Selamat datang di www.wartamaranatha.blogspot.com - Memberitakan Injil dan Mendewasakan Kerohanian

Selasa, 04 Maret 2014

KIDUNG CINTA Pelajaran dari kitab Kidung Agung


Kidung Agung 8:6-7


    Kitab Kidung  Agung? Waduh, kitab itu kok vulgar ya? Iya, kayak agak ‘saru’ (bahasa Jawa).Benar begitu? Sebenarnya tidak demikian. Jika kitab Kidung Agung dibaca dan dipahami dengan benar, maka kita akan menemukan betapa kudusnya pengajaran kitab ini. Baiklah kita mulai untuk memahaminya.
    Kitab Kidung Agung ini ditulis oleh Salomo (1:1). Kitab ini bertemakan “nyanyian cinta kasih” karena isinya adalah ungkapan kasih sepasang mempelai, yaitu Salomo dengan mempelainya Sulam. Masih ada nyanyian putri-putri Sion juga tentang cinta. Apa sih yang diajarkan kitab Kidung Agung ini? Paling tidak ada 2 pengajaran penting di dalamnya.     
 
1. Cinta Kasih Suami Isteri Dalam TUHAN.
    Kitab Kidung Agung berisi nyanyian atau puji-pujian mempelai pria kepada mempelai wanitanya dan sebaliknya. Di dalam kitab ini, cinta kasih begitu indah dan diwujudkan dalam nyanyian dan tindakan kasih. Apakah ‘porno’ seorang suami memuji isterinya sendiri? Tidak bukan? nah, pertama, kitab ini mengajarkan bahwa cinta kasih dan kebahagiaan suami-isteri adalah anugerah TUHAN dan seharusnya terus diusahakan dan dijaga oleh yang menerimanya. Bagaimana menjaganya? Dengan menghadirkan kasih dan cinta dalam perkataan dan perbuatan antara suami dan isteri. Mari kita nyatakan cinta pada suami atau isteri. Kapan terakhir Saudara, sebagai suami atau isteri memuji isteri atau suaminya? Apakah dalam nikah Saudara  cinta diungkapkan dengan baik? Kedua, cinta kasih suami isteri harus dijaga karena anugerah TUHAN dan kudus dihadapanNya (band. Ibrani 13:4). Cinta itu seharusnya kuat, terlebih bagi orang Kristen karena TUHAN-lah sumber cinta kasih bukan yang lain! Cinta begitu kuat, tidak dapat digantikan apapun (Kid 8:6). Seharusnya anugerah TUHAN dalam pernikahan dijaga dalam KESETIAAN. Hanya ada satu suami dan satu isteri, yang lainnya dosa! Kitab Kidung Agung mengagungkan cinta kasih yang setia ini. Seharusnya pernikahan Kristen menaatinya untuk menjaga anugerah yang indah dalam pernikahan. Ketiga, kitab Kidung Agung mengajarkan bahwa seks adalah anugerah TUHAN dalam pernikahan yang kudus. Kitab ini menegaskan bahwa freeseks, sex before married dan perzinahan adalah dosa! Seks bukan dosa, melainkan anugerah TUHAN dalam pernikahan. Sudah seharusnya kita mensyukuri dan menjaga kekudusannya.        
 
2. Cinta Kasih Antara TUHAN dan jemaatNya.
      Nah, ini pengajaran selanjutnya: Cinta kasih TUHAN dengan jemaatNya. Orang Yahudi memahami kitab ini juga dengan cara alegoris selain harus dibaca secara hurufiah seperti penjelasan di atas. Bagi orang Yahudi, Salomo adalah gambaran Allah dan Sulam, mempelainya, adalah Israel. Umat Israel digambarkan sebagai mempelai atau isteri dari TUHAN adalah penggambaran yang lasim di Perjanjian Baru. Lihat saja kitab Hosea atau Yehezkiel 16 dan masih banyak ayat lagi.
   
    Bagi orang Kristen, kitab Kidung Agung adalah tipologi dari cinta kasih Kristus dengan GerejaNya. Rasul Paulus menekankan gambaran ini dalam 2 Korintus 11:1-3 dan Efesus 5:22-33. Gereja adalah mempelai perempuan TUHAN yang seharusnya setia kepada Kristus, tunduk dan taat serta menantikan saat yang indah, yaitu pertemuan dengan Kristus yang akan datang kembali kelak! Berikutnya, Paulus juga mengajarkan bahwa hubungan KRISTUS dengan GerejaNya sebagai TELADAN atau POLA hubungan suami dan isteri Kristen. Seperti Kristus mengasihi Gereja, demikianlah suami mengasihi isteri. Kasih Kristus seharusnya menjadi teladan untuk suami dan isteri dalam penundukannya kepada Kristus, saling menghormati dan saling mengasihi. Dan kitab Kidung Agung memberikan tipologi atau gambaran yang indah bagaimana TUHAN mengasihi GerejaNya.
    
    Nah, saatnya kita melakukan firman TUHAN. Saatnya kita, para suami menyatakan cinta dan kasih kepada isteri kita sendiri seperti Salomo kepada Sulam, seperti Kristus pada GerejaNya. Demikian pula Saudara yang adalah seorang isteri, mari kita mengasihi dengan perkataan dan perbuatan. Tunggu apa lagi? Selamat menyatakan cinta kasih TUHAN bagi pasangan yang Dia anugerahkan... 

Pdt. Lukas Widiyanto, M.Th.

Minggu, 02 Maret 2014

Eternity love kasih yang kekal


Yesaya 49:14-21


     Kasih Tuhan kita, Yesus Kristus adalah kasih yang kekal. Ini adalah kebenaran yang diungkapkan oleh Alkitab! Tuhan mengasihi kita dengan kasih-Nya yang kekal, kasih yang tidak dibatasi oleh waktu dan TIDAK BERUBAH. Itu sebabnya Dia tidak akan pernah melupakan kita. Hanya saja, banyak orang Kristen ragu dan MEMPERTANYAKAN kekekalan kasih Yesus seperti orang-orang Yehuda [Kitab Yesaya ini ditulis untuk kaum Yehuda (lihat Yesaya 1:1)], Dan di Yesaya 49:14-21 ini TUHAN mengungkapkan kasih kekalNya kepada orang-orang Yehuda, juga kepada kita. Bagaimana kasih TUHAN yang kekal itu? 
 
1. Kasih TUHAN yang kekal, tidak ‘tergantung’ pada kondisi.
    Kondisi yang dialami orang Yehuda sungguh memprihatinkan, karena Sion dihancurkan oleh kerajaan Babel termasuk Bait Allah (586 SM). Dan semua orang Yehuda ditangkap dan dibuang ke Babel. Di Babel mereka menjadi budak dalam penderitaan. Sementara yang sisa, tinggal di Yerusalem berada dalam kemiskinan dan sama menderitanya. Tidak mengherankan mereka pun menuduh Tuhan tidak lagi mengasihi dan melupakan mereka. “Sion berkata: “TUHAN telah meninggalkan aku dan TUHAN-ku telah melupakan aku” seru mereka (ayat 14). Benarkan TUHAN sudah melupakan mereka? Inilah sebabnya TUHAN berfirman melalui nabi Yesaya tentang kasihNya yang kekal! Bukankah kita juga sering melakukan apa yang dilakukan orang-orang Yehuda, mempertanyakan dan meragukan kasih TUHAN yang kekal? TUHAN tidak berubah , demikian pula kasihNya. Kondisi baik atau buruk TIDAK DAPAT mengubah kualitas kasih Tuhan kita, Yesus, kasih yang kekal. Bahkan bila, kita meragukan kasih TUHAN, kasihNya tetap sama tidak berubah! Kondisi apapun yang kita alami tidak merubah kasih TUHAN yang kekal. Ada kalanya TUHAN mengijinkan kita berada dalam kondisi yang sangat buruk, tetapi bukan berarti kasihNya berubah dan berkurang. Dia tetap mengasihi kita. Ingatlah kasihNya kekal. Jangan ragukan ini!   
 
2. Kasih TUHAN yang kekal, tidak ‘tergantung’ pada ketidaksetiaan.
      Mengapa Sion dan orang-orang Yehuda mengalami kehancuran? Sebenarnya mereka mengalami kondisi yang sulit karena mereka telah berbuat dosa dan menjadi tidak setia kepada Tuhan yang mengasihi dengan kasih yang kekal. Mereka terus hidup dalam dosa dan ketidaksetiaan (band. Yesaya 1:2-9). Apakah Tuhan berubah? TIDAK! Dia tetap mengasihi dengan kasih yang kekal (2 Timotius 2:12-13). Mau buktinya? Lihat sajaTuhan tetap mencari, berfirman dan mengingatkan berulang-ulang melalui nabi Yesaya dan nabi-nabi lain. Tuhan juga mengijinkan kehancuran mereka sebagai “sarana” ‘pemurnian’ supaya mereka kembali kepada-Nya. Bahkan Tuhan menyampaikan ungkapan kasih-Nya melalui Yesaya dalam ayat yang kita renungkan ini (Yesaya 49:14-21), agar mereka kembali kepada-Nya dan kuat. Saya harus menegaskan dahulu bahwa saya tidak bermaksud supaya Saudara tidak setia saja sebab TUHAN setia, sekalipun kita tidak setia. Justru karena Dia setia, maka seharusnya kita setia kepadaNya yang setia! Bila hari ini Saudara mengalami kegagalan, berdosa dan mungkinberubah menjadi tidak setia kepada Tuhan kita, Yesus, kembalilah kepadaNya sebab kasihNya tidak berbuah terhadap Saudara! Dia mencari Saudara! Dan jadilah lebih setia kepada Tuhan!
 
3. Kasih TUHAN yang kekal, menjamin kemenangan akhir (ayat 16-17,19). 
    Kasih Tuhan yang kekal memastikan Sion akan dibangun kembali dan dipulihkan (Yesaya 49: 17-26). Dan, benar, kasih yang kekal mengerjakan penggenapan nubuat ini. Pada tahun 539 SM TUHAN membawa umat Yehuda kembali ke Yerusalem. Tangan Tuhan sendiri yang melakukannya (2 Tawarikh 36:22-23 band. Ezra 1:1-4). Bukan hanya itu, Sion, temboknya dan  Bait Allah benar-benar dibangun kembali! Kasih Allah yang kekal pasti menjamin kemenangan kita dalam Kristus. Bagaimana bisa? Pertama, kasih Tuhan yang kekal memastikan kita tidak akan pernah bergumul sendiri.  Di Yerusalem maupun di pembuangan Babel, orang-orang Yehuda tidak pernah dilupakan apalagi ditinggalkan. Demikian juga kita bukan? Kedua, karena kasihNya yang kekal, TUHAN yang memberikan kemenangan. Kemenangan dan pemeliharaan yang sejati SUDAH dan SEDANG kita nikmati dalam Tuhan Yesus bukan. Dan terus akan kita nikmati SAMPAI pada kekekalan (Yesaya 49-66).
    
    Akhirnya, mari kita bersyukur dan mempercayai kasih TUHAN adalah kasih yang kekal, kasih yang tidak tergantung pada kondisi yang kita alami, ketidaksetiaan dan kasih yang menjamin kemenangan akhir orang-orang yang setia kepadaNya. Lalu, apa perlunya  kita masih  meragukan kasihNya?     

Pdt. Lukas Widiyanto, M.Th.

KASIH KRISTUS dalam Keluarga


Efesus 5:22-6:4


    Siapa yang tidak rindu memiliki keluarga yang berbahagia? Keluarga yang bahagia merupakan usaha oleh anugerah Tuhan Yesus. Maksud Saya, keluarga bahagia tidak serta merta terjadi. Keluarga bahagia BUKAN ‘otomatis’ terbentuk karena sudah diberkati di gereja, tetapi HARUS diusahakan. Benar, bahwa TUHAN-lah sumber kebahagiaan dan hanya Dia-lah yang dapat menjadikan keluarga kita berbahagia. Tetapi, disisi lain, TUHAN mengharuskan kita, setiap anggota keluarga dengan kekuatan dan anugerahNya, mengusahakan keluarga yang berbahagia. Dan Rasul Paulus memberitahukan rahasia keluarga yang INDAH dan berbahagia, yaitu jika keluarga menjadikan kasih Kristus nyata dalam keluarga. Bila kasih Kristus menjadi dasar penikahan dan keluarga niscaya sukacita, kebahagiaan dan keindahan dapat dinikmati bersama. Kasih Kristus harus diwujudkan dalam keluarga, bukan hanya dibicarakan dan dikhotbahkan! Bagaimana kita wujudkan kasih Kristus dalam keluarga kita?
 
1. Kasih Kristus harus nyata dalam PENUNDUKAN DIRI. 
    Setiap anggota keluarga harus memiliki roh penundukan diri. Inilah kasih Kristus yang harus kita teladani dan wujudkan dalam keluarga: penundukan diri. Paulus menegaskan bahwa seorang istri TUNDUK kepada suaminya (Efesus 5:22). Anak-anak juga harus TUNDUK  kepada orang tua, sebagai wakil Allah (Efesus 6:1-3). Bukan hanya isteri dan anak-anak, tetapi suami juga harus TUNDUK kepada KRISTUS (1 Korintus 11:3 band Efesus 5:22-33). Allah-lah yang memberikan hierarki keluarga. Kasih bukan hanya berbicara tentang memberi dan memberi, tetapi juga penundukan diri. Apakah penundukkan diri itu? Pertama, penundukan diri adalah merendahkan diri dengan memberi kesempatan kepada yang berhak memimpin dalam keluarga. Rendahkan diri, jangan isteri merasa harus menguasai rumah tangga atau anak-anak ‘berani’ memerintah karena merasa pendidikan atau gajinya lebih tinggi dari orang tua! Kedua, penundukan diri adalah kepatuhan kasih kepada yang ditunjuk Allah untuk memimpin keluarga. Tentu saja kepatuhan ini harus disertai hikmat TUHAN dan mengingat perannya sebagai isteri dan anak-anak, sebagai ‘penolong’. Ketiga, penundukan diri pada kepemimpinan yang Allah tentukan menempatkan diri kita pada penundukan diri pada Allah kita. Nah, bayangkan kalau isteri tunduk kepada suami; anak-anak tunduk pada orang tua dan suami tunduk pada Kristus. Indah bukan? Itulah perwujudan kasih Kristus!   
 
2. Kasih Kristus harus nyata dalam MENGHORMATI satu dengan yang lain. 
    Kasih Kristus harus diwujudkan dengan saling menghormati. Setiap anggota keluarga harus saling menghormati. Suami dan istri saling MENGHORMATI (ayat 33). Demikian juga orang tua dan anak-anak saling  MENGHORMATI (6:1-4). Tentu saja ini akan menjadikan keluarga bahagia. “Menghormati” bukan sekedar masalah ‘ucapan ’ tetapi sikap. Pertama, menghormati di mulai dari hati dan anggota yang dapat “MENERIMA” anggota keluarga. Kedua, menghormati akan selalu nampak dalam perkataan yang penuh kasih dan perbuatan yang penuh hormat terhadap anggota keluarga kita. Jangan kata-kata yang pedas, kasar dan kotor kita gunakan untuk keluarga kita. Gunakan kata-kata yang penuh kasih Kristus. demikian juga sikap dan perbuatan. Ketiga, menghormati adalah sikap menunjuk pada KESETIAAN kepada keluarga. Bagaimana disebut “menghormati” isteri, suami dan anak-anak jikalau seseorang itu selingkuh, berlaku tidak setia? Bila anggota keluarga mewujudkan kasih Kristus dengan saling menghormati, sudah pasti ketentraman dan kebahagiaan dirasakan bersama.  
 
3. Kasih Kristus harus nyata dalam PERBUATAN BAIK. 
    Kasih Kristus bukan untuk diucapkan saja, tetapi harus nyata dalam perbuatan kasih dalam keluarga. Perbuatan kasih yang “seperti Kristus telah kerjakan untuk gerejaNya” (ayat 25-33 band. 1 Yohanes 3:16-18). Bagaimana kasih Kristus terhadap gerejaNYa? Pertama, berani berkurban. Bayangkan jika suami, isteri dan anak-anak saling ‘rindu berkurban’, tidak egois dan saling memberi! Kedua,  merawat dan mengasuh (Efesus 5:26,29). Bukan hanya ‘omong’ saja, tetapi tindakan Kasih; memelihara cinta kasih suami-isteri, orang tua dengan anak-anak.
   
    Pastikan di bulan kasih ini, kasih Kristus kita wujudkan dalam keluarga. Dan nikmati semua anugerah TUHAN YESUS dalam keluarga kita. Selamat mengasihi! 

 Pdt. Lukas Widiyanto, M.Th.

The Greatest LOVE Kasih Terbesar


Roma 5: 6-8


    Tidak ada kasih sebesar kasih Bapa kepada kita! Mungkinsebagian kita berkata: “Ah masa?” karena kondisi kita yang penuh tantangan dan pergumulan. Tetapi inilah yang sebenarnya Bapa katakan melalui Alkitab, pernyataan kasihNya: “Aku mengasihi engkau!” Dan tahukah Saudara bahwa kasih Allah Bapa adalah kasih yang terbesar! The greatest love! Roma 5:6-8 memberikan kita bukti bahwa kasih Bapa pada kita adalah kasih terbesar.
 
1. Karena kasih Bapa, kasih yang memberikan Yesus bagi kita!
     Karena kasih Bapa, kasih yang terbesar karena Dia berikan Yesus Kristus bagi kita. Mengapa memberikan Yesus bukti kasihNya yang terbesar? Pertama, karena Yesus Kristus adalah PUTRA ALLAH sendiri. Paulus menyatakan bahwa Tuhan Yesus adalah putra Bapa (Roma 5:10; 1:3-8). Luar biasa bukan? Bahkan rasul Yohanes menyatakan bahwa Yesus adalah Putra Bapa satu-satunya! Dan Putra yang tunggal itulah yang diberikan bagi kita. Bukankah ini kasih terbesar? Kedua, Tuhan Yesus Kristus bukan hanya ‘diberikan’ dalam arti melaksanakan tugas biasa, tetapi Dia harus MATI di kayu salib! Dalam Roma 5:6,8,10 hingga tiga kali Paulus menekankan kematian Kristus. Bahkan istilah “oleh darahNya” menunjukkan bahwa Tuhan Yesus harus mencurahkan darahNya hingga mati di kayu salib bagi kita. Ada orang tua yang merelakan anaknya untuk bekerja dan berjuang, tetapi adakah yang memberikan anaknya untuk mati? Dan itu Bapa lakukan untuk kita! Betapa besar kasihNya bagi Saya dan Saudara. 
 
2. Karena kasih Bapa, kasih tanpa syarat (anugerah)!
     Bukti kedua bahwa kasih Bapa adalah kasih yang terbesar adalah Bapa mengasihi kita TANPA syarat. Biasanya kita memberi “yang terbesar” kepada mereka yang LAYAK menerima pemberian kita. Yang baik, yang telah berbuat baik kepada kita, yang menyenangkan hati kita bukan? Tetapi kasih Bapa berbeda! Dia memberikan  untuk mati dikayu salib bagi kita, justru saat kita TIDAK LAYAK untuk menerimanya. Dia berikan Tuhan Yesus mati di kayu salib justru saat kita masih lemah (Roma 5:6). Kata “lemah” di sini dihubungkan dengan kata “DURHAKA”. Ya saat kita durhaka, tidak acuh bahkan tidak merasa membutuhkan Bapa, saat itulah Dia berikan Kristus mati bagi kita. Bapa memberikan Yesus untuk mati bagi kita justru saat kita masih berdosa, melanggar perintah-Nya dan najis dihadapanNya (ayat 8). Siapakah akan memberikan yang terbaik dan terbesar bagi orang-orang yang membantah dan melawan kita? Hanya Bapa yang melakukanNya. Dia mengasihi kita saat kita masih berdosa. Bapa mengasihi kita saat kita masih menjadi seteruNya, musuhNya! (Roma 5:10). Kita akan memberikan yang terbaik dan terbesar kepada yang mengasihi kita bukan? Tetapi Bapa, memberikan kasihNya, pemberian terbesarNya bagi kita yang benar-benar memusuhi Dia dalam pikiran, perkataan dan perbuatan kita! Kasih Bapa kasih yang terbesar!
Yang Dikasihi Bapa...
    
    Mengherankan jikalau banyak orang merasa bahwa dirinya tidak dikasihi oleh Bapa. Inilah kebenaran Alkitab, inilah isi hati Bapa: Bapa benar-benar mengasihi Saudara! Dia mengasihi dengan kasih yang terbesar! Lalu, apa yang harus kita lakukan terhadap kasih Bapa, kasih yang terbesar?
 
A. Sambutlah kasih Bapa dengan percaya dan menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat Saudara. Bapa telah mengulurkan tangan kasihNya, sambutlah dan nikmati kasih Nya yang indah dari setiap hari hingga kekekalan.

B. Sadarilah bahwa Bapa mengasihi kita dengan kasih terbesar dan bersyukurlah. Mungkin Saudara sedang dalam pergumulan dan bertanya “Apakah Bapa mengasihi saya?” Inilah jawaban bapa: “Aku mengasihi engkau”. Dan bila saudara mau buktinya, lihat di kayu salib ada bukti kasih Bapa yang terbesar dan kekal, Yesus, PutraNya mati tergantung bagi kita yang tidak layak untuk dikasihi! Saya berdoa, setiap kali Saudara berada di tengah berkat maupun pergumulan, Saudara dimampukan Roh Kudus untuk memandang salib Kristus dan menemukan betapa besar kasih Bapa bagi Saudara. Dan hanya ucapan syukur mengalir dari hati kita.  
 
C. Belajarlah membalas kasih Bapa yang besar ini. Bapa sudah dan terus mengasihi kita dengan kasih terbesar, lalu bagaimana kita? Apakah kita mau belajar membalas kasihNya? mari belajar membalas kasih bapa, sekalipun tidak mungkin kita dapat membalas-Nya (baca - mengembalikannya). Mari membalas kasihNya dengan mengasihi Bapa, taat kepadaNya, memberikan yang terbaik bagiNya; hati, pikiran, waktu dan hidup kita.

Pdt. Lukas Widiyanto, M.Th.

AKU-lah Alfa & Omega


Wahyu 1: 8

    Allah menyatakan diri-Nya sebagai Alfa dan Omega. Dan ini adalah pernyataan pertama kali,di dalam kitab Wahyu dari Allah Bapa tentang diri-Nya: “Akulah Alfa dan Omega”. Dalam kitab Wahyu gelar Alfa dan Omega bukan saja gelar yang diperuntukkan kepada Allah Bapa, tetapi juga dikenakan pada Tuhan Yesus (lihat Wahyu 1:17; 2:8; 22:13).  Kata ‘Alfa adalah huruf pertama dan ‘Omega ‘ adalah huruf terakhir dalam abjad Yunani. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa Allah adalah “yang awal dan yang akhir.” Apa makna dari gelar Alfa dan Omega ini? Secara signifikan gelar “Alfa dan Omega” menunjukkan bahwa Allah-lah yang mengatur, mengontrol segala sesuatu secara menyeluruh, termasuk waktu. Maksudnya Allah yang mengatur alam semesta, sejarah, kehidupan, termasuk kehidupan kita. Dia Pencipta sekaligus Penggenap segala sesuatu. Bapa, melalui Rasul Yohanes, memberikan alasan mengapa Dia sanggup mengatur segala sesuatu.
 
1. Karena Allah adalah Allah yang kekal!
    Bapa sanggup mengatur dan mengontrol segala sesuatu, termasuk hidup kita karena Dia kekal. Itu sebabnya pernyataan “Alfa dan Omega” ini diikuti pernyataan “yang sudah ada, yang ada dan yang akan datang.” Bapa adalah Allah yang kekal. Arti dari “kekal” adalah tidak dibatasi oleh waktu sehingga Bapa SELALU ADA dan tidak berubah! Kekekalan Allah-lah yang memungkinkan Dia mengatur dan mengontrol segala sesuatu bahkan waktu karena Dia ADA kapan saja dalam dimensi waktu.
 
2. Karena Allah adalah Allah Mahakuasa.
     Pernyataan “Alfa dan Omega”, bahwa Bapa-lah yang mengatur segala sesuatu ini dikuatkan dengan pernyataan-Nya selanjutnya, yaitu bahwa Dia adalah Yang Mahakuasa. Kemahakuasaan Allah memungkinkan Dia mengatur dan mengontrol segala sesuatu dari awal hingga akhir. Bukankah sejak ‘sebelum’ permulaan Allah telah menunjukkan ke-Mahakuasaan-Nya? Lihat saja penciptaan, Bapa menciptakan dengan perkataanNya. Hanya dengan berkata-kata Dia ciptakan semesta alam. KuasaNya nyata dalam penciptaan ‘dari yang tidak ada menjadi ada’. Hanya Sang Mahakuasa yang dapat mengtur alam semesta, sejarah, waktu dan kehidupan!   
Pernyataan Bapa Bagi Kita!
     “Akulah Alfa dan Omega” adalah pernyataan bagi kita. Apakah kita percaya bahwa Allah Bapa kita, dalam Yesus Kristus adalah Alfa dan Omega, Bapa yang mengatur segalanya? Jika Saudara mengaminkan, maka sudah seharusnya hidup kita menyatakan iman, keyakinan kita. 
a. Bersyukurlah!
     Jemaat  Asia Kecil saat itu mengalami situasi yang sulit untuk bersyukur. Bagaimana tidak, pada masa itu mereka telah dan sedang mengalami aniaya dari Kaisar Romawi yang bernama Domitianus yang kejam. Bahkan rasul Yohanes di buang ke pulau Patmos (Wahyu 1:9; 2:8-9). Bapa menyatakan diriNya sebagai Alfa dan Omega supaya mereka dapat bersyukur! Apakah Saudara dapat bersyukur hari ini? Mungkin kita tidak sedang menghadapi penganiayaan, tetapi mungkin saja pergumulan atau penderitaan, ingatlah Bapa kita-lah yang mengatur segalaNya dan Dia adalah Bapa kita yang baik. Adakah Bapa yang baik mengatur suatu rencana yang jahat bagi anak-anakNya? Apalagi Bapa kita di Sorga, Allah yang kekal dan Mahakuasa. 
b. Jangan takut, bersandarlah pada Allah Sang Alfa
    dan Omega!

   Bayangkan saat jemaat, yang mengalami penganiayaan, termasuk rasul Yohanes, menerima pernyataan Allah bahwa Dialah yang MEMEGANG dan mengatur segalanya dari awal hingga akhir. Ya, bukan Kaisar Domitianus yang jahat, tetapi Bapa masih yang memegang kendali! Ketakutan digantikan kekuatan! Apakah Saudara masih takut dengan apa yang Saudara hadapi? Atau takut dengan masa depan Saudara? Ingatlah Bapa kita dalam Kristus-lah yang memegang kendali. Dia-lah yang mengontrol segalanya. Itu sebabnya bersandarlah kepadaNya!
c. SETIA sampai akhir!
     Jemaat saat itu memang sedang mengalami aniaya dan penderitaan yang dapat saja menggoncangkan kesetiaan mereka (Wahyu 2:10). Mungkin saja kita juga mengalami  hal yang sama. Masih setiakah kita? Mari kita setia sampai akhirnya, sebab Allah Bapa kita, dalam Kristus-lah yang mengatur segalanya dari awal hingga akhir. bahkan kitab Wahyu secara jelas menunjukkan bahwa Bapa telah mengatur KEMENANGAN akhir ada di pihak-Nya dan orang-orang yang setia hingga akhirnya (Wahyu pasal 20-22). Sebab itu setialah!

Pdt. Lukas Widiyanto, M.Th.

Tahun Baru Buat Manusia Baru


Kolose 3:5-17

    Kita sudah memasuki beberapa hari minggu di tahun yang baru. Sebenarnya setiap hari adalah hari baru bagi kita. Dan itu adalah anugerah Tuhan kita, Yesus Kristus. Selain anugerah, hari baru adalah kesempatan dari Tuhan untuk memiliki hidup yang baru sebagai manusia baru. Tahunnya baru, harinya baru, tetapi apakah hidup kita juga suatu hidup  BARU? Rasul Paulus mendorong jemaat Kolose dan kita supaya bukan hanya tahunnya dan harinya baru, tetapi manusianya juga hidup sebagai manusia baru dalam Kristus!
 
1. Di dalam YESUS, kita adalah manusia baru! (ayat 11-17).
     Rasul Paulus menegaskan bahwa setiap orang yang sudah percaya dan menerima Tuhan Yesus adalah MANUSIA BARU. Inilah fakta Alkitab, siapa pun Saudara, jika Saudara sudah menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi saudara, maka saat itu juga Saudara adalah manusia baru! Jadi, bila Saudara mau menjadi manusia baru, percaya dan terimalah Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi Saudara. Nah, bagi yang sudah percaya, sadarilah kita adalah MANUSIA BARU di dalam Tuhan Yesus. Apapun  kondisi rohani kita, kita adalah manusia baru. Banyak orang Kristen, manusia baru tetapi hidupnya masih hidup sebagai manusia lama dengan cara hidup manusia lama yang dikuasai hawa nafsu dan dosa! Ingatlah bahwa Saudara adalah manusia baru!
 
2. Manusia baru, perbuatan baru (ayat 5-17).
     Rasul Paulus mengingatkan jemaat sebagai ’manusia-manusia baru’ di Kolose dan kita supaya HIDUP sebagai manusia baru.Jangan tetap hidup sebagai ‘manusia lama’  Hidup sebagai manusia baru dengan perbuatan manusia baru BUKAN dengan perbuatan manusia lama. Bayangkan jika kita diberi sebuah minuman kemasan dengan label jus jeruk, tetapi isinya kecap, apakah yang kita minum? Pasti kecap bukan? Dan pastinya bukan jus jeruk! Bagaimana bisa kita yang ‘dibaharui’ TUHAN sebagai manusia baru, tetapi ‘isi’ tindakan kita mencerminkan manusia lama? Itu sebabnya Alkitab dengan tegas memerintahkan kita untuk hidup sebagai manusia baru. Nah, masalahnya adalah bagaimana caranya? Paulus, rasul Tuhan, menuliskan tiga cara, yaitu:
     Pertama, matikanlah perbuatan manusia lama (ayat 5-9). Istilah “mematikan” dan “menanggalkan” yang dipakai rasul Paulus, menunjukkan pada suatu tindakan yang AKTIF untuk mematikan atau menanggalkan manusia lama. Menjadikan kita manusia baru adalah karya Allah dalam Kristus oleh Roh kudus semata. Namun sebagai manusia baru, kiita harus “aktif” mematikan perbuatan manusia lama. Perbuatan yang duniawi dan berdosa! Apa yang harus ditanggalkan atau dimatikan? Dosa  percabulan dengan segala nafsunya! Selain itu dosa keserakahan, egoisme, kikir, mau hanya untung untuk diri sendiri dan biasanya disertai iri hati. Ada lagi yang harus ditanggalkan, yaitu dosa penyembahan berhala. Penyembahan berhala adalah saat segala sesuatu yang merampas kedudukan Allah dalam hati dan hidup kita. Berikutnya, dosa kebencian, termasuk di dalamnya marah, geram, sukar mengampuni. Terakhir, dosa lidah adalah perkataan kotor, dusta.
     Kedua,Kenakanlah  perbuatan manusia baru (ayat 12-17). Sebagai manusia baru yang hidupnya benar-benar baru, bukan hanya menanggalkan perbuatan manusia lama, tetapi secara AKTIF mengenakan perbuatan-perbuatan manusia baru. Mari kita kenakan kasih yang nyata adalah belaskasihan, kemurahan dan kebaikan. Mari kita hidup dalam kerendahan hati, dengan lemah lembut dan kesabaran. Terus menerus belajar mengampuni dan berkata-katalah dengan perkataan yang membangun (ayat 15,16). Sebagai manusia baru, memang tindakan dan perkataan kita pun harusnya baru di dalam Kristus. Dan setiap hari baru adalah kesempatan untuk mengenakan perbuatan dan perkataan manusia baru.Jadi jangan kehilangan kesempatan, kenakanlah perbuatan dan perkataan manusia baru!
     Ketiga, Memberi diri diperbaharui terus-menerus (ayat 10). TUHAN mau kita diperbaharui terus-menerus, setiap waktu hingga menjadi sama dengan Dia. Sebab itu diri untuk dibaharui TUHAN.Mulailah dengan memberikan waktu kita perbaharui, ya saat kita beribadah, saat teduh, ketika kita membaca Alkitab dan Berdoa, itu adalah saat Tuhan oleh Firman dan Roh-Nya membaharui kita. Berikan juga hati yang mau untuk diubahkan. Dan terakhir, belajarlah taat dengan kekuatan Tuhan untuk berbuah sesuai dengan firmanNya.
    
    Akhirnya, setiap hari dalam hidup kita adalah hari yang baru, sebuah kesempatan menjadi manusia baru yang dibaharui terus menerus hingga tiba saatnya kita menjadi sama dengan Tuhan kita Yesus. Gunakan kesempatan itu. Tahun baru, hari baru, manusia baru yang dibaharui...  

Pdt. Lukas Widiyanto, M.Th.

Alasan Tidak Membayar Perpuluhan

Tiga orang yang berbeda profesi sedang berdiskusi soal perpuluhan. Mereka masing-masing mengemukakan alasan mengapa mereka belum membayar perpuluhan.

Akuntan: Saya belum membayar perpuluhan karena belum menerima surat tagihan dari Tuhan.

Pengacara: Kalau saya belum membayar perpuluhan karena belum ada undang-undang yang mengaturnya.

Bankir: Saya sih sudah lama mau membayar perpuluhan, tapi sampai sekarang saya belum tahu nomor rekening Tuhan.

cabe deeeh....

ALBUM KENANGAN