Selamat datang di www.wartamaranatha.blogspot.com - Memberitakan Injil dan Mendewasakan Kerohanian

Minggu, 25 Maret 2012

MEMAHAMI KEADILAN TUHAN


Habakuk 1:12-17

Salah satu sifat moral Tuhan adalah keadilan, tetapi untuk menerima bahwa setiap realitas dalam kehidupan ini tetap dalam kontrol keadilanNya bukanlah persoalan sederhana. Habakuk adalah salah satu contohnya. Dia bertanya perihal keadilan Tuhan karena dalam penglihatannya, Tuhan bertindak berbeda dengan pengenalannya.

Pergumulan Habakuk mengenai keadilan Tuhan ini sering juga menjadi pergumulan kita dewasa ini, juga tidak jarang membuat kita kecewa, protes dan bahkan berbalik dari jalan Tuhan. Apakah sebenarnya keadilan Tuhan itu? dan bagaimana hubungannya dengan pemeliharaan Tuhan atas kita?
1. Pengenalan Habakuk (ayat 12)
“Bukankah Engkau, ya Tuhan, dari dahulu Allahku, Yang Mahakudus?” Pengenalan tersebut menjadi dasar Habakuk memahami, tetapi pemeliharaan Allah atas umatNya “... tidak akan mati kami,...” Habakuk memahami bahwa pemeliharaan Allah itu menunjuk pada realitas hidup yang bebas dari segala bentuk tekanan dan penderitaan. Dari mana sebenarnya pengenalan tersebut bisa terbangun? Dimulai dari sebutan Allahku, sebutan Allah selalu dipahami sebagai sebutan Ilahi dari kelompok nama-nama Ilahi dengan awalan ‘El’ seperti “El-Eliyon” yang berarti Allah Mahatinggi (Kejadian 14:19), “El-Shaddai” yang berarti Allah yang Mahakuasa (Kejadian 17:1), “El-Olam” yang berarti Allah Mahakekal (Kejadian 21:33), dan bahkan disebut Mahakudus yang berarti Allah bebas (tidak berkompromi) dari segala sesuatu yang najis atau jahat. Penjelasan tersebut membuat kita paham dan bahkan telah berada di dalam pengenalan Habakuk ini; bahwa saat ini; kita memiliki Allah, itu berarti kita telah berada dalam zona aman, bebas pergumulan saudara. Cukupkah pengenalan kita akan terhadap Allah berhenti sampai disitu? Jawabnya adalah TIDAK! Kita harus mengerti bahwa Dia berdaulat dan bekerja dalam seluruh kesatuan sifat-sifat ilahiNya, yaitu moral, kudus, adil dan benar.
2. Pergumulan memahami Keadilan Tuhan (ayat 12b)
Perhatikan ungkapan Habakuk: “Ya Tuhan, telah Kau tetapkan dia untuk menghukumkan; ya Gunung Batu, telah Kau tentukan dia untuk menyiksa. MataMU terlalu suci untuk melihat kejahatan dan Engkau tidak dapat memandang kelaliman; Mengapa? (baca ayat 5-9). Di sini terlihat Habakuk mengalami goncangan iman yang sangat serius, karena Tuhan bertindak berbeda dengan pengenalannya. Habakuk berteriak: “dimanakah keadilan Tuhan?” Seringkali goncangan dan teriakan tersebut juga kita alami dalam menjalani hari-hari hidup kita. Banyak kali kita juga merasa Tuhan diam terhadap semua persoalan yang kita hadapi, kitapun menjadi bingung dan bertanya: “Masihkah Allah konsisten dengan sifat-sifat moralNya, seperti kekudusan, kebenaran dan keadilan untuk menolong saya dan saudara?” Sementara jawaban Alkitab juga tidak pernah berubah, yakni bahwa Alkitab sempurna dalam segala tindakanNya (Ulangan 32:4; Mazmur 119:142). Disini kita harus mengerti bahwa keadilan Allah berarti Allah itu adil dalam pelaksanaan hukumNya. Keadilan Allah tidak bisa diukur berdasarkan jangka pendek. Dalam kehidupan di dunia ini seringkali keadilan belum lengkap atau sempurna, akan tetapi ada kehidupan lain di balik kehidupan dunia ini, dan dalam lingkup abadi, itulah keadilan Allah yang sesungguhnya (Band. Roma 8:18).
3.Lingkup Pemeliharaan Allah
Seperti Habakuk mengerti pemeliharaan Allah hanya pada lingkup sehat, aman dan kelimpahan, bukankah kita pun demikian? Fokus kita selalu mujizat dan mengabaikan penyataan pemeliharaanNya yang prosesnya kadang menuntut harga yang mahal dari kita (Lih. Keluaran 15:26). Mari kita perhatikan kisah dimana pemeliharaanNya berbeda terhadap dua rasul yang sama-sama dikenanNya (Kisah para Rasul 12:1-11). Disini kita harus benar-benar mau merubah konsep yang salah kita tentang lingkup pemeliharaan Allah sebab sesungguhnya pemeliharaan Allah itu selalu berkaitan dengan bagaimana Allah ingin menggenapkan rencanaNya yang berdaulat atas sejarah melalui dan di dalam kita, kita hanyalah alat untuk tujuanNya.

Oleh karena itu apapun yang kita alami Allah tidak bisa disalahkan, justru sebaliknya, di dalam semua hal yang kita hadapi kita harus mengerti beberapa hal, Pertama. Bahwa pengenalan akan Allah tidak cukup dari apa yang kita dengar atau terima secara terus menerus, tetapi kita juga harus menerima dan mengenali Dia dalam setiap kenyataan hidup kita. Kedua. Bahwa tidak cukup kita percaya Allah bisa melakukan yang terbaik bagi kita, tetapi kita juga harus percaya bahwa Allah punya cara dan waktu sendiri atas kita. Ketiga. Bahwa Allah tidak pernah mengingkari sifat ilahiNya, tetapi sesungguhnya Allah sedang menggenapkan setiap rencanaNya. Keempat. Jangan menggerakkan kehidupan ini dengan perasaan yang banyak kali dikerjakan oleh keadaan, tetapi hiduplah di dalam iman yang merupakan basis kekuatan kita.
Tetaplah percaya kepada Allah di tengah situasi terburuk sekalipun, termasuk saat kita merasa belum ada tanda-tanda jawaban atas keadaan kita. Bukankah Ibrani 11:1 katakan bahwa Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat?
Tuhan Yesus memberkati.

Pdt Adrian L. Manikome

Minggu, 18 Maret 2012

GAYA HIDUP ORANG KRISTEN


1 Yohanes 2:6

Apa itu gaya hidup? Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan orang dalam masyarakat. Gaya hidup menyangkut cara hidup yang menjadi kebiasaan misalnya penampilan, makanan, relasi, cara bicara, cara mengatur keuangan dan sebagainya. Pasti kita memiliki gaya hidup kita sendiri. Apakah gaya hidup kita adalah gaya hidup Kristen, gaya pengikut Kristus?

Awas Gaya Hidup Postmodern
Kita harus menyadari bahwa dunia menawarkan “gaya hidup” postmodern yang seringkali bertentangan dengan Alkitab. Dengan jelas Alkitab menyatakan bahwa sistem dunia ini dikuasai si jahat (1 Yohanes 5:19). Maksudnya dunia ini di bawah (dikuasai) tipu daya Iblis (dalam bahasa Yunani kata “dikuasai” adalah keitai yang artinya ‘di bawah penipuan’). Mari kita waspada. Bagaimana “gaya hidup” yang ditawarkan dunia kepada anak-anak Tuhan sekarang ini? Perhatikan saja paling tidak kita akan menemukan unsur-unsur ini dalam gaya hidup masa kini. Pengaruh liberalisme, dimana orang sekarang sangat menekankan kebebasan yang sebebas-bebasnya, tidak mau terikat. Kedua, penekanan terhadap relativisme, dimana kebenaran mutlak ditiadakan, semuanya relatif. Bahkan kalau perlu tatanan atau aturan tidak usah ada saja. Berikutnya, humanisme, manusia segalanya, Allah tidak perlu lagi. Lihat gaya hidup sekarang yang tidak peduli lagi terhadap agama dan ke-Tuhan-an. Gaya hidup yang ditawarkan dunia dipengaruhi hedonisme, yang sangat menekankan kesenangan adalah sesuatu yang paling penting. Istilah “yang penting happy, dosa atau nggak nggak masalah”. Wah, mengerikan bukan? Selanjutnya, materialisme juga menjadi tekanan. Uang dan kekayaan adalah segala-galanya, yang lain tidak perlu. Bayangkan sekarang ini, semua dihalalkan, yang penting ada uang dan kaya. Bahkan ke gereja aja yang dicari uang! Terakhir, gaya hidup ‘duniawi’ menekankan sensualitas. Sensualitas sangat ditekankan dan dianggap sebagai “keterbukaan” dan modern. Kalau bajunya tidak seksi dan ‘menantang’ dianggap kuno dan nggak zaman. Pornografi dan pornoaksi ada dimana-mana dan seolah jadi barang ‘biasa’. Bahkan ke gereja bajunya aja serba terbuka dan ketat-ketat. Inilah gaya hidup yang ditawarkan dunia. Mengerikan bukan? Apakah Saudara mengikuti gaya dunia ini? Jangan! Gaya hidup yang duniawi ini harusnya kita tolak! Gaya hidup orang Kristen, pengikut Tuhan Yesus, seharusnya berbeda dengan gaya hidup yang ditawarkan dunia ini. Alkitab menyatakan: “Jangan engkau serupa dengan dunia ini!” (Roma 12:12). Lalu bagaiman seharusnya gaya hidup pengikut Kristen? Paling tidak ada 4 prinsip yang WAJIB menjadi acuan kita menentukan gaya hidup kita dan inilah gaya hidup pengikut Kristus!
1. Gaya Hidup yang sesuai dengan Firman Tuhan (1 Yohanes 2:6)
Gaya hidup pengikut Tuhan Yesus seharusnya meneladani Tuhan Yesus! Kita wajib hidup seperti Tuhan, Guru dan Juruselamat kita. Secara sederhana itu berarti kita harus sesuai dengan Firman Tuhan! Coba tanyakan apakah gaya hidup kita sudah sesuai Firman Tuhan? Apakah cara pikir kita sseuai firmanNya? Ayau apakah cara kita berumah tangga, berpacaran, berpakaian, bekerja, bergaul dan berbicara sudah sesuai dengan Firman Tuhan?
2. Gaya Hidup yang memuliakan Tuhan Yesus (1 Korintus 10:31; Roma 14:6-8)
Prinsip kedua: Gaya hidup orang Kristen seharusnya adalah gaya hidup yang memuliakan Tuhan Yesus. Paulus berkata bahwa apa saja yang kita lakukan dan bicarakan hendaknya memuliakan Tuhan. Jadi, seluruh pola tingkah laku kehidupan kita seharusnya memuliakan Tuhan Yesus. Cara berpikir kita, cara berbicara, cara berumah tangga, cara mengatur keuangan, penampilan kita dan semua ‘gaya hidup’ kita, apakah semuanya memuliakan Tuhan Yesus? Mari kita tanyakan pertanyaan ini setiap kali kita beraktivitas, berbicara dengan orang lain dan berpenampilan. Jika kita melakukannya, jangan heran apabila nama Tuhan semakin dipermuliakan. Mari kita nyatakan Tuhan Yesus melalui gaya hidup kita.
3. Gaya Hidup yang menekankan manfaat bagi pertumbuhan rohani (1 Korintus 10:23-24)
Paulus menekankan bahwa gaya hidup yang kita pilih seharusnya berguna dan membangun kerohanian kita. Semua sih boleh, tetapi tidak semua itu berguna dan membangun kerohanian kita. Yang dimaksud Paulus dengan “semua diperbolehkan” pasti bukanlah mengenai dosa dan kejahatan, yang dimaksud adalah gaya hidup. Dalam konteks ini adalah masalah makanan dan minuman. Pendeknya, gaya hidup kita seharusnya ‘membantu’ kita untuk bertumbuh. Miliki gaya hidup yang sederhana, gaya hidup beribadah, gaya hidup taat pada Tuhan dan pemimpin rohani, gaya hidup dalam kebenaran dan kekudusan, gaya hidup berdoa, gaya hidup sehat dan seterusnya. Ini akan berguna dan membangun kerohanian kita. Gaya hidup yang merugikan dan merusak kerohanian harus kita hindari bahkan kita tolak!
4. Gaya Hidup yang menjadi berkat orang lain (1 Korintus 10:32-33)
Gaya hidup Orang Kristen sejati adalah gaya hidup yang menjadi berkat bagi orang lain, bukan menjadi batu sandungan! Rasul Paulus menekankan bahwa gaya hidupnya, gaya hidup yang menjadi berkat bagi orang lain (band. ayat 27-28 dan Roma 14:19-21). Paulus tidak mau jadi batu sandungan. Bahkan kalau bisa, gaya hidupnya menjadi ‘sarana’ Injil sehingga sedapat mungkin orang lain diselamatkan. Bagaiman dengan kita? Cara bicara kita? Apakah memberkati orang lain? Gaya hidup kita apakah mendatangkan berkat atau justru jadi ‘batu sandungan’? Mari kita memiliki gaya hidup: gaya berpakaian, gaya berpikir, berumah tangga, bergaul, berpacaran dan apa saja adalah gaya hidup yang memberkati orang lain. Nama Tuhan dimuliakan dan orang dapat ‘melihat’ ada Tuhan Yesus dalam kehidupan kita.

Akhirnya, marilah kita, oleh kuasa dan anugerah Tuhan Yesus, memilih dan memiliki gaya hidup yang sesuai dengan Firman Tuhan, yang memuliakan Tuhan, yang membangun kerohanian kita dan gaya hidup yang menjadi berkat bagi orang lain. Dan segala kemuliaan hanya bagi Tuhan kita, Yesus Kristus!

Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.

Minggu, 11 Maret 2012

MAKNA MALAM PERJAMUAN PASKAH


Matius 26:26-29

Perjamuan malam terakhir yang dilakukan Tuhan Yesus ini ditetapkan-Nya untuk kita lakukan (1 Korintus 11:23-25; Lukas 22:19 band. Kisah Para Rasul 2:42). Jadi, Perjamuan Kudus yang sekarang ini dilakukan gereja adalah meneruskan perintah Tuhan Yesus. Tahukah Saudara bahwa perjamuan malam terakhir sebelum Yesus ditangkap dan disalibkan itu adalah perjamuan malam Paskah-nya orang Yahudi? Ya, perjamuan malam itu adalah perjamuan malam untuk memperingati paskah-nya orang-orang Yahudi (ayat 17-19 band. Keluaran 12:1-28). Dan saat perjamuan malam itu Tuhan Yesus memberikan makna yang baru, yang sama sekali berbeda. Apa makna malam perjamuan paskah yang Tuhan Yesus tetapkan bagi kita itu?

1. Perjamuan Paskah Tuhan Yesus Menandai Kelepasan Kekal
dari Hukuman Dosa!
Pada makan malam Paskah itu, Tuhan Yesus menegaskan suatu makna yang baru dari Paskah Perjanjian Lama. Tuhan Yesus sedang menegaskan bahwa Dia-lah Anak Domba yang dikurbankan saat Paskah! “Bayangan” dari Perjanjian Lama sedang digenapi oleh dan di dalam Tuhan Yesus. Perhatikan ‘kemiripan’ dari perjamuan malam Tuhan Yesus dengan yang terjadi pada perjamuan malam Paskah dalam kitab Keluaran 12. Saat makan malam perjamuan Paskah, orang Yahudi menyembelih anak domba umur setahun yang tidak bercela untuk perjamuan malam (Keluaran 12:1-8). Sedangkan pada perjamuan malam yang Tuhan Yesus lakukan, Tuhan menyatakan bahwa kurban Paskah adalah diri-Nya (Matius 26:26-28). “Inilah tubuhKu, ....Inilah darahKu...”. Tuhan Yesus menjadi penggenapan dari tipologi Perjanjian Lama. Dia menjadi kurban Paskah bagi murid-muridNya dan juga bagi kita! Berikutnya, jika Paskah orang Yahudi memperingati kelepasan mereka dari tulah kematian anak sulung dan kelepasan dari Mesir, maka pada malam perjamuam malam Tuhan Yeus menyatakan bahwa oleh kurban tubuh dan darahNya, kita beroleh pengampunan, kelepasan dari dosa dan hukumannya!
2. Perjamuan Paskah Tuhan Yesus memberikan kepastian bahwa kita beroleh hidup yang kekal!
Dalam perjamuan malam itu Tuhan Yesus mengakhiri dengan sebuah pernyataan yang bahwa murid-muridNya akan bersama-sama denganmenikmati perjamuan malam dalam kerajaan Bapa (ayat 29) Artinya, mereka pasti beroleh hidup kekal dalam Kerajaan Allah. Bukan saja murid-murid, tetapi kita yang percaya kepadaNya. Jadi, Tuhan Yesus dalam perjamuan malam itu memberikan kepastian bahwa setiap orang yang percaya kepadaNya kepastian hidup kekal bersama Tuhan Yesus.

Nah, secara sederhana Perjamuan Kudus mengingatkan kita bahwa Tuhan Yesus sudah mengurbankan diriNya bagi kita sehingga kita beroleh kelepasan dari dosa dan hukuman dosa. Kita sudah menerima pengampunan. Bukan itu saja, bahkan kita beroleh kepastian keselamatan, hidup kekal bersamaNya dalam kerajaan Bapa! Lalu apa yang harus kita buat? Pertama, bersyukurlah setiap hari atas anugerah Tuhan yang luar biasa ini. Kedua, hiduplah dalam kebenaran Tuhan Yesus karena kita sudah diampuni dan dilepaskan dari dosa oleh tubuh dan darahNya! Jangan lagi hidup di dalam dosa. Perjamuan Kudus seharusnya mengingatkan kita bahwa hidup kita telah ditebus, telah diampuni dan harga pengampunan itu mahal. Seharga tubuh dan darahNya. Masakan kita akan kembali pada dosa dan melupakan pengurbananNya?

Terakhir, jadilah kuat dalam Tuhan Yesus karena kita memiliki kepastian keselamatan di dalam Dia. Ada banyak pergumulan yang kita hadapi, tetapi Perjamuan Kudus yang ditetapkan Tuhan Yesus mengingatkan kita bahwa suatu hari kelak kita pasti akan menikmati suatu perjamuan bersama Tuhan Yesus dalam kerajaan Bapa kita. Jika demikian, bukankah penderitaan dan pergumulan setiap hari hanya sebuah ‘duri kecil’ jika dibandingkan kesukaan yang mulia ini? Tetaplah kuat!

Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.

Minggu, 04 Maret 2012

BAHAYA dari KEBENCIAN


Lukas 6:6-11

Kebencian dan rasa tidak suka sangat berbahaya, dan hal ini yang diceritakan dalam Lukas 6:6-11. Dalam Injil Matius, Markus dan Lukas, sangat jelas diceritakan bahwa ahli-ahli Taurat dan orang Farisi dikuasai kebencian kepada Tuhan Yesus. Kebencian adalah perasaan sangat tidak suka terhadap sesuatu atau seseorang (KBBI, hal. 131). Dan kebencian yang dibiarkan akan memberikan pengaruh dan berakibat buruk, sangat berbahaya. Mau tahu bahaya dari kebencian dan rasa tidak suka pada seseorang? Perhatikan Lukas 6:6-11 ini menceritakannya bagi kita.

1. Kebencian membuat orang menjadi jahat (ayat 6-7)
Perhatikan ayat 6-7, orang-orang yang seharusnya ‘rohani’ justru menjadi jahat dengan mencari-cari kesalahan orang lain. Mereka adalah ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang seharusnya adalah orang-rohani yang mengerti firman Tuhan dan tumbuh di dalamnya. Namun karena kebencian, mereka justru bertumbuh dalam kejahatan! Saat di rumah ibadah-pun mereka cari-cari kesalahan orang yang mereka benci. Bagaimana dengan saudara? Bukan hanya itu, tahukah Saudara kebencian mereka terhadap Tuhan Yesus membuat mereka suatu hari menangkap dan membunuh Tuhan Yesus (Lukas 22:1-2). Awas, kebencian dapat bertumbuh dan menjadikan seseorang jahat (band. dengan kisah Kain dan Habel dalam Kejadian 4:1-16). Itusebabnya buanglah kebencian!
2. Kebencian membuat orang kehilangan kasih Allah!
Seharusnya para ahli Taurat dan orang Farisi (karena mengasihi) rindu orang yang lumpuh tangannya sembuh, tetapi nyatanya tidak! Entah disadari atau tidak, mereka telah ‘kehilangan’ kasih karena kebencian dan rasa tidak suka pada Tuhan Yesus. Kasih dan belas kasihan dapat tersingkir saat kebencian bertahta dalam hidup kita. Mari kita buang kebencian, dan menaburkan kasih sehingga kita bertumbuh dalam kasih Allah!
3. Kebencian menyebabkan orang tidak dapat menjadi berkat bagi orang lain!
Ahli Taurat dan orang-orang Farisi dapat saja menjadi berkat dengan membawa orang yang lumpuh tangannya itu pada Tuhan Yesus, tetapi itu tidak mereka lakukan karena kebencian mereka pada Yesus seperti orang lain (Lukas 5:17-20; 4:38-39; 40-41). Mengapa demikian? Karena mereka dikuasai kebencian! Jika kita dikuasai oleh kebencian, kita tidak dapat menjadi berkat bagi orang lain. Biarlah Roh Kudus, Roh yang penuh kasih menguasai hidup kita; mengusir kebencian dan menumbuhkan hati yang rindu selalu menjadi berkat bagi siapa saja.
4. Kebencian menyebabkan orang tidak dapat melihat kemuliaan Allah (9-11).
Ketika orang yang lumpuh tangannya itu sembuh, reaksi mereka justru marah (ayat 11) . Aneh bukan? Bukankah seharusnya bersukacita dan memuliakan Allah seperti banyak orang melihat mujizat Allah? (Band. Lukas 5:24-26; 7:13-16). Memang, kebencian “menutup” mata dari kemuliaan Allah. Itu sebabnya mari kita mengasihi dan kita akan melihat kemuliaan Allah!
5 Kebencian menghalangi orang untuk menerima berkat-berkat Allah.
Bayangkan apa yang seharusnya ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi terima saat itu? Seharusnya mereka menerima iman yang teguh kepada Tuhan Yesus karena melihat ‘tanda’ ajaib terjadi! Mereka juga seharusnya menerima sukacita karena umat mereka ada yang disembuhkan, semakin dikuatkan dan dihibur karena nyata bahwa Tuhan masih memperhatikan umatNya dengan mujizat yang ajaib! Namun itu tidak mereka nikmati karena kebencian! (ayat 11) Wah ruginya! Kebencian merampas berkat-berkat yang Allah berikan bagi kita, itu sebabnya jangan mau terus hidup dalam kebencian.

Akhirnya, betapa berbahaya kebencian itu. Bukan saja menghalangi berkat Allah, tetapi merusakkan kehidupan rohani kita menjadi jahat. Itu sebabnya mari kita datang kepada Kristus, kasihNya akan membebat dan menyembuhkan luka hati dan memampukan kita untuk tidak lagi membenci, melainkan mengampuni dan mengasihi seperti Dia telah mengasihi kita. Amin.

Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.

Alasan Tidak Membayar Perpuluhan

Tiga orang yang berbeda profesi sedang berdiskusi soal perpuluhan. Mereka masing-masing mengemukakan alasan mengapa mereka belum membayar perpuluhan.

Akuntan: Saya belum membayar perpuluhan karena belum menerima surat tagihan dari Tuhan.

Pengacara: Kalau saya belum membayar perpuluhan karena belum ada undang-undang yang mengaturnya.

Bankir: Saya sih sudah lama mau membayar perpuluhan, tapi sampai sekarang saya belum tahu nomor rekening Tuhan.

cabe deeeh....

ALBUM KENANGAN