Selamat datang di www.wartamaranatha.blogspot.com - Memberitakan Injil dan Mendewasakan Kerohanian

Selasa, 26 November 2013

SIAPA YANG SEPERTI ALLAH KITA ?


Mazmur 115:1-18


    Pemazmur memulai mazmur  pujiannya dengan mengungkapkan kesadarannya bahwa Allah saja yang layak menerima kemuliaan. Kemuliaan bukanlah milik pemazmur, juga bukan milik kita. Pemazmur sebagai umat Tuhan, mungkin saja telah melakukan banyak hal, tetapi semuanya adalah karya dan campur tangan Tuhan semata, sehingga siapapun, termasuk pemazmur, tidak boleh mencuri kemuliaan Allah. Kemuliaan hanya bagi Allah saja. Sekali lagi, siapapun kita dan apapun yang sudah kita capai, kita harus sadar bahwa semuanya dari, oleh dan untuk Allah sehingga hanya Dia yang layak menerima kemuliaan. Namun di lain sisi kita dapat menangkap bahwa Allah pemazmur, yang sekaligus adalah Allah kita dalam Kristus Yesus adalah Allah yang luar biasa.Tidak ada yang seperti Dia! Inilah yang selanjutnya diungkapkan pemazmur dalam mazmurnya! Mari kita perhatikan siapa seperti Allah kita?
 
1. ALLAH Kita Adalah ALLAH Yang Mahatinggi (ayat 2-3).
    Bangsa-bangsa yang diam disekitar umat Israel saat itu adalah penyembah berhala. Bangsa Filistin misalnya, mereka menyembah Dagon, dewa mereka. Sebuah patung berbadan ikan berkepala manusia. Bangsa lainnya menyembah Baal, Asytoret, Molokh  dan sebagainya. Bagi mereka allah harus dapat dilihat, sehingga mereka mempertanyakan dimana Allah pemazmur, Allah orang-orang Israel. Memang Allah pemazmur yang juga Allah kita tidak kelihatan, namun Dia ada! Dia berada di sorga, di tempat yang Mahatinggi (ayat 2). Siapa yang berada di sorga, jika bukan Yang Mahatinggi. Pertama, Hal ini menunjukkan kedudukanNya sebagai Allah Yang Mahatinggi (ayat 15-16). Siapakah yang bertahta di sorga, jika bukan yang Mahatinggi? Pemazmur menekankan kedudukan Allah Yang Mahahtinggi. Kedua, keberadaanNya disorga dihubungkan dengan “melakukan segala yang dikehendakiNya” artinya, Allah bukan saja Yang Mahatinggi, tetapi Dia Allah yang berdaulat! Tidak ada yang lebih tinggi dari Allah kita dalam Tuhan Yesus. Dialah yang memerintah dan memiliki langit dan bumi ini! Luar biasakan? Siapa allah seperti Allah kita? Tidak ada!
 
2. ALLAH Kita Adalah Allah Yang Hidup (ayat 4-8).
    Pemazmur membandingkan Allah-Nya dengan berhala-berhala. Berhala-berhala hanya buatan tangan manusia, tetapi Allah kita dalam Kristus, adalah Pembuat segala sesuatu (ayat 4). Bahkan Dialah yang membuat kita, manusia! Dialah Pencipta segala sesuatu (band. ayat 13-16). Jadi, Allah kita adalah  Allah yang hidup sebab itu Dia menciptakan. Berbeda dengan berhala yang mati, Allah kita dapat melihat, mendengar, mengecap dan mengulurkan tanganNya bagi kita! Mari kita berikan kemuliaan bagi Allah kita dalam Yesus Tuhan!
Bagaimana Sikap Umat Allah Yang Allahnya Adalah Allah Yang Hidup dan Maha Tinggi?
    Jadi, siapakah seperti Allah kita? Allah yang hidup dan Mahatinggi? Tidak Ada! Justru karena itu mari kita hidup sebagai umat yang Allah-nya hidup dan Mahatinggi. Bagaimana itu?
    Pertama, Takutlah akan Allah kita (ayat 11,13).Pemazmur memanggil umat Allah ini sebagai “yang takut akan Allah” (ayat 11 dan 13). Memang karena Allah kita adalah Allah yang hidup selayaknya kita takut akan Dia. Jangan lupa, Dia melihat hidup kita. Dia mendengar apa yang kita katakan, bahkan yang ada dalam hati kita.Tidakkah ini menumbuhkan rasa takut akan Dia. Kita harus hidup menyenangkan hati TUHAN. Allah kita Allah Yang Mahatinggi, selayaknya kita hamba-hambaNYa, umatNya, taat dan hidup dalam takut hormat pada Dia, Yang Mahatinggi bukan?   
    Kedua, percaya dan bersandarlah pada Dia (ayat 9-11). Karena Allah kita hidup dan Mahatinggi dan kita adalah manusia yang terbatas dan lemah, sudah sepantasnya kita bersandar padaNya! Dia Allah yang hidup, bukan saja tahu apa pergumulan kita, namun Dia sanggup menolong kehidupan kita karena Dia hidup! Lebih lagi, Allah kita dalam Kristus, adalah Yang Mahatinggi! Adakah kekuatan dan kemuliaan yang tidak Dia miliki. Lalu jika kita tidak percaya dan bersandar kepadanya, betapa, maaf, bodohnya kita. Mari kita percaya dan terus bersandar pada Tuhan kita Yesus Kristus, Dia Allah yang hidup dan Mahatinggi! 
    Ketiga, berikan kemuliaan dan pujian hanya bagi Allah kita (ayat 1, 17).Tidak dapat tidak, kita akan memuji, menyembah dan memuliakan Allah yang hidup dan Mahatinggi! Bagaimana tidak? Kita menyembah Allah yang hidup. Dia mendengar apa yang kita nyanyikan. Dia melihat bagaimana hidup kita memuliakan Dia dengan hidup dalam kebenaran. Dan lagi Yang Mahatinggi sudah seharusnya dipuji dan ditinggikan. Jika demikian, mari kita memuji dan memuliakan Tuhan. Mari setiap hari kita menyembah Dia dan memuliakan Allah kita dengan kehidupan yang taat padaNya.
    
    Akhirnya, siapakah Allah seperti Allah kita? “Tidak ada!” adalah jawaban yang tepat. Hanya Allah kita dalam Kristus Yesus-lah Allah yang hidup dan Yang Mahatinggi. Itu sebabnya marilah kita nyanyikan “Allah mana s’perti Allah-ku” dengan sikap hidup yang takut akan Allah kita, dengan tekun bersandar padaNya dan dengan memuliakan Dia sekarang dan selama-lamanya! Amin

Pdt. Lukas Widiyanto, M.Th.


Senin, 18 November 2013

KEMENANGAN AKHIR


Wahyu 7:9-17


    Rasul Yohanes yang dibuang di pulau Patmos, mendapat pengelihatan dari TUHAN,sebuah pengelihatan tentang Sorga! [band. 4:1]. Rasul Yohanes melihat PADUAN SUARA SORGA bersahutan sedang memuji Allah di atas tahtaNya. Siapa mereka? Pertama, Yohanes melihat kumpulan besar orang banyak “tidak terhitung jumlahnya” dari segala bangsa, suku, kaum dan bahasa [ayat 9-10]. Mereka memuji Tuhan. Pujian itu disambut dengan pujian para malaikat, tua-tua dan makhluk surgawi [ayat 11-12]. Kumpulan orang yang bukan sekedar menyanyi, tetapi mereka menikmati dan merayakan KEMENANGAN AKHIR-nya di sorga. Luar biasa indah, mulia dan megah! Kumpulan besar “yang tidak terhitung” menikmati kemenangan akhir mereka di sorga [ayat 15-17]. Alkitab menceritakan bagaimana kondisi mereka di Sorga. Mereka sedang melayani Allah siang dan malam,  di hadapan tahta-Nya [ayat 15]. Betapa indahnya, mereka semua hanya melayani Allah dalam Kristus sepanjang masa. Mereka di Sorga, di tempat yang aman. Bagaimana tidak? Mereka ada dalam naungan Allah sendiri. Allah membentangkan kemah sebagai naungan mereka. Bukan hanya naungan, tetapi kepuasan kekal juga mereka nikmati. Ini digambarkan dengan “tidak lapar dan dahaga” dan menikmati “menikmati air kehidupan”. Mereka menikmati sukacita kekal, tanpa air mata. YA DI Sorga tidak ada lagi ratap tangis dan dukacita (band. Wahyu 21:1-4). Nah, pertanyaan yang terpenting bagi kita adalah: Siapakah kumpulan yang besar, “yang tidak terhitung,” yang menikmati dan merayakan KEMENANGAN AKHIR-nya di sorga itu? Apakah kita juga ada terhitung di dalamnya? Yohanes dalam pengelihatannya, dihampiri seorang tua-tua yang kemudian menjelaskan kepadanya siapa mereka.

1. Mereka yang telah mencuci jubahnya dengan darah Anak Domba [ayat 13-14].  
    Siapa yang dimaksud dengan “mereka yang mencuci jubahnya dengan darah Anak Domba”? Mereka adalah orang-orang yang percaya dan menerima Tuhan Yesus, Sang Anak Domba, sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya. Dalam Perjanjian Baru, “Anak Domba” adalah ‘julukan’ yang dikenakan kepada Tuhan Yesus (Yohanes 1:29). Oleh darahNya, Allah mengampuni dosa orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Sebab itu pastikanlah Saudara adalah orang-orang yang percaya dan menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat Saudara. Karena oleh darahNya kita dikuduskan, dilayakkan untuk Allah (Ibrani 10:10; 9:14). Oleh darahNya kita beroleh pengampunan dan satu kali kelak kita akan bersama kumpulan besar untuk memuji Tuhan di Sorga, dalam kemenangan terakhir. Berikutnya, “mencuci jubah dalam darah Anak Domba” menunjukkan bahwa mereka hidup kudus sebagai orang-orang yang SUDAH dikuduskan oleh Tuhan Yesus. Ya, membasuh atau mencuci adalah tindakan kita, sebagai orang yang telah dikuduskan Tuhan Yesus.  Jika kita telah percaya dan menerima Tuhan Yesus, kita adalah orang-orang yang SUDAH dikuduskan oleh darahNya. Ya, kita orang kudus! Oleh sebab itu sudah seharusnya, sebagai orang kudus, kita hidup dalam kekudusan. Rasul Yohanes menyatakan bahwa hidup kudus adalah tanda dari orang yang menantikan kemuliaan dan kemenangan akhirnya di Sorga! (1 Yoh 3:1-3).Mari kita hidup dalam kekudusan dalam segala segi hidup; dalam nikah, rumah tangga, pergaulan, pekerjaan, keuangan, pelayanan dan ibadah kita. Ketika kita hidup dalam kekudusan, kita semakin diteguhkan sebagai bagian dari “kumpulan besar” yang menikmati kemenangan akhirnya di Sorga bersama Kristus, Tuhan kita. 

2. Mereka yang keluar dari kesusahan yang besar [ayat 14].
     Tanda kedua adalah mereka “orang yang keluar  dari KESUSAHAN yang BESAR”. Ya, mereka adalah orang-orang Kristen yang “berkemenangan” atau bertahan dari kesusahan besar. “Kesusahan besar” bukan hanya menunjuk pada penganiayaan antikris, tetapi juga penganiayaan dan tantangan iman di segala zaman (ayat 13). Seperti dikatakan Paulus bahwa “kesusahan besar” telah, sedang terjadi secara rahasia (2 Tes 2:17). Jadi, ini adalah kesusahan di sepanjang sejarah gereja hingga masa kini. Bukankah kita juga mengalami tantangan iman, aniaya dan godaan dunia untuk undur dari Tuhan Yesus? Tetapi jangan undur! Tetaplah kuat. Ingatlah kita adalah bagian dari “kumpulan besar’ yang menikmati kemenangan akhirnya di Sorga. Ada dua alasan kuat untuk tetap teguh dalam Kristus. Pertama, tetaplah kuat dan setia mengikut Tuhan  Yesus, karena penderitaan sekarang ini tidak dapat dibandingkan kemuliaan dari kemenangan akhir di sorga. Kedua, tetaplah kuat dan setia sebab kemenangan akhir SUDAH DIPASTIKAN oleh Allah kita. “Kemudian daripada itu aku melihat, suatu kumpulan besar yang tidak terhitung banyaknya, ... berdiri dihadapan tahta Anak Domba!”  

Pdt. Lukas Widiyanto, M.Th.

PERSEMBAHAN YANG INDAH


Kejadian 22:1-19


    Ketika Allah datang untuk mencobai Abraham dengan meminta anaknya yang tunggal. Abraham lulus atas ujian Allah karena Abraham tidak segan-segan mempersembahkan anaknya kepada Allah. Seringkali Allah datang menguji kita dalam hal persembahan dengan meminta sesuatu yang berharga di dalam hidup kita. Apakah kita hari ini juga lulus ujian karena Allah mendapati kita  anak-anakNya berani mempersembahkan persembahan yang indah kepada Allah? Mari kita belajar dari persembahan Abraham yang indah kepada Allah.
 
1. Persembahan Abraham memperkenankan hati Allah [ayat 12, 15-16].
      Firman Tuhan yang disampaikan kepada Abraham melalui malaikat Tuhan sebanyak dua kali, sangat menunjukkan bahwa sikap Abraham yang mau mempersembahkan Ishak anaknya  untuk memperkenankan hati Allah. Mengapa? Pertama, Karena persembahan Abraham menunjukkan ketaatan Abraham [ayat 1-4]. Alkitab menulis bahwa Abraham berangkat ke gunung Moria pagi-pagi benar. Abraham tidak menunda-nunda waktu untuk mempersembahkan Ishak kepada Allah. Abraham tidak tawar menawar, berbantah-bantah dengan Allah. Padahal permintaan Allah sangat tidak sesuai dengan kebiasaan zaman itu. Biasanya yang dipakai untuk persembahan korban bakaran adalah binatang [Kejadian 15:9,17; Keluaran 29:18] Apalagi Ishak adalah anak tunggal, harapan hidupnya. Bagaimana dengan kita? Seringkali kita tawar menawar dengan Tuhan, “jangan yang ini, yang lain saja...” Allah hanya minta sepersepuluh dan sembilan puluh persen  bagi kita, itupun kita masih berdalih. Allah hanya minta sedikit waktu kita untuk Dia itu juga kita terkadang korupsi. Kedua, karena persembahan Abraham menunjukkan kasih Abraham. Bukti kasih itu ialah pengorbanan. Pengorbanan Abraham  ketika ia akan mempersembahkan Ishak sangat besar. Karena Ishak anak tunggal, anak yang sangat dikasihi. Bagi orang Israel/Yahudi, keturunan sangat penting apalagi anak laki-laki. Diberikan pada masa tua Abraham dan Sara setelah kurang lebih 20 tahun sesudah janji Allah yang pertama datang pada keluarga Abraham. Anak yang akan menggenapi janji Allah artinya Ishak adalah harapan hidup Abraham. Tetapi seberapa besarnya kasih Abraham kepada Ishak tidak membuat Abraham berat untuk mempersembahkan Ishak kepada Allah. Abraham lebih mengasihi Allah. Berapa banyak dari kita yang berkata “mengasihi Allah” tetapi kita tidak pernah berbuat sesuatu kepada Allah, tidak pernah berkorban untuk Allah. Kita lebih mengasihi harta kita daripada Allah. Kita dengan gampang katakan mengasihi Allah tetapi kita lebih mengasihi waktu kita dari pada mengasihi Allah. Ketiga, Karena persembahan Abraham menunjukkan iman Abraham [Yakobus 2:21]. Iman dan perbuatan itu bekerja sama, tidak bisa dipisahkan. Abraham membuktikan ketika ia berani mempersembahkan Ishak kepada Allah. Allah menguji iman Abraham dan ia lulus. Dalam Ibrani 11:17-19; Kejadian 15:2-5 Janji Allah digenapi melalui Ishak. Walaupun Abraham sangat mengerti bahwa penggenapan janji Allah melalui Ishak, tetapi dia tidak segan-segan untuk mempersembahkan Ishak kepada Allah karena dia percaya bahwa janji Allah pasti tetap akan digenapi. Sebagaimana dia percaya bahwa Allah sanggup membangkitkan orang mati, begitu juga dia percaya  Allah tetap akan menggenapi janji-Nya. terbukti dalam ucapannya kepada bujangnya “...kami akan kembali kepadamu” [ayat 5]. Serta dalam ayat 8,14, ucapan Abraham kepada Ishak ... JEHOVAH JIREH menunjukkan iman Abraham. dipikirannya Abraham, apa yang akan Tuhan sediakan? Apakah anak domba? tetapi Abraham begitu yakin untuk ‘menyembelih’ Ishak anaknya. Apakah keturunnya yang lain untuk penggenapan janji Allah? Kita tidak tahu. Yang pasti Abraham beriman: “TUHAN menyediakan.” Ingat janda miskin yang mempersembahkan seluruh miliknya, adalah sebuah persembahan yang terbaik, menyenangkan hati Allah. Kesulitan hidup, keadaan yang berat seringkali membuat kita hitung-hitungan dengan Allah. Apa nanti untung? kalau rugi? apakah iman kita dapat kita buktikan dengan perbuatan kita lewat persembahan kita kepada Allah. 
2. Persembahan Abraham membuka pintu berkat Allah [ayat 15-18].
   Melihat keberanian Abraham untuk mempersembahkan korban kepada Allah, Allah berjanji dengan “sumpah” padahal dalam Kejadian 15,17,18 ketika Allah menyampaikan janji kepada Abraham, tidak ada kata “sumpah.” Tetapi persembahan Abraham membuat Allah berani bersumpah demi diriNya sendiri. Allah memberkati Abraham. Berkat Allah adalah ada berkat yang lebih dibanding pasal 15 dan 17. Berkat jasmani diberikan Allah dengan berlimpah. Keturunan Abraham ikut diberkati Tuhan. dari keturunan Abraham bangsa-bangsa akan diberkati menunjuk kepada Tuhan Yesus. Keberanian kita dalam berbuat sesuatu kepada Allah sangat mempengaruhi tindakan Allah dan berkat Allah kepada kita. Bukan berarti kita seperti ‘berjudi’.Tetapi ketika kita mempersembahkan persembahan yang memperkenan hatiNya, Allah-pun memberkati kita.  
    
    Bagaimana dengan kita? Apakah kita digolongkan mempersembahkan persembahan yang memperkenankan hati Allah. Apakah kita taat kepada Allah, jika sampai hari ini kita belum bisa memberi kepada Allah seperti kehendak Allah dalam hidup kita?  Apakah kita mengasihi Allah, jika sampai saat ini kita lebih mengasihi yang lain daripada Allah?  Apakah kita beriman kepada Allah, jika sampai saat ini tidak berani memberi pada Allah karena takut kekurangan, rugi, dan hitung-hitungan dengan Allah? Apakah kita hari ini lulus ujian Allah dalam hal mempersembahkan persembahan yang terindah  kepada Allah?

Pdt. Antonetha Lukas Widiyanto

Minggu, 03 November 2013

Sang Penjunan


Yeremia 18:1-6

    Nabi Yeremia diutus TUHAN ke tempat tukang periuk atau biasa disebut penjunan tanah liat. Di sanalah TUHAN menyatakan diriNya sebagai penjunan, Sang Tukang Periuk dari Israel. Bukan saja Israel, tetapi pembentuk kita juga. TUHAN adalah Penjunan kita. Bukankah Alkitab mengaskan bahwa sejak semula, TUHAN-lah Sang Penjunan? Ya, kita yang adalah debu tanah dibentuknya menjadi manusia bukan? [Kejadian 2:7]. Setiap orang Percaya adalah tanah liat di tangan TUHAN YESUS, Sang Penjunan. Ini adalah kebenaran dan faktanya. “Seperti tanah liat ditangan tukang periuk, demikianlah Engkau di tanganKU” [ayat 6]. Sudahkah Saudara percaya dan menerima Tuhan Yesus sebagai TUHAN da Juruselamat Saudara? Pastikan Saudara ada di tangan yang tepat. Hanya di tangan Sang Penjunan, yaitu Tuhan Yesus Kristus-lah kita berada di tangan yang tepat. Mengapa? Seperti apakah TUHAN, Sang Penjunan itu memperkenalkan diriNya?
 
1. Penjunan Yang BEROTORITAS [ayat 4].
    Adakah tanah liat mengatur tukang periuk yang membuatnya? Tidak ada bukan? Ketika TUHAN menyatakan diriNya sebagai Tukang Periuk atau Penjunan, maka Dia sedang menegaskan OTORITAS atau kedaulatanNya atas kita, buatan tanganNya [ayat 4]. Paulus juga mengambil gambaran Penjuanan dan tanah liatnya ini untuk menegaskan kedaulatan TUHAN [Roma 9:20]. TUHAN-lah yang berhak membentuk kita sesuai dengan kehendakNya [ayat 4]. Bahkan kepada Yeremia, TUHAN menyatakan bahwa Dialah yang berhak mencabut, merobohkan, membinasakan [ayat 7]. Dia juga yang berwenang menanam, dan membangun [ayat 9]. Bukan itu saja, Dia yang berhak mengubah keputusanNya [ayat 7-11].  Siapa dapat membantah Yang Mahaberdaulat ini? Hidup, mati, berkat dan masa depan kita ada dalam genggaman tangan Sang Penjunan, TUHAN kita Yesus Kristus. Itu sebabnya, tidakkah kita takut dan hormat akan Dia? Jangan hidup sembrono, tetapi takutlah akan Dia, TUHAN, Sang Penjunan.
 
2. Penjunan yang memiliki TUJUAN BAIK [ayat 4].
    Sekalipun TUHAN, Sang Penjunan yang berotoritas, tetapi Dia adalah penjunan yang memiliki tujuan yang indah bagi kita, tanah liatNya. Alkitab secara tegas menyatakan bahwa Dia memiliki tujuan yang baik bagi tanah liat di tanganNya [ayat 4]. Adakah pembuat periuk yang ingin hasil karyanya jelek dan tidak berguna? Tidak ada bukan? Apalagi TUHAN, Sang Penjunan yang sempurna dalam segala sesuatu. Apapun yang dikerjakan TUHAN, Sang Penjunan adalah untuk membentuk hidup kita menjadi indah di mataNya. Memang kadang proses untuk menjadi bejana yang indah itu menyakitkan. Ketika tanah liat diairi dan dibersihkan, mungkin terasa nyaman. Tetapi saat mulai dibentuk, maka tanah liat itu dipukul-pukul, dibanting, di taruh di pelarikan diputar-putar dan ditekan dibentuk, maka itu akan menyakitkan sekali. Tetapi percayalah pembuat periuk sedang mengerjakan yang terbaik dan terindah bagi tanah liat itu. Demikianlah, Penjunan kita, TUHAN sedang membentuk kita melalui segala kondisi apapun itu, entah berkat atau pergumulan; entah suka atau duka. Bukankah Allah turut bekerja di dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi kita, untuk menjadikan kita serupa dengan AnakNya? [Roma 8:28-29]. Jika demikian, tetaplah kuat dan berserahlah di tangan TUHAN, Penjunan kita. Dia sedang membentuk kita menjadi bejanaNya yang indah dan mulia.
 
3. Penjunan Yang Mahakuasa [ayat 4].
    TUHAN adalah Penjunan Yang Mahakuasa. Otoritas menunjuk wewenangNya atas segala sesuatu, tetapi kuasa menunjukkan pada kesanggupanNya yang tidak terbatas. Bejana yang rusak seburuk apa yang TUHAN, Penjuan itu tidak sanggup perbaiki menjadi bejana yang indah? Tidak ada.TUHAN sanggup mengubah yang paling buruk sekalipun menjadi indah. Tidak ada yang mustahil bagi Dia. Lihatlah Petrus atau Saulus yang paling hina diantara orang berdosa dibentukNya menjadi indah. Itu sebabnya datanglah kepada Sang penjunan dan Dia akan membentuk dan mengubahkan kita menjadi bejananNya yang indah. TUHAN juga sanggup ‘memakai’ segala kondisi bahkan yang paling burukpun untuk membentuk kita jadi Indah, karena Dia-lah Penjunan Yang Mahakuasa. Terakhir, Ke-Mahakuasaa-anNya memastikan rencana Penjunan kita tidak akan pernah gagal [Ayub 42:1]. TujuanNya untuk menjadikan kita bejana indah pasti tercapai. Mari berserah kepadaNya. Berserah kepada Kristus berarti mempercayai bahwa TUHAN YESUS adalah Penjunan Mahakuasa.
 
4. Penjunan Yang Penuh Kesabaran [ayat 4].
    Bila tanah liat yang dibentuk rusak, maka tukang periuk itu kembali mengerjakan, kembali membentuknya jadi bejana lain yang indah. TUHAN, Penjunan yang penuh kesabaran. Dia tidak pernah membuang yang sudah rusak. Apakah kita merasa diri rusak dan tidak layak bagiNya? Dia tidak pernah membuang ‘yang rusak’, Dia dengan kasih dan kesabaran memperbaikiNya. TUHAN mengerjakan kembali, membentuk ulang, memperbaiki... sampai menjadi bejana yang indah. Luar biasa bukan? Lihatlah kesabaran Penjunan kita, Kristus Yesus, segeralah berbalik dan serahkan hidup ini dalam tanganNya yang perkasa. Dia akan membentuk kita semakin indah di mataNya. “Apabila bejana, yang sedang dibuatnya rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik dipemandangannya.” 

Pdt. Lukas Widiyanto, M.Th.

Alasan Tidak Membayar Perpuluhan

Tiga orang yang berbeda profesi sedang berdiskusi soal perpuluhan. Mereka masing-masing mengemukakan alasan mengapa mereka belum membayar perpuluhan.

Akuntan: Saya belum membayar perpuluhan karena belum menerima surat tagihan dari Tuhan.

Pengacara: Kalau saya belum membayar perpuluhan karena belum ada undang-undang yang mengaturnya.

Bankir: Saya sih sudah lama mau membayar perpuluhan, tapi sampai sekarang saya belum tahu nomor rekening Tuhan.

cabe deeeh....

ALBUM KENANGAN