Selamat datang di www.wartamaranatha.blogspot.com - Memberitakan Injil dan Mendewasakan Kerohanian

Sabtu, 26 Februari 2011

Sempurna Dalam Mengasihi



MATIUS 5:38-48

Tuhan Yesus berkata bahwa Ia datang bukan untuk meniadakan hukum Taurat tetapi untuk menggenapinya. Tetapi dalam ayat-ayat selanjutnya, Tuhan Yesus malah “mengubah” hukum taurat dengan perkataan: “Tetapi Aku berkata kepadamu ...”. Jangan kita salah paham dengan pernyataan Tuhan Yesus ini. Pernyataan ini disampaikan sehubungan dengan orang-orang Yahudi, khususnya ahli-ahli Taurat yang “tahu” tentang Taurat, tetapi sesungguhnya tidak “memahami” inti dari Taurat itu sendiri. Bahkan dalam tulisan-tulisan Yahudi, ditemukan banyaknya penambahan-penambahanperintah dalam Taurat itu sendiri. Tuhan Yesus mengajarkan inti dari hukum Taurat. Tuhan mau supaya kita lebih baik dari dunia karena kita adalah garam dan terang dunia (Matius 5:13-16). Ayat 38 berkata: “Mata ganti mata, gigi ganti gigi” Hal ini apakah berarti bahwa Allah itu kejam? Jawabannya dapat kita temukan dalam Ulangan 19:17-21. Kita bukannya membalas kejahatan dengan kejahatan, tapi menyerahkan pembalasan itu pada yang berwenang, yang pada masa itu adalah hakim. Dalam ayat 39-pun Tuhan mengajar kita pasif dalam membalas suatu kejahatan, tetapi aktif dalam mengasihi orang yang berbuat jahat kepada kita. Hal ini terlihat dalam beberapa contoh yang disampaikan Tuhan Yesus. namun perlu digaris bawahi bahwa contoh-contoh tersebut tidak dapat diterjemahkan secara hurufiah. Kita harus melihat latar belakang, yaitu budaya dalam masyarakat Yahudi.

a. “Jika orang menampar pipi kananmu, berikan juga pipi kirimu.”(ay.39)

Ayat ini tidak kemudian kita pahami dengan memberikan pipi yang kiri, kalau pipi kanan kita ditampar. Dalam budaya Yahudi, ada perbedaan dalam hal menampar pipi kanan dan pipi kiri. Bila seseorang ditampar pipi kiri, itu hanya rasa sakit secara fisik. Tetapi jika ditampar pipi kanan itu merupakan penghinaan, sakit secara psikologis. TuhanYesus mengajar kepada kita untuk mengasihi lebih dari standar kasih dunia.

b. “Jika seseorang meminta bajumu, berikan juga jubahmu.” (ay. 40)

Jubah merupakan sesuatu yang vital bagi orang Yahudi, karena iklim Palestina, kalau siang sangat panas luar biasa, kalau malam sangat dingin luar biasa. Dan jubah sangat diperlukan untuk bertahan terhadap dinginnya malam. Ini bukan diterjemahkan hurufiah, tetapi mengandung arti kalaupun kita dirugikan oleh orang lain, yang penting kita tetap menjadi garam dan terang dunia, dan Tuhan dipermuliakan.

c. “Jika seseorang meminta engkau berjalan satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil.” (ay. 41)

Pada masa itu tentara Romawi sering bertindak semena-mena, mereka menyuruh orang Yahudi membawa barang-barang bawaan mereka dalam melakukan perjalanan. “...berjalanlah bersama dia sejauh dua mil ” mengajarkan kepada kita apabila kita diperlakukan semena-mena oleh orang lain, terimalah itu dan berbuatlah lebih lagi, yang penting Tuhan dipermuliakan.

d. “Berilah kepada orang yang meminta kepadamu, jangan menolak orang yang meminjam dari padamu.”(ay. 42)

Kita tidak boleh menolak orang yang meminta atau meminjam. Bila kita bandingkan dalam Amsal 11:15a, 22:26. Ayat ini tidak bertentangan. Intinya kalau orang itu memang butuh, itu perlu ditolong sesuai dengan konteksnya.

e. “Kasihilah sesamamu dan bencilah musuhmu.” (ay. 43)

Jika kita bandingkan kitab Imamat 19:18, maka “membenci musuh” tidak disebutkan. Ini adalah konsep orang Yahudi sendiri terhadap mengenai “sesama”. Namun Tuhan mengajar untuk mengasihi seluruh manusia termasuk musuh, bahkan berdoa bagi orang yang menganiaya kita. Kalau kita mengasihi orang yang berbuat kasih kepada kita, apa bedanya dengan orang dunia yang tidak mengenal Kristus. Lebih dari itu kita mengasihi semua orang, termasuk yang memusuhi kita.

Dari beberapa contoh di atas, sangat nyata bahwa kita harus menjadi garam dan terang bagi dunia, sekalipun kita harus menderita karena berbuat kasih yang lebih, asalkan itu memuliakan Allah. Selain itu Tuhan menghendaki kita menjadi sempurna seperti Bapa kita yang di Sorga adalah sempurna. Kesempurnaan Bapa harus menjadi ‘contoh” bagi kita dalam berbuat kasih. Bukankah karena kasihNya Bapa memberikan anugerah umum (sinar matahari, hujan) kepada orang baik maupun orang jahat. Menjadi sempurna? Ya, sekalipun kita tidak dapat sempurna 100%....tetapi Bapa di Surga-lah yang akan menyempurnakan kita. Sungguh luar biasa! Namun dari sisi kita, marilah kita belajar untuk menjadi sempurna, dengan mengasihi sesama kita dengan kasih yang lebih dari standar dunia. Karena kita adalah garam dan terang dunia. Amin.

Pdt. YakubTrihandoko,Th.M

Minggu, 20 Februari 2011

Saling Mengasihi



YOHANES 13:34-35

Hampir semua orang di seluruh dunia, termasuk orang-orang di Indonesia memperingati hari valentine, katanya hari kasih sayang, pada tanggal 14 Februari. Di hari itu orang menunjukkan kasih sayang mereka kepada orang lain secara ‘spesial’. Tahukah Saudara bahwa jauh sebelum ada hari Valentine atau hari kasih sayang ini, Tuhan Yesus sudah memberi perintah supaya semua murid-muridNya saling mengasihi? Ayat yang kita baca adalah perintah itu! Mari kita perhatikan ada 3 kebenaran yang diajarkan ayat ini.

I. Saling Mengasihi Adalah perintah Tuhan Yesus
Tuhan Yesus memberikan perintah baru bagi murid-muridNya, yaitu supaya mereka saling mengasihi. Dan ini adalah perintah yang penting! bagaimana tidak? Pertama, perintah ini diulangi baik dengan kalimat yang hampir sama, maupun tersirat dalam kata-kataNya. Lihat saja pada pasal 13:12-17, Tuhan memerintahkan murid-murid saling melayani. Dalam Yohanes 15:12 dan 17 secara tegas perintah saling mengasihi diulangi. Bahkan dalam doanya di Getsemani, Yesus mendoakan agar murid-muridNya menjadi satu! (17:20-21). Kedua, perintah saling mengasihi sangat penting karena ini adalah salah satu perintah atau pesan Tuhan Yesus sebelum Dia mati di kayu salib. Bayangkan, ini dipesankan secara berulang. Jika ‘saling mengashihi’ adalah pesan yang sangat penting bagi Yesus, seberapa penting itu bagi kita? Apakah kita menganggap saling mengasihi adalah hal yang sangat penting yang harus kita diantara murid-murid Kristus?
Selain perintahNya adalah perintah yang penting, maka namanya perintah berarti harus kita lakukan. Ingatlah bahwa saling mengasihi adalah perintah Tuhan Yesus, perintah yang wajib kita lakukan. Tidak dapat tidak, kita harus saling mengasihi. Ini perintah. Dan perintah ini harus dilakukan terus menerus. Artinya, sebagai murid-murid Kristus, kita harus saling mengasihi bukan hanya pada hari kasih sayang atau bulan Februari, atau hari Natal, tetapi setiap hari. Marilah kita saling mengasihi setiap saat karena ini adalah perintah Tuhan kita, Yesus Kristus.

II. Ukuran Saling Mengasihi: “Seperti Aku telah mengasihi kamu”.

Tuhan Yesus bukan hanya memberi perintah, Dia juga memberikan ukuran atau bagaimana kita saling mengasihi. Ukuran saling mengashi adalah “Seperti Aku telah mengasihi kamu”. Tuhan Yesus memberi perintah, tetapi juga TELADAN! Ini bukan saja teladan Yesus saat itu, tetapi seluruh kehidupan dan pelayanan Tuhan Yesus kepada murid-muridNya sejak semula. Namun kita akan perhatikan beberapa yang terdapat dalam Yohanes 13 dan ayat selanjutnya saja. Ukuran saling mengasihi adalah seperti Yesus sudah mengasihi murid-muridNya. Ini menunjukkan bahwa kita harus saling melayani, seperti Yesus sudah melayani murid-muridNya (13:12-17). Mari kita membuang egois, tinggi hati, menganggap yang lain lebih rendah dan sikap-sikap yang menghalangi kita untuk melayani sesama. Kedua, kita harus mengampuni seperti Tuhan Yesus mengampuni (lihat kegagalan Yudas Isakriot juga Petrus). Tuhan Yesus mendoakan, mengampuni. Seperti yang juga dikatakan rasul Paulus dalam Efesus 4:32. terakhir, ‘seperti Aku sudah mengasihi kamu’ menunjuk pada seluruh karya Yesus di kayu salib! Yohanes memberitahu supaya jemaat Tuhan mengasiohi seperti Yesus dalam suratnya(1 Yohanes 3:16-18). Mengasihi dalam tindakan nyata dan dalam kebenaran! Mari kita saling mengasihi seperti Tuhan Yesus sudah mengasihi kita, hingga mengurbankan nyawaNya bagi kita.

III. Berkat Dari Saling Mengasihi (ayat 35).

Sebenarnya yang Saya maksudkan adalah ‘akibat logis’ dari ketaatan pada perintah Tuhan Yesus untuk saling mengasihi. Namun baik juga atau dapat saja kita sebut sebagai ‘berkat’. Pertam a, apabila kita saling mengasihi, kita akan menikmati semua berkat Tuhan dalam persekutuan yang penuh kasih tersebut. Sekali lagi kita harus ingat bahwa bagi Yesus ini perintah yang penting, perintah yang diulang-ulang dan ‘pesan’ terakhir sebelum berpisah dengan para muridNya (band. ayat 33 dan lihat penjelasan tentang perintah penting di atas). Mungkin satu alasan lagi, Tuhan Yesus merasa penting memberilakukan? Apakah kita perintah ini karena mendapati murid-muridNya sering bertengkar bahkan saat perjamuan malam terakhir itu! (13:12-17 band. Lukas 22:24-25). Apa jadinya jika kondisi ini dibiarkan dan Tuhan Yesus tidak ada di tengah para murid? Itu sebabnya Yesus berulang kali mengingatkan dan menegaskan supaya mereka saling mengasihi. bukan hanya itu Dia memberikan teladan bagaimana saling melayani, mendoakan (Petrus), mendorong supaya Petrus menguatkan murid-murid lain, mengampuni dan seterusnya. Nah, jika murid-murid taat dan itulah kesan yang kita tangkap dalam kisah Injil Yohanes selanjutnya, maka mereka menjadi murid-murid yang saling melayani, saling mendoakan, menguatkan dan saling menasehati dan salin... Pendeknya saling mengasihi! Itu juga yang kita nikmati apabila kita, sebagai murid-murid Kristus di gereja inisaling mengasihi! Kita akan dikuatkan, didoakan, dinasehati, dihiburkan dan menikmati berkat-berkat dalam saling mengasihi! Kedua, Tuhan Yesus sendiri menyatakan apabila murid-murid saling mengasihi, maka dunia akan tahu bahwa mereka adalah murid-murid Tuhan Yesus (ayat 35). Berkat yang paling indah adalah ini: Kita melalui kehidupan yang saling mengasihi akan memuliakan nama Tuhan Yesus! Sebab itu mari kita jauhkan perselisihan, kebencian, dendam dan mari kita saling mengasihi bukan hanya dengan kata-kata, tetapi tindakan yang nyata. Tuhan Yesus memberkati. mengusahakannya atau malah menjadi perusak persekutuan kasih

Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.

Sabtu, 12 Februari 2011

KASIH BAPA


Lukas 15:11-24

Perumpamaan tentang anak yang hilang di Injil Lukas 15 ini tidak adalah bagian dari 3 perumpamaan Tuhan Yesus mengenai “yang terhilang”, yaitu:
- Perumpamaan tentang domba yang hilang
- Perumpamaan tentang dirham yang hilang
- Perumpamaan tentang anak yang hilang
Sebenarnya inti dari perumpamaan Tuhan Yesus ini adalah kasih Bapa terhadap yang terhilang, yang berdosa (ayat 1-3). Dilatarbelakangi kritikan orang Farisi dan ahli-ahli Taurat terhadap Tuhan Yesus yang mau makan dengan pemungut cukai dan orang berdosa. Orang-orang ini tidak memahami kasih Bapa. Kita akan merenungkan kasih Bapa yang ajaib ini dari perumpamaan anak bungsu yang terhilang.

Tidak Ada “Hal Yang Baik” Bila Kita Jauh Dari BAPA

Ketika anak bungsu jauh dari Bapa, yang ia temukan hanya kesengsaraan. Tuhan Yesus dengan tepat menggambarkan kondisi anak bungsu yang mewakili orang berdosa (bdk. ayat 1-3). Anak bungsu yang ‘memberontak’ terhadap bapanya ini, mengalami kesengsaraan: Kemiskinan, kelaparan, tidak terurus dan pastinya menderita. bukankah dosa tidak benar-benar memberikan kesenangan? Dosa hanya akan membuat kita menderita, miskin dan tidak terpelihara! Dan yang paling mengerikan dari kehidupan yang terhilang, hidup dalam dosa, adalah TERPISAH dengan Bapa di Sorga! Bukankah neraka adalah keterpisahan dengan Bapa selama-lamanya? Dosa hanya merusak hubungan kita dengan Tuhan. Apabila dosa menawarkan kesenangan, itu sementara yang berujung penderitaan dan terpisah dengan Bapa. Mari kita bersikap serius terhadap dosa. Tinggalkan dosa dan kembali kepada Bapa dan Tuhan kita, Yesus Kristus! Saya berdoa agar setiap
orang yang mendengar dan membaca renungan ini sungguh-sungguh menyadari betapa mengerikannya dosa dan akibatnya. Mari sadari dan bertobat dengarlah panggilan kasih Bapa bagi kita.
Kasih BAPA Bagi Yang Terhilang
Setelah kita merenungkan betapa mengerikan dosa dan akibat yang ditimbulkannya bagi kita, mari kita berpaling melihat kasih Bapa yang dinyatakan Tuhan Yesus secara tepat dalam perumpamaan ini.

I. Kasih Yang Merindukan (ay. 20)

Kasih Bapa kita dalam Tuhan Yesus adalah kasih yang merindukan. Perhatikan saja bagaimana cara bapa itu menyambut anak bungsunya. Bapa itu segera berlari dan memeluk anak bungsu yang jahat itu. Nampak jelas bagaimana kerinduan bapa kepada si bungsu. Bukankah Bapa kita di Sorga juga merindukan anak-anakNya yang jauh, yang sudah terhilang? Kerinduan Bapa dalam Tuhan Yyesus inilah yang tidak ditangkap oleh orang Farisi dan ahli Taurat. Apakah Saudara jauh dari Tuhan seperti anak yang terhilang? Hari ini Alkitab memberitahu kita bahwa Bapa merindukan Saudara. Kembalilah kepadaNya!

II. Kasih Yang Tidak Melupakan (ay. 20)
Bapa anak bungsu itu sudah disakiti hatinya, dilawan dan ditinggalkan! Tetapi bapa tetaplah bapa. Dia tidak lupa anaknya. Lihat saja, dari jauh sudah dikenalinya anaknya. Demikianlah Bapa kita di Sorga, Dia tidak akan pernah melupakan anak-anakNya! Kasih Bapa kita di dalam Tuhan Yesus adalah kasih yang tidak pernah melupakan. Kita bisa saja melupakan Bapa kita di Sorga, tetapi Dia tidak pernah bisa melupakan kita. Dia menantikan Saudara. Mari bertobat dan kembalilah padaNya.

III. Kasih Yang Mengampuni(ay. 21-22)
Perhatikan bagaimana bapa itu “tanpa kata” telah mengampuni anak bungsunya. Dia sambut, dia peluk dengan kasih. Kasih Bapa dan Tuhan kita Yesus Kristus adalah kasih yang mengampuni! Tahukah Saudara kapan bapa anak bungsu itu mengampuni anaknya? Saat anak itu kembali! Saat bapa menyambut dan memeluknya bukan saat anak itu menyatakan penyesalannya (baca ayat 21-22). Bapa kita dalam Kristus, Bapa yang penuh pengampunan. Dia tahu hati yang penuh penyesalan dosa dan bertobat! Ketika kita menyesal dan bertobat pada Tuhan Yesus, Dia sudah mengampuni Saudara! Bertobat dan kembali pada Bapa!

IV. Kasih Yang Memulihkan(ay. 22)

Bapa itu memulihkan posisi anak bungsunya. Anak bungsu minta untuk dijadikan budak, tetapi bapa itu memulihkan posisinya sebagai anak. Lihat saja baju baru, sepatu dan cincin meterai keluarga yang diberikannya pada anak bungsunya itu. Ya, kasih Bapa Tuhan kita adalah kasih yang memulihkan. Bapa kita di Sorga bukan hanya mengampuni tetapi memulihkan kita sebagai anak-anakNya. Itu sebabnya bertobatlah dan kembalilah kepada Bapa. Dia merindukan, tidak melupakan Saudara, mengampuni dan memulihkan. Kembalilah!

Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.

Minggu, 06 Februari 2011

RAHASIA KEKUATAN IMAN

HABAKUK 1:2-4; 3:17-19


KONDISI HABAKUK
Habakuk mengeluh kepada Tuhan melihat kondisi bangsanya, bangsa Yehuda yang jahat. Ia kebingungan karena Tuhan “seakan” berdiam diri dan tidak bertindak terhadap aniaya, kekerasan, perbantahan, pertikaian yang ada di tengah bangsanya. Mari kita perhatikan beberapa ucapan nabi Habakuk yang disampaikan kepada Tuhan:

a. “Berapa lama lagi...”
Sepertinya ada selang waktu yang cukup lama yang menyebabkan Habakuk merasa tertekan oleh keadaan yehuda. Mungkin juga doa yang dinaikan sudah lama dan belum juga Tuhan menjawab.

b. “Aku berteriak ...”
Ada ungkapan perasaan yang mungkin agak kecewa, marah dan agak “lancang” kepada Tuhan.

c. “Tidak Kau dengar ..., tidak Kau tolong”
Ada nada putus asa karena merasa doanya tidak dijawab Tuhan.

Tetapi dalam kebingungan, habakuk mendapat penjelasan dari Tuhan (1:5-11). Jawaban Tuhan juga menimbulkan kebingungan dan persoalan yang lebih besar. Perhatikan kalimat yang diucapkan Habakuk: “Jika Yehuda mau dihukum itu selayaknya, tetapi kenapa Tuhan memakai bangsa Kasdim, bangsa yang jauh lebih jahat dari bangsa Yehuda.” Tidak heran pengaduan Habakuk diteruskan pada ayat 12-17. Demikian pula dalam kehidupan kita, seringkali ada banyak kebingungan tentang doa yang belum dijawab; dosa yang berkembang; orang fasik yang hidupnya lebih baik dan lain sebagainya. Tetapi sampai pasal yang terakhir, kita dapat melihat Habakuk yang tetap teguh dengan imannya kepada Tuhan. Jikalau kita perhatikan maka ada perubahan kondisi Habakuk dari pasal 1-3:
a. Habakuk mengeluh kepada Tuhan dan mengalami kebimbangan
b. Habakuk sampai di titik menantikan Tuhan, ada pengharapan
c. Habakuk semakin percaya, sehingga ia mengalami ketenangan
d. Habakuk bersorak-sorai kepada Tuhan

Apa Rahasia kekuatan Iman Habakuk ? (3:17-19) Ditengah-tengah kehancuran, dimana seluruh sumber kehidupan bangsanya habis akibat penyerbuan orang Kasdim. (orang Kasdim seperti orang Mesir, ketika menyerang suatu bangsa, maka mereka membakarr, menebang pohon buah-buah. Dalam kondisi seperti itu, habakuk menyerukan suatu kondisi iman yang luar biasa.

RAHASIA KEKUATAN IMAN HABAKUK
I. Habakuk Datang kepada Tuhan
Ditengah kebingungan dan kebimbangan, Habakuk mengambil langkah yang tepat, yaitu datang kepada Tuhan. kebingungan dan kebimbangan apa yang sedang kita alami, datanglah kepada Tuhan dalam doa dan ibadah kepada Tuhan. Jangan datang kepada yang lain.

II. Habakuk Mempercayai Janji Allah (2:3-4)
Allah berjanji tentang suatu waktu dimana akan nyata bahwa orang benar akan hidup oleh imannya dan orang fasik akan dihukum. Itu sebabnya berdiam dirilah dan tenang menanti (2:20; 3:16b). Bagian ini memuntut kita untuk percaya dan menanti dengan setia janji Allah digenapi dalam hidup kita. Jangan putus asa!

III. Habakuk Memahami Benar tentang Allah Yang Berkuasa
Allah adalah gunung batu (1:12), Allah berkuasa atas alam semesta (3:1-15). Habakuk bukan hanya tahu bahwa Allah berkuasa, tetapi Habakuk yakin bahwa kuasa Allah sanggup menolong umatnya (3:12-13). Bagaimana dengan kita? Ditengah masalah,masihkah kita tetap mempercayai kuasa Tuhan sanggup menolong kita?

IV. Habakuk Mengerti bahwa Allah Memberikan Kekuatan Ditengah Kesulitan
Kekuatan Allah yang bagaimana yang Allah berikan kepada Habakuk? Kekuatan ”seperti kaki rusa” yang lincah untuk berjalan mendaki bukit-bukit terjal. Kekuatan untuk dapat naik, berjejak dibukit batu. Kita dimampukan untuk melewati setiap masalah dan tantangan-tantangan hidup.

Dalam segala kebimbangan menghadapi kehidupan ini, marilah kita datang kepada Tuhan, percayai janjiNya, memahami bahwa Ia adalah Allah yang berkuasa dan percayalah bahwa Allah tidak membiarkan umatNya, Ia pasti memberi kekuatan kepada kita, sehingga kita dapat tetap kuat dalam iman kita

Ibu. Gembala

Alasan Tidak Membayar Perpuluhan

Tiga orang yang berbeda profesi sedang berdiskusi soal perpuluhan. Mereka masing-masing mengemukakan alasan mengapa mereka belum membayar perpuluhan.

Akuntan: Saya belum membayar perpuluhan karena belum menerima surat tagihan dari Tuhan.

Pengacara: Kalau saya belum membayar perpuluhan karena belum ada undang-undang yang mengaturnya.

Bankir: Saya sih sudah lama mau membayar perpuluhan, tapi sampai sekarang saya belum tahu nomor rekening Tuhan.

cabe deeeh....

ALBUM KENANGAN