Selamat datang di www.wartamaranatha.blogspot.com - Memberitakan Injil dan Mendewasakan Kerohanian

Senin, 27 Desember 2010

Jadilah malaikat-Nya!

LUKAS 2:8-20

Saya teringat waktu masih kecil, saat Natal dirayakan di gereja selalu ada drama Natal yang sekarang sudah jarang ditampilkan, karena dianggap ‘kuno’, drama itu adalah drama tentang kelahiran Yesus. Peran apa yang paling sering diinginkan banyak anak-anak perempuan selain menjadi Maria? Ya, menjadi malaikat! Istilah malaikat berarti utusan Tuhan. mereka adalah makhluk ciptaan Tuhan yang menjadi pelayanNya. Peran malaikat sangat penting di hari Natal pertama, seperti yang diceritakan oleh Injil Lukas. Baca saja Lukas 1:11-20;26-38 dan 2:8-20 semua berbicara tentang para malaikat dan tugasnya! Bagaimana di Natal kali ini, apakah ada yang mau menjadi ‘malaikat’ Tuhan, utusan khusus Tuhan? tentu bukan menjadi malaikat secara fisik, tetapi berkarya sebagai utusan Tuhan di hari Natal ini. Apakah ada yang mau menjadi malaikatNya? Mari kita renungkan tugas malaikat Tuhan saat Kristus lahir dalam Lukas 2:8-20 ini.

1. Memuji dan menyembah Tuhan (ayat 13-14).
Para malaikat saat itu membentuk paduan suara yang besar memuji dan memuliakan Tuhan dengan gegap gempita. “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepadaNya” (ayat 14). Inilah pujian malaikat-malaikat pada Allah.Tidakkah kita juga dapat memuji dan menyembah Tuhan Yesus di hari Natal ini? Mengapa harus memuji dan menyembah Tuhan? Pertama, karena Dialah Allah! Dia Sang Pencipta, maka selayaknya ciptaanNya memberikan puji, hormat dan kemuliaan bagi Dia! Kedua, karena karya Allah yang mendatangkan damai di bumi. Allah bukan hanya di tempat yang mahatinggi dan tak terjangkau. Ketika Dia melihat dosa dan kejahatan menguasai bumi ini dan akibatnya semua orang berdosa dan sudah pasti binasa (Roma 3:8-10; 6:23), maka Allah di tempat yang mahatinggi ‘turun’ ke bumi mengerjakan damai sejahtera diantara umat yang berkenan kepadaNya. Juruselamat, Kristus, Tuhan lahir di Betlehem sebagai manusia yang akan mati di kayu salib supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Mau jadi malaikatNya? Pujilah Tuhan, karena Dialah Allah dan pujilah Tuhan karena karya penebusanNya yang ajaib!

2. Membagikan Damai dan Sukacita (ayat 8-10).
Para malaikat hadir di padang menenangkan hati para gembala. “jangan takut” katanya. Para gembala bukan orang ‘besar’, mereka dari kalangan yang pekerjaannya dianggap ‘paling rendah. Mereka mewakili golongan yang disisihkan. Jika mereka gelongan yang demikian, merekalah kelompok orang yang mudah takut, takut pada situasi dan takut pada masa depan! Tetapi para malaikat hadir memberikan kekuatan dan ketenangan: “Jangan takut!”. Dan tentu saja malaikat itu memberi harapan dalam Tuhan, harapan kekal dalam Kristua yang sudah lahir bagi mereka (ayat 10-11). Maukah Saudara menjadi malaikat Tuhan? Banyak orang di sekitar kita menderita, tersisih dan kekurangan di sekitar kita saat Natal. Adakah satu orang Kristen yang mau jadi malaikat Tuhan yang meyakinkan dan menguatkan mereka yang bimbang; menabur sukacita bagi yang berdukacita; berbagi berkat bagi yang kekurangan? Mau jadi malaikatNya?

3. Memberitakan Kabar Sukacita: Injil (ayat 10-11).
Para malaikat bukan hanya memuji Tuhan dan membawa damai sejahtera, tetapi juga memberitakan kabar keselamatan! Merka turut dalam pekerjaan Allah yang akbar dan mulia, yaitu penyelamatan umat manusia. Mereka menghampiri para gembala untuk mewartakan Injil bahwa hanya di dalam Tuhan Yesus-lah ada keselamatan yang kekal. Banyak orang yang belum mengenal Yesus, Sang Juruselamat, Kristus dan Tuhan.Mereka memerlukan kasih Yesus, mereka memerlukan keselamatan. Apakah kita akan menikmati sukacita keselamatan ini sendiri dan membiarkan mereka binasa dalam neraka kekal? Bukankah Tuhan Yesus memang benar-benar mengutus kita semua menjadi malaikatNya untuk pergi dan menjadikan segala bangsa murid Tuhan? (Matius 28:19-20). Itu sebabnya pesan malaikat tidak hanya ditujukan pada para gembala saja, tetapi kepada bangsa-bangsa (Perhatikan ayat 10 berita kesukaan ini untuk seluruh bangsa!) Supaya pesan ini dibawa para gembala kepada keluarga, teman dan siapa saja. Suipaya pesan Injil ini juga kita bawa kepada keluarga kita, teman dan sahabat kita, tetangga kita dan siapa saja!

Akhirnya, di hari Natal ini maukah Saudara menjadi malaikatNya? Memuji dan menyembah Tuhan kita Yesus Kristus, membagikan damai dan sukacita serta memberitakan bahwa Yesus-lah Tuhan, Kristus dan Juruselamat dunia. Selamat Natal, selamat menjadi malaikatNya!

Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.

Minggu, 19 Desember 2010

MENYAMBUT NATAL

LUKAS 2:8-20

Natal sudah hampir tiba dimana-mana nampak pohon Natal, hiasan-hiasan dan pernak-pernik Natal. Natal sebenarnya adalah memperingati kasih Allah bagi manusia yang berdosa, dimana Allah bapa mengutus AnakNya yang tunggal untuk menebus dosa manusia, termasuk kita! (band. Yohanes 3:16). Jadi, jika ini dipahami , maka tidak perlu ragu memperingati kelahiran Tuhan Yesus atau Natal. Namun yang menjadi pertanyaan bagaimana kita harus menyambut Natal? Mari kita belajar kepada para gembala di padang yang menerima kabar tentang Natal, tentang kelahiran Kristus yang pertama.

1. BERSUKACITALAH !
Para gembala ketakutan ketika menerima berita baik dari para malaikat. Mereka seperti lazimnya orang-orang Perjanjian Lama melihat kehadiran Allah, selalu ketakutan. Tetapi sesudah menemukan bayi Yesus, mereka bersukacita. Ya, jiwa dari Natal adalah sukacita! Apakah Saudara bersukacita? Jangan Natal diisi dengan kedukaan dan hal-hal yang mendukakan, misalnya pertengkaran! Natal sudah seharusnya mendatangkan sukacita bagi kita! Ada 2 alasan yang penting mengapa kita harus bersukacita. Pertama, kita harus bersukacita karena Tuhan Yesus, Sang Juruselamat telah hadir bagi kita! Bisa saja kita tidak memiliki apa-apa menyambut hari Natal ini, namun sebenarnya kita memiliki hadiah yang termahal dan terindah tiada duanya, yaitu: KESELAMATAN DALAM TUHAN YESUS! Tuhan Yesus sudah datang ke dunia dan mati di kayu salib menebus dosa kita! Ini sudah dikerjakanNya bagi kita. Itu sebabnya bersukacitalah. Kedua, kita bersukacita karena TUHAN, Sang Pencipta dan Pemilik alam semesta telah datang pada kita, umatNya. Artinya, kita tidak perlu kuatir karena Tuhan kita, Yesus hadir bagi kita, menyertai kita! Kita dapat datang ke hadiratNya dan menantikan pertolonganNya bagi kita. Tidakkah kita bersukacita atas perkara yang ajaib ini?

2. BERIBADAHLAH !
Para gembala segera mencari bayi Yesus, sesudah mendengar kabar tentang kehadiranNya (ayat 15). Bukan saja mencari, Alkitab menegaskan para gembala “cepat-cepat berangkat dan menjaumpai” Maria, Yusuf dan bayi Yesus! (ayat 16). Ada kerinduan dan anggapan bahwa perjumpaan ini penting. Natal bukan sekedar hura-hura dan perayaan yang tanpa makna, tetapi saatnya kita untuk mencari Tuhan, beribadah kepadaNya! Apakah kita menganggap perjumpaan dengan Tuhan Yesus itu penting? Jika ya, mari kita sambut Natal dengan beribadah, Jangan malas ataupun undur. Bukankah Natal adalah kasih Allah mencari yang terhilang? Kasih Allah menjangkau yang ‘jauh’ seperti kita? Itu sebabnya jangan lewatkan kasih Allah. Mari kita nikmati Natal tahun ini dengan mencari Tuhan Yesus, dengan beribadah, doa, baca Alkitab, melayani, mempersembahkan waktu dan talenta kita bagi Dia, Tuhan Yesus yang sudah menebus hidup kita.

3. BERITAKANLAH !
Para gembala bukan hanya mencari bayi Yesus, tetapi juga menceritakan bagaimana pesan Tuhan melalui para malaikat kepada mereka (ayat 17-18 band. 20). Mereka menceritakannya kepada banyak orang yang saat itu tidak tahu mengenai bayi Yesus! Bayi Yesus adalah Juruselamat, Kristus dan Tuhan (ayat 10-11). Bayi itu mendatangkan kedamaian di bumi dan keselamatan bagi manusia! Menyambut Natal, mari kita beritakan bahwa Tuhan Yesus adalah TUHAN dan uruselamat! Inilah tugas kita di hari Natal! Jangkau keluarga dan teman-teman kita dengan kabar baik ini bahwa “ Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus Tuhan!” (ayat 10). Mari kita wartakan juga bagi semua orang seperti para gembala yang memuji-muji Allah (ayat 20).

Nah, bagaimana Saudara menyambut Natal? Rumah yang dihias indah dengan pernak-pernik Natal, baju baru, makanan yang enak-enak? Boleh, boleh... kalau memang ada. Tetapi yang terpenting bukan itu. Bersukacita bersama keluarga, teman, jemaat dan sesama, beribadah dengan sungguh dan memberitakan bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat adalah menyambut Natal yang sesungguhnya. Saya kira saatnya Saya memberi selamat: “Selamat menyambut Natal, Tuhan Yesus memberkati!”

Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.

Minggu, 12 Desember 2010

SEPOTONG KAYU YANG AJAIB

2 RAJA-RAJA 6:1-7

I. 2 Raj. 6:1 “…Cobalah lihat, tempat tinggal kami di dekatmu ini adalah terlalu sesak bagi kami.” Izinkanlah kami membangun asrama baru.” Para nabi ingin membangun asrama yang baru bagi mereka, karena asrama mereka yang lama sudah terlalu sesak. Para nabi meminta izin kepada nabi Elisa. Rasul Yudas mengajak kita membangun diri kita di atas dasar iman kita yang paling suci : “Akan tetapi kamu, saudara-saudaraku yang kekasih, bangunlah dirimu sendiri di atas dasar imanmu yang paling suci dan berdoalah dalam Roh Kudus. Peliharalah dirimu demikian dalam kasih Allah sambil menantikan rahmat Tuhan kita, Yesus Kristus, untuk hidup yang kekal.” (Yud. 1:20-21)

II. 2 Raj. 6:2 Untuk membangun asrama yang baru, para nabi meminta izin kepada nabi Elisa. Sebuah pelajaran penting bagi kita dalam memulai usaha apapun jangan lupa untuk meminta izin kepada Tuhan. Rasul Yakubus mengingatkan kita akan hal ini: sebenarnya kamu harus berkata:”Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu.” (Yak. 4:13-15). Jangan bertindak sendiri tanpa izin Tuhan Yesus dalam segala usaha kita!

III. Raj. 6:3
Bukan hanya meminta izin, tapi para nabi juga meminta Elisa menyertai mereka. 2 Taw. 32:7-8; 2 Tes 3:16
Untuk memimpin bangsa Israel, Yosua minta disertai Tuhan. Karena Yosua
meyakini bahwa penyertaan Tuhan-lah yang menjadikannya berhasil (Yos 1:5-9, Kel 33:15)

IV. 2 Raj. 6:5.
Ketika mereka sedang menebang sebuah pohon. Tiba-tiba mata kapak jatuh ke dalam air. Bagi mereka itu sebuah musibah, apalagi kapak tersebut adalah barang pinjaman. Dalam kehidupan kita, halangan dan rintangan bisa datang dengan tiba-tiba / tak disangka-sangka. Ya, kemalangan dan kemujuran dapat terjadi, dan semua itu Tuhan yang menjadikannya.
Yes. 45:6-7 “supaya orang tahu dari terbitnya matahari sampai terbenamnya, bahwa tidak ada yang lain di luar Aku. Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain, yang menjadikan terang dan menciptakan gelap, yang menjadikan nasib mujur dan menciptakan nasib malang; Akulah TUHAN yang membuat semuanya ini.”
Pkh. 7:14 “Pada hari mujur bergembiralah, tetapi pada hari malang ingatlah, bahwa hari malang inipun dijadikan Allah seperti juga hari mujur, supaya manusia tidak dapat menemukan sesuatu mengenai masa depannya.” Oleh karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi dalam perjalanan kita, maka kita harus meminta penyertaan Tuhan Yesus.

V. 2 Raj. 6:5b-6
Dalam menghadapi musibah, ada dua tindakan tepat yang dilakukan oleh salah seorang nabi, yaitu:
a. Melapor / berseru kepada nabi Elisa. Maz 50:15; Maz. 86:7
b. Ada pengakuan tentang tempat dimana mata kapak itu jatuh.
Dimana kita jatuh? Soal uang, soal nikah (kesucian), soal kejujuran, soal keakuan / kesombongan. Datang kepada Yesus! Akui segala dosa dan pelanggaran kita, maka Dia yang setia dan adil akan mengampuni dan menyucikan kita ( I Yoh 1:9). Nabi Elisa bertindak dengan memotong sepotong kayu serta melemparkannya ke tempat jatuhnya mata kapak, maka timbullah mata kapak itu. Ya, Oleh sepotong “kayu yang ajaib”, mata kapak itu bisa terangkat naik, dan dikeluarkan dari sungai Yordan – Kayu ajaib adalah salib Kristus / korban Kristus yang mengangkat dan menyelamatkan kita dari lumpur dosa dan kebinasaan. Mungkin ada kemarahan dan kebencian dalam hidup kita yang “menenggelamkan” kita. Kayu Salib Kristus sanggup untuk mengangkat kehidupan kita. Rasul Paulus menegaskan hal ini dalam suratnya: “Allah nenek moyang kita telah membangkitkan Yesus, yang kamu gantungkan pada kayu salib dan kamu bunuh. Dialah yang telah ditinggikan oleh Allah sendiri dengan tangan kanan-Nya menjadi Pemimpin dan Juruselamat, supaya Israel dapat bertobat dan menerima pengampunan dosa”. (Kis 5:30-31)

VI. 2 Raj. 6:7
Lalu katanya: “Ambillah.” Orang itu mengulurkan tangannya dan mengambilnya.”
Diperlukan iman untuk menerima korban Kristus dalam hidup kita. Yang kita nikmati melalui Perjamuan Suci. Kita mengambil roti dan anggur yang melambangkan tubuh dan darah Kristus.

Akhirnya, marilah kita bersyukur atas “sepotong kayu yang ajaib”, yaitu korban Kristus yang sanggup mengangkat kehidupan kita dari lumpur dosa. Asal kita mau datang kepadaNya dan mengakui segala kesalahan kita. Maka Tuhan Yesus akan mengampuni dan memulihkan kehidupan kita. Tuhan Yesus memberkati.

Pdt. Gersom Sunarto - Kupang NTT

Minggu, 05 Desember 2010

MENERIMA JANJI ALLAH UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN KITA

FILIPI 4:19

“Allah-ku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaanNya dalam Kristus Yesus”. Ini janji yang melegakan hati kita bukan? Pegang janji Allah ini. Kita akan merenungkan 4 kebenaran dari ayat yang sangat memberkati ini.

I. Ini Adalah Janji ALLAH!
Puji Tuhan, bahwa yang berjanji adalah Allah sendiri melalui Paulus, hambaNya! Jika kita percaya Alkitab adalah Firman Allah, maka inilah janji Allah bagi kita. Bayangkan, Allah lho yang berjanji. Pertama, kesetiaanNya terhadap janjiNya tidak perlu diragukan. Lihat saja buktinya, sejak Adam telah dijanjikan keselamatan melalui Kristus, PutraNya dan kini kita sudah melihat penggenapan janjiNya 2000 tahun lalu di bukit Golgota! Dia setia terhadap janjiNya, masih ragu? Kedua, kesanggupan Allah untuk memenuhi janjiNya juga tidak perlu diragukan! Paulus dengan tepat mendasarkan janji Allah pada kesanggupanNya yang ajaib! Allah akan memenuhi keperluan kita menurut kekayaanNya! Jika ditanya seberapa kaya Allah? Betapa kita akan tersadar bahwa Allah kita dalam Yesus Kristus, Maha, Maha dan Mahakaya! Lalu, apa yang tidak bisa Allah kita penuhi dari keperluan kita? Berikutnya, kesanggupan Allah didasarkan pada kemuliaanNya. KemuliaanNya yang heran meyakinkan kita bahwa Dia pasti sanggup memenuhi keperluan kita, anak-anakNya. Ingatlah janji ini janji Allah sendiri!

II. Allah Berjanji Memenuhi KEPERLUAN Kita.
Allah berjanji untuk memenuhi keperluan kita! Apa itu keperluan? Ya, apa yang kita butuhkan. Ini berarti apa yang saat ini kita butuhkan, sesuatu yang benar-benar kita perlukan. Dan Saya yakin Tuhan yang paling tahu apa yang kita butuhkan! Berikutnya, kebutuhan (keperluan) adalah segala hal yang pokok dalam hidup kita. Bukankah Tuhan Yesus berkata: “Jangan kamu kuatir akan apa yang kamu makan, minum dan pakai”? (Matius 6:25) Jangan kuatir apa yang kita butuhkan Tuhan pasti memenuhinya! Terakhir, kebutuhan BUKAN keinginan! Allah berjanji memenuhi kebutuhan kita bukan keinginan kita. Janji ini bukan untuk memenuhi hawa nafsu yang sia-sia, tetapi memelihara anak-anak Allah yang berharap pada Tuhan Yesus Kristus!

III. Siapa Penerima Janji Allah Ini?
Bagaimana? Janji ini luar biasa bukan? Namun siapa penerimanya? Kita? Saya? Saudara? Paling tidak kita akan menemukan 3 jawaban yang memberi kepastian bahwa kita-lah penerima janji ini.

1. Penerimanya adalah orang-orang yang percaya kepada Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus!
Perhatikan bahwa Allah-lah yang berjanji dan itu berarti janji ini bagi umatNya. Umat yang mana? Sederhana, jangan lupa surat ini ditujukan Paulus kepada jemaat di Filipi, jemaat Kristus! Orang-orang yang percaya dan menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya secara pribadi. Apakah Saudara mau menerima janji ini? Percaya dan terima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat Saudara, maka bukan saja janji ini tetapi keselamatan kita terima sekarang juga!

2. Orang-orang yang berpegang pada janji Allah.
Syarat kedua adalah orang yang bergantung pada Tuhan, yang memegang janji ini dengan iman. Paulus-lah teladannya. Paulus sedang dipenjara saat menuliskan surat ini. Paulus mengalami kekurangan, menderita dan segala kesulitan sebagai orang yang dipenjara. Tetapi perhatikan bahwa pada pasal 4:10-20 ini Paulus bersukacita dan penuh ucapan syukur karena pemeliharaan Allah yang ajaib melalui jemaat Filipi! Paulus mengalami apa yang dituliskannya tentang janji Allah. Pegang janji Allah ini dan lihat pemeliharaan Allah dalam hidup Saudara!

3. Orang-orang yang SUKA BERKORBAN.
Perhatikan bahwa ayat 10-19 ini adalah ucapan syukur kepada Allah dan ucapan terima kasih kepada jemaat Filipi yang memperhatikan kebutuhan Paulus di penjara (band. ayat 18). Dan diakhiri janji Tuhan ini (ayat 19). Janji ini jelas bagi orang-orang Kristen yang meneladani jemaat Filipi, murah hati dan suka berkorban. Bukankah Alkitab juga mengajar bahwa siapa yang menabur akan menuai? Ya, Allah akan memenuhi keperluan orang-orang yang memperhatikan pekerjaan Tuhan, hamba-hamba Tuhan, jemaat dan siapa saja yang membutuhkan kemurahan hati.
“Allah-ku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaanNya dalam Kristus Yesus.” Mau menjadi penerima janji ini? Tuhan Yesus memberkati.

Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.

Minggu, 28 November 2010

Penyembuhan Orang Lumpuh Di Kolam Bethesda

YOHANES 5:1-17

Tuhan Yesus berangkat ke Yerusalem dan berada di kolam Bethesda, yang artinya rumah kemurahan. Di situ ada banyak orang sakit yang berkumpul di dekat kolam Bethesda. Mereka menunggu kalau air kolam itu digoncangkan malaikat Tuhan, maka mereka akan terjun ke kolam dan disembuhkan penyakitnya. Jadi, orang-orang sakit itu ‘bersaing’ satu dengan yang lain untuk mendapat kesembuhan. Seperti halnya dunia ini yang penuh dengan persaingan hidup. Di situ ada orang yang lumpuh sudah 38 tahun. Tuhan Yesus melihat dan menghampiri orang yang lumpuh itu.

I. Tuhan Yesus Memperhatikan Orang Lumpuh ( 5:5-7)
Tuhan Yesus bertanya kepada orang lumpuh: “Maukah engkau sembuh?” Pertanyaan Tuhan Yesus merupakan tawaran bagi orang lumpuh untuk sembuh. Orang lumpuh tidak mendapat kesempatan untuk turun ke dalam kolam bahkan tidak ada yang memperhatikannya. Tetapi Tuhan Yesus memeperhatikan orang lumpuh. Demikian pula dalam kehidupan kita, sekalipun tidak ada orang yang memperhatikan kita, namun Tuhan memperhatikan kita.

II. Keajaiban Melalui Kuasa FirmanNya (5:8-9)
Tuhan berkata kepada orang lumpuh: “Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah.” Melalui firmanNya, Tuhan membuat keajaiban sehingga orang lupuh dapat berjalan, bahkan bukan hanya berjalan tetapi juga dapat mengangkat tilamnya. Luar biasa pekerjaan firman Tuhan. Karena firman Tuhan a. Menjadikan apa yang tidak ada menjadi ada (Roma 4:17)
b. Menyembuhkan yang sakit.
c. Menghidupkan orang yang mati
d. Mengubahkan hidup (I Petrus 2:2)

III. Ijinkan Tuhan Yesus Bertahta Dalam Hati Kita (5:10-13)
Ketika orang lumpuh menerima keajaiban kesembuhan, ia bersukacita, tetapi ia lupa siapa orang yang telah menyembuhkannya (ay. 13), bahkan Yesus telah menghilang ke tengah-tengah orang banyak. Ketika kita diberkati Tuhan, jangan biarkan Tuhan Yesus “menghilang” dari hati kita. Ijinkan Tuhan Yesus selalu bertahta dalam hidup kita.

IV. Saksikanlah Pertolongan Tuhan! (5:14-15)
Orang lumpuh yang telah disembuhkan masuk ke dalam Bait Allah dan bertemu dengan Tuhan Yesus. Kesembuhan yang diperoleh digunakan untuk datang ke Bait Allah. Di dalam bait Allah, Tuhan Yesus berpesan supaya tidak berbuat dosa lagi. Rupanya orang lumpuh tersebut sakit karena dosa yang diperbuatnya. Demikian dengan setiap kesembuhan, pertolongan Tuhan digunakan untuk memuliakan Tuhan dalam baitNya, bertobat dan hidup benar sesuai dengan firman Tuhan. Orang lumpuh yang disembuhkan keluar dan menceritakan tentang Yesus yang menyembuhkannya. Demikian pula saharusnya setiap orang percaya menyaksikan Tuhan Yesus yang menyembuhkan dan menyelamatkan. Tuhan Yesus yang menguduskan kita dengan darahNya sendiri (Ibrani 13:12-13).

Akhirnya, marilah kita bersyukur bahwa Tuhan Yesus memperhatikan kita; Dia menyatakan keajaiban kuasa melalui firmanNya; Ijinkan TuhanYesus bertahta di hati kita; dan ceritakan /saksikan pertolongan Tuhan dalam kehidupan kita. Karena Tuhan Yesus sendiri memberi teladan dengan terus bekerja sekalipun orang Yahudi berusaha menganiaya. Karena Bapa bekerja sampai sekarang, demikian pula Tuhan Yesus, demikian pula kita umatNya. Tuhan Yesus memberkati.

Pdt. Gersom Sunarto - Kupang- NTT

Minggu, 21 November 2010

KARYAWAN KRISTUS

Kolose 3:22-25Setiap pekerja yang percaya Tuhan Yesus adalah pekerja Kristus! Ini yang disampaikan Paulus dalam suratnya kepada jemaat Kolose. Di satu sisi kita bekerja pada orang lain atau mengerjakan suatu pekerjaan, di sisi lain kita adalah pekerja Kristus! (ayat 24). Hal ini menunjukkan dua kebenaran penting, yaitu: (1) Bekerja adalah Ibadah kepada TUHAN. Banyak orang salah dengan beranggapan bahwa pekerjaan bukanlah hal yang rohani. Mereka beranggapan “gereja ya gereja, kerja ya kerja”, keduanya terpisah, sehingga kalau digereja benar dan penuh kasih, kalau dipekerjaan ‘boleh’ saja tidak dalam kebenaran dan tanpa kasih. Perhatikan bahwa pekerjaan dihubungkan dengan TUHAN pada Kolose 3:22-4:1 ini! (2) Tempat kerja adalah ‘ladang pelayanan’ untuk memuliakan Kristus dan memberitakan Injil. Karena kita adalah pekerja Kristus, maka sudah seharusnya kita menjadi pelayanNya di tempat kerja. Jadikan tempat kerja kita ‘lahan’ untuk memuliakan dan memberitakan Tuhan kita Yesus Kristus. Dan jadilah pekerja Kristus yang menjadi kesaksian dan bersaksi.

BAGAIMANA SIKAP KARYAWAN KRISTUS YANG MENYENANGKAN HATINYA?
Apabila kita sudah memahami bahwa kita bukan saja pekerja di mana kita bekerja, tetapi juga adalah pekerja Kristus, maka kita diajar Tuhan melalui Paulus bagaimana sikap seorang pekerja Kristus di dalam pekerjaannya.

1. Taat kepada pimpinan dalam segala hal (ayat 22).
Sikap pertama sebagai pekerja Kristus, kita harus taat pada pimpinan kita di tempat kerja! Taat pada pemimpin, majikan, bos atau pemimpin rohani (gembala sidang bila dalam gereja) di tempat kita kerja. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan mengenai menaati pemimpin di tempat kerja ini. Pertama, ketaatan merupakan keharusan selama itu BUKAN dosa. Memang, hal ini terkadang sulit, namun tuntutan kita sebagai pekerja Kristus harus lebih diutamakan. Jika tugasnya adalah berbuat dosa, misalnya mencuri, menipu, melakukan kekerasan dan perbuatan dosa lainnya, maka sudah pasti kita harus lebih taat pada Tuhan bukan? Kedua, taat dengan tulus hati. Ketaatan bukan ‘alat’ untuk mencari muka. Tetapi memang tulus karena selain pekerja di tempat kerja itu, kita pekerja Kristus lho. Dengan tulus juga berarti taat dan hormat baik di hadapan tuan (baca: pimpinan atau bos) maupun dibelakangnya! Ketiga, taat karena didorong takut akan Tuhan. Ketaatan yang benar adalah karena kita sadar bahwa TUHAN senantiasa melihat hidup kita. Kita selalu ada di hadapan TUHAN! Sehingga sudah sepatutnya kita taat dan hormat pada pimpinan karena TUHAN melihat sikap hidup kita.

2. Bekerja dengan memberi “yang terbaik”! (ayat 23).
“Bekerjalah seperi untuk Tuhan bukan untuk manusia” kata Paulus! Sebagai pekerja Kristus sudah semestinya kita bekerja dengan sebaik-baiknya. Apapun pekerjaan dan bidang kita berikan yang terbaik bagi TUHAN. Kata “seperti”, tidak dimaksudkan hanya seolah-olah. Ingat, dalam bekerja sebenarnya kita sedang beribadah kepada Tuhan bukan? Perhatikan ayat 24, Tuhan Yesus-lah Tuan kita, Dialah yang memberikan upah bagi kita. Berikan yang terbaik bagi Dia, termasuk dalam pekerjaan kita!

3. Bekerja dengan takut akan TUHAN (ayat 24-25).
Seorang pekerja Kristus sudah seharusnya menunjukkan kehidupan yang takut akan Dia dalam bekerja. Takut akan Tuhan adalah kehidupan yang berintegritas, bukan dinilai pada diri sendiri seperti yang dimaksudkan para penceramah leadership dan enterpreunership tentang integritas, tetapi lebih lagi diniali berdasarkan ‘bagaimana di hadapan TUHAN’! Itu berarti bekerja dalam kebenaran, dalam kekudusan dan kejujuran. Tuhan’kan yang menilai, memberi upah dan menghukum setiap kesalahan dan kejahatan karena Dia-lah Tuan kita. Apakah kita pekerja Kristus? Bekerjalah dengan takut akan TUHAN!

4. Bersaksilah di lingkungan pekerjaan!
Ingat bahwa Paulus menegaskan kita adalah pekerja Kristus. Sadar atau tidak, kita sedang menggunakan ‘lencana’ ini: Pekerja Kristus! Orang akan tahu kita pengikutNya dan memperhatikan sikap kita termasuk pekerjaan kita. Itu sebabnya bersaksi atau tidak kita tetap menjadi ‘surat terbuka’ bukan? Tugas kita, para pekerja Kristus bukan hanya bekerja untuk kantor dan perusahaan kita atau untuk keluarga kita, tetapi juga untuk kerajaan Sorga. Tunjukkan lewat pekerjaan kita bahwa Yesus-lah Tuhan dan Juruselamat. Bukan hanya itu, mari kita bersaksi, memberitakan InjilNya! Dalam Perjanjian Lama ada pekerja yang menjadi teladan bagi kita, yaitu budak perempuan Naaman (2 Raja-raja 5:1-4). Memang pembantu rumah tangga pekerjaan yang sederhana, namun perempuan itu berani bersaksi bahwa ada nabi di Israel yang dipakai Tuhan untuk menyembuhkan orang sakit. Jadilah pekerja Kristus, bersaksilah!

BERKAT BAGI PEKERJA KRISTUS YANG MENYENANGKAN HATINYA

Apakah saudara pekerja Kristus yang memiliki sikap hidup seperti diatas, sikap yang menyenangkan hati TUHAN? Jika ya, sudah pasti Saudara memiliki berkat-berkat ini: Pertama, sudah sepantasnya majikan di dunia menjadi saluran berkat TUHAN bagi para pekerja Kristus yang taat, bekerja dengan ‘memberi yang terbaik’, takut akan Tuhan (berintegritas) dan bersaksi! Jangan terkejut jika Saudara, apabila disayangi seperti Yusuf oleh Potifar, kepala penjara dan Firaun! Kedua, Saudara menjadi kesaksian bagi lingkungan kerja bahkan dunia. Ketaatan, pekerjaan yang baik, takut akan Tuhan dan keberanian bersaksi akan memuliakan Tuhan Yesus di dunia kerja. Ketiga, jika kita menempatkan diri sebagai pekerja Kristus, maka sudah pasti TUHAN akan memberikan bagian kita sebagai upahnya (ayat 24). Pasti!

Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.

Minggu, 14 November 2010

MENABURLAH PASTI MENUAI!

2 KORINTUS 9:6-15

Orang yang menabur pasti menuai! Alkitab mengajarkan bahwa siapa yang menabur banyak, menuai banyak; menabur sedikit, manuai sedikit! Jika tidak menabur, bagaimana Saudara bisa menuai? Tuhan Yesus menyatakan bahwa jika kita memberi, kita-pun akan diberi dengan kelimpahan (Lukas 6:38a). Tetapi kita akan memperhatikan kebenaran Alkitab yang penting dalam hal menabur atau memberi!

MOTIVASI YANG BENAR DARI TABURAN YANG BAIK
Memberi tidak seharusnya didorong oleh keinginan supaya cepat kaya atau karena mengejar ‘berlipatnya’ taburan, mesipun itu adalah berkat dari menabur. Ada 2 motivasi yang benar yang mendasari taburan yang memperkenan hati Tuhan. Pertama, memberi karena di dorong kerinduan untuk menaati firman Tuhan. Menabur atau memberi bagi Tuhan (persembahan) dan memberi sesama yang membutuhkan adalah perintah Tuhan yang harus kita taati (lihat ayat 6-7). Kedua, memberi karena dorongan kasih Allah Tritunggal yang telah dan terus kita terima! Bapa memberikan Anak-Nya untuk menyelamatkan kita dan mengaruniakan Roh Kudus menyertai hidup kita. Bukankah ini berkat Allah yang sudah kita terima? Kesehatan, kesembuhan, pemeliharaan Allah setiap hari, mujizat dan masih banyak lagi yang Allah buat bagi kita bahkan akan dianugerahkan lagi sepanjang hidup kita. Tidakkah ini mendorong kita untuk mempersembahkan sebagaian harta kita bagi Dia dan sesama yang membutuhkan? Mari kita memberi karena kita mau belajar taat pada Firman Tuhan dan karena kita mau belajar membalas segala kasih dan kebaikanNya!

TABURAN YANG MENYENANGKAN HATI TUHAN
Bagaimana menabur (baca: memberi persembahan) yang benar, yang menyenangkan hati Tuhan? Rasul Paulus memberikan kita jawabananya:

1. Memberi dengan murah hati (ayat 6).
Memberilah dengan murah hati, jangan pelit atau kikir! Yang menabur banyak, menuai banyak pula. Paulus mengajak kita meneladani jemaat Makedonia yang murah hati (2 Korintus 8:1-4). Meski dalam penderitaan dan kemiskinan jemaat Makedonia tetap menabur (memberi). ‘Memberi’ bukan masalah bisa atau tidak, tetapi mau atau tidak memberi! Kedua, jemaat ini memberi sesuai dengan kemampuannya. Tentu saja Tuhan mengajar untuk memberi sesuai dengan kemampuan kita masiing-masing. Namun ada kalanya TUHAN menggerakkan kita untuk memberi ‘melampaui’ kemampuan kita. Ingat janda di bait Allah yang memberikan uang seluruh penghidupannya dan dipuji oleh Tuhan Yesus? (Lukas 21:1-4). Jemaat Makedonia melakukannya!

2. Memberi dengan rela hati (ayat 7).
Memberilah dengan rela hati! ciri-ciri orang yang rela hati memberi pada Tuhan dan sesama adalah tidak dengan bersedih atau denga hati terpaksa. Mari persembahan kita seharusnya didorong karena mau taat dan mengasihi Tuhan kita, Yesus Kristus!

3. Memberi dengan sukacita (ayat 7).
Memberi seharusnya dengan sukacita. Berilah dengan hati yang rindu memuliakan Tuhan dan penuh sukacita karena mengambil bagian dalam pelayanan dan pekerjaan Tuhan yang luar biasa! Lihat saja jemaat Makedonia yang justru mendesak Paulus agar mengikutkan mereka dalam pelayanan kasih (memberi sesama yang membutuhkan) dan ‘menerima’ persembahan mereka (8:4).

TUAIAN YANG MELIMPAH!
Apa berkat dari orang yang manbur dengan setia? Pasti menuai! Dan rasul paulus menegaskan ahwa tauainya berlimpah-limpah! Berkatnya berlimpah-limopah itu pasti!

1. Menerima segala kebajikan TUHAN yang berlimpah dan ‘turut’ meneguhkannya ! (ayat 8-9)
Ini berkat pertama yang sangat luar biasa. Ketika kita menabur dengan murah hati, rela dan penuh sukacita, maka kita akan dilimpahi kebajian Allah! Rasa cukup dengan angureha dan kebajikan Allah akan kita nikmati. Di sisi lain, saat kita menabur kita sedang meneguhkan kebajikan Allah bagi banyak orang yang menerima pemberian dari kita, anak-anak Allah(ayat 9).

2. Allah akan menyediakan benih untuk kita tabur kembali (ayat 10).
Saat kita menabur, maka TUHAN akan memberi kita benih-benih lagi untuk ditaburkan. Mengapa seringkali kita kekurangan? Dan merasa Allah tidak memberkati? Karena kita tidak menaburkan apa yang Allah berkatkan bagi kita! Tempat benih yang seharusnya ditabur masih penuh sehingga Dia tidak mengisinya! Taburlah, berilah, maka kita akan menerima berlimpah berkat-berkat Tuhan untuk ditaburkan kembali.

3. Allah akan memperkaya kita dengan segala kemurahan hati (ayat 11).
Ketika kita rajin menabur, kita akan segera sadar bahwa kita bertumbuh dalam karakter Kristus, yaitu kemuraha hati! Dengan memberi hari ini kepada Tuhan, melalui pekerjaan Tuhan, hamba Tuhan atau sesama yang membutuhkan, kita sedang menerima berkat yang ajaib, yaitu kemurahan hati yang ditumbuhkan oleh Allah dalam hidup kita.

4. Banyak ucapan syukur naik kepada Allah (ayat 11).
Orang yang menerima pemberian kita akan bersyukur kepada Tuhan. Kita bersyukur dapat memberi, mereka bersyukur menerima kemurahan Tuhan. Semakin ucapan syukur yang dinaikkan kepada Tuhan Yesus bukan? Mari menabur!

5. Allah dimulikan (ayat 12-13, 15)
Ketika kita memberi, maka nama Tuhan Yesus akan dipermuliakan. Bagaimana dunia dapat melihat kasih Tuhan, jika anak-anakNya kikir?

6. Kita menerima doa dari orang yang menerima taburan kita (ayat 14).
Selain berkat-berkat yang luar biasa di atas, ada satu lagi yang Paulus tunjukkan yaitu bagaimana doa dari orang-orang yang menerima kasih kita akan juga mengasihi kita dengan mendoakan kita.
Akhirnya, menaburlah, pasti Saudara menuai! Menuai dengan segala kelimpahannya. Pasti!

Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.

Senin, 08 November 2010

Miskin, Siapa Takut ?

AMSAL 22:2

Judul
nya menakutkan ya? Jangan kuatir dahulu. Sebelum kita merenungkan tentang kemiskinan yang tidak perlu ditakuti, Saya harus menegaskan dua hal yang penting. Pertama, Saya tidak mengajarkan agar kita menjadi miskin. Bahkan Saya berdoa agar setiap jemaat diberkati dengan berkelimpahan! Dan yang terpenting, sebenarnya setiap orang didalam Tuhan Yesus pasti terpelihara oleh kemurahan Tuhan! Kedua, orang Kristen TIDAK harus miskin untuk menjadi rohani!
APA YANG DIMAKSUD DENGAN MISKIN? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hal 79. Kata “miskin” diartikan: tidak berharta; serba kekurangan/penghasilan rendah. Miskin juga berarti tidak dapat memenuhi kebutuhan pokoknya (makan, pakai, tempat tinggal dan pendidikan) secara mandiri. Bagaimana menyikapi kemiskinan, tergantung pada bagaimana kita cara pandang kita terhadap kemiskinan dan tentu saja, kita harus belejar dan tunduk pada Alkitab, yang adalah firman Allah! Beberapa Cara Pandang Yang Salah Terhadap “Kemiskinan” Di bawah ini adalah cara pandang yang salah, yang tidak cocok dengan Alkitab, tentang kemiskinan. A. “Miskin Itu Dosa” Pandangan ini menyatakan bahwa miskin adalah dosa! Setiap orang miskin adalah orang yang berbuat dosa. Tuhan Mahakaya, jadi tidak mungkin membuat manusia menjadi miskin. Jadi, orang Kristen harus kaya, kalau miskin itu artinya ada dosa. Tanggapan Alklitab: Pandangan di atas adalah yang SALAH! Miskin memang bisa saja akibat dari dosa/ Miskin adalah kondisi sedangkan dosa adalah pelanggaran terhadap perintah TUHAN. Dosa memang dapat menyebabkan kemiskinan, tapi tidak semua kemiskinan adalah akibat dosa. Jangan lupa bahwa banyak tokoh Alkitab pernah dan mengalami kemiskinan, namun tidak sedang berbuat dosa! Misalnya Ayub, yang takut akan Tuhan justru jatuh miskin. Juga Tuhan Yesus, yang hidup sederhana dan jelas-jelas dari keluarga miskin. Waktu masih kecil persembahannya burung terkukur, suatu persembahan yang ‘khas’ orang miskin saat itu (kalau orang kaya, pasti kambing, domba bahkan lembu/sapi). Dan masih banyak lagi petunjuk Alkitab bahwa Tuhan Yesus menjadim manusia, hamba (baca: budak) yang menderita bagi manusia. B. “Miskin Itu Kurang Iman” Pandangan ini menegaskan bahwa setiap orang miskin adalah orang-orang yang kurang iman, bahkan tidak beriman. Tuhan itu Mahakaya, kita adalah anak Raja, tidak mungkin miskin! Jika miskin, berarti kita kurang beriman. Ini juga pandangan yang SALAH! Tanggapan Alkitab: Pandang ini jelas salah. Memang kurang iman dapat menyebabkan kemiskinan, tetapi tidak semua kemiskinan akibat kekuarangan iman. Sekali lagi ingat Ayub, Paulus dan Yesus yang sekalipun miskin, mereka tidak kekurangan iman bukan? Justru dii tengah kemiskinan, mereka menunjukkan iman dan kebergantungan pada Allah secara luar biasa! Dan lagi, iman menjadi ‘kerdil’ jika hanya ditujukan untuk mencari kekayaan (jadi kaya). Ini sangat menyedihkan hati Tuhan Yesus. KEBENARAN ALKITAB TENTANG KEMISKINAN Sesudah kita lihat pandangan yang salah, sekarang kita lihat pandangan yang benar, pandangan Alkitab tentang kemiskinan: I. Kaya atau miskin ada di dalam tangan TUHAN yang berdaulat (Amsal 22:2) Hidup, jodoh dan berkat (rejeki) ada di tangan TUHAN. Inilah yang dikatakan Alkitab. Miskin dan kaya, Tuhan yang menjadikan! Kebenaran ini justru mengharuskan kita untuk selalu mengandalkan Tuhan. Tanpa Tuhan, sia-sia usaha kita. Di sisi lain, kebenaran ini juga mendorong kita untuk berusaha (kerja) dengan sungguh-sungguh, termasuk membuang penyebab kemiskinan (misalnya dosa judi, mabuk dan sebagainya). II. Miskin Itu Menjadi Sarana Tuhan Untuk Membentuk Kita Menjadi Serupa Dengan Tuhan (Roma 8:28-29). Jelas bahwa Alkitab telah memeberikan arah bagi tuuan hidup kita, yaitu menjadi serupa dengan Kristus dan dengan demikian memuliakan Tuhan! Dan TUHAN turut bekerja dalam segala hal, termasuk kondisi kaya atau miskin untuk mendatangkan kebaikan bagi kita, yaitu menjadi serupa dengan DIA! (ayat 28). Misal: Ayub, yang jadi miskin untuk menumbuhkan karakternya seperti Kruistus. (band. Elia dan Paulus). III. Miskin Adalah Kondisi Sementara Di Dunia Ini Terakhir, Alkitab menegaskan bahwa miskin adalah kondisi sementara di dunia. Bukankah tidak selama-lamanya kita di dunia ini? Seperti kekayaan tidak kita bawa ke sorga, demikian dengan kemiskinan tidak akan pernah ikut kita ke sorga! Justru sebagai anaka-anak Tuhan Yesus, kita punya kepastian bahwa suatu kali kita semua akan menikmati kemuliaan selama-lamanya. Itulah sebabnya Paulus tidak pernah tawar hati, undur sekalipun menderita, fisiknya merosot dan mengalami kelaparan dan kemiskinan di dunia sebab Paulus memandang kemuliaan yang kekal! (2 Korintus 4:16-5:1). Akhirnya, mari kita menjadi orang Kristen yang teguh dan pantang menyerah. Bergantunglah pada Tuhan dan tetap berusaha dengan sungguh-sungguh. Bukankah, Allah di dalam Tuhan Yesus adalah Pemelihara kehidupan kita? Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.

Minggu, 31 Oktober 2010

KERAJAAN YANG TIDAK TERGONCANGKAN

IBRANI 13:25-29

Bencana-bencana yang terjadi di bangsa kita seringkali membuat kita terkejut dan bertanya-tanya: “Mengapa hal itu harus terjadi?” “Bagaimana nasib mereka yang mengalaminya?””Bagaimana seandainya itu terjadi pada kita?” belum ditambah lagi dengan “goncangan” ekonomi. Ya, dunia tempat kita berada mengalami banyak goncangan. Tetapi sadarkah kita sebagai orang-orang percaya, kita memiliki Kerajaan yang tidak tergoncangkan. Tidak seperti kerajaan-kerajaan dunia ini? Penulis surat Ibrani memberitahu kita hal ini (Ibrani 12:28).
MENERIMA KERAJAAN YANG TIDAK TERGONCANGKAN
Sekalipun kita berada di tempat yang dapat digoncangkan, namun kita memiliki Kerajaan yang tidak tergoncangkan. Bagaimana kita menerimanya?

I. Tunduk Kepada Kekuasaan Raja Kerajaan Yang Tidak Tergoncangkan
Dalam kerajaan yang tidak tergoncangkan, ada Raja, yaitu Tuhan Yesus Kristus yang harus kita taati dan hormati dalam setiap segi hidup kita. Kapan hal itu kita lakukan? Ketika kita tunduk dan taat kepada firman Tuhan yang adalah pelita bagi kaki kita dan terang bagi jalan kita (Maz 119:105), berarti kita sedang mentaati dan menghormati Raja Kerajaan yang tidak tergoncangkan.

II. Memandang Pada Kekekalan Kerajaan Yang Tidak Tergoncangkan
Kerajaan yang tidak tergoncangkan menunjuk pada sesuatu yang bersifat kekal dan bukan sementara. Sebab itu kita harus mengarahkan pandangan pada kekekalan dan hidup dalam kekudusan dan kebenaran. Karena hidup kita bukan hanya di dunia yang dapat tergoncangkan ini, maka kita harus hidup kudus sampai kita masuk dalam kerajaan yang tidak tergoncangkan. Allah-lah yang memindahkan kita ke dalam Kerajaan AnakNya (Kol 1:13) dan Ia juga yang sanggup manjaga kita sampai masuk dalam kekekalanNya (Yud 1:24). Ketika kita mengalami “guncangan”, KerajaanNya yang tidak terguncangkan hadir dalam hidup kita, melalui kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus (Rom 14:17)

III. Memiliki Sikap Yang Benar Sebagai Penerima Kerajaan Yang Tidak Tergoncangkan
Sebagai penerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, kita dituntut memiliki sikap hidup :
A. Mengucap Syukur
Melalui surat kepada Jemaat Tesalonika, Rasul Paulus mengajar kita untuk mengucap syukur senantiasa dalam segala hal (I Tes 5:18). Apakah kita dapat bersyukur senantiasa, terlebih pada saat situasi yang sulit sekalipun? Bersyukurlah senantiasa, karena kita adalah penerima kerajaan yang tidak tergoncangkan.

B. Hidup Menurut Tata Cara Kerajaan Yang Tidak Tergoncangkan
Kita dituntut memiliki sikap hidup yang sesuai dengan peraturan kerajaan yang tidak tergoncangkan, sehingga kita dilayakkan untuk tinggal di dalamnya. Tata Cara tersebut dapat kita ketahui dari firman Tuhan yang kita baca dan renungkan setiap hari.
C. Beribadah Kepada Tuhan Dengan Takut Dan Hormat
Seharusnya kita beribadah kepada Tuhan dengan takut dan hormat, karena Tuhan Yesus adalah Raja kerajaan yang tidak tergoncangkan. Mempersembahkan yang terbaik, yaitu hidup kita sebagai persembahan yang kudus, hidup dan berkenan kepadaNya (Roma 12:1-2). Berapa sering, kita beribadah dengan tidak takut dan hormat kepada Tuhan. Kita tidak sungguh-sungguh dalam memuji, menyembah dan mendengar firman Tuhan. Mari kita bertobat, dan mari beribadah kepada Dia dengan takut dan hormat. Ingatlah, kita adalah penerima kerajaan yang tidak tergoncangkan.

Akhirnya, sebagai penerima Kerajaan yang tak tergoncangkan, marilah kita tunduk kepada Raja, memandang kepada kekekalan, dan memiliki sikap hidup yang bersyukur, hidup menurut tata cara Kerajaan, dan beribadah kepada Tuhan dengan takut dan hormat. Amin!

Pdt. Adrian L. Manikome (Bitung)

Minggu, 24 Oktober 2010

SUKSES DALAM BEKERJA

Kejadian 39:1-23

Ingin berhasil dalam pekerjaan? Alkitab memberikan prinsip-prinsip untuk bekerja dengan efektif dan mencapai keberhasilan. Kejadian 39:1-23 memberikan kita prinsip-prinsip yang patut diteladani untuk menjadi pekerja yang berhasil. Yusuf adalah seorang pekerja yang sukses. Tetapi perlu digarisbawahi apa yang saya sebut kesuksesan menurut Alkitab. Pertama, sukses adalah pekerjaan yang berhasil (yang survive dan menghasilkan keuntungan). Ini sudah pasti. Kedua, sukses harusnya berarti ‘memberkati’ orang lain. Misalnya pemimpin dalam pekerjaan, sesama pekerja (karyawan atau sesama pebisnis) dan semua orang. Ketiga, yang paling utama, sukses disini harus berarti pekerjaan kita menyenangkan hati TUHAN kita, Yesus Kristus. Jadi, bukan hanya mencari keuntungan pribadi semata-mata. Ingat tujuan tertinggi setiap anak Tuhan apapun pekerjaan dan usahanya adalah menjadi serupa dengan Kristus sehingga hidup, keluarga dan pekerjaan kita memuliakan Tuhan Yesus saja!

RAHASIA BERHASIL DALAM PEKERJAAN
Mari kita renungkan prinsip bekerja di bawah ini dan kita lakukan dalam setiap pekerjaan kita sehingga pekerjaan kita dibuat TUHAN berhasil!

1. Penyertaan TUHAN! (ayat 2-3).
Rahasia yang paling penting dan utama dari keberhasilan seseorang dalam usaha (bekerja) adalah PENYERTAAN TUHAN, tidak ada yang lain! Perhatikan betapa penulis kisah Yusuf ini begitu menekankan bahwa penyertaan TUHAN-lah yang menjadikan kita berhasil, sehingga ia perlu menuliskan hingga 4 kali berturut-turut (lihat ayat 2, 3, 21 dan 23). Ya, hanya karena TUHAN menyertai kita,. kita dibuatNya berhasil Tanpa TUHAN kita bukan apa-apa, kita tidak dapat berbuat apa-apa, tetapi oleh TUHAN kita dimampukan untuk mengerjakan sesuatu ! Jadi, betapa salahnya jika kita beranggapan bahwa yang menjamin keberhasilan kita adalah kemampuan kita mengelola, pendidikan bisnis, seminar-seminar, pengalaman kerja, koneksi, modal, kemampuan marketing dan sebagainya! Semua mungkin diperlukan, tetapi tanpa TUHAN, semua itu bukan apa-apa! Lalu apakah kita yakin kalau TUHAN beserta kita? Amin? Atau ada yang tidak dapat meyakini penyertaan Tuhan dalam hidupnya? Memang untuk menemukan peneguhan akan penyertaan Tuhan Yesus dalam hidup kita ada 2 hal yang penting. Pertama, Relasi yang intim dengan Tuhan Yesus. Iman Kristen adalah relasi bukan sekedar ucapan bibir bahwa percaya Tuhan Yesus! Apakah Saudara memiliki relasi yang intim dengan Tuhan? Ibadah tidak, doa pribadi dan baca Alkitab tidak juga, apalagi persekutuan dengan sesama orang percaya tidak pernah. Tidak mengherankan jika Saudara menjadi bimbang, bahkan mengira Tuhan ‘jauh’. Kedua, peneguhan akan penyertaan Tuhan Yesus didapat dalam kehidupan yang takut akan Tuhan, hidup benar! Bukankah yang memisahkan kita dengan Allah adalah dosa dan kejahatan kita? (Yesaya 59:1-2). Jika kita hidup dalam dosa apakah itu menunjukkan Tuhan menyertai kita? Justru menunjukkan sikap praktis kita bahwa Tuhan ‘tidak ada’, buktinya demikian mudah kita, tanpa takut pada Dia, melakukan dosa dan kejahatan. Mari hidup dalam kebenaran FirmanNya dan renungkan betapa penyertaanNya begitu nyata dalam hidup dan usaha kita.

2. Berintegras (ayat 6-20).
Berintegras artinya, memiliki mutu, sifat dan keadaan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan dan kejujuran (KBBI). Secara sederhana berintegritas berarti hidup takut akan Tuhan, kehidupan yang selalu sadar bahwa hidup ini, termasuk pekerjaan, diawasi oleh Tuhan Yesus di mana dan kapan saja. Yusuf seorang yang berintegras. Integritas seseorang akan nyata saat ujian dan godaan datang! Dan Yusuf sudah membuktikan bahwa dia berintegritas. Awas godaan datang dengan memberi kita kesempatan untuk jatuh dalam dosa dan kejahatan yang merusakkan integritas kita sebagai pekerja Kristen! Selanjutnya godaan selalu datang dengan tawaran yang menggiurkan namun berakhir celaka! Misalnya cepat kaya, kesempatan untuk sukses dengan menghancurkan orang lain, mencari untung dengan merugikan orang lain dan dosa lainnya! Ingin sukses, jadilah pekerja yang berintegritas.

3. Berdedikasi (ayat 3, 6).
Yusuf seorang pekerja yang berdedikasi, mengabdikan dirinya. Ini menyangkut kerajianan dan kesungguhan dalam bekerja. Lihat saja, Yusuf bekerja sampai Potifar, bosnya, “tidak usah mengerjakan apa-apa lagi”. Tuhan memberkati orang yang rajin bekerja dan bersungguh-sungguh dalam bekerja.

4. Mengembang diri.
Yusuf seorang pekerja yang mengembangkan dirinya terus menerus. Yusuf bukanlah seorang muda yang merantau untuk mencari pekerjaan dan pengalaman! Sebelumnya dia adalah “anak papa” yang tinggal di kemah, namun Yusuf berhasil menjadi pelayan di rumah Potifar dan dipercaya menjadi kepala rumah di sana. Kalau bukan karena mau dan berusaha mengambangkan diri, apa yang dilakukan Yusuf? Lihat bagaimana dia mengem-bangkan kompetensinya saat dipenjara dan kemudian Tuhan buat berhasil dan ‘layak’ menjadi pejabat negara Mesir! Saudara harus mengem-bangkan diri.

5. Tidak mudah menyerah (ayat 20-23).
Kehidupan Yusuf tidak langsung sukses, bahkan penuh tantangan, namun dia tidak pernah menyerah! Tantangan bukan penghalang keberhasilan, tetapi justru mengokohkan keberhasilan di masa yang akan datang. Jangan mudah menyerah, pandanglah betapa besar TUHAN kita Yesus Kristus dan bergantunglah padaNya! Tuhan Yesus Memberkati

Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.

Minggu, 17 Oktober 2010

MENJADI KAYA, MAU?

(STUDI MENGENAI KEKAYAAN MENURUT KITAB AMSAL)

Menjadi kaya merupakan keinginan semua orang. Tidak ada orang yang tidak mau kaya. Bahkan segala usaha dilakukan supaya menjadi kaya. Namun untuk menjadi kaya ada hal-hal penting yang harus diperhatikan. Dan Kitab Amsal memberikan kepada kita rahasia bagaimana menjadi kaya yang sesuai dengan firman Tuhan.

Hal Pertama Yang Harus Kita Ketahui:
Inilah hal pertama yang harus bagi Saudara yang mau kaya, ketahui Keinginan untuk cepat menjadi kaya adalah perkara yang dilarang Tuhan (Ams 28:20; 23:4-5). Tuhan melarang apabila:
a. Ada nafsu / desire untuk menjadi kaya (band. Terjemahan KJV dan NIV).
b. Bahaya menghalalkan segala cara.
Rasul Paulus juga mengingatkan kita agar jangan “ingin kaya” dan mengejar uang (I Tim 6:6-10), karena berakibat:
- Terjatuh dalam pencobaan, jerat nafsu yang hampa dan mencelakakan dan membinasakan.
- Menyimpang dari iman
- Menyiksa diri dalam berbagai-bagai duka.

RAHASIA MENJADI KAYA MENURUT KITAB AMSAL
I. Menyadari Bahwa Tuhan Adalah Sumber Berkat (Ams 10:22; 22:2)
Tuhanlah yang menjadikan kita kaya. Dia berdaulat menjadikan kaya dan miskin. Dan hal ini menunjukkan dua hal, yang pertama, menolak segala usaha (bekerja) dengan mengandalkan kekuatan sendiri tanpa Allah! Kalau kita menyadari bahwa Tuhan-lah sumber berkat, maka kita seharusnya bekerja segiatnya dengan mengandalkan Tuhan. Kedua, ini menolak paham fatalisme dimana kalau seseorang miskin, ini karena nasibnya memang jadi orang miskin. Benar Tuhan-lah yang berdaulat, tetapi siapa yang tahu nasib (keputusan akhir)? Tidak ada kan? Sebab itu Tuhan juga mengajarkan kita untuk bekerja segiatnya dan bergantung kepada Tuhan.

II. Rajinlah Bekerja (Ams 10:4)
Tuhan memberkati orang-orang yang rajin bekerja. Kemalasan hanya menghasilkan kemiskinan. Tuhan memberi contoh binatang semut yang rajin dalam bekerja yaitu mengumpulkan makanan (6:6-11). Rajin bekerja tidak sama dengan gila kerja. Orang yang gila kerja tidak memperdulikan waktu-waktu dalam hidupnya (waktu untuk beribadah, keluarga, istirahat, dst), yang penting bekerja. Jelas bukan ini yang dimaksud dengan ‘rajin bekerja’! Masih ingat slogan “ora et labora” yang artinya berdoa dan bekerja? Jelas bahwa sekalipun kerajianan penting, namun berdoa dan ibadah kepada Tuhan harus menjadi prioritas utama kita (bandingkan dengan bagian I).

III. Jangan Pelit (Ams11:24-27)
Sumbat kelimpahan dari Tuhan adalah kekikiran! (Ams 28:22). Seringkali kita tidak diberkati Tuhan karena kita kikir atau pelit. Amsal berkata bahwa ada yang menyebar harta justru kelimpahan, tetapi yang pelit akan menjadi kekurangan dalam hidupnya. Jangan pelit! Pertama, jangan pelit kepada Tuhan. Kembalikan persepuluhan, yang adalah milik Tuhan. Bukankah Allah berjanji untuk membuka tingkap-tingkap langit dan memberkati kita? (Maleakhi 3:10). Mari belajar memberikan persembahan syukur persembahan bagi pekerjaan Tuhan, pembangunan dan bagi para hamba Tuhan. Siapa banyak menabur akan menuai bukan? (Ams 3:9-11). Memberi persembahan juga tidak perlu m
enunggu kita diberkati limpah, namun melalui berkat yang ada, kita belajar memberi persembahan kepada Tuhan dan Tuhan Yesus pasti memberkati kita. Kedua, tidak pelit pada sesama. Mari kita belajar memberi sesama, saudara seiman yang kekurangan, sesama yang membutuhkan pertolongan, yang sakit dan membutuhkan bantuan. Dan lihatlah bagaimana Tuhan memberkati kita dengan limpah!

IV. Belajar Mengatur Keuangan (Ams 13:11)
Kebocoran dalam hal keuangan kita seringkali karena TIDAK DAPAT MENGATUR keuangan kita dengan baik dan benar. Penulis Amsal dengan jelas mengajar untuk mengatur keuangan dengan baik dan benar. Dahulukan milik Allah, yaitu persepuluhan, baru kemudian kebutuhan pokok kita dan baru hal-hal yant tidak pokok dan akhirnya harus menabung! Ini susunan prioritasnya. Jadi, berhemat adalah perlu. Tetapi perlu diingat bahwa hemat tidak sama dengan kikir/pelit. Jangan kita konsumtif (suuka belanja bahkan yang tidak perlu atau yang tidak kita butuhkan). Juga jangan berfoya-foya (Ams 21:17). Terakhir, menabunglah karena menabung adalah bagian dari mengatur keuangan yang baik. Kita harus belajar menabung dengan demikian menempatkan diri sebagai orang yang bijak (13:1).

V. Hiduplah Takut Akan Tuhan (Ams 22:4; 28:20)
Kekayaan merupakan janji (berkat) Tuhan bagi orang yang takut akan Dia. Sikap takut akan Tuhan harus nyata waktu kita bekerja! Misalnya bekerja dengan jujur, tidak korupsi uang perusahaan, bekerja dengan giat sekalipun majikan tidak ada di tempat dan sikap-sikap benar yang lain yang merupakan wujud rasa takut kita kepada Tuihan Yesus (Lihat ayat-ayat praktis yang menegaskan sikap takut aan Tuhan dalam bekerja ini: Ams 10:2; 21:6; 13:22; 22:16). Takut akan Tuhan juga harus nyata dalam mengelola keuangan. Jangan tidak jujur terhadap Tuhan. Ingin diberkati denngan limpah? Takutlah akan Tuhan kita, Yesus Kristus.

Akhirnya, lakukanlah prinsip Alkitab dan lihatlah bagaimana Tuhan kita Yesus Kristus, Sang Pemberkat memberkati kita dengan limpah dalam segala kemurahanNya.

Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.

Minggu, 10 Oktober 2010

LAKSANA RAJAWALI

Ulangan 32:11

Rajawali merupakan jenis burung yang gagah dan kuat. Kekristenan yang tangguh dan kuat digambarkan oleh Alkitab seperti burung Rajawali. Dan tentunya Allah menghendaki setiap orang percaya menjadi kuat dan teguh dalam imannya. Namun untuk menjadi seorang Kristen laksana Rajawali harus melalui sebuah proses. Dan proses ini dikerjakan oleh Allah sendiri. Seekor Induk Rajawali memiliki tanggung jawab yang besar bagi anak-anaknya. Bagai Induk Rajawali, Allah memberikan:

I. Jaminan Pemeliharaan
Sejak saat ia hendak bertelur, ia sudah menyiapkan sebuah sarang bagi telur-telurnya (anak-anaknya) kelak. Sarang tersebut terbuat dari ranting-ranting yang berduri yang kemudian ditutupi dengan bulu-bulunya sendiri yang dirontokkan. Pada saat telur-telurnya menetas, ia yang bertugas mencari makanan dan menyuapi anak-anaknya. Allah mengajar kita supaya tidak kuatir tentang kebutuhan hidup (Matius 6:25-26). Karena Allah sendiri yang menjamin pemeliharaan hidup kita. Bukan hanya di dunia ini tapi sampai kita masuk dalam Kerajaan Surga.

II. Jaminan Perlindungan
Dalam keadaan bahaya, Induk Rajawali akan mengembangkan sayapnya untuk melindungi anak-anaknya dalam sarang dari serangan burung Rajawali (jantan) yang akan memangsa anak-anaknya. Bahkan ia rela tubuhnya tercabik-cabik demi melindungi anak-anaknya. Demikian pula Allah memberi jaminan perlindungan kepada setiap kita anak-anaknya. Allah rela berkorban dengan jalan mati di kayu salib untuk menebus dosa-dosa kita. Yang akan selalu kita ingat, setiap kali kita menikmati Perjamuan Kudus.

III. Didikan Supaya anak-anakNya menjadi Kristen “Rajawali”
Bukan hanya memberi jaminan pemeliharaan dan perlindungan, tapi Allah memberikan didikan bagi anak-anakNya. Induk Rajawali akan berusaha mendidik anak-anaknya untuk menjadi Rajawali yang dewasa. Mampu terbang tinggi, kuat dan gagah. Untuk melatih anak-anaknya, Induk rajawali:

a. Menggoyangbangkitkan isi sarangnya.
Sehingga bulu-bulu yang menjadi alas sarang jatuh berterbangan, yang tertinggal adalah ranting duri. Ranting-ranting itu akan membuat anak-anak rajawali tidak nyaman dan tidak enak-enakan dalam sarang.
b. Mendukung di atas kepaknya
Dengan sayapnya, Induk Rajawali akan mendukung anak-anaknya satu persatu untuk dibawa terbang tinggi lalu dijatuhkan. Tapi pada sebuah ketinggian tertentu, ia akan kembali mendukung anaknya, membawa terbang tinggi lagi, kemudian menjatuhkan lagi dan seterusnya. Sehingga mau tidak mau seekor rajawali kecil harus belajar terbang.

Demikian pula Allah mendidik anak-anakNya. Allah bagaikan Induk Rajawali yang mengoyangbangkitkan isi sarangnya dan menyokong anak-anaknya di atas sayapnya (ay.11). Allah mengijinkan “ranting duri” yaitu permasalahan, pergumulan dan tantangan hidup “menyakiti” kita. Supaya kita memiliki iman yang bertumbuh. Ia “menjatuhkan” kita supaya kita belajar “terbang”. Terbang tinggi laksana Rajawali yang mengatasi segala badai. Allah membuat kita mampu mengatasi segalai badai dalam kehidupan kita.
Tapi ingat, ada satu hal yang tidak boleh kita lupakan. Dalam mendidik kita, Allah tidak membiarkan atau meninggalkan kita. Ia selalu ada bersama kita, selalu mendukung kita di atas sayapnya dengan memberikan kekuatan, penghiburan, sukacita. Sehingga kita tidak mudah putus asa atau menyalahkan Tuhan. Tapi mempercayai bahwa semua yang Allah ijinkan terjadi untuk menjadikan iman kita bertumbuh menjadi Kristen laksana Rajawali. Kekristenan yang memiliki iman yang kuat dan tangguh dalam mengatasi badai hidup.

Marilah kita bersyukur, bahwa Allah yang kita sembah adalah Allah yang memberikan Jaminan Pemeliharaan, Jaminan Perlindungan, dan Yang mendidik kita untuk menjadi Kristen laksana Rajawali yang kuat dan terbang tinggi.
Tuhan Yesus Memberkati.


Pdt. Agus Santoso, Ph. D ( Jakarta )

Minggu, 03 Oktober 2010

JADILAH TELADAN !

“Jadilah teladan”, yaitu teladan yang baik, supaya orang yang lebih tua sekalipun menghormati kamu. Kita harus menjadi teladan dalam perkataan, tingkah laku, kasih, kesetiaan dan kesucian. Tidak cukup hanya mengajar dengan perkataan saja, haruslah disertai dengan tingkah laku juga. Janganlah perkataan kita membangun tetapi tingkah laku kita menjatuhkan. Baiklah kita berhati-hati dengan tingkah laku dan setiap perkataan kita, agar semuanya itu menjadi teladan yang baik. Biarlah imanmu teguh dan kasihmu lebih besar, dan terutama sekali hendaklah kamu menjadi teladan dalam hal kesucian. Itulah pesan Paulus kepada Timotius dan kalau ditaati, pasti tidak ada seorang pun yang menganggap ia rendah hanya karena ia masih muda.

Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.
1. DALAM PERKATAANMU.
Firman Tuhan mengajar kita untuk menjaga perkataan kita, sehingga menjadi teladan. (Efesus 4:29; Kolose 3:8, 4:6). Contoh : Kesaksian gadis Israel kepada nyonyanya. Agar Naaman menghadap nabi yang di Samaria, maka tentulah nabi itu akan menyembuhkan dia dari penyakitnya. ontoh : Ketika Naaman sedang gusar dan marah, maka pegawai-pegawainya datang mendekat serta berkata kepadanya: “Bapak seandainya nabi itu menyuruh perkara yang sukar kepadamu, bukankah Bapak akan melakukannya? Apalagi sekarang, ia hanya berkata kepadamu mandilah dan engkau akan menjadi tahir”. Maka turunlah ia membenamkan dirinya 7 kali dalam sungai Yordan, sesuai dengan perkataan Abdi Allah itu, maka pulihlah tubuhnya kembali seperti tubuh seorang anak dan ia menjadi tahir. Apakah perkataan kita menjadi berkat bagi orang lain seperti gadis Israel dan para pegawai Naaman?

2. DALAM TINGKAH LAKUMU.

Firman Tuhan mengajar kita untuk menjadi teladan dalam tingkah laku kita. Yeremia 17:10 “Aku, Tuhan, yang menyelidiki hati, yang menguji batin, untuk memberi balasan kepada setiap orang setimpal dengan tingkah langkahnya, setimpal dengan hasil perbuatannya.” (band. Roma 2:6-11 ; Yeremia 16:17-18).

3. DALAM KASIHMU.

Firman Tuhan mengajar kita untuk menjadi teladan dalam kasih kita. Matius 22:39 “Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah:Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. ( band. Efesus 5:2 ; 1 Yohanes 3:18) Contoh: Matius 9:35-36 “Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala.” (Matius 14:14-21;Lukas 10:33;Lukas 7:12-13)

4. DALAM KESETIAANMU.
Firman Tuhan mengajar kita untuk menjadi teladan dalam kesetiaan (1 Timotius 6:11) 2 Timotius 2:22 “Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan,kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni”. (Galatia 5:22; 1 Samuel 26:23-25; Wahyu 2:10)

5. DALAM KESUCIANMU.
Firman Tuhan mengajar kita untuk menjadi teladan dalam kesucian kita. Contoh: Kisah Yusuf yang digoda isteri Potifar untuk tidur dengannya. Tetapi Yusuf menolak. Bagi Yusuf berbuat zinah merupakan sebuah kejahatan yang besar dan berdosa terhadap Allah (Kejadian 39:7-20; 39:8-9).

Marilah kita menjadi teladan dalam perkataan, tingkah laku, kasih, kesetiaan dan kesucian kita! Sehingga hidup kita menjadi berkat bagi orang lain dan memuliakan Tuhan. Tuhan Yesus Memberkati
.


Pdt. Gersom Sunarto - NTT

Senin, 27 September 2010

MEMINTA BERKAT, APA SALAHNYA?

Mazmur 67:1-8Meminta berkat dari Tuhan, apa salahnya? Tidak ada salahnya, bukan? Banyak orang Kristen yang merasa “kurang rohani” kalau meminta berkat apalagi kalau minta ‘berkat jasmani’. Tentu saja kalau hanya meminta atau tahunya cuma minta-minta berkat saja memang kurang ‘pas’, tanpa meminta berkat rohani, misalnya kehidupan rohani yang bertumbuh. Tetapi meminta berkat kepada Tuhan itu tidak ada salahnya. Coba perhatikan Pemazmur dalam mazmur 67 ini, Pemazmur meminta berkat dari Tuhan! Mazmur 67 menggarisbawahi 2 (dua) kebenaran saat kita meminta berkat Tuhan.

I. Mintalah Berkat TUHAN!
Pemazmur meminta berkat Tuhan. Tuhan senang jika anak-anakNya meminta kepadaNya. Coba bandingkan dengan sabda Tuhan Yesus dalam Injil Matius 7:7-11. Tuhan Yesus menyampaikan sabdaNya: “Mintalah, kamu akan menerima...”. Sekalipun Bapa kita tahu apa yang kita butuhkan, namun Dia tetap menyuruh kita meminta berkatNya (band. 6::31-32). Dalam doa Bapa Kami, Tuhan juga mengajar agar setiap kali kita berdoa, agar meminta ‘makanan (TL: rejeki) yang secukupnya’ (Matius 6:11). Memang ketika kita meminta kepada bapa kita dalam nama Tuhan Yesus menunjukkkan sikap kebergantungan kita pada Dia. Kedua, Bukankah Tuhan Bapa kita adalah Pemberi segala hal yang baik bagi anak-anakNya? (Band. Matius 7:11). Sejak semula Allah adalah Sang Pemberi. Dia yang memberikan kehidupan bagi manusia bahkan menciptakan semuanya untuk diberikan kepada manusia agar dikelola bagi kemuliaanNya!
Apa yang diminta Pemazmur? (ayat 2)

Permintaan Pemazmur dalam doa yang dinyanyikan ini mengajarkan kita juga supaya meminta apa yang pelru, yang sebenarnya kita butuhkan. Pertama, belas kasihan Allah. Pemazmur memohon belas kasihan Tuhan. Hanya karena belas kasihan Tuhan kita ada dan hidup bukan? Tanpa kemurahan Allah apakah manusia seperti kita dapat hidup? Ketika kita meohon belas kasihanNya, kita menyadari bahwa tanpa Tuhan kita bukan apa-apa; tidak dapat mengerjakan apa-apa dan tidak akan dapat hidup! Kedua, mintalah berkat Tuhan. Bukankah sumber berkat bagi hidup kita hanya Tuhan? Pemazmur pasti meminta berkat jasmani. Lihat Pemazmur menunjukkan bahwa Tuhan memberkati melalui hasil tanah (ayat 7). Kita dapat berusaha semaksimal mungkin, namun berkat tetap ada ditangan Tuhan bagi kita. Jadi, mintalah berkat dari Tuhan. Ketiga, Allah menyinari dengan wajahNya. Istilah ini menunjuk pada perhatian Tuhan. Dalam Bilangan 6:24-26 menjelaskan kepada kita bahwa ini merupakan kepenuhan dari seluruh berkat-berkat Allah.

II. Miliki Motivasi Yang Benar! (ayat 3)
Jika kita dianugerahi Allah hak istimewa untuk meminta, mengapa tidak meminta berkat Allah? Tetapi perlu kita renungkan apa sih yang mendorong kita untuk meminta berkat dari Allah? Apa motivasi kita memohon berkat? Mari kita perhatikan motivasi Pemazmur ini: “Supaya jalanMu dikenal di bumi, dan keselamatanMu di antra segala bangsa.” (ayat 3). Secara sederhana dapat kita simpulkan bahwa motivasi yang benar saat kita meminta berkat-berkat Allah adalah supaya Allah dalam Tuhan kita Yesus Kristus dimuliakan!

Bukan untuk memuaskan ketamakan dari nafsu keinginan diri sendiri! Berapa banyak anak Tuhan yang ‘jatuh’ karena keinginannya. Yakobus mengingatkan bahwa doa yang semata-mata untuk memuaskan hawa nafsu tidak akan menerima apa-apa! (Yakobus 4:2-3). Meminta berkat BUKAN untuk kepentingan diri sendiri (keegoisan)! Misalnya ingin membalas dendam, ingin menunjukkan ‘saya mampu’ dan sebagainya. Ingat ini: Kita diciptakan, diselamatkan dan diberkati untuk MEMULIAKAN TUHAN saja! Ini motivasi yang benar.

Mintalah berkat-berkat Tuhan dengan karena kerinduan kita untuk memuliakan Tuhan dengan apa yang Tuhan sediakan dan berikan bagi kita! Perlu diingat bahwa motivasi untuk meminta berkat dari Tuhan bukan hanya motivasi, tetapi harus diwujudkan setelah kita menerima berkat-berkatNya! Pertama, kehidupan kita yang diberkati Tuhan menjadi kesaksian bagi banyak orang. Kedua, kita harus menyaksikan kebaikan dan berkat Tuhan yang sudah kita terima dariNya. Jangan hanya menjadi kesaksian, tetapi saksikan bahwa TUHAN hidup dan Dia Juruselamat. Ketiga, dengan berkat yang kita terima, kita memuliakan Tuhan, termasuk sebagian dari harta yang diberkatkan kepada kita. Sudah seharusnya sebagian dari berkat yang kita terima dariNya kita persembahkan bagi kemuliaan namaNya. Kita dapat mempersembahkan untuk mendukung pekerjaan Tuhan, penginjilan, para hambaTuhan dalam pelayanan dan sebagainya. Bukankah ini motivasi yang benar? Mengapa seringkali doa-doa supaya diberkati seperti tidak terjawab? Hal ini terjadi seringkali karena saat kita dipercaya oleh Tuhan mengelola (menatalayani) berkat-berkatNya, kita tidak menggunakannya untuk kemuliaanNya! Kita terlalu pelit (baca: tamak) untuk mempersembahkan bagi Tuhan, Sang Pemberkat! Bahkan terkadang persepuluhan yang adalah milikNya juga tidak kita kembalikan kepadaNya. Bagaimana Allah akan mempercayakan segala sesuatu kepada yang tidak dapat dipercaya? Ingatlah motivasi terutama dari doa permintaan atas berkat-berkat Tuhan adalah MEMULIAKAN DIA! Mintalah dan biarlah itu dimotivasi oleh kerinduan untuk memuliakan Tuhan kita Yesus Kristus. Menceritakan kebaikanNya dan mengenalkan bahwa di dalam Dia-lah keselematan dan hidup! Soli Deo gloria (segala kemuliaan bagi Allah!).

Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.

Minggu, 19 September 2010

“Jangan Takut, Percaya Saja !”


Markus 5:21-43

“Jangan takut, percaya saja!” Demikian perkataan Tuhan Yesus kepada Yairus, kepala rumah ibadah. Megapa? Karena ada alasan untuk Yairus takut dan tidak percaya, melihat situasi kondisi yang dialami. Seperti kita ketahui dalam kisah ini, anak Yairus menderita sakit dan hampir mati. Lalu dia datang kepada Yesus dan memohon Yesus datang ke rumahnya untuk menyembuhkan anaknya. Tetapi ditengah perjalanan, perjalanan Yesus dan Yairus “terhalang” oleh peristiwa penyembuhan perempuan yang sakit pendarahan, yang tentunya cukup menyita waktu. Ditambah dengan kabar dari keluarga Yairus yang menyatakan bahwa anak Yairus sudah mati, dan tak perlu membawa Yesus datang ke rumahnya. Tetapi di ayat 35, Yesus berkata: “Jangan takut, percaya saja!”

I. JANGAN TAKUT, ...!
Telah kita bahas pada bagian awal, bahwa Yairus mempunyai alasan untuk takut menghadapi permasalahannya.

A. Kehidupan dan permasalahannya seringkali membuat kita takut.
Ya, banyak kali kita takut menghadapi masalah, pekerjaan, tantangan-tantangan hidup, masa depan, dan lain sebagainya. Ketika bangsa Israel hendak memasuki tanah Kanaan, maka diutuslah 12 pengintai. Namun kabar yang dibawa oleh 10 pengintai (selain Yosua dan Kaleb) membuat bangsa Israel menjadi takut, dan merasa seperti belalang dibandingkan dengan penduduk Kanaan yang seperti raksasa (Bilangan 13:27-33). Apakah kita juga takut menghadapi kehidupan ini? Yairus pun takut, itu manusiawi, tetapi Yesus berkata kepada Yairus dan kepada kita: “Jangan takut, ...!

B. Tuhan Yesus berkata: “Jangan Takut, ...!
Tuhan Yesus memberikan jaminan bagi rasa takut kita. Karena Dia adalah Allah yang berkuasa untuk mengusir segala ketakutan kita. Marilah kita mempercayai kuasaNya. Kepada murid-murid yang ketakutan dengan ombak dan gelombang, Yesus berkata; “Ini Aku, jangan takut! Maka segala ketakutan pun lenyaplah (Yohanes 6:20). Perkataan Tuhan Yesus merupakan “obat” bagi rasa takut. Tuhan Yesus sanggup “menyembuhkan” rasa takut kita. Sebab itu jangan takut!
II. “ ... PERCAYA SAJA!”
Dalam kamus bahasa Indonesia, maka kata “percaya” juga diartikan: tidak meragukan kemampuan.
A. Kondisi kehidupan yang tanpa pengharapan
membuat kita kehilangan kepercayaan.
Kabar dari keluarga Yairus, merupakan kabar tanpa pengharapan yang bisa menghilangkan kepercayaan Yairus kepada Tuhan Yesus. Tetapi Tuhan berkata: “Percaya saja!” Seolah-olah Tuhan berkata kepada Yairus; “Percayakan semua kepada kemampuanKu!” Percaya Tuhan Yesus berarti tidak meragukan kemampuanNya untuk menolong kita. Mungkin hari ini kita sepertinya hidup tanpa pengharapan, tetapi percayalah ! Jangan ragukan kemampuanNya. Dia sanggup untuk menolong kita.

B. Tidak Pernah Sia-sia Percaya Kepada Yesus.
Tidak akan pernah sia-sia kita percaya kepada Tuhan sekalipun situasi kondisi “terlihat” semakin sulit. Dalam kondisi yang sulit (ada kabar bahwa anaknya mati), Yairus mempercayai Tuhan. Hal ini terbukti bahwa dia tetap membawa Yesus ke rumahnya. Ketika situasi kehidupan kita semakin sulit, apakah kita tetap percaya kepada Tuhan? Atau kita tidak percaya lagi kepada Tuhan dan meragukan kemampuan Tuhan untuk menolong kita? Doa Nabi Habakuk menyatakan rasa percaya yang sungguh-sungguh kepada Tuhan, sekalipun kondisi sulit dan tidak ada harapan (Hab. 3:17-19).

C. Tuhan Yesus berkata: “... Percaya Saja!”
Artinya percaya sungguh-sungguh kepada Tuhan dan tidak bimbang. “Cukup” percaya saja. Yairus perlu percaya saja, tidak perlu yang lain. Di sini bukan berarti kita tidak perlu berusaha. Yairus sudah berusaha (melakukan bagiannya) yaitu: datang kepada Yesus, sujud dan memohon pertolongan Tuhan Yesus (ayat 22). Dan saat itu Yairus hanya perlu percaya saja dan melihat Tuhan bertindak bagianNya (menghidupkan anaknya). Apabila kita telah melakukan bagian kita, maka Tuhan akan melakukan bagianNya, yaitu menyatakan mujizatNya.Kita cukup percaya saja kepadaNya.

Dalam menjalani kehidupan ini, marilah kita selalu mengingat perkataan Tuhan:”Jangan takut, percaya saja!” Sebab hanya Dia yang sanggup mengusir ketakutan kita dan akan bertindak untuk menyatakan mujizat bagi kita yang percaya.
Tuhan Yesus memberkati.

Pdm. Dwi Cahyono, S.Th

Alasan Tidak Membayar Perpuluhan

Tiga orang yang berbeda profesi sedang berdiskusi soal perpuluhan. Mereka masing-masing mengemukakan alasan mengapa mereka belum membayar perpuluhan.

Akuntan: Saya belum membayar perpuluhan karena belum menerima surat tagihan dari Tuhan.

Pengacara: Kalau saya belum membayar perpuluhan karena belum ada undang-undang yang mengaturnya.

Bankir: Saya sih sudah lama mau membayar perpuluhan, tapi sampai sekarang saya belum tahu nomor rekening Tuhan.

cabe deeeh....

ALBUM KENANGAN