Selamat datang di www.wartamaranatha.blogspot.com - Memberitakan Injil dan Mendewasakan Kerohanian

Minggu, 29 Januari 2012

BERSUNGUT-SUNGUT Perbuatan sia-sia yang merugikan

1 KORINTUS 10:10

Rasul Paulus mengingatkan jemaat Korintus supaya tidak mengikuti dosa yang dilakukan bangsa Israel, salah satunya adalah BERSUNGUT-SUNGUT! Ya, bersungut-sungut seringkali merupakan perbuatan yang paling mudah kita lakukan dan beberapa menjadi sebuah kebiasaan. Mari kita tinggalkan kebiasaan bersungut-sungut!

I. APA YANG DIMAKSUD DENGAN BERSUNGUT-SUNGUT?
Istilah bersungut-sungut dalam bahasa Yunani gungso dan dari kata Ibrani tekinah yang artinya mengomel (atau dengan memberengut). Dalam Alkitab terjemahan bahasa Inggris KJV dan NIV menggunakan istilah grumble yang artinya mengeluh, menggerutu atau mengomel. Jadi berseungut-sungut adalah sikap menggerutu dan mengomel karena kondisi atau sebab lain yang disadari atau tidak yang sebenarnya tertuju kepada Tuhan (Keluaran 16:6-8). Hal ini yang biasa dilakukan oleh bangsa Israel! Alkitab dengan tegas mengingatkan kita untuk tidak bersungut-sungut atau meneladani apa yang biasa dilakukan bangsa Israel ini (1 Korintus 10:10 band. Filipi 2:14; Yakobus 5:9).

II. KAPAN SESEORANG TERJEBAK UNTUK BERSUNGUT-SUNGUT?

Kapan seseorang bersungut-sungut? Pertama, ketika mengalami masalah atau pergumulan. Lihat saat bangsa Israel mengalami kekurangan mereka segera bersungut-sungut (Keluaran 16:2-3; 17:1-2). Juga saat kondisi yang sulit, dimana mereka menemukan air yang pahit dan tidak ada air yang diminum, merekapun bersungut-sungut (Keluaran 15:22-24) Saat mendapati ‘nasib’ yang penuh kesulitan, mereka juga bersungut (Bilangan 11:1). Bahkan saat menghadapi tantangan yang harus dihadapi untuk kemajuan mereka, mereka juga bersungut-sungut (Bilangan 14:1-2). Bagaimana dengan kita? Kedua, ketika keinginannya belum atau tidak terpenuhi (dipenuhi Allah). Bangsa Israel bersungut-sungut saat keinginan mereka belum atau tidak terpenuhi (Bilangan 11:4-6 band. ayat 10). Bagaimana dengan Saudara, apakah kita bersungut-sungut saat keinginan dan doa kita belum atau tidak terpenuhi? Ketiga, ketika kita mengalami disiplin dari Allah. Bangsa Israel bersungut-sungut pada waktu mereka didisiplin Allah (Bilangan 16:41-45). ditegur dan didisiplin memang ‘tidak enak’ dan memicu kita untuk bersungut-sungut. Tetapi sebenarnya ada tujuan Allah yang indah dalam disiplinnya.

III. AKIBAT DARI BERSUNGUT-SUNGUT

Bersungut-sungut adalah perbuatan yang sia-sia. Coba bayangkan, apa yang kita dapat setelah bersungut-sungut? Masalah kita terselesaikan? Tidak bukan? Justru akibat bersungut-sungut sangat merugikan. Pertama, bersungut-sungut hanya akan memperberat masalah yang kita hadapi. Masalah jadi semakin nampak semakin berat dan besar (lihat bangsa Israel). Masalah kecil jadi besar karena bersungut-sungut! Berikutnya, bersungut-sungut merusakkan suasana baik dalam lingkungan keluarga ataupun jemaat. Bukan hanya itu, bersungut-sungut menyebabkan sulit untuk berfikir jernih dalam menyelesaikan pergumulan atau kesulitan kita. Lalu buat apa bersungut? Kedua, bersungut-sungut membuat Allah murka (disedihkan). Kemarahan Allah selalu didahului dengan kesedihanNya (band. kitab Keluaran, dimana Allah bersabar - sedih karena persungutan bangsa Israel, baru pada kitab Bilangan Allah menyatakan murkaNya). Ketiga, bersungut-sungut menuai Hukuman Allah. Allah menghukum setiap persungutan umat Israel (Bilangan 11:1, 10, 14; 16:41-45). Mengapa? karena bersungut-sungut sebenarnya adalah sikap melecehkan kekudusan, kebaikan dan kemahakuasaanNya! Sedikit-sedikit bersungut, apakah Allah tidak baik, tidak setia dan siap menolong? Apakah Allah kurang mahakuasa? Bukankah lebih baik berdoa dan memohon campur tangan Allah? Jangan biarkan kebiasaan bersungut-sungut menempatkan kita di bawah hukuman Allah.

IV. RAHASIA TIDAK LAGI BERSUNGUT-SUNGUT

Bagaimana memiliki kehidupan Kristen yang tidak lagi bersungut-sungut? Paling tidak ada empat langkah yang penting kita lakukan.
1. Jadilah ciptaan baru dalan Tuhan Yesus Kristus.
Tanpa menjadi ciptaan baru,kita tidak mungkin hidup lepas dalam bersungut-sungut. Sebab itu percaya dan terimalah Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi Saudara dan Saudara menjadi ciptaan baru! (2 Korintus 5:17). Hanya di dalam Tuhan Yesus kita menjadi ciptaan baru dan diberi kuasa untuk tidak lagi hidup dalam persungutan, tetapi senantiasa dimampukan untuk bersyukur!
2. Dengan kekuatan Tuhan Yesus, disiplin diri untuk berhenti bersungut-sungut!
Tidak ada pilihan lain, berhentilah bersungut-sungut! Ya, tentu saja oleh kuat kuasa Tuhan Yesus. Hanya dengan bergantung pada kuasaNya kita dapat mendisiplin diri. Mulailah saat ini juga, dengan iman tinggalkan segala bentuk persungutan!
3. Jadikan ‘bersyukur senantiasa’ menjadi gaya hidup!
Kelemahan bangsa Israel adalah TIDAK PERNAH bersyukur. Sesudah mengalami pertolongan Tuhan, narator kitab Keluaran atau Bilangan jarang menceritakan mereka bersyukur (Lihat Keluaran 15, 17 dan Bilangan 11, 16 dan ayat-ayat lain). Kebiasaan yang terus menerus dilakukan akan bertumbuh menjadi karakter! JIka kita setiap hari bersyukur untuk semua berkat, kebaikan, kasih dan segala sesuatu dan dalam segala hal, pastilah kita menumbuhkan karakter bersyukur (Efesus 5:20; 1 Tesalonika 5:18). Jangan terkejut jika karakter bersungut-sungut yang kita miliki lenyap! Mari bersyukur senantiasa untuk segala sesuatu dan dalam segala hal!
4. Tetap percaya kepada kebaikan, kesetiaan dan kemahakuasaan Allah!
Sikap terus-menerus percaya kepada Allah yang baik, setia dan penuh kuasa seharusnya mengikis segala persungutan! Bila kita tetap percaya bahwa Allah itu baik dan setia, maka apapun yang kita hadapi, kita akan yakin akan kebaikan dan kesetiaanNya dibalik pergumulan itu! Bukankah “Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatang kebaikanNya...” ? (Roma 8:28). Jika doa kita belum terjawab, pastilah Allah punya maksud dalam kebaikan dan kesetiaanNya! Jika pergumulan berat menimpa kita, kita seharusnya percaya bahwa Allah sanggup mengatasinya, bukannya bersungut-sungut. Jika demikian, maka tidak ada tempat bagi bersungut-sungut, bukan? Nah, mari kita bangun iman yang penuh kesetiaan dan yang terus memandang kepada Allah dalam Yesus Kristus, Tuhan kita!

Akhirnya, jika bersungut-sungut adalah perbuatan sia-sia bahkan sangat merugikan, mengapa kita harus melakukannya? Bukankah lebih baik kita bersyukur, bersyukur dan terus bersyukur? Dan kemudian kita melihat lagi kebaikan, kesetiaan dan kuasa Allah yang tidak terkirakan! Amin.

Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.

Selasa, 24 Januari 2012

KEHILANGAN

LUKAS 15:8

Apabila kita membaca pada pasal 15, maka kita akan menemukan banyak kehilangan. Kehilangan domba, kehilangan dirham serta kehilangan anak. Akan tetapi ketika kehilangan sesuatu sudah ditemukan maka akan ada sukacita yang luar biasa. Tatkala seseorang dalam kondisi kehilangan, maka dia tidak akan tinggal diam, tetapi dia akan berusaha untuk mencarinya sampai menemukannya.
Dalam pembacaan kita hari ini, ada seorang perempuan yang kehilangan satu dari sepuluh dirhamnya. Dirham adalah alat pembayaran orang Persia dengan harga setara 8 gram emas. Artinya perempuan tersebut kehilangan sesuatu yang berharga dalam hidupnya. Kehidupan manusia tidak luput dari yang namanya “kehilangan”. Ada beberapa contoh dari beberapa tokoh Alkitab yang mengalami kehilangan sesuatu dalam hidupnya.
1. Musa, Kehilangan kesabaran.
Tatkala kita diperhadapkan dengan masalah seringkali kita kehilangan kesabaran. Seperti Musa yang kehilangan kesabaran saat Bangsa Israel bersungut-sungut meminta air kepada Musa (Bilangan 20:9-11). Padahal Alkitab menyebutkan bahwa Musa seorang yang sangat lemah lembut hatinya (Bilangan 12:2). Namun Musa melanggar kekudusan Tuhan dengan tidak menuruti perintah Tuhan. Akibat ketidaktaatannya maka dia tidak diperkenankan masuk ke dalam tanah perjanjian.
2. Elia, Kehilangan Keberanian.
Elia adalah seorang yang hebat, luar biasa. Dia berdoa supaya tidak turun hujan, maka hujanpun tidak turun (1 Raja-raja 17:1-2; Yakobus 5:17-18). Dia juga orang yang berani, dia mengalahkan 450 ribu nabi Baal (1 Raja-raja 22). Tetapi ketika menghadapi masalah (diancam oleh Izebel), Elia kehilangan keberanian dan ia minta mati (1 Raja-raja 19:1-3). Tatkala kita ada dalam masalah, kita seringkali kehilangan keberanian padahal kita mempunyai Allah yang dahsyat. Bahkan Seperti Elia yang ingin mati saja (1 Raja-raja 19:4-8).
3. Yunus, Kehilangan Kasih.
Yunus kehilangan kasih terhadap orang Niniwe, dia ingin Niniwe dihukum karena kejahatannya (Yunus 4:1-8). Disaat kita dalam masalah seringkali kita masa bodoh terhadap masalah kita, padahal masalah yang terjadi karena kesalahan yang kita buat, dan seringkali juga kita kehilangan kasih kita kepada orang lain.
Bagaimana Supaya Kita Bisa Menemukan Kehilangan?

Ketika Perempuan mengalami kehilangan dirham, maka dia melakukan beberapa tindakan, yaitu:
1. Menyalakan Pelita.
Ada alasan seseorang menyalakan pelita, yaitu karena tempatnya gelap, Apabila tempatnya gelap, maka akan sering terjadi kehilangan. Pelita berfungsi menerangi tempat yang gelap (Mazmur 119:5). Kita membutuhkan pelita supaya kita tidak kehilangan. Pelita berbicara tentang tuntunan Roh Kudus, jadi biarlah kehidupan kita dituntun oleh Roh Kudus supaya kita tidak kehilangan arah.
2. Menyapu rumah.
Kehilangan juga bisa terjadi karena rumahnya kotor. Banyak debu-debu yang perlu dibersihkan. Dalam Yohanes 15:3 kita sudah dibersihkan oleh firman. Kita membutuhkan firman untuk membersihkan kehidupan kita dan juga untuk memberi kekuatan dalam menjalani kehidupan ini. Kotoran-kotoran ini berbicara tentang dosa-dosa kita (Yesaya 59:1-2). Dengan firman Tuhan kita bisa tahu kesalahan kita serta kita bisa bertobat.
3. Mencari dengan cermat.
Mencari dengan cermat berbicara tentang doa dan penyembahan. Yaitu ada keintiman dengan Tuhan (Yeremia 29:13-14). Mencari Tuhan bukan hanya ketika ada dalam masalah saja, tetapi setiap hari dan setiap saat. Dan pada akhirnya perempuan tersebut menemukan dirhamnya yang hilang.

Apa yang sedang terhilang dalam kehidupan kita? Kesabaran? Keberanian? Kasih? atau sesuatu yang lain dalam hidup kita? Mari kita bertindak untuk mencarinya; “menyalakan pelita”, “menyapu rumah”, dan “mencarinya dengan cermat”. Maka kita akan menemukannya kembali dan sukacita akan terjadi dalam hidup kita. Tuhan Yesus Memberkati.

Pdt. Adrian L. Manikome

Minggu, 15 Januari 2012

LEPAS DARI JERAT KEFASIKAN!

MAZMUR 119:57-64

Mazmur 119 termasuk dalam golongan mazmur hikmat, dimana berisi kebijaksanaan Tuhan yang menuntun pembacanya untuk hidup yang berhasil dan berkenan kepada Tuhan. Pada ayat 61, Pemazmur menyatakan bahwa ada “tali-tali orang fasik yang membelit dirinya”. Memang benar bahwa mazmur 119 seringkali menunjukkan bahwa Pemazmur menghadapi orang-orang fasik yang ingin menghancurkannya. Tetapi perhatikan istilah ‘tali-tali’ di sini menunjukkan bukan hanya apa yang dilakukan orang fasik yang berbahaya, tetapi kefasikan itu sendiri sangat berbahaya! Ya, kefasikan menggodai kita untuk berbuat dosa (band. terjemahan NLT). Tahukah Saudara bahwa di dunia ini jerat kefasikan siap membelit Saudara dan saya, orang yang percaya kepada Kristus? “Fasik” artinya jahat, juga menunjuk pada orang yang tidak melakukan kebenaran Allah. Nah, yang lebih berbahaya adalah gaya hidup fasik, gaya hidup yang jahat, yang melawan Allah. Inilah yang berusaha menjerat kita. Lihat saja sekarang ini gaya hidup yang penuh dosa dan kejahatan ditawarkan! Cara berpikir duniawi, cepat kaya, meski cara yang jahat dan berdosa, cara berkeluarga dijerat dengan gaya hidup ‘kawin cerai’, perselingkuhan dianggap biasa, pergaulan bebas dan gaya pacaran yang tidak dalam kekudusan, gaya berpakaian yang seronok, dan masih banyak lagi. Ini semua dunia tawarkan bukan? Semua nampak ‘menarik’ dan ‘menyenangkan’ tapi membinasakan! Mari kita sungguh-sungguh waspada terhadap jerat kefasikan!

Puji Tuhan, dalam ayat-ayat yang kita baca, Pemazmur bukan saja menunjukkan adanya jerat kefasikan saja, tetapi bagaimana luput darinya!
1. Memiliki KOMITMEN dengan TUHAN! (ayat 57).
Pemazmur berkomiten, berjanji untuk memegang firman Tuhan. Ini langkah pertama yang penting. Apakah Saudara mau berkomitmen untuk memegang firman Tuhan? Jangan hanya berhenti mendengar Firman Tuhan Yesus di gereja atau membaca Alkitab di rumah, tetapi responi firman Tuhan itu dengan kerinduan melakukannya dan miliki komitmen yang kuat!
2. Miliki PERSEKUTUAN yang akrab dengan TUHAN (ayat 58, 62).
Dalam bahasa Ibrani ayat 58 diterjemahakan “aku memohon di depan wajahMu...”. ini menunjukkan bahwa Pemazmur jelas bukan hanya memiliki komitmen, tetapi dia membangun persekutuan yang erat dengan Tuhan. Bahkan malam-malam Pemazmur bangun untuk mencari Tuhan (ayat 62). Bagaimana dengan kita? Kita tidak dapat melawan jerat kefasikan yang jujur saja ‘menggiurkan’, tetapi kita dapat segera ‘melekat’ pada Tuhan Yesus dan mendapatkan kekuatan serta kuasaNYa untuk hidup berkemenangan atas jerat kefasikan ini. Mari bangunlah persekutuan yang karib dengan Tuhan kita, Yesus Kristus!
3. Miliki waktu dan hati untuk INTROSPEKSI diri di hadapan TUHAN (ayat 59 band. 64).
Pemazmur memeriksa jalan hidupnya yang lalu dengan Tuhan. Pemazmur melakukan apa yang tepat. Ini bukan sikap ‘sulit melupakan yang lalu’, tetapi ini sikap introspeksi diri, sikap merendahkan diri dan belajar dari keberhasilan dan kegagalan masa lalu. Mari kita sadari bahwa untuk dikoreksi adalah sakit dan terlalu sering kita TIDAK MAU. Itu sebabnya kita tidak menjadi LEBIH BAIK, kita tetap sama buruknya dengan masa yang lalu! Berikan waktu dan hati Saudara untuk introspeksi diri di hadapan Tuhan Yesus! Apa yang kita dapatkan? Pertama, Tuhan Yesus akan menunjukkan kelemahan, kesalahan dan dosa kita untuk diakui dan diperbaiki oleh Dia. Kedua, kita menerima tuntunan Tuhan Yesus untuk bertindak ke depan (ayat 64b). Jika demikian, mari introspeksi diri setiap hari, saat kita bersekutu dengan Tuhan. Ijinkan Tuhan memimpin hidup kita!
4. Miliki TINDAKAN NYATA: Lakukan firman TUHAN (ayat 60).
Hanya komitmen, doa dan introspeksi tidaklah cukup tanpa ini: TAAT melakukan Firman Tuhan! Bahkan Pemazmur berkata “aku bersegera dan tidak berlambat-lambat”. Segera lakukan firman Tuhan , jangan berlambat-lambat. Ketaatan sangat penting. Karakter dibangun dari kebiasaan yang kita lakukan terus menerus. Jadi, jika kita taat, taat dan terus menerus taat, kita sedang membangun karakter taat kita! Jangan menolak Firman Tuhan yang kita baca dan dengar, mari kita taati dan bertumbuh dalam ketaatan. Kita akan terkejut, karena tiba-tiba kita sadari kita telah berulang kali lepas dari jerat kefasikan!
5. Miliki PERSEKUTUAN dengan ORANG-ORANG YANG TAKUT akan TUHAN (ayat 63).
Pemazmur menetapkan diri untuk bersekutu hanya dengan orang-orang yang takut akan Tuhan! Ini bukan berarti kita kemudian tidak bergaul dengan semua lapisan masyarakat, tetapi “persekutuan” harus ditentukan bukan? Dengan siapa kita bersahabat erat itu sangat berpengaruh. Dunia menyebutnya “pengaruh lingkungan”! Paulus mengingatkan bahwa “pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik!” (1 Korintus 15:33). Nah, ayo kita bersekutu dengan orang-orang yang takut akan Tuhan, maka itu akan memberi pengaruh yang baik menghindarkan kita dari jerat kefasikan. Berikutnya, persekutuan dengan orang-orang yang takut akan Tuhan Yesus akan memberikan kita kesempatan untuk menerima dorongan dan kekuatan untuk hidup benar dan lepas dari jerat kefasikan!

Akhirnya, waspadalah karena jerat kefasikan mengintai Saudara dan saya, mari kita miliki komitmen untuk melakukan firman Tuhan, bangun persekutuan dengan Tuhan Yesus, introspeksi diri setiap hari, lakukan firmanNya dan jagalah pergaulan Saudara memasuki tahun baru ini. Hanya Tuhan Yesus yang menolong, menguatkan dan memberi kemenangan untuk terlepas dari jerat kefasikan!

Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.

Senin, 09 Januari 2012

PENYERTAAN TUHAN

YOSUA 1:3-8

Dalam pembacaan kita hari ini, ada perintah yang jelas yang datang kepada Yosua, yang pertama adalah memimpin Bangsa Israel dalam perjalanan ke Kanaan (ay. 2), yang kedua adalah merebut seluruh tanah orang Het (ay. 4). Tetapi dibalik perintah Allah kepada Yosua ada janji penyertaan Allah yang luar biasa “ ..., Aku tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau” (ay. 5). Artinya adalah janji penyertaan Allah bukan meniadakan segala tantangan dalam hidup kita, tetapi janji penyertaan Allah itu akan nyata ketika kita ada dalam tantangan, dan janji Allah itu menjamin kemenangan menjadi bagian kita.

Yosua menyatakan percayanya kepada Tuhan dengan menaati semua perintah Allah. Mengapa Yosua percaya?
1. Yang Berjanji adalah Allah.
Allah mengingat janjiNya, yaitu janji kepada Musa yang akan memberikan tempat yang diinjak oleh bangsa Israel (ayat 3). Ketika Allah berjanji Dia pasti akan menepati janjiNya. Perhatikan ada kata “sumpah” yang dikatakan Allah kepada Yosua (ayat 6), hal ini menyatakan bahwa janji itu mengikat. Allah memiliki kekuatan untuk menepati janjiNya, jadi jangan ragu untuk mempercayaiNya sebab Allah pasti sanggup untuk menepati setiap janji-janiNya.
2. Kualitas Penyertaan Allah yang Tidak Mungkin Berubah
Seperti Aku menyertai Musa.... (ay. 5), demikian Yosua juga disertai oleh Allah. Yosua mengalami mujizat-mujizat dalam perjalan bersama Musa, maka Yosua juga meyakini bahwa Allah juga akan menyertainya. Allah tidak tua sehingga tidak bisa selalu menjaga umatNya. Dia adalah Allah yang tetap setia menjaga umatNya, tetap percayai Allah sebab Dia tidak berubah penyertaanNya baik dahulu, sekarang bahkan sampai selama-lamanya.
3. Penyertaan-Penyertaan yang Selalu Hadir
Penyertaan Tuhan selalu hadir di setiap waktu dalam hidup kita, artinya bahwa penyertaan Tuhan itu seumur hidup (ayat 5), bahkan dimanapun kita berada, di tempat yang akan diinjak (ay. 3), dalam perjalanan (ay. 8) serta kemanapun kita pergi (ay.9). Jadi jangan takut lagi menghadapi kehidupan kita, sebab penyertaan Tuhan selalu hadir di setiap kehidupan kita.

JANJI PENYERTAAN ALLAH MENUNTUT SESUATU DARI HIDUP KITA
Pertama,Taatlah (ayat 7-8). Janji penyertaan Tuhan itu menuntut ketaatan kita akan semua Firman Allah, yaitu hidup benar.
Yang kedua,Percayalah (ayat 7,9). Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, jangan kecut dan tawar hati. Hal ini membutuhkan sebuah iman yang sungguh akan semua janji Allah. Artinya sungguh-sungguh percaya akan janji Allah.
Yang ketiga, melangkahlah (ayat 10-11). Melangkahlah dengan percaya bahwa Allah pasti menyertai kita.
Tuhan Yesus Memberkati.

Ibu Pdt. Antonetha Lukas Widiyanto, S.Th.

Selasa, 03 Januari 2012

NYANYIKAN PUJIAN BAGI TUHAN

LUKAS 1:46-56

Lukas 1:46-56 ini adalah pujian Maria, ibu Yesus, kepada Tuhan yang sangat terkenal dengan sebutan magnificat, diambil dari kalimat pertama manificat anima mea Dominum, yang artinya jiwaku memuliakan Tuhan. Ya Maria memuji Tuhan pada hari Natal yang pertama! Apakah saudara menyanyikan pujian bagi Tuhan di hari Natal ini? Apakah jiwa kita dapat memuliakan Tuhan hari ini?

LIHATLAH PERBUATAN ALLAH BAGI KITA!
Maria dengan segenap jiwa memuliakan Tuhan karena Maria melihat dan merasakan perbuatan-perbuatan Tuhan yang ajaib baginya! Apa perbuatan Tuhan bagi Maria?

1. Perbuatan Tuhan bagi hidupnya (ayat 47-49).
Maria menerima karunia Tuhan sehingga mengandung bayi Yesus. Di balik itu Maria mendapat pembelaan Tuhan dengan kehadiran Elisabeth yang sangat menguatkan imannya (baca ayat-ayat sebelum nyanyian Maria ini). Maria juga menerima kepercayaan Tuhan untuk melayani sebagai ibu dari Sang Penebus! Luar biasa kan perbuatan Allah bagi Maria? Bagaimana dengan Saudara? Bukankah kita juga SUDAH menerima karunia-karuniaNya? Bila kita ada di sini dan beibadah, jika Saudara membaca artikel ini, maka sebenarnya kita sudah menerima karunia Allah yang luar biasa bukan? Bagaimana tidak, yang lain belum tentu dapat apa yang kita terima dari Allah ini! Bukankah kita mengalami pembelaan Tuhan Yesus, Allah kita, sehingga kita ada di penghujung tahun 2011 ini? Bukankah di hari Natal ini kita dipercaya oleh Allah untuk melayani Dia? Lalu tidakkah Saudara akan segera menyanyikan pujian bagi Tuhan kita, Yesus Kristus karena perbuatanNya yang ajaib bagi Saudara?

2. Perbuatan Allah bagi bangsa-bangsa (ayat 50-56).
Nyanyian Maria didasarkan juga pada perbuatan Allah kepada bangsanya, Israel,. Namun demikian nampak dari isi nyanyian di ayat 50-56 bahwa perbuatan Allah lebihluas dari sekedar bangsanya, yaitu kepada bangsa-bangsa! Apa yang diperbuat Allah? Membebaskan umat manusia dari dosa dengan kehadiran Kristus! Ya, inilah perbuatan Allah yang mengharuskan kita memuliakan Dia! Kehadiran dan kematian Kristus membebaskan kita dari hukuman kekal. Karena setiap orang yang percaya kepada Tuhan yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya pasti diselamatkan (Yohanes 3:16). Jika keselamatan adalah perbuatan Allah bagi kita, tidakkah kita wajib memuji Tuhan kita, Yesus Kristus?

NYANYIKAN NYANYIAN YANG INDAH BAGI TUHAN!
Apa yang harus kita nyanyikan? Lebih tepat bagaimana menyanyi bagi Tuhan? Pertama, di hari Natal ini mari kita persembahkan pujian, nyanyian dan penyembahan kita bagi Tuhan Yesus, Allah kita. Ayo, beribadah, jangan lupa naikkan ucapan syukur senantiasa untuk perbuatan-perbuatanNya yang ajaib bagi kita! Kedua, nyanyian kita haruslah nyanyian persembahan hidup untuk melayani Dia seperti Maria. “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataan-Mu itu” (Lukas 1:38). Maria bersedia melayani Tuhan, inilah pujian yang sejati. Nyanyian yang indah, yang menyenangkan hati Tuhan. Nyanyian yang sejati adalah persembahan hidup yang mau melayani dan taat kepada Tuhan. Bayangkan, pujian yang keluar dari mulut kita memuliakan Tuhan, tetapi perbuatan dan hidup kita menyedihkan hati Tuhan. Tidakkah ini sangat ironi? Tuhan menantikan bukan sekedar ucapan bibir, tetapi hati yang mau melayani dan taat kepadaNya. Itu pasti! Ketiga, nyanyian kita adalah nyanyian untuk Tuhan yang harus diperdengarkan bagi sesama! Mari menyanyikan pujian yang didengar orang lain, paling tidak oleh Elisabeth! Tetapi hari ini juga ‘didengar’ oleh telinga kita bukan? Di hari Natal ini mari kita nyanyikan lagu yang didengar oleh orang lain yang tidak memiliki pengharapan. Nyanyian bahwa di dalam Tuhan Yesus ada harapan, ada perbuatan-perbuata ajaib bagi mereka! Lihat sekeliling kita ada banyak orang tanpa Tuhan, tanpa hidup kekal! Liha ada banyak orang membutuhkan kasih Tuhan! Mari kita nyanyikan baik lewat perkataan dan perbuatan kita bahwa ada pengharapan dalam Tuhan Yesus Kristus! Ada keselamatan di dalam Tuhan Yesus.

Akhirnya, marilah kita, dengan jiwa kita, menyanyikan nyanyian bagi Allah kita, Tuhan Yesus Kristus di hari Natal ini. Pujian yang muncul dari hati, hidup yang melayani dan taat serta “nyanyian” hidup yang mewartakan bahwa ada keselamatan, pengharapan dan kasih di dalam Tuhan kita, Yesus Kristus. Nyanyikan pujian bagi Allah!Selamat Natal, selamat bernyanyi bagi TUHAN!

Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.

Alasan Tidak Membayar Perpuluhan

Tiga orang yang berbeda profesi sedang berdiskusi soal perpuluhan. Mereka masing-masing mengemukakan alasan mengapa mereka belum membayar perpuluhan.

Akuntan: Saya belum membayar perpuluhan karena belum menerima surat tagihan dari Tuhan.

Pengacara: Kalau saya belum membayar perpuluhan karena belum ada undang-undang yang mengaturnya.

Bankir: Saya sih sudah lama mau membayar perpuluhan, tapi sampai sekarang saya belum tahu nomor rekening Tuhan.

cabe deeeh....

ALBUM KENANGAN