Selamat datang di www.wartamaranatha.blogspot.com - Memberitakan Injil dan Mendewasakan Kerohanian

Minggu, 10 Oktober 2010

LAKSANA RAJAWALI

Ulangan 32:11

Rajawali merupakan jenis burung yang gagah dan kuat. Kekristenan yang tangguh dan kuat digambarkan oleh Alkitab seperti burung Rajawali. Dan tentunya Allah menghendaki setiap orang percaya menjadi kuat dan teguh dalam imannya. Namun untuk menjadi seorang Kristen laksana Rajawali harus melalui sebuah proses. Dan proses ini dikerjakan oleh Allah sendiri. Seekor Induk Rajawali memiliki tanggung jawab yang besar bagi anak-anaknya. Bagai Induk Rajawali, Allah memberikan:

I. Jaminan Pemeliharaan
Sejak saat ia hendak bertelur, ia sudah menyiapkan sebuah sarang bagi telur-telurnya (anak-anaknya) kelak. Sarang tersebut terbuat dari ranting-ranting yang berduri yang kemudian ditutupi dengan bulu-bulunya sendiri yang dirontokkan. Pada saat telur-telurnya menetas, ia yang bertugas mencari makanan dan menyuapi anak-anaknya. Allah mengajar kita supaya tidak kuatir tentang kebutuhan hidup (Matius 6:25-26). Karena Allah sendiri yang menjamin pemeliharaan hidup kita. Bukan hanya di dunia ini tapi sampai kita masuk dalam Kerajaan Surga.

II. Jaminan Perlindungan
Dalam keadaan bahaya, Induk Rajawali akan mengembangkan sayapnya untuk melindungi anak-anaknya dalam sarang dari serangan burung Rajawali (jantan) yang akan memangsa anak-anaknya. Bahkan ia rela tubuhnya tercabik-cabik demi melindungi anak-anaknya. Demikian pula Allah memberi jaminan perlindungan kepada setiap kita anak-anaknya. Allah rela berkorban dengan jalan mati di kayu salib untuk menebus dosa-dosa kita. Yang akan selalu kita ingat, setiap kali kita menikmati Perjamuan Kudus.

III. Didikan Supaya anak-anakNya menjadi Kristen “Rajawali”
Bukan hanya memberi jaminan pemeliharaan dan perlindungan, tapi Allah memberikan didikan bagi anak-anakNya. Induk Rajawali akan berusaha mendidik anak-anaknya untuk menjadi Rajawali yang dewasa. Mampu terbang tinggi, kuat dan gagah. Untuk melatih anak-anaknya, Induk rajawali:

a. Menggoyangbangkitkan isi sarangnya.
Sehingga bulu-bulu yang menjadi alas sarang jatuh berterbangan, yang tertinggal adalah ranting duri. Ranting-ranting itu akan membuat anak-anak rajawali tidak nyaman dan tidak enak-enakan dalam sarang.
b. Mendukung di atas kepaknya
Dengan sayapnya, Induk Rajawali akan mendukung anak-anaknya satu persatu untuk dibawa terbang tinggi lalu dijatuhkan. Tapi pada sebuah ketinggian tertentu, ia akan kembali mendukung anaknya, membawa terbang tinggi lagi, kemudian menjatuhkan lagi dan seterusnya. Sehingga mau tidak mau seekor rajawali kecil harus belajar terbang.

Demikian pula Allah mendidik anak-anakNya. Allah bagaikan Induk Rajawali yang mengoyangbangkitkan isi sarangnya dan menyokong anak-anaknya di atas sayapnya (ay.11). Allah mengijinkan “ranting duri” yaitu permasalahan, pergumulan dan tantangan hidup “menyakiti” kita. Supaya kita memiliki iman yang bertumbuh. Ia “menjatuhkan” kita supaya kita belajar “terbang”. Terbang tinggi laksana Rajawali yang mengatasi segala badai. Allah membuat kita mampu mengatasi segalai badai dalam kehidupan kita.
Tapi ingat, ada satu hal yang tidak boleh kita lupakan. Dalam mendidik kita, Allah tidak membiarkan atau meninggalkan kita. Ia selalu ada bersama kita, selalu mendukung kita di atas sayapnya dengan memberikan kekuatan, penghiburan, sukacita. Sehingga kita tidak mudah putus asa atau menyalahkan Tuhan. Tapi mempercayai bahwa semua yang Allah ijinkan terjadi untuk menjadikan iman kita bertumbuh menjadi Kristen laksana Rajawali. Kekristenan yang memiliki iman yang kuat dan tangguh dalam mengatasi badai hidup.

Marilah kita bersyukur, bahwa Allah yang kita sembah adalah Allah yang memberikan Jaminan Pemeliharaan, Jaminan Perlindungan, dan Yang mendidik kita untuk menjadi Kristen laksana Rajawali yang kuat dan terbang tinggi.
Tuhan Yesus Memberkati.


Pdt. Agus Santoso, Ph. D ( Jakarta )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Alasan Tidak Membayar Perpuluhan

Tiga orang yang berbeda profesi sedang berdiskusi soal perpuluhan. Mereka masing-masing mengemukakan alasan mengapa mereka belum membayar perpuluhan.

Akuntan: Saya belum membayar perpuluhan karena belum menerima surat tagihan dari Tuhan.

Pengacara: Kalau saya belum membayar perpuluhan karena belum ada undang-undang yang mengaturnya.

Bankir: Saya sih sudah lama mau membayar perpuluhan, tapi sampai sekarang saya belum tahu nomor rekening Tuhan.

cabe deeeh....

ALBUM KENANGAN