Selamat datang di www.wartamaranatha.blogspot.com - Memberitakan Injil dan Mendewasakan Kerohanian

Minggu, 25 September 2011

Kegagalan diubah Menjadi Keberhasilan

LUKAS 5:1-11

Siapa diantara kita yang tidak pernah mengalami kegagalan? Ya, setiap orang pasti pernah mengalami kegagalan di dalam kehidupannya, dalam usaha/pekerjaan, studi, maupun masa depan . Tetapi bagi orang Kristen, kegagalan bukanlah akhir dari segalanya, karena Tuhan Yesus sanggup mengubah kegagalan menjadi keberhasilan.Petrus juga pernah mengalami kegagalan, dan kita dapat belajar dari padanya. Bagian Allah adalah mengubah kegagalan menjadi keberhasilan, sedangkan bagian kita adalah mempercayai-Nya.
Bagaimana supaya kegagalan kita diubah menjadi keberhasilan?

I. Tetap Mendahulukan Perkara Yang Rohani (Lukas 5:1-3).
Petrus yang gagal semalaman tetap mendahulukan perkara yang rohani, dengan cara ia mau meminjamkan perahunya untuk Tuhan yesus berkhotbah, bukan saja hanya meminjamkan tetapi ia juga tetap mau mendengarkan pengajaran Tuhan Yesus. Seringkali ketika kita menghadapi kegagalan, kita justru menjauhi hal-hal yang rohani seperti malas beribadah. Kita justru menyalahkan Tuhan dan tidak mau mendengarkan nasihat firman Tuhan. Padahal firman Tuhan sudah mengajarkan kepada kita “Carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, maka...” (Matius 6:33). Maka dari itu marilah saat ini kita belajar dari Petrus, ketika dalam kegagalan sekalipun, tetap dahulukan perkara yang rohani.

II. Mau Berkorban Meskipun Sedang Mengalami Kegagalan.
Petrus mau meminjamkan perahunya kepada Tuhan Yesus untuk berkhotbah, meskipun sedang mengalami kegagalan. Alkitab memberikan contoh yang mirip dengan kisah ini, yaitu seorang janda Sarfat yang rela berkorban untuk hamba Tuhan, walaupun ia dalam keadaan kekurangan (I Raja-raja 17:7-24). Ia hanya mempunyai segenggam tepung dan satu buli-buli minyak dan itu akan habis dimakan hari ini. Tetapi karena dia mau berkorban demi hamba Tuhan, maka dia mendapatkan berkat yang luar biasa, ia tidak kekurangan makanan sampai masa kelaparan berakhir. Kemurahan hati, akan menggerakkan tangan Tuhan untuk menolong kita. Jadi apabila saat ini kita mengalami kegagalan, jangan kikir, tapi berkorbanlah, terkhusus untuk pekerjaan Tuhan maka tangan Tuhan akan terulur untuk menolong kita dan mengubah kegagalan menjadi keberhasilan.

III. TAAT Pada Perkataan Tuhan Yesus (Lukas 5:4-5)
Petrus adalah seorang nelayan, secara otomatis dia mengetahui secara pasti bagaimana ia harus mencari ikan dengan tepat, sekalipun dia tahu persis kondisi laut tetapi dia taat ketika Tuhan Yesus menyuruhnya menebarkan jala ke sebelah kanan. Padahal, selain sebagai nabi mungkin Petrus mengetahui latar belakang Tuhan Yesus yang seorang tukang kayu (bukan seorang nelayan). Tetapi karena dia taat, maka dia memperoleh keberhasilan. Ketaatan pada firman Tuhan adalah kunci dari keberhasilan. Kita mudah untuk mengatakan “amin” setiap firman Tuhan di sampaikan, akan tetapi begitu susahnya kita menaati firman tersebut. Bagaimana supaya kita dapat berhasil? Carilah pimpinan Tuhan, tentunya dalam Alkitab yang kita baca setiap hari, setelah itu lakukanlah firman Tuhan tersebut maka kita akan dibuat berhasil oleh Allah.

IV. Berusaha Bersama dengan Tuhan Yesus

Tuhan memberkati kita bukan langsung saja, tetapi ada usaha yang harus kita kerjakan. Petrus menebarkan jalanya, dia kembali berusaha. Tetapi sekarang dia berusaha bersama Yesus. Bagi orang yang disertai Tuhan Yesus, tidak ada tempat untuk keputus asaan. Iman tidak memberi tempat bagi kemalasan. Bekerjalah dengan Tuhan Yesus, Tuhan pasti memberkati kita!
Apakah hari ini kita mengalami kegagalan? Percayalah Tuhan Yesus sanggup mengubah kegagalan menjadi keberhasilan. Mari kita tetap mendahulukan perkara yang rohani; mau berkorban; taat kepada firmanNya; dan mari tetap berusaha. Tuhan Yesus memberkati.

Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.


Minggu, 18 September 2011

MEMPERSIAPKAN GENERASI YANG AKAN DATANG

ULANGAN 6:4-9

Apabila kita memperhatikan realita saat ini sungguh sangat menyedihkan sekali. Dari data penelitian Yayasan kita dan Buah Hati terhadap 1.625 siswa kelas IV-V SD se Jabodetabek sepanjang tahun 2008 ada sekitar 66% anak yang terlibat pornografi dan 34% tidak terlibat pornografi. Hal ini menjadi perhatian bagi kita para orang tua untuk mendidik anak kita. Karena masa depan ditentukan masa kini, oleh karena itu lakukan yang terbaik untuk anak-anak kita saat ini, agar di masa yang akan datang mereka dapat menjadi generasi yang mempermuliakan Allah.
Dari pembacaan kita di atas,untuk mempersiapkan generasi yang akan datang maka harus dimulai dari diri kita para orang tua terlebih dahulu.

I. Shema Yistrael (Ulangan 6:4).
Kata “Shema” (=mendengar) memiliki makna “Ketaatan”. Hal ini menggambarkan pikiran yang menyerah dan tunduk kepada kekuasaan yang berbicara. Artinya, suatu pendengaran yang terjadi di bawah kekuasaan atau pengaruh si pembicara. Perintah “Shema” ini berkaitan erat dengan pernyataan “pengakuan bahwa Allah itu Esa” yang merupakan kebenaran fundamental bagi bangsa Israel dan sikap mereka kepada Allah. Kata Tuhan kita adalah Tuhan yang Esa, menekankan tentang Allah itu Esa, serta menekankan pemujaan kepada Allah. Kata shema ini sebenarnya adalah suatu bentuk ekspresi ketaatan yang sepenuhnya kepada Allah. Mempersiapkan generasi yang akan datang harus dimulai dari diri kita dahulu sebagai orang tua, yaitu menjadi orang-orang yang taat sepenuhnya kepada Allah. Bagaimana mungkin kita dapat mengajar anak-anak kita untuk taat, sementara kita sendiri tidak taat kepada Tuhan? Itu sebabnya mari kita menjadi umat Tuhan yang taat kepadaNya sehingga kita dapat mengajar dan menjadi teladan bagi generasi kita.

II. Menjadi Pelaku Firman Tuhan (Ulangan 6:5)
Setelah kita mengetahui perintah Allah bahwa kita harus taat sepenuhnya kepada Allah maka kita harus menjadi pelaku firman. Yaitu menjadikan Tuhan sebagai yang nomor satu di dalam kehidupan kita, mengasihi Tuhan dengan seluruh hidup kita serta menjadikan Tuhan sebagai fokus perhatian kita. Apabila kita menjadikan sesuatu tersebut sebagai fokus perhatian, maka pasti setiap apapun yang dilakukan pasti akan diperhatikan. Demikian juga dengan kita, apabila kita menjadikan Tuhan sebagai fokus perhatian kita, maka kita akan memperhatikan setiap apa yang dikatakan oleh Tuhan. Bagaimana caranya supaya kita bisa menjadi pelaku firman Tuhan? Ayat 7 pada pasal yang ke 6 mengatakan “membicarakannya apabila duduk, sedang dalam perjalanan, pada saat berbaring dan pada saat bangun”. Artinya bahwa dalam kegiatan sehari-hari kita membicarakan tentang Allah, bukan hal yang lain. Seringkali ketika melakukan kegiatan sehari-hari, yang kita bicarakan bukan tentang Allah, tetapi mengenai hal-hal yang tidak benar, misalnya bergosip atau yang lain. Oleh karena itu untuk kita bisa menjadi orang yang melakukan Firman Tuhan maka kita harus membiasakan untuk membicarakan tentang Allah kepada anak-anak kita.

III. Menjadi Pengajar Kepada Anak-anak
Menjadi pengajar bagi anak khususnya kebenaran firman Tuhan, orang tua dituntut untuk melakukan terlebih dahulu apa yang Tuhan inginkan (Ulangan 6:16-19). bagaimana menjadi pengajar anak-anak kita? Pertama, menjadi Teladan. Anak-anak lebih banyak belajar melakukan sesuatu dengan melihat contoh. Apabila kita sebagai orang tua menjadi teladan yang baik bagi anak-anak-anak kita, maka mereka juga akan melakukan hal yang baik pula. Misalnya, kita mau mengajar anak-anak kita untuk berdoa, maka kita harus berdoa juga, jangan hanya menyuruh anak kita. karena dengan kita memberi teladan berdoa akan lebih efektif dari pada kita hanya menyuruhnya saja. Jadi apabila kita mau mempersiapkan anak-anak kita di masa yang akan datang, maka jadilah contoh yang baik bagi anak-anak kita. Kedua, mengajar secara berulang-ulang. Mengajar dengan mengulang bertujuan agar anak dapat mengingat, memahami dengan jelas serta melakukannya, karena apabila ketika kita mengajari anak-anak kita sesuatu yang baik, tidak cukup hanya sekali saja. Hal ini membutuhkan kasih, kesabaran dan kedisiplinan agar semuanya ini bisa tercapai.

Marilah kita mempersiapkan generasi kita selanjutnya dan memulainya dari diri kita sendiri menjadi orang yang taat dan mengasihi Tuhan, memberikan teladan serta mengajar generasi kita berulang-ulang. Tuhan memberkati.

Ibu Pdt. Ii Varia, S.Th

Minggu, 11 September 2011

Pengampunan Kristus !

LUKAS 23:33-43

“Ya Bapa, ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Ini adalah satu dari tujuh ucapan Tuhan Yesus di atas kayu salib yang paling agung! Betapa tidak, di tengah aniaya dan penyiksaan yang diterimaNya, Tuhan Yesus memohonkan pengampunan bagi orang-orang yang menganiaya dan menyalibkan diriNya! Ada 2 kebenaran bagi kita dari pengampunan Tuhan kita, Yesus Kristus ini.

1. Pengampunan Kristus adalah pengampunan yang sudah dikerjakanNya bagi kita.
Tuhan yesus memohon pengampunan bagi orang-orang yang menyalibkan diriNya adalah benar-benar menunjukkan pengampunanNya. Pengampunan itu bukan hanya bagi mereka bahkan bagi kita. Pertama, pengampunan Kristus adalah pengampunan yang ada HARGA-nya! Pengampunan Kristus bukanlah pengampunan yang otomatis dan gratis, tetapi ada harganya, yaitu dengan kematian Kristus di atas kayu salib! Di kayu salib kita melihat kasih Allah sekaligus keadilan Allah. Dosa tetap dosa dan harus menerima hukumannya. Tetapi Allah begitu mengasihi kita, Dia berikan Kristus, AnakNya yang tunggal untuk membayar harga kelepasan dari hukuman dosa. Ketika penghukuman atas dosa dibayar dengan kematian Kristus, maka nampak keadilanNya sekaligus kasihNya atas kita! Itu sebabnya jangan kita terus hidup dalam dosa. Tinggalkan dosa-dosa sebab kita sudah menerima pengampunan yang dikerjakan oleh Tuhan Yesus sendiri. Kedua, pengampunan Kristus adalah tawaran yang harus disambut dengan iman. Ada banyak orang di bawah salib Kristus, tetapi hanya seorang penjahat yang menanggapi tawaran Tuhan (ayat 40-43). Bagaimana menerima pengampunan dari Tuhan Yesus? Sadari dosa Saudara, datanglah padaNya dan mengakui dosa-dosa Saudara dan terima pengampunanNya dengan iman (1 Yohanes 1:9). Ketiga, pengampunan Kristus pengampunan yang sempurna. Dia tidak ingat lagi dosa-dosa kita. Jangan ingat-ingat lagi dan jangan pernah mau ditipu oleh Iblis dengan menuduhkan dosa-dosa kita lagi sebab semuanya sudah diampuni oleh Kristus!

2. Pengampunan Kristus memberikan teladan bagi kita.
Pengampunan Tuhan Yesus memberi kita teladan untuk diikuti! Tuhan Yesus senantiasa mengajarkan supaya setiap pengikutNya mengampuni orang yang bersalah (Lukas 6:37; 11:4; 17:3-4 band. Matius 18:21-35). Dan Tuhan bukan saja mengajar tetapi memberikan teladan bahwa Dia-pun mengampuni orang yang bersalah kepadaNya! Pengampunan di kayu salib benar-benar jejak yang harus kita ikuti. Ajaran Tuhan Yesus dan teladanNya diteruskan oleh para rasul-Nya, khususnya rasul Paulus (Efesus 4:32; Kolose3:13 dan 2 Korintus 2:7 juga surat Filemon dimana diajarkan mengampuni dan menerima kembali orang yang bersalah seperti Onesimus). Mungkin kita akan berkata bahwa teladan Kristus tidak dapat diikuti karena Dia kan Allah, gimana mau meneladani Dia? Ingatlah bahwa Yesus juga manusia seperti kita, maka teladan yang diberikan pastilah dapat diikuti tentu dengan pertolongan kuasaNya. Selain itu apakah Allah akan memberih perintah yang tidak dapat kita lakukan? Dan yang paling penting para beriman dahulu sudah mengikuti jejak Tuhan Yesus dalam mengampuni orang yang bersalah dan jahat. Lihat bagaimana Stevanus yang memohonkan pengampunan bagi orang-orang yang merajam dirinya (Kisah Para Rasul 7:54-60). Mari kita belajar meneladani Kristus dengan mengampuni orang yang bersalah kepada kita.
Bagaimana mengampuni sesama?
Sebenarnya bagaimana mengampuni dapat kita teladani dari bagaimana Kristus mengampuni penjahat yang disebelah salibnya (ayat 40-43).
Pertama, memaafkan kesalahannya.
Kedua, melupakan kesalahannya terhadap kita.
Terakhir, menerima kembali sebagai saudara dalam Kristus.

Pengampunan Kristus adalah pengampunan yang sudah dikerjakanNya di atas kayu salib bagi kita. Itu sebabnya mari bersyukur dan hidup dalam kebenaran sekaligus marilah kita meneladani Kristus dengan mengampuni orang-orang yang bersalah kepada kita. Pengampunan Tuhan Yesus dan kuat kuasa Roh kudus akan memampukan kita untuk melakukan firman Tuhan. Tuhan Yesus memberkati.

Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.

Minggu, 04 September 2011

PASTI BEDA !

Perbedaan antara
orang benar dan orang fasik
menurut Mazmur 1:1-6


Pemazmur mengajar kita bahwa kehidupan orang benar dan orang fasik pasti berbeda! Meski kita seringkali mengalami kebingungan dan banyak pertanyaan yang mengganjal hati, misalnya mengapa ada orang fasik yang sukses atau mengapa ada orang benar yang menderita, tetapi sekali lagi Mazmur 1 menegaskan PERBEDAAN antara orang benar dan orang fasik! Sebelum lebih dalam memahami apa yang diajarkan pemazmur mari lebih dahulu mencoba memahami siapakah orang benar itu. Orang benar, menurut terang perjanjian Baru, (istilah ‘benar’ dalam bahasa Ibrani tsedek sementara Yunani (Septuaginta) menggunakan kata dikaiosune) pertama-tama adalah orang yang sudah dibenarkan di dalam Tuhan Yesus Kristus. Ya, saat Saudara percaya dan terima Tuhan yesus sebagai TUHAN dan Juruselamat Saudara secara pribadi, saat itulah Saudara dibenarkan Allah dan menjadi orang benar! (Roma 3:10 band. 22-25). Jadi, kita, yang sudah percaya Tuhan Yesus adalah orang-orang benar! Puji Tuhan!

Nah, jika kita sudah tahu dan menyadari bahwa kita adalah orang benar, orang-orang yang sudah dibenarkan dalam Tuhan yesus, mari kita beranjak pada apa yang diajarkan TUHAN melalui pemazmur ini tentang perbedaan orang benar dengan orang fasik. Sekali lagi pemazmur berkata: Orang benar dan orang fasik pasti beda! Apanya yang berbeda?

1. Jalan hidup mereka berbeda! (ayat 1-2).
Pemazmur menunjukkan bahwa cara hidup atau jalan hidup orang benar dan orang fasik berbeda! Lihat saja, orang benar adalah orang yang bukan saja mengenal Tuhan yesus sebagai Tuhan dan Juru selamat-nya, namun SUKA dekat dengan Dia dan firmanNya (ayat 2). Kesukaan orang benar adalah merenungkan dan melakukan firman Tuhan. Nah, jika Saudara orang benar, (ingat kan siapa kita?), maka sudah seharusnya kita selalu rindu dekat dengan Tuhan Yesus dan firmanNya. Berikutnya orang benar adalah orang yang hidup dalam kebenaran firman Tuhan, adil dan penuh kasih (band. ayat 1). Berbeda dengan orang fasik. Orang fasik senang jauh dari Tuhan. mereka suka berbuat jahat dan dosa! Suka ada dalam kumpulan pencemooh, terhadap Tuhan maupun sesama. Kalau berkumpul hanya ‘ngerasani’ dan menjelek-jelekkan orang (Jawa, artinya ngomongi orang lain-red). Sekali lagi Saya ingatkan, Saudara orang benar, mari kita setia beribadah, suka dekat dengan Tuhan Yesus dan melakukan firmanNya.

2. Kondisi hidupnya berbeda! (ayat 3-5)
Bukan hanya cara hidup mereka berbeda, kondisi hidup mereka juga berbeda. Ya, perbedaan ini karena cara atau jala hidup mereka yang berbeda! Kondisi orang benar itu BERBAHAGIA (ayat 1). Kebahagiaan ini tidak ada hubungannya dengan harta, kedudukan atau kondisi di sekitar orang benar itu, tidak sama sekali. Apapun keadaan dan kondisi yang dialami orang benar, dia akan tetap berbahagia! Mengapa? Kebahagiaan datang karena memang dia orang yang sudah dibenarkan Kristus dan hidup dalam kebenaran.Ingat Yusuf atau Paulus? Di tengah pergumulan mereka tetap berbahagia bukan? Bukan itu saja, orang benar DIBERKATI! Perhatikan bagaimana pemazmur menggambarkan orang benar seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air (ayat 3). Dia akan tetap hidup, tidak mudah goyah, selalu berbuah, jadi berkat bagi orang lain dan apa yang dikerjakan dibuat Tuhan berhasil! Beda dengan orang fasik, hidupnya tidak berbahagia. Kefasikan hanya akan menghasilkan hidup yang tidak tenang, dalam kekalutan, mudah goyah “seperti sekam yang ditiup angin” (ayat 4-5). Saya percaya Saudara akan memilih kondisi yang pertama, yang dialami orang benar bukan? Itu sebabnya mari kita hidup sebagai orang benar dengan perkataan dan tindakan yang benar, sesuai dengan firmanNya!

3. Akhir hidupnya berbeda! (ayat 6)
Terakhir, akhir hidup orang benar dan orang fasik juga akan berbeda! Akhir hidup orang benar adalah kehidupan kekal bersama TUHAN selama-lamanya. Kata “mengenal” bukan saja menunjukkan bahwa Tuhan tahu ke mana arah tujuan hidup orang benar, tetapi Tuhan MEMASTIKAN jalan orang benar menuju pada kebahagiaan kekal bersamaNya! Berbeda dengan orang fasik yang akhir hidupnya menuju kepada kebinasaan.Mungkin sekarang ada yang ragu dan berkata “Kok, orang fasik enak ya, sehat dan kaya, terus gimana?” Ingat tunggu saja saatnya. Bukankah Tuhan Yesus pernah memberi perumpamaan bahwa bila tiba saatnya, maka lalang akan dipisahkan dari gandum; gandum akan dimasukkan lumbung sementara lalang akan dibakar? (Matius 13:24-30, 36-43). Dan nabi Maleakhi bernubuat tentang orang-orang benar katanya: “Mereka akan menjadi milik kesayanganKu sendiri... Maka kamu akan melihat perbedaan antara orang benar dengan orang fasik, antara orang yang beribadah kepada Allah dan orang yang tidak beribadah kepadaNya.” (Maleakhi 3:17-18).

Mari Saudara, orang-orang benar dalam Kristus, mari kita hidup sebagai orang benar dengan cara hidup yang benar sesuai dengan firman Tuhan dan kita akan melihat perbedaan antara orang benar dan orang fasik. Pasti beda!

Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.


Alasan Tidak Membayar Perpuluhan

Tiga orang yang berbeda profesi sedang berdiskusi soal perpuluhan. Mereka masing-masing mengemukakan alasan mengapa mereka belum membayar perpuluhan.

Akuntan: Saya belum membayar perpuluhan karena belum menerima surat tagihan dari Tuhan.

Pengacara: Kalau saya belum membayar perpuluhan karena belum ada undang-undang yang mengaturnya.

Bankir: Saya sih sudah lama mau membayar perpuluhan, tapi sampai sekarang saya belum tahu nomor rekening Tuhan.

cabe deeeh....

ALBUM KENANGAN