunggal dalam menyelamatkan manusia (Efesus 1:3-14). Karya itu adalah: Karya Bapa, dimana Dia memilih, menentukan dan menunjukkan kasihNya(ayat 3-6). Karya  Yesus Kristus, dimana oleh darahNya, kita beroleh pengampunan (ayat 6-12). Dan yang terakhir, adalah karya Roh Kudus dalam keselamatan orang percaya, yaitu memeteraikan (ayat 13-14). Jadi, Roh Kudus disetarakan dengan Allah Bapa dan Anak, yaitu Tuhan Yesus yang karyanya nyata dalam menyelamatkan manusia. Berikutnya, Paulus dengan tegas menyatakan bahwa Roh Kudus adalah Allah, saat menyebut Roh Kudus sebagai ‘Roh Kudus Allah’ (Efesus 4:30). Kedua, Roh Kudus  adalah Allah yang ber-PRIBADI. Roh Kudus bukan sekedar kuasa, tetapi Dia adalah Pribadi Allah! Paulus menunjukkan bahwa Roh Kudus memiliki ciri-ciri ‘seorang’ pribadi bukan sekedar kuasa. Misalnya, Dia memiliki intelektual (Efesus 1:17). Roh Kudus juga memiliki perasaan sehingga dapat didukacitakan (Efesus 4: 30). Selain ciri sebagai Pribadi, karya atau pekerjaan Roh Kudus menunjukkan bahwa Dia adalah Pribadi Allah. Karya Roh Kudus menegaskan bahwa Dia adalah Allah sekaligus Allah yang berpribadi. Misalnya, memeteraikan dan menjamin keselamatan; bukankah ini adalah karya yang hanya bisa dilakukan oleh Allah? Nah, mari kita  merenungkan Karya  Allah Roh Kudus bagi kita!    
 
1.Memeteraikan setiap orang percaya menjadi milik Allah (1:13-14; 4:30)!
      Pada waktu kita percaya dan menerima Tuhan Yesus, saat itu juga kita dimeteraikan oleh Roh Kudus. Jadi, Roh Kudus tinggal dalam setiap orang percaya. Untuk apa? Pertama, untuk menjadikan kita milik Allah. Itu sebabnya disurat lain, rasul Paulus menyebut orang Kristen sebagai bait Roh Allah! Kedua, Roh Kudus menjadi jaminan untuk menerima keselamatan yang telah kita terima oleh anugerah Allah melalui iman (band Efesus 4:30). Di sini Roh Kudus yang menjamin kepastian keselamatan orang yang percaya dan menerima Kristus. Puji Tuhan, mari kita semakin teguh dalam iman kepada Tuhan Yesus.
2. Mempersekutukan orang-orang percaya menjadi tubuh Kristus (4:3-4)!
     Roh Kudus-lah yang menjadikan kita SATU TUBUH dalam Kristus. Ya, pada waktu kita percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, saat itu juga kita kita DIPERSATUKAN dengan semua orang percaya di seluruh dunia. Itu sebabnya peliharalah kesatuan, jangan biarkan perselisihan, keegoisan dan segala kejahatan merusakkan persekutuan yang dibangun oleh Roh Kudus. Mari kita saling mengasihi dan saling memperhatikan serta memelihara kesatuan tubuh Kristus. Mulailah dari keluarga, gereja dan antar gereja di sekitar kita!
3. Roh Kudus memberi hikmat untuk mengenal Allah dalam Kristus Yesus (1:16-17)!
     Rasul Paulus percaya bahwa Roh Kudus adalah Roh hikmat dan wahyu yang memampukan kita untuk bertumbuh dalam pengenalan kita kepada Tuhan Yesus. Itu sebabnya dia berdoa, memohon kepada Allah supaya Roh kudus memampukan jemaat Efesus bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan Yesus. Tentu saja pertumbuhan ini melalui Alkitab yang adalah firman Allah. Roh Kudus menolong kita untuk mengerti, mengingat dan memampukan kita untuk melakukan firman Tuhan sehingga kita bertumbuh!
4. Roh Kudus menguatkan, meneguhkan orang percaya (3:16-17)!
     Paulus mengajarkan bahwa Roh Kudus-lah yang menguatkan dan meneguhkan batin kita menghadapi tantangan dan pergumulan dalan hidup ini. Kita tidak dapat hidup tanpa Roh Kudus! Ada tantangan yang berat dalam hidup!Dosa menjadi tantangan iman bukan? Kuasa kegelapan juga mencoba menggodai dan menyerang gereja (Efesus 6:10-12). Bukan hanya itu kita diperhadapkan dengan berbagai pergumulah hidup. Namun jika kita bergantung kepada Tuhan Yesus melalui Roh Kudus-Nya, kita akan menerima kekuatan untuk berdiri teguh dan berkemenangan!  
5. Roh Kudus memenuhi hidup orang percaya (5:18)!
    Karya Roh Kudus yang juga penting adalah memenuhi orang percaya untuk mengontrol kehidupannya. Rasul Paulus memerintahkan agar jemaat Efesus dan kita untuk penuh dengan Roh Kudus. Untuk dikuasai dan dikontrol Roh Kudus setiap saat! Apa tujuan Roh Kudus memenuhi umatNya? Roh Kudus memenuhi atau memimpin umatNya untuk memampukan kita untuk bertumbuh dan berbuah Roh Kudus (lihat ayat 19-6:9 sebagai dampak dari dipenuhi Roh Kudus. Dengan dikontrol oleh Roh Kudus hidup bertumbuh dan berbuah Roh (Galatia 5:22-23). Bukan hanya itu, dengan dipenuhi Roh Kudus, kita diperlengkapi dengan hikmat dan kuasa untuk melayani Tuhan Yesus dan sesama. Pelayanan menjadi efektif dan memuliakan Tuhan Yesus.
    
    Nah, luar biasa karya Allah Roh kudus bagi kita, bukan? Jika demikian, mari kita menghormati Roh Kudus dalam ibadah dan memberi diri dengan kerinduan untuk dipenuhi Roh Kudus. Biarlah Roh Kudus menguasai hidup kita sehingga kita memuliakan Tuhan Yesus dengan kehidupan yang berbuah Roh dan melayani Tuhan! 

Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.
 

Alasan Tidak Membayar Perpuluhan

Tiga orang yang berbeda profesi sedang berdiskusi soal perpuluhan. Mereka masing-masing mengemukakan alasan mengapa mereka belum membayar perpuluhan.

Akuntan: Saya belum membayar perpuluhan karena belum menerima surat tagihan dari Tuhan.

Pengacara: Kalau saya belum membayar perpuluhan karena belum ada undang-undang yang mengaturnya.

Bankir: Saya sih sudah lama mau membayar perpuluhan, tapi sampai sekarang saya belum tahu nomor rekening Tuhan.

cabe deeeh....

ALBUM KENANGAN