Selamat datang di www.wartamaranatha.blogspot.com - Memberitakan Injil dan Mendewasakan Kerohanian

Minggu, 18 Desember 2011

Persembahan Yang Sejati....

LUKAS 19:8-10; 2:6-7

Zakheus berdiri dan berjanji akan memberikan setengah hartanya bagi orang miskin dan mengembalikan uang orang yang diperasnya empat kali lipat! (ayat 8). Wow, luar biasa bukan! Ini pasti mengejutkan kita saat membaca nats ini. Persembahan yang luar biasa bukan? Sebelum kita lanjutkan perenungan ini, ijinkan Saya mengajak Saudara merenungkan bersama mengenai apa yang sering dilakukan banyak orang Kristen kalau memberikan persembahannya. Pertama, banyak yang jadi sok atau sombong karena merasa memberi yang ‘paling...’. Lihat Zakheus, meski mempersembahkan setengah hartanya, tapi nggak sombong itu. Berikutnya, ada yang minder karena hanya mampu memberi sedikit bahkan ujung-ujungnya tidak jadi mempersembahkan apa-apa bagi Tuhan. Kanga, Tuhan tidak menuntut apa yang tidak kita punyai, tetapi persembahan yang tulus dengan hati yang sukarela dan sukacita! Terakhir, bagi yang kikir (pelit) dan tidak tergerak mempersembahkan sesuatu pada Tuhan seharusnya belajar pada Zakheus!

Sekali lagi kita perhatikan ayat 8 “Tetapi Zakheus, berdiri dan berkata kepada Tuhan: ‘ Tuhan, setengah dari milikku akan ku berikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang ku peras, akan ku kembalikan empat kali lipat.” Sekali lagi kita akan terkejut atas apa yang dilakukan Zakheus! Saya yakin kalau Saudara akan seperti Saya pada saat pertama membaca ayat ini akan menyimpulkan bahwa persembahan Zakheus pastilah persembahan yang sejati! Namun tahukah Saudara, sebenarnya apa yang Zakheus buat adalah apa yang dilihatnya pada Tuhan Yesus! Bagi Zakheus, TUHAN YESUS LEBIH DAHULU MEMBERI PERSEMBAHAN bagi dirinya! Apa yang dikerjakan, persembahkan Tuhan Yesus bagi Zakheus dan kita dijelaskan pada ayat 10. “Anak manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang terhilang”! Bukan kita yang memberikan persembahan sejati, tetapi Tuhan Yesus-lah yang lebih dahulu memberikan persembahan bagi kita, persembahan sejati! Inilah persembahanNya, persembahan yang sejati!

1. Tuhan Yesus datang (ayat 10).
Sejak awal Tuhan Yesus tidak perlu mampir ke Yerikho, tetapi Dia tetap melewati dan singgah di Yerikho (Lukas 19:1). Untuk siapa? Jawabnya pasti saudara sudah tahu, untuk Zakheus! Ya, Tuhan Yesus datang ke Yerikho. Tahukah Saudara bahwa Tuhan Yesus bukan saja datang ke Yerikho tetapi beberapa tahun lalu, dari tempatNya Yang Mahatinggi, Dia datang ke dunia ini? Lukas 2:6-7 menceritakan pada kita bahwa Tuhan Yesus yang adalah Allah Yang Mahatinggi datang menjadi manusia dan lahir di sebuah kandang! Rasul Paulus secara tepat menggambarkan kedatangan Yesus sebagai Allah yang mengosongkan diriNya dan mengambil rupa manusia, menempatkan dirinya sebagai hamba! (Filipi 2:5-8). Inilah persembahan yang sejati!

2. Dia mencari yang tidak pantas dicari!
Persembahan selanjutnya adalah MENCARI yang terhilang, mencari yang tidak pantas di cari! Yesus bukan hanya datang sebagai manusia dan terhina, namun keseluruhan hidup dan pelayananNya adalah mencari yang tidak pantas di cari! (baca ayat 6-7 bandingkan Lukas 15) Untuk apa ke Yerikho? Mencari Zakheus! Diambilnya rupa sebagai manusia, lahir di kandang dan meninggalkan segala kemuliaanNya bukankah itu pengurbanan, persembahan yang luar biasa? Namun Dia masih mencari yang terhilang. Bila Saudara membeli barang, tentu Saudara akan mencari yang baik bukan? Tetapi yang Tuhan Yesus cari justru yang tidak pantas dicari. Siapa Zakheus, dia hanya seorang pemeras, dibenci masyarakat! Tetapi Tuhan mencarinya. Tahukah Saudara, hari ini Tuhan terus mencari kita, mencari yang tidak pantas dicari untuk dibersihkan dan dipakaiNya untuk kemuliaanNya. Di hari Natal ini Tuhan Yesus mencari Saudara!

3. Dia menyelamatkan!
Tuhan Yesus bukan hanya datang dan mencari, tetapi Dia menyelamatkan! Apa maksudnya? Ketika kita merenungkan kata “menyelamatkan” maka ini bukan seperti tim SAR (tim penyelamat bencana) menolong orang naik ke kapal penyelamatan! Tetapi apa yang Tuhan Yesus kerjakan lebih dari itu, Dia memberikan nyawaNya untuk menggantikan posisi orang berdosa. Dia tanggung hukuman kita dan kita diselamatkan. Dia bayar hutang kita atas dosa dengan mati di kayu salib! Saat Tuhan Yesus berkata pada Zakheus, hari ini kamu diselamatkan, bukan berarti tidak dibayar dosa Zakheus! (ayat 9). Dosa itu harus dibayar dengan diriNya, dengan kematianNya di atas kayu salib! Bukankah ini persembahan sejati?

Sesungguhnya bukan kita yang memberikan persembahan sejati, tetapi Tuhan Yesus-lah yang lebih dahulu memberikan persembahan yang sejati bagi kita. Nah, jika demikian apakah ada persembahan yang terlalu besar bagi Tuhan kita, Yesus Kristus? Mari berikan yang terbaik dari hidup, waktu dan harta kita bagi Tuhan Yesus yang sudah memberikan persembahan yang sejati bagi kita.
Selamat Natal. Tuhan Yesus memberkati.

Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.

Minggu, 11 Desember 2011

Ketika seseorang menemukan ALLAH

MATIUS 2:1-11

Para majus menemukan bayi Tuhan Yesus! Mereka menemukan Allah. Benarkah? Saya harus memberi tahu Saudara bahwa yang sebenarnya adalah mereka DITEMUKAN oleh Allah! Lihat saja, sejak awal Allah-lah yang memberikan ‘tanda’ bahwa bayi raja di atas segala raja sedang dilahirkan! Kemudian bintang timur itu memimpin mereka ke Palestina. Kemudian Allah-lah yang memberikan ‘hati’ kepada raja Herodes untuk menerima dan membantu mereka. Lalu Allah juga yang mengutus para imam kepala dan ahli Taurat untuk membantu sesuai perintah Herodes. Masih ada satu lagi, Taurat yang sudah tertulis lebih dari 500 tahun lalu menegaskan di mana Sang Raja dilahirkan. Baca semua ini di ayat 1-7. Semua ini adalah karya Allah, bukan? Yang terakhir dan paling penting, Allah-lah yang menganugerahkan hati yang mau mencari bayi Yesus, yang mungkin sekali berada jauh dari tempat tinggal mereka. Jadi, siapa menemukan siapa ini? Ya, mengenal Allah di dalam Tuhan Yesus adalah anugerah Allah semata (Efesus 2:8-9). Mencari Tuhan Yesus dengan sungguh-sungguh juga adalah anugerah. Kalau Saudara dan Saya mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh dan setia, itu bukan hasil usaha kita, tetapi karena Allah yang menemukan kita! Jika mencari dan menemukan Allah adalah anugerahNya, tidakkah kita harus mencari Dia? Setiap kali Saudara setia kepada Tuhan, mencari Tuhan, itu karena anugerahNya. kalau kita malas dan undur sebenarnya kita sudah melewatkan anugerahNya.
Nah, bagaimana dengan menyambut Natal? Apa yang kita cari di hari Natal? Kado, makanan, souvenir, pengkhotbah yang hebat, acara yang heboh dan menyenangkan, “penampilan” atau yang kita cari Tuhan Yesus? Seharusnya kita meneladani para majus, mereka mencari Tuhan Yesus! Mari menyambut hari Natal tahun ini, kita mencari Tuhan Yesus saja, cari hadiratNya, cari FirmanNya. Dan pasti kita menerima berkat yang indah seperti halnya para majus. Apa yang mereka terima ketika menemukan, atau lebih tepat lagi DITEMUKAN oleh Allah dalam Tuhan Yesus? (Baca ayat 10-12).

1. KESELAMATAN!
Para majus memang menemukan bayi Yesus, calon Raja orang Yahudi (ayat 2). Tetapi Yesus datang bukan hanya untuk menjadi seorang Raja bagi orang Yahudi. Dia untuk menyelamatkan umatNya dari dosa! (Matius 1:21). Penulis Injil Matius menempatkan makna nama YESUS ini di pasal 1 supaya kita tidak salah mengerti misi atau tujuan Tuhan Yesus datang dan dilahirkan sebagai bayi di Betlehem. Dengan demikian, yang mencari dan menemukan Tuhan Yesus menerima keselamatan dari dosa! Tuhan bersabda barangsiapa yang percaya kepada Tuhan Yesus tidak akan binasa melainkan memperoleh hidup kekal, memperoleh keselamatan (Yohanes 3:16; Kisah Para Rasul 4:12). Jadi percayalah kepada Tuhan Yesus, terimalah Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi Saudara sekarang juga dan Saudara diselamatkan! Bagi yang sudah percaya, wartakan bahwa di dalam Tuhan Yesus ada keselamatan!

2. Sukacita dari keselamatan (ayat 10).
Ketika para majus menemukan (lebih tepat ditemukan) Tuhan Yesus, mereka bersukacita! Ini sukacita dari keselamatan. Pada hari Natal ini, jika kita mencari Tuhan Yesus saja, kita akan menerima sukacita sorgawi! Betapa banyak anak-anak Tuhan justru bertengkar dan kecewa di hari Natal karena bukan Tuhan Yesus yang mereka cari. Itu sebabnya jangan ijinkan Iblis dan banyak perkara lainnya mencuri sukacita Natal Saudara! Mari kita mencari Tuhan yesus dengan sungguh-sungguh di hari Natal ini dan temukan sukacitaNya!

3. Pertumbuhan rohani (ayat 11-12).
Ketika bertemu dengan bayi Yesus, para majus bertumbuh secara rohani. Lihat saja, cinta mereka kepada Tuhan bertumbuh! Mereka memberikan persembahan (ayat 11). Kepekaan rohani mereka juga bertumbuh. Pertama mereka dipimpin oleh bintang timur, saat kembali mereka menangkap pimpinan Tuhan melalui mimpi (ayat 12) dan terakhir ketaatan mereka juga semakin bertumbuh. Berapa kali kita merayakan Natal? Apakah saat kita merayakan Natal selama ini menumbuhkan kerohanian kita? Atau hanya sekedar perayaan, hura-hura tanpa makna dan tidak mengubahkan kehidupan kita? Dimana salahnya? Seringkali kita tidak mencari Tuhan Yesus saat Natal! Mari kita mencari Tuhan Yesus saat Natal. Kita hanya sibuk persiapan koor, drama, hadiah, konsumsi dan sebagainya. Bukan berarti semua itu tidak penting, tetapi apakah semua itu membuat kita lupa bahwa fokus utama Natal adalah mencari Tuhan Yesus? Carilah Tuhan Yesus dan kita ditumbuhkanNya oleh firman dan kehadiranNya.

4. Mujizat setiap hari!
Ketika para majus mencari dan menemukan bayi Yesus, mereka mengalami mujizat setiap hari. Saya kira, Saya tidak perlu mengulangi bagaimana mujizat tuntunan Allah bagi mereka bukan? Coba baca di awal khotbah ini. Tapi masih ada yang baru, maklum ketika mereka bertemu Tuhan Yesus mereka menerima mujizat setiap hari! Tuntunan Tuhan tidak berhenti, mereka mendapat mimpi (ayat 12) dan perlindungan Tuhan nyata dalam hidup mereka! Apakah saudara mau menikmati mujizat Tuhan Yesus setiap hari? Carilah Tuhan Yesus setiap hari dan temukan mujizatNya!

Akhirnya, marilah kita merayakan Natal tahun ini dengan mencari Tuhan Yesus dan ketika seseorang mencari dan ditemukan olehNya, maka dia akan menerima anugerah keselamatan, sukacita, pertumbuhan rohani dan mujizatNya setiap hari! Mau?

Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.

Minggu, 04 Desember 2011

YESUS YANG MEMUKAU

IBRANI 1:1-4

Apakah Tuhan Yesus memukau Saudara? Penulis surat Ibrani menuliskan betapa tinggi dan agungnya Tuhan Yesus kepada orang-orang Yahudi Kristen. Betapa memukaunya Tuhan Yesus yang adalah penyataan Allah. Kalau dahulu Allah berbicara kepada manusia melalui para nabiNya, pada zaman akhir ini Allah berbiacara melalui Tuhan Yesus Kristus. Siapa Dia? Siapa Tuhan Yesus itu? Jika kita merenungkan siapa Tuhan Yesus, kita akan terpukau! Dan Penulis surat Ibrani ini dengan jelas menunjukkan kepada jemaat Ibrani dan juga kepada kita betapa memukaunya, Tuhan kita, Yesus Kristus!

1. Tuhan Yesus adalah Anak Allah!
Kita mungkin agak bingung dengan istilah “Anak Allah”. Istilah ini dipahami oleh para penerima surat ini, yaitu orang Ibrani (Yahudi). Itu sebabnya kita jadi bingung jika memahami istilah ini dalam budaya Indonesia. “Anak Allah” menunjukkan bahwa Tuhan Yesus setara dengan Allah! Coba perhatikan betapa marahnya orang Yahudi dan mahkama agamanya ketika Tuhan Yesus menegaskan bahwa diriNya adalah Anak Allah (Lukas 22:). Dan jikalau Yesus adalah Anak, maka Dia yang berhak menerima segala sesuatu yang ada! Jadi, tidakkah luar biasa bagi kita jika Tuhan Yesus adalah Anak Allah, Anak Bapa di sorga?

2. Tuhan Yesus adalah Pencipta.
Tuhan Yesus adalah Pencipta! “Oleh Dia, Allah menjadikan segala yang ada” kata Penulis surat Ibrani (ayat 2 bagian akhir). Ini bukan hanya isapan jempol. Rasul Yohanes menjelaskan bahwa Tuhan Yesus adalah Firman Allah yang menciptakan segala yang ada (Yohanes 1-4 band. ayat 14, 18). Bukankah hanya Allah yang dapat menciptakan alam semesta ini? Jika demikian, apabila Tuhan Yesus menciptakan segala yang ada, maka Dia adalah Allah Yang Mahakuasa itu.

3. Tuhan Yesus adalah Cahaya kemuliaan Allah (ayat 3).
Hanya orang Ibrani (Yahudi) yang tahu apa itu “cahaya kemuliaan Allah”. Setiap orang Yahudi tahu bahwa cahaya kemuliaan Allah atau sekhinah glori ada di atas tutup peti perjanjian, di antara dua kerubnya (Keluaran 25:22). Disanalah Allah hadir dan menyapa umatNya pada zaman Musa. Kemudian hari cahaya kemuliaan ini terus dibicarakan para nabi, termasuk Yehezkiel. Jadi, jika Tuhan Yesus disebut “cahaya kemuliaan Allah” itu berarti Tuhan Yesus adalah kehadiran Allah sendiri!

4. Tuhan Yesus adalah Rupa wujud Allah (ayat 3).
Ya, Tuhan Yesus adalah rupa wujud dari Allah. Ketika kita memandang Yesus, kita sedang memandang Allah Bapa (Yohanes 14:8-9). Yesus adalah Sang Penyata dari Allah (Yohanes 1:18).

5. Tuhan Yesus adalah Penopang alam semesta (ayat 3).
Siapa yang menopang segala yang ada? Tuhan Yesus! Luar biasa bukan? Dia menopang segala yang ada. Hanya Allah yang sanggup menopang alam semesta dan termasuk kita! Seperti Allah mencipta dengan perkataanNya, maka Tuhan Yesus dengan firmanNya menopang segala yang ada. Bukankah ini menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah yang hidup?

6. Tuhan Yesus adalah Sang Penyuci dosa.
Penulis Ibrani menegaskan bahwa Tuhan Yesus begitu memukau karena karyaNya. Dia menyucikan kita dari dosa. Hanya Tuhan Yesus yang mau menyucikan karena Dia MAU menyucikan kita. Dia mengasihi kita. Sekaligus hanya Tuhan Yesus yang sanggup menyucikan kita karena hanya Yang Sempurna yang dapat menyucikan dosa. Oleh kematian Kristus, kita disucikan.

7. Tuhan Yesus adalah Sang Yang Mahatinggi!
Masih kurang memukau Saudara? Lihat tempat kedudukan Tuhan Yesus! Dia duduk di sebelah kanan Allah Bapa. Bagi orang Yahudi, ini ungkapan untuk menunjukkan tempat satu-satunya hanya untuk Allah. Bahkan ungkapan “di tempat yang tinggi” pada ayat 3 sebenarnya dalam bahasa aslinya adalah tempat mahatinggi! Suatu tempat yang paling tinggi. Tempat siapakah itu kalau bukan tempat Allah? Karena Tuhan Yesus memang Allah! Dia jauh lebih tinggi dari malaikat dan namaNya lebih indah dari nama mereka!

Tidakkah Tuhan Yesus memukau Saudara? Dialah Allah, Pencipta, Pemilik, Kemuliaan Allah, Penopang yang sempurna dan Yang Mahatinggi! Pandanglah Tuhan Yesus! Lalu apakah hanya sekedar memukau kita? Tidak, ada 3 tindakan yang seharusnya muncul dari orang-orang yang percaya dan terpesona kepadaNya. Pertama, jika Tuhan Yesus memukau kita, kita pasti mengagungkan Dia. Tidak dapat tidak, hati dan bibir kita memuji, menyembah dan memuliakan Tuhan kita, Yesus Kristus yang memukau! Kedua, seharusnya kita semakin hormat dan taat kepada Dia. Heran, apabila kita tidak menghormati dan menaati Tuhan kita yang demikian mulia. Mari kita semakin taat dan hormat padaNya. Terakhir, Saya ingin sampaikan pertanyaan ini: Apakah yang menurut kita layak menukarkan posisi Tuhan Yesus dalam hidup kita jika Dia demikian memukau kita? Berkatkah? Kesenangan dunia dan dosakah? Atau penderitaan dan pergumulan hidup? Jika Kristus Yesus begitu memukau kita tidak ada yang dapat membuat kita meninggalkan Dia. Saya ingin akhiri sebuah syair lama:

Apabila kita memandang Yesus Tuhan
Wajah yang penuh kemuliaan tiada tara

Suramlah gemerlap dunia

Menjijikkan dosa di mata

Penderitaan ringan rasanya

Bila kita memandang Dia...


Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.

Minggu, 27 November 2011

MENJADI SALURAN BERKAT

YOHANES 6:1-14

Salah satu tujuan Allah menyelamatkan kita adalah agar kita menjadi berkat bagi orang lain. Sejak awal penciptaan, Allah memberkati Adam dan Hawa serta segala isinya (Kejadian 2:1-2). Allah juga memberkati Abraham agar ia menjadi berkat bagi bangsa lainnya (Kejadian 12:2). Jadi hidup yang berarti adalah hidup yang menjadi berkat bagi orang lain. Demikian juga dengan pembacaan kita tentang kisah lima ribu orang yang dikenyangkan oleh lima roti dan dua ikan yang diberikan oleh seorang anak. Dari kisah anak ini maka kita dapat mengambil pelajaran dari anak kecil ini;

Pertama, Anak Kecil ini Bersedia Menjadi Alat Tuhan.
Ada banyak orang yang mendengar khotbah Yesus bahkan menyaksikan mujizat-mujizat yang dilakukan oleh Yesus (ayat 2), tetapi mereka hanya menjadi pendengar dan penikmat saja, sedangkan yang menjadi pelaku sangat sedikit. Ketiika Yesus hendak memberi makan orang banyak, hanya satu anak yang mengerti hatinya Tuhan, dan bersedia memberi diri menjadi alat Tuhan. Sedangkan yang lain hanya memikirkan kepentingan sendiri. Dalam hal ini menurut beberapa penafsir mungkin masih ada yang mempunyai sisa dari bekal mereka, tetapi mereka enggan untuk memberi. Karena anak kecil itu mendahulukan kepentingan orang lain, maka ia bisa menjadi alat Tuhan. Mereka yang hanya memikirkan diri sendiri atau egois, tidak akan bisa menjadi alat Tuhan.

Kedua, Anak Kecil ini Memakai Kesempatan dengan Tepat.
Pada saat itu, hari menjelang malam (band. Markus 6:35), banyak orang sudah lelah dan lapar. Yesus sudah memberi kesempatan kepada para murid-Nya (ayat 6-8), tetapi mereka mengabaikan kesempatan tersebut dengan berbagai alasan. Berbeda dengan anak kecil ini, dia memanfaatkan kesempatan yang Tuhan berikan sehingga Tuhan Yesus memberkati pemberiannya yang dapat mengenyangkan banyak orang. Sering kali kita diberi kesempatan oleh Tuhan untuk menjadi saluran berkat bagi orang lain, tetapi sering juga kita mengabaikan kesempatan dengan berbagai alasan untuk menolaknya sehingga membuat kita merasa menyesal dan tidak diberkati Tuhan. Marilah kita seperti anak kecil ini yang mau mempergunakan kesempatan yang diberikan oleh Tuhan sehingga kita bisa menjadi berkat buat orang lain.

Ketiga, Anak ini memberi apa yang ada padanya (band. 1 Raja-raja 17:7-24, kisah seorang janda sarfat).
Lima roti jelai dan dua ikan yang kecil dalam terjemahan NIV hanya cukup untuk keperluannya, tidak untuk orang lain. tetapi anak ini memiliki hati yang mengasihi, ia tidak mementingkan untung dan rugi dia tidak memikirkan apakah yang akan saya makan nanti apabila saya memberikan semuanya ini pada Yesus; tetapi ia menyerahkan lima roti dan dua ikan pada Yesus, lalu Tuhan memberkatinya menjadi berkat bagi 5000 orang dan masih sisa 12 bakul. Mari kita memberikan apa yang ada pada kita kepada Yesus supaya bisa menjadi berkat bagi orang lain. Apakah kita hari ini mau menjadi saluran berkat?

Dwi Bagus A.S

Minggu, 20 November 2011

RAHASIA KEHIDUPAN YANG BERBUAH

YOHANES 15:1-8

Jadilah murid Tuhan Yesus yang berbuah! Mengapa? Ayat 8 menjawab pertanyaan ini. Pertama, “Berbuah” adalah Kerinduan Tuhan Yesus (ayat 8), supaya dengan hidup kita berbuah, Bapa dipermuliakan. Ya, dengan ‘berbuah’, kita memuliakan Bapa kita di Sorga. Kedua, “berbuah”, menurut Yesus, adalah ciri khas dari murid-muridNya! Jadi, kalau kita tidak berbuah, dunia tidak mengenali identitas kita sebagai murid Tuhan Yesus. Apa sih maksudnya “berbuah”? Sederhana, mengamati dua alasan mengapa kita harus berbuah di atas sudah dapat dipastikan bahwa kita harus berbuah (baca:’menghasilkan’) karakter-karakter rohani, karakter seperti Kristus, pokok anggur kita! Hanya oleh karakter yang seperti Tuhan Yesus-lah Bapa kita dipermuliakan. Bukankah ciri khas murid-murid yang dapat dilihat adalah perkataan dan tindakannya yang menunjukkan jati dirinya sebagai murid Kristus? Tuhan Yesus menyebut ‘buah’ ini sebagai ‘buah pertobatan’, sedangkan rasul Paulus menyebutnya sebagai ‘buah Roh’ (Galatia 5:22-23). Mari kita berbuah! Berbuah karakter yang diubahkan Kristus; mengasihi, mengampuni, murah hati, hidup dalam kebenaran, suka berdamai, lemah lembut, setia, sabar dan dapat menguasai diri. Pendeknya, mari kita berbuah karakter seperti karakter Tuhan Yesus sehingga Bapa dipermuliakan dan orang mengenal kita sebagai murid-murid Kristus.
MAU BERBUAH?
Saya percaya saudara, bukan hanya Saudara, tetapi saya juga, mau berbuah. Hidup yang berbuah hidup yang memuliakan Bapa dan memberkati banyak orang. Itu sebabnya mari kita renungkan rahasia kehidupan yang berbuah, yang Tuhan Yesus ajarkan!

1. Melekat pada pohon anggur yang benar: Tuhan Yesus (1,4).
Tuhan Yesus memberikan ‘alegori’ yang tepat! Ranting yang melekat pada pokok anggur pasti akan berbuah sebab ranting itulah yang akan menerima sari-sari makanan dari pokok anggur. Tidak ada ranting dapat berbuah tanpa pokok anggur. Apabila tidak melekat pada pokok anggur, ranting itu pasti akan kering, mati dan satu saat akan dibakar (ayat 6). Jadi, hanya dengan melekat pada pokok anggur yang benar ranting akan berbuah. Melekat pada Tuhan Yesus Kristus, bagaimana itu? Pertama, melekat pada pokok anggur yang benar adalah percaya dan menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi (ayat 1). Penyataan Tuhan Yesus bahwa Dia-lah pokok yang benar memberi ketegasan bahwa hanya Yesus-lah pokok anggur yang benar, tidak ada yang lain! Ingatlah, hanya dalam Tuhan Yesus ada keselamatan yang kekal. Percaya dan terima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat Saudara, maka saat ini juga Saudara diselamatkan! Dan Saudara dimungkinkan untuk berbuah, berbuah dan berbuah bagi kemuliaanNya. Kedua, melekat pada Tuhan Yesus berarti memiliki persekutuan pribadi yang ‘hidup’ dengan Tuhan Yesus. Milikilah persekutuan dengan Tuhan Yesus secara terus-menerus; bangunlah kehidupan doa , pujian dan penyembahan. Setialah beribadah, jangan malas! Mari kita mulai saat ini juga, bangunlah mezbah doa di rumah-rumah kita. Ayo, kita berdoa dan menyembah Tuhan Yesus dan berbuah-buah bagi Dia. Terakhir, melekat pada Tuhan Yesus dijelaskan oleh Tuhan Yesus sendiri bahwa melekat itu adalah “tinggal dalam firman Tuhan Yesus” (ayat 7). Itu sebabnya mari kita membaca Alkitab setiap hari. Merenungkan, kalau bisa kita hafalkan ayat-ayat firman Tuhan dan yang tidak boleh diabaikan adalah MELAKUKAN Firman Tuhan setiap hari. Saat Saudara dan Saya melekat pada Tuhan Yesus, jangan terkejut karena tiba-tiba Saudara mendapati diri Saudara berubah! Tiba-tiba kita sadari Tuhan Yesus mengubahkan karakter kita dan orang-orang di sekitar juga turut terkejut dan bersaksi bahwa karakter kita diubahkan dan apa yang terjadi selanjutnya? Bapa kita di dalam Tuhan Yesus dipermuliakan!

2. Mau disucikan oleh firman Tuhan Yesus (ayat 2-3).
Bagaimana bisa berbuah? Ini langkah yang tidak boleh dihindari jika ingin berbuah: Mau dibersihkan oleh firman Tuhan! Benar, hanya ranting yang mau dibersihkan, yang akan berbuah. Bahkan ranting yang berbuah akan lebih berbuah. Memang, kita sudah sekali disucikan oleh firman Tuhan Yesus, yaitu Injil, saat kita percaya dan menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Nah, secara status, kita adalah orang kudus, orang suci, yang disucikan oleh firmanNya! Namun, ini baru permulaan, jika kita rindu berbuah bagi Tuhan, kita harus mau disucikan terus-menerus oleh Firman Tuhan. Ada banyak karakter yang jahat, yang tidak menyukakan hati Tuhan , yang harus dikikis dan dibersihkan oleh firman Tuhan Yesus. Itu sebabnya, mari kita sukai firman Tuhan, membaca dan mendengarkan firman Tuhan dengan sungguh-sungguh. Buka hati kita dan jangan mudah tersingung jika firman Tuhan menegur dosa dan kesalahan kita. Berikan hati dan hidup Saudara untuk dikoreksi dan dikuduskan oleh firman Allah sampai kita serupa dengan Kristus.

Akhirnya, marilah kita memiliki kehidupan yang berbuah bagi kemuliaan Bapa kita di Sorga. Bagaimana caranya? Melekat pada Tuhan Yesus dan berikan hidup Saudara untuk terus menerus disucikan oleh firman Tuhan kita Yesus Kristus. Selamat berbuah!

Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.

Minggu, 13 November 2011

JANGAN MAU DIKALAHKAN OLEH PENCOBAAN!

1 Korintus 10:11-13

Rasul Paulus rindu dan mengajar jemaat Korintus agar mereka jangan mau kalah oleh pencobaan! Apakah pencobaan itu? Pencobaan dalam konteks 1 Korintus 10 ini adalah segala sesuatu yang menggodai jemaat (orang Kristen) untuk berbuat dosa atau jatuh dalam dosa. Perhatikan bahwa ayat 1-10 adalah peringatan rasul Paulus agar jemaat tidak meniru berbuat dosa seperti bangsa Israel! Jadi, pencobaan yang disebutkan di ayat 13 adalah segala godaan untuk berbuat dosa. Ingatlah hal ini, pencobaan adalah semua hal yang menggodai Saudara untuk berbuat dosa! Godaan itu dapat datang melalui kondisi yang sulit, masalah-masalah yang kita hadapi, sakit penyakit atau pergumulan hidup. Seperti umat Israel yang terhimpit dan digodai untuk bersungut-sungut! (ayat 10). Tetapi pencobaan dapat datang melalui kondisi keberkatan, seperti umat Israel saat diberkati justru berbuat dosa; mereka menyembah berhala, melakukan percabulan dan kejahatan lainnya! (ayat 6-9).

MENANG ATAS PENCOBAAN, BAGIAMANA?
Sekarang kita akan merenungkan bagaimana nasehat Paulus supaya kita berkemenangan atas pencobaan.
1. Sadarilah bahwa kita hidup di bawah ‘bayang-bayang’ pencobaan (ayat 11).
Sama seperti umat Israel, orang Kristen tidak terbebas dari pencobaan (ayat 1-5). Sadar atau tidak dan mau atau tidak, kita akan berhadapan dengan pencobaan. Tetapi Tuhan berfirman: “Jangan mau dikalahkan oleh pencobaan!” Apalagi kita berada di zaman yang akhir (ayat 11). Kita berada di zaman yang semakin jahat! Banyak godaaan di sekitar kita yang menggodai kita untuk jatuh dalam dosa. Sadarlah dan berjaga-jagalah! Itu sebabnya tidak salah Tuhan Yesus mengajar kita berdoa setiap hari agar kita ‘jangan di bawa dalam pencobaan’ (Matius 6:13).
2. Perhatikan contoh dan peringatan dari TUHAN! (ayat 11).
Tuhan memberikan kita peringatan dan contoh. Sebagian umat Israel telah dicobai dan jatuh dalam dosa (ayat 1-10) dan mereka menerima hukuman Tuhan. Contoh ini dituliskan bagi kita dalam firmanNya: Alkitab! Kita seharusnya memperhatikan peringatan Tuhan ini, yaitu Alkitab! Bacalah Alkitab setiap hari dan renungkan. Itulah peringatan Tuhan yang akan menjagai kita supaya tidak berbuat dosa (Mazmur 119:11). Bukan hanya dibaca dan diingat, tetapi dilakukan dan Saudara akan berkemenangan atas pencobaan!
3. Waspadalah, jangan merasa diri kuat! (ayat 12).
Tanpa kekuatan Tuhan kita, Yesus Kristus, kita tidak akan mampu menang atas pencobaan. Jangan takabur, mari bergantung pada Tuhan Yesus! Siapa menyangka dirinya kuat dan mampu mengalahkan pencobaan sendirian justru akan jatuh. Mari kita semakin dekat dan lekat dengan Tuhan Yesus setiap hari. Jangan menjauh dari Dia. Hanya dengan kuat kuasa Tuhan yesus-lah kita akan berkemangan atas pencobaan.
4. Mempercayai bahwa Allah ‘turut bekerja’ saat kita mengalami pencobaan (ayat 13).
Ayat ini ayat yang indah, namun seringkali hanya sebagai ayat hafalan tanpa diyakini, diimani! Allah kita dalam Tuhan Yesus selalu turut bekerja ketika kita menghadapi pencobaan. Dia tidak pernah membiarkan kita sendiri menghadapi pencobaan yang menggodai kita untuk berbuat dosa! Apa campur tangan Allah saat kita dicobai? Pertama, Alkitab mengatakan bahwa Dia setia. Artinya, Tuhan Yesus selalu hadir dan ada saat kita menghadapi pencobaan! Kuatkan hati Saudara, jangan mau dibujuk untuk berbuat dosa, entah itu penyembahan berhala, percabulan, mencobai Tuhan atau bersungut-sungut sebab Tuhan ada bersama Saudara. Bukankah jika Tuhan Yesus dipihak kita siapa lawan kita? Kedua, Allah memastikan bahwa pencobaan yang kita alami tidak melebihi kekuatan kita. Jika demikian, tidak ada pencobaan yang terlalu berat atau besar untuk kita hadapi. Allah telah menentukan (mengatur) pencobaan yang kita tanggung sebagai pencobaan ‘biasa’, yang tidak melebihi kekuatan kita. Apakah Saudara mempercayai janji Tuhan ini? Jika ya, mengapa kita kalah oleh pencobaan dan tetap berbuat dosa? Jangan! Lawan dan kalahkan pencobaan, karena pencobaan itu tidak melebihi kekuatan kita, Allah yang memastikannya! Ketiga, Allah akan memberikan jalan keluar bagi kita. Ketika pencobaan datang menghadang kita, ingatlah Allah akan memberikan jalan keluar bagi kita. Ayat ini jangan sekedar dihafalkan, tetapi mari kita percayai sepenuhnya. Sehingga ketika kita menghadapi pencobaan, kita tidak mau dikalahkan sebab kita tahu bahwa Allah kita, dalam Kristus, akan memberikan jalan keluar!

Apakah Saudara sedang mengalami pencobaan? Atau justru Saudara tidak menyadari bahwa pencobaan sedang berusaha menjatuhkan Saudara? Sadar dan berjagalah, dekatkan diri dengan Tuhan yesus baik melalui doa, membaca, merenungkan dan melakukan firmanNya. Dan jangan pernah lupa bahwa Allah yang setia tidak akan memberikan pencobaan yang melebihi kekuatan kita, melainkan Dia akan memberi kekuatan dan jalan keluar bagi kita. Sebab itu jangan mau dikalahkan oleh pencobaan! Selamat berkemenangan dalam Kristus!

Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.

Minggu, 06 November 2011

KESELAMATAN

Titus 2:11-13

Keselamatan dihadiahkan kepada orang-orang yang percaya (ayat 11). Di dalam terjemahan Bahasa sehari-hari, dikatakan bahwa keselamatan ditawarkan sebagai hadiah cuma-cuma kepada setiap orang. Tetapi keselamatan yang kita peroleh dengan percaya kepada Tuhan Yesus kristus. Apabila kita mau menerima keselamatan yang indah itu kita harus:

Pertama, meninggalkan kefasikan. Kefasikan adalah tidak peduli dengan perintah Tuhan, sudah diperingatkan, namun masih berbuat dosa. Orang percaya tetapi tidak melakukan perintah Tuhan (2 Petrus 2:6; Yudas 14-15). Contohnya Firaun (Keluaran 8:19; 9:7-12), walaupun sudah diberitahu, tetapi dia tidak mau taat perintah Tuhan, dan pada akhirnya dihukum oleh Allah dengan sepuluh tulah. Apakah kita sudah tahu kebenaran, tetapi seringkali kita melanggarnya? Marilah kita mau berubah ketika kita diperingatkan oleh firman Tuhan, sehingga kita tidak disebut sebagai orang yang munafik.

Kedua, meninggalkan keinginan duniawi (1 Korintus 3:3; Filipi 3:18-19; 1 Yohanes 2:15-17). Keinginan duniawi menunjukkan bahwa kita adalah manusia duniawi. Tetapi orang-orang yang yang sudah menerima Yesus sebagai Juruselamat dia adalah milik Allah, sehingga hal-hal yang bersifat rohani yang akan selalu dilakukannya.
Ketiga, hidup bijaksana, hati-hati, cermat, selalu menggunakan akal budi (Matius 7:24), yaitu menjadi pelaku firman Tuhan.Bijaksana disini ada dua pengertian, pertama orang yang taat pada firman Tuhan (Matius 7:24) dan yang kedua adalah selalu menjadi terang (Matius 25:4). Apakah kita hari ini sudah bijaksana? ketika ada suatu permasalah yang mengharuskan kita untuk menyangkali iman kita, tetapi kita tetap mempertahankan iman kita? Seperti Daniel yang tetap beribadah kepada Tuhan walaupun ia harus mendapat hukuman (Daniel 12:3).

Keempat, Adil. Yaitu tidak memihak atau sama dengan memihak yang benar (1 Yohanes 2:1) Yesus Kristus yang adil (1 Tesalonika 2:10; Filipi 4:8).

Kelima, beribah. Beribadah dalam dunia ini (1 Timotius 4:8-10; 1 Timotius 6:6-11). Beribadah ini merupakan hal yang bersifat kekal, karena dalam kekekalan nantipun kita tetap beribadah (Wahyu 22:3). Ibadah mengandung janji yang luar biasa, baik untuk hidup saat ini maupun yang akan datang (1 Timotius 4:8-10; 1 Timotius 6:6-11). Jadi jangan pandang remeh ibadah, mari setialah beribadah kepada Tuhan.

Keselamatan yang kita terima saat ini belum genap, kita menantikan penggenapannya ketika Tuhan datang yang keduakalinya dengan penuh pengharapan. Tuhan Yesus memberkati.

Pdt. Gersom Sunarto

Minggu, 30 Oktober 2011

Jangan “keras hati” terhadap Firman TUHAN

Keluaran 7:1-13

Firaun mengeraskan hatinya terhadap firman Tuhan. Apa itu ‘keras hati’? ‘Keras hati’ memang dapat berarti memiliki tekad, namun dalam konteks kisah ini ‘keras hati’ adalah sikap hati yang tidak mau menerima firman Tuhan, keras kepala, bandel.Lawan dari ‘keras hati’ adalah lembut hati, mau menerima kebenaran yaitu Firman Tuhan. Jangan keraskan hati terhadap Firman Tuhan.

Allah Mengeraskan Hati Firaun? (ayat 7:3-5)

Jika Allah mengajarkan supaya kita tidak keras hati terhadap Firman Tuhan, mengapakah Allah justru mengeraskan hati Firaun? (ayat 3-5). Jangan bingung, paling tidak ada 3 jawaban yang Alkitabiah untuk masalah ini. Pertama, Allah adalah Allah yang berdaulat (ayat 3), Dia yang berkuasa atas segala sesuatu. Jika Tuhan berkehendak untuk mengeraskan hati Firaun, siapa dapat menghalanginya dan apakah perlu Dia menjawab ‘mengapa’? Dia berhak bertindak karena Dia berdaulat. Namun perlu kita ingat bahwa ketika Allah bertindak dalam kedaulatanNya, bersamaan dengan tindakanNya itu, Dia juga bertindak dalam kasih dan keadilanNya! Itu sebabnya kita harus bersyukur ketika kita mau menerima Firman dan menaatinya karena sesungguhnya bukan kita yang baik, namun Allah-lah yang melembutkan hati kita! Jika kita mau menerima dan dibentuk Firman Tuhan, itu karena tangan Allah! Jadi, mengapa tidak menerima dan mau dibentuk firman Tuhan? Kedua, Allah mengeraskan hati Firaun berdasarkan kemahatahuan-Nya (Kejadian 3:19-20; 5:1-2). Artinya, Allah tahu apa yang akan diperbuat oleh Firaun nantinya, yaitu mengeraskan hatinya, maka Allah ‘mengeraskan’ hati Firaun. Jadi, ayat 3-5 adalah representasi dari kemahatahuan Allah. Ketiga, Allah mengeraskan hati Firaun sebagai hukuman Allah terhadap kekerasan hati Firaun. Ya, Alkitab menunjukkan bahwa Allah menghukum orang-orang yang hidup dalam dosa dengan menyerahkan pada dosa yang lebih dalam (band. Roma 1:21-25). Karena Firaun berkeras hati, maka Allah menyerahkannya pada kekerasan hati yang lebih lagi. Itu sebabnya, janganlah kita mengeraskan hati saat mendengar suara Tuhan. Mari kita taburkan hati yang mau menerima Firman dan mau dibentuk oleh FirmanNya.

Bentuk-Bentuk Kekerasan Hati
Kekerasan hati terhadap firman Tuhan tidak selalu nampak secara fisik (di wajah dan sikap) karena kekerasan hati berhubungan dengan ‘hati’, yang di dalam. Ada ungkapan “dalamnya hati siapa yang tahu?” Benar kan? Tetapi justru yang tidak nampaklah yang sangat berbahaya! Mari kita perhatikan bagaimana Firaun mengeraskan hati terhadap Firman Tuhan?

I. Membuat “benteng” terhadap Firman Tuhan.
Firaun “membentengi” hatinya terhadap firman Tuhan yang disampaikan Musa. Perhatikan bagaimana Firaun tanpa mengucapkan sepatah kata, memanggil ahli-ahli sihir dan membuat mujizat yang sama. Firaun keraskan hatinya! Jangan mengeraskan hati terhadap firman Tuhan. Seringkali kita nampak mengaminkan, tetapi sesungguhnya kita menolak firman Tuhan dalam hati kita. Atau ada yang mengalihkan perhatian dengan kegiatan lain, misalnya keluar masuk atau jalan-jalan di gereja, menggambar dan sebagainya. Kalau sudah demikian,untuk apa kita ke gereja? Ada juga yang mengalihkan perhatian dengan berbicara sendiri atau main sms saat khotbah. Aduh, menyedihkan sekali bukan? Jangan keraskan hati, ijinkanlah Firman Tuhan mengubah hidup kita!

II. Tidak taat kepada Firman Tuhan (ayat 13, 22-23).
Firaun bukan saja membuat benteng, tetapi dia MENOLAK firman Tuhan! Ini bentuk yang sangat jelas: Menolak dan tidak mau taat pada Firman Tuhan. Tujuan akhir dari mendengar suara Tuhan adalah melakukan FirmanNya.Mari buang kekerasan hati dan terima FirmanNya dengan hati yang lembut. Hati yang lemah lembut adalah hati yang mau menerima firman Tuhan dan rela untuk dikoreksi . Hati yang lemah lembut, seperti tanah yang baik kata Tuhan Yesus, hati yang mau menerima dan melakukan Firman Tuhan Yesus.
Bagaimana Supaya Tidak Keras Hati?

Memiliki hati yang tidak keras, mudah saja! Pertama, percayai (dengan iman) bahwa kita yang percaya Tuhan Yesus adalah ciptaan baru dan sudah diberi hati yang baru (Yehezkiel 36:25-27 band. 2 Korintus 5:17; Ibrani 9:14).Saudara memiliki hati baru, kini saatnya menerima Firman, mau dikoreksi dan mau melakukannya. Kedua, bertindaklah, berikan hati kita bagi firman Tuhan karena Tuhan memampukan kita untuk menerima dan melakukan firmanNya!
Akibat Dari Kekerasan Hati

Akhirnya, kita harus tahu bahwa Tuhan akan menghukum setiap kekerasan hati! Firaun dan Mesir dihukum Tuhan dengan sepuluh tulah. Ya, keras hati menuai penghukuman Tuhan. Satu lagi, bagi orang percaya, kekerasan hati hanya akan menyebabkan kita kehilangan berkat-berkat yang indah dari firman Tuhan. Jika kita lakukan firmanNya, kita taat, maka kita akan menikmati buah dari ketaatan kepada Firman Tuhan. Bagaimana?

Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th

Minggu, 23 Oktober 2011

BAGAIMANA MENGHADAPI PENDERITAAN ?

Ayub 1:1-22

Ketika kita membaca bagian-bagian Firman Tuhan ini, maka bagian ini akan menjelaskan kepada kita akan empat fakta yang terjadi dalam hidup orang percaya.
Pertama, ada musuh yang tidak dapat kita lihat tetapi nyata. Yaitu Iblis yang berusaha menjatuhkan kita.
Kedua, ada ujian-ujian yang kita tanggung yang tidak seharusnya kita terima tetapi diijinkan oleh Allah. Ayub adalah seorang yang benar, tetapi dia tetap mengalami ujian yang begitu berat.
Ketiga, kita menjalani sebuah rencana yang tidak kita mengerti, tetapi inilah rencana yang terbaik. Ayub mengalami penderitaan tetapi kemudian ia dipulihkan dan memuliakan nama Tuhan.
Keempat, Allah tidak pernah membiarkan umatNya. Ayub bertahan dan dipulihkan karena kekuatan dari Allah.
Bagian yang pertama sampai yang ketiga dalam hidup ini merupakan misteri kehidupan, akan tetapi jalanilah karena Allah tidak pernah membiarkan umatNya.

Kisah Ayub sangat luar biasa, kita bisa tahu siapa Ayub, dia orang yang saleh, takut akan Tuhan, Allahpun mengakuinya (ayat 1-3,8). Akan tetapi tanpa ada tanda-tanda atau pemberitahuan, kehidupan Ayub tiba-tiba berubah. Empat pembantunya menyampaikan pesan secara beruntun tentang malapetaka-malapetaka yang menimpa hidupnya. Mungkin sampai pada pesan ketiga Ayub masih bisa bersyukur dan menerima. Tetapi pada pesan yang keempat akan sangat sulit bagi Ayub untuk bisa dengan kuat menerima apalagi bersyukur. Tetapi Ayub adalah orang yang luar biasa, karena dalam kondisi yang seperti itu ia mampu bersikap baik untuk menghadapi semua penderitaannya. Bagaimanakah sikap Ayub?

I. Ayub Memberikan Respon yang tepat dan Benar ketika menghadapi masalah.
Pada ayat 20, ada empat kata kerja yaitu: Ayub berdiri, Mengoyakkan jubahnya (jubah luar atau jaket). Hal ini dalam tradisi Perjanjian Lama merupakan suatu ekspresi kesedihan yang sangat dalam. Kemudian, ia mencukur rambutnya (kemuliaan atau mahkota). Mencukur kepala adalah simbol kehilangan kemuliaan pribadinya. Ketiga ekspresi ini tidak salah, tetapi ekspresi yang keempat sangat luar biasa, Ayub menyembah (jatuh, tiarap). Dalam penderitaan Ayub memilih untuk tetap menyembah Tuhan.

II. Dalam Penderitaan Ayub Menyadari Betapa Berkuasanya Tuhan Atas Hidup Kita (ayat 21).
Betapa terbatasnya kita sebagai manusia, “kita datang dengan telanjang” ungkapan Ayub yang menggambarkan tidak adanya kekuatan dan kebanggaan kita. Tuhan yang memberi. Apapun yang kita miliki adalah pemberian dari Allah bukan milik kita, hanya pinjaman, semuanya adalah milik Allah. Demikian juga Tuhan yang mengambil. Karena Tuhan yang memberi maka dia juga yang berkuasa mengambilnya, sedangkan kita tida mempunyai kuasa untuk menahannya.

III. Dalam Penderitaan Ayub tetap Konsisten Dengan Karakternya yang Takut Akan Tuhan (ayat 22).
Ayub tidak berbuat dosa, dalam penderitaan kita malah meninggalkan Tuhan dan melangkah dengan cara kita sendiri. Ayub tidak menuduh Allahberbuat yang kurang patut, bersungut atau menyalahkan Allah. Seringkali Allah mengijinkan kita dalam penderitaan untuk membentuk karakter kita semakin serupa dengan Dia (Roma 8:28), sabar dan pemaaf.

IV. Dalam Penderitaannya Ayub memuji Tuhan dan Ini Adalah Tanda Ucapan syukurnya Kepada Allah.

Ucapan syukur Ayub menunjukkan bahwa Ayub menerima bukan hanya apa yang ia inginkantetapi juga semua yang Allah kehendaki baik susah ataupun senang. Ayub bersyukur untuk semua “pinjaman” dari Allahselama hidupnya juga bersyukur ketika semua “propertinya” Allah diambil dari hidupnya. Bukankah ucapan syukur adalah tanda percaya kita kepada Allah.

Bagaimana respon kita ketika ada dalam penderitaan? Apakah kita bersungut-sungut, atau bersyukur karena Tuhan masih menolong kehidupan kita?

Ibu Pdt. Antonetha Lukas Widiyanto, S.Th.

Minggu, 16 Oktober 2011

SIAPA YANG SEPERTI ALLAH KITA ?

Mazmur 115:1-18

Pemazmur memulai mazmur pujiannya dengan mengungkapkan kesadarannya bahwa Allah saja yang layak menerima kemuliaan. Kemuliaan bukanlah milik pemazmur, juga bukan milik kita. Pemazmur sebagai umat Tuhan, mungkin saja telah melakukan banyak hal, tetapi semuanya adalah karya dan campur tangan Tuhan semata, sehingga siapapun, termasuk pemazmur, tidak boleh mencuri kemuliaan Allah. Kemuliaan hanya bagi Allah saja. Sekali lagi, siapapun kita dan apapun yang sudah kita capai, kita harus sadar bahwa semuanya dari, oleh dan untuk Allah sehingga hanya Dia yang layak menerima kemuliaan. Namun di lain sisi kita dapat menangkap bahwa Allah pemazmur, yang sekaligus adalah Allah kita dalam Kristus Yesus adalah Allah yang luar biasa.Tidak ada yang seperti Dia! Inilah yang selanjutnya diungkapkan pemazmur dalam mazmurnya! Mari kita perhatikan siapa seperti Allah kita?

1. ALLAH Kita Adalah ALLAH Yang Mahatinggi (ayat 2-3).
Bangsa-bangsa yang diam disekitar umat Israel saat itu adalah penyembah berhala. Bangsa Filistin misalnya, mereka menyembah Dagon, dewa mereka. Sebuah patung berbadan ikan berkepala manusia. Bangsa lainnya menyembah Baal, Asytoret, Molokh dan sebagainya. Bagi mereka allah harus dapat dilihat, sehingga mereka mempertanyakan dimana Allah pemazmur, Allah orang-orang Israel. Memang Allah pemazmur yang juga Allah kita tidak kelihatan, namun Dia ada! Dia berada di sorga, di tempat yang Mahatinggi (ayat 2). Siapa yang berada di sorga, jika bukan Yang Mahatinggi. Pertama, Hal ini menunjukkan kedudukanNya sebagai Allah Yang Mahatinggi (ayat 15-16). Siapakah yang bertahta di sorga, jika bukan yang Mahatinggi? Pemazmur menekankan kedudukan Allah Yang Mahahtinggi. Kedua, keberadaanNya disorga dihubungkan dengan “melakukan segala yang dikehendakiNya” artinya, Allah bukan saja Yang Mahatinggi, tetapi Dia Allah yang berdaulat! Tidak ada yang lebih tinggi dari Allah kita dalam Tuhan Yesus. Dialah yang memerintah dan memiliki langit dan bumi ini! Luar biasakan? Siapa allah seperti Allah kita? Tidak ada!

2. ALLAH Kita Adalah Allah Yang Hidup (ayat 4-8).
Pemazmur membandingkan Allah-Nya dengan berhala-berhala. Berhala-berhala hanya buatan tangan manusia, tetapi Allah kita dalam Kristus, adalah Pembuat segala sesuatu (ayat 4). Bahkan Dialah yang membuat kita, manusia! Dialah Pencipta segala sesuatu (band. ayat 13-16). Jadi, Allah kita adalah Allah yang hidup sebab itu Dia menciptakan. Berbeda dengan berhala yang mati, Allah kita dapat melihat, mendengar, mengecap dan mengulurkan tanganNya bagi kita! Mari kita berikan kemuliaan bagi Allah kita dalam Yesus Tuhan!
Bagaimana Sikap Umat Allah Yang Allahnya Adalah Allah Yang Hidup dan Maha Tinggi?

Jadi, siapakah seperti Allah kita? Allah yang hidup dan Mahatinggi? Tidak Ada! Justru karena itu mari kita hidup sebagai umat yang Allah-nya hidup dan Mahatinggi. Bagaimana itu?
Pertama, Takutlah akan Allah kita (ayat 11,13).Pemazmur memanggil umat Allah ini sebagai “yang takut akan Allah” (ayat 11 dan 13). Memang karena Allah kita adalah Allah yang hidup selayaknya kita takut akan Dia. Jangan lupa, Dia melihat hidup kita. Dia mendengar apa yang kita katakan, bahkan yang ada dalam hati kita.Tidakkah ini menumbuhkan rasa takut akan Dia. Kita harus hidup menyenangkan hati TUHAN. Allah kita Allah Yang Mahatinggi, selayaknya kita hamba-hambaNYa, umatNya, taat dan hidup dalam takut hormat pada Dia, Yang Mahatinggi bukan?
Kedua, percaya dan bersandarlah pada Dia (ayat 9-11). Karena Allah kita hidup dan Mahatinggi dan kita adalah manusia yang terbatas dan lemah, sudah sepantasnya kita bersandarpadaNya! Dia Allah yang hidup, bukan saja tahu apa pergumulan kita, namun Dia sanggup menolong kehidupan kita karena Dia hidup! Lebih lagi, Allah kita dalam Kristus, adalah Yang Mahatinggi! Adakah kekuatan dan kemuliaan yang tidak Dia miliki. Lalu jika kita tidak percaya dan bersandar kepadanya, betapa, maaf, bodohnya kita. Mari kita percaya dan terus bersandar pada Tuhan kita Yesus Kristus, Dia Allah yang hidup dan Mahatinggi!
Ketiga, berikan kemuliaan dan pujian hanya bagi Allah kita (ayat 1, 17).Tidak dapat tidak, kita akan memuji, menyembah dan memuliakan Allah yang hidup dan Mahatinggi! Bagaimana tidak? Kita menyembah Allah yang hidup. Dia mendengar apa yang kita nyanyikan. Dia melihat bagaimana hidup kita memuliakan Dia dengan hidup dalam kebenaran. Dan lagi Yang Mahatinggi sudah seharusnya dipuji dan ditinggikan. Jika demikian, mari kita memuji dan memuliakan Tuhan. Mari setiap hari kita menyembah Dia dan memuliakan Allah kita dengan kehidupan yang taat padaNya.

Akhirnya, siapakah Allah seperti Allah kita? “Tidak ada!” adalah jawaban yang tepat. Hanya Allah kita dalam Kristus Yesus-lah Allah yang hidup dan Yang Mahatinggi. Itu sebabnya marilah kita nyanyikan “Allah mana s’perti Allah-ku” dengan sikap hidup yang takut akan Allah kita, dengan tekun bersandar padaNya dan dengan memuliakan Dia sekarang dan selama-lamanya! Amin
Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.

Minggu, 09 Oktober 2011

BERSABARLAH !

Yakobus 5:7-11

“Sabar” bukanlah perkara yang mudah, apalagi jika harus bersabar dalam penderitaan. Tetapi inilah yang difirmankan Tuhan melalui penulis surat Yakobus bagi kita. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sabar berarti tahan menghadapi cobaan, tidak lekas marah atau tidak lekas putus asa (KBBI, hal. 973). Arti pertama dan kedua inilah yang tepat untuk nats yang kita baca. Dalam bahasa Yunani istilah sabar adalah makrothymeo yang artinya dapat menahan penderitaan. Yakobus memang sedang menasehati orang-orang Kristen yang mengalami kemiskinan (5:6 band. 2:5-6). Bukan saja miskin namun mereka menderita dan mengalami ketidakadilan (5:4, 6). Untuk orang-orang inilah Tuhan melalui Yakobus, memberi nasehat supaya bersabar. Bagaimana dengan Saudara? Ada dalam penderitaan, mengalami ketidakadilan atau keuangan dan pekerjaan sedang bermasalah? Tuhan berfirman: “Bersabar;lah”!

BERSABAR, BAGAIMANA ITU ?
Bersabar yang bagiamana? Pertama, sabar berarti dapat tahan penderitaan dengan tetap teguh dan tekun mengikuti Tuhan Yesus dan ajaranNya (ayat 8). Kita dapat dikatakan tidak sabar jika kita segera meninggalkan Kristus karena penderitaan atau tidak lagi taat melakukan firmanNya dan berpaling pada dosa dan Iblis! Kita disebut sabar jika kita tetap percaya dan ikut Tuhan Yesus meski mengalami penderitaan. Sabar berarti tetap melakukan firmanNya meski ada pergumulan dan penderitaan. Inilah bersabar.
Kedua, tahan menanggung penderitaan tanpa bersungut-sungut (ayat 9). Kita bisa saja ‘terpaksa’ sabar karena tidak ada jalan lain. Ini bukan bersabar namanya. Sabar berarti menahan penderitaan dengan rasa ucapan syukur. Ketiga, bersabar adalah menahan penderitaan tanpa saling menyalahkan atau mencari ‘kambing hitam’ (ayat 9). Kalau sabar, ya tidak perlu mencari kambing hitam untuk dipersalahkan. Introspeksi diri sendiri kemudian mengadakan perbaikan akan jauh lebih baik daripada mencari-cari kesalahan orang lain. Bersabarlah!

BERSABAR, SAMPAI KAPAN?
“Sampai kapan harus bersabar?” Sebenarnya ini pertanyaan orang yang mulai kurang sabar. Ya kan? Yakobus mengajarkan kita supaya kita bersabar sampai kedatangan Tuhan Yesus (ayat 7). Kedatangan Tuhan Yesus kembali di sini adalah kedatanganNya yang kedua kelak sebab dari bahasa aslinya digunakan istilah parousia yang khas bersifat eskhatologi.Yakobus sebenarnya ingin menekankan bahwa kita harus bersabar sampai akhir hidup kita, kalau diijinkan Tuhan sampai Tuhan datang kembali. Seperti halnya kesetiaan, kesabaran dalam penderitaan adalah karakter yang baru akan teruji pada akhirnya.

MENGAPA KITA HARUS BERSABAR?
sederhana sebenarnya jawabnya, karena ini adalah Firman Tuhan, perintah Tuhan bagi kita. Namun Yakobus memberikan beberapa alasan mengapa kita harus bersabar.
Pertama, karena kedatangan Tuhan Yesus sudah dekat! (ayat 8). Tuhan Yesus segera datang kembali. Ini pasti! Saat Tuhan datang Dia akan mengaruniakan upah bagi yang bersabar sampai kesudahannya, tetapi sekaligus akan menghakimi yang tidak bersabar! Nah, jika begitu, mari kita bersabar hingga Dia datang kembali. Sudah dekat kok. Paling tidak ribuan tahun lebih dekat dengan kita ketimbang saat surat Yakobus ditulis. Di sisi lain Saya ingatkan bukankah hidup ini singkat. Orang Jawa bilang hidup ini cuma ’mampir ngombe’ (mampir minum). Jika bukan Tuhan yang datang kedua, Dia datang menjemput ajal kita bukan? Jika hidup ini singkat mengapa tidak sabar hingga kita beroleh mahkota ketekunan dari Tuhan kita Yesus Kristus.
Kedua, kita harus bersabar sebab kita memiliki teladan-teladan kesabaran (ayat 10-11). Para nabi Tuhan dengan sabar menanggung penderitaan. Mereka tetap melayani meski harus menderita (ayat 10). Mari kita teladani mereka. Satu lagi teladan, yaitu Ayub. Ayub bersabar dalam penderitaannya yang hebat. Kehilangan harta kekayaan, anak-anaknya, kesehatan bahkan ditinggalkan isteri dan orang-orang dekatnya. Namun kesabaranya membuahkan hasil yang indah. Mau meneladani Ayub?
Ketiga, alasan terakhir mengapa kita harus bersabar adalah karena ada upah yang disediakan Allah bagi mereka yang bersabar dalam penderitaan. Dalam ayat 7 dan 11 sangat jelas menegaskan hal ini. Seorang petani akan mendapatkan hasil dari kesabarannya bekerja dan menanti hujan (ayat 7). Dan Ayub menerima apa yang disediakan Allah baginya setelah kesabarannya teruji. Bayangkan jika petani tidak sabar lagi. Atau Ayub tidak bisa bersabar dengan apa yang dialaminya. Pasti kisahnya berbeda! Bagaimanapun kondisi Saudara dan apapun yang Saudara alami sekarang ini, mari kita bersabar. Tentu dengan kekuatan yang berlimpah dari Tuhan kita Yesus Kristus kita dapat bersabar dalam penderitaan sampai tiba saatnya Dia menjemput kita. Sudah dekat saat kedatanganNya, bersabarlah!

Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.

Senin, 03 Oktober 2011

PEKERJAAN ALLAH

YOHANES 9:1-39

Dalam pembacaan kita hari ini kita bisa melihat, ada pekerjaan Allah yang harus dinyatakan dalam kehidupan kita sebagai anak-anak-Nya, yaitu Allah memiliki rencana dan pekerjaan untuk dinyatakan dalam setiap kehidupan kita (Yeremia 29:11). Bahkan dalam setiap masalah dan pergumulan yang kita hadapi.Orang buta yang terdapat dalam pembacaan kita hari ini juga memiliki pergumulan, yaitu buta sejak lahir. Dia juga adalah seorang pengemis yang menunjukkan bahwa dia seorang yang miskin. Tetapi kepada orang yang buta sejak lahir itu, Tuhan Yesus menyatakan bahwa orang tersebut buta bukan karena dosa dirinya atau dosa orang tuanya (Yohanes 9:3). Tetapi kebutaan dari orang tersebut karena ada pekerjaan Allah yang harus dinyatakan. Mari kita belajar apa yang dikerjakan oleh Allah bagi anak-anakNya.

I. Allah Memberikan Mujizat Kesembuhan (Yohanes 9:1-7).
Tuhan Yesus mencelikkan mata orang buta tersebut dengan cara-Nya. Dia mengolesi mata orang buta tersebut dengan tanah yang telah dicampur dengan ludah-Nya, setelah itu disuruh membasuh dirinya ke kolam Siloam, kemudian orang tersebut dapat melihat kembali.Ajaib bukan? Allah sanggup membuat mujizat bagi kita dengan berbagai cara. Namun seringkali kita membatasi kuasa Allah dengan memaksakan Allah untuk menolong kita menurut cara kita. Ketidakpercayaan atau kebimbangan hanya membuat mujizat Allah tidak terjadi dalam kehidupan kita (Matius 13:58; Markus 6:5-6). Apakah saudara percaya Tuhan Yesus sanggup membuat mujizat bagi Saudara? Mari kita percaya pada Tuhan Yesus dan membiarkan Allah bekerja menurut cara-Nya yang ajaib.

II. Allah Menjadikan Orang Yang Dicelikkan Matanya Sebagai Kesaksian (ayat 8-34).
Orang yang telah dicelikkan matanya oleh Tuhan Yesus menceritakan tentang kuasa Tuhan Yesus kepada para tetangganya (ayat 8-12), kepada orang tuanya (ayat 18-23) dan kepada orang-orang Farisi (ayat 13-17; 24-34). Kesaksiannya memberikan dampak yang luar biasa, banyak orang yang percaya pada Tuhan. Menyaksikan mujizat atau pertolongan Tuhan adalah sama dengan kita memberitakan tentang Tuhan Yesus sebagai Juruselamat. Oleh karena itu, jangan malu bersaksi atau memberitakan Injil (2 Timotius 1:8). Sudahkah saat ini kita memberitakan tentang Tuhan Yesus melalui kesaksian kita?

III. Allah Membuat Orang yang Dicelikkan Matanya Lebih Mengenal Tuhan Yesus.
Orang yang dicelikkan matanya mengalami proses, dari yang tidak mengenal Tuhan Yesus menjadi mengenal Dia, bahkan mengenal secara pribadi (Hosea 4:6; Filipi 3:10; 2 Petrus 3:18). Sudahkah saat ini kita mengenal Tuhan Yesus secara pribadi? Mungkin melalui masalah yang kita hadapi saat ini kita dapat mengenal Tuhan Yesus lebih dalam lagi. Seperti kisah Ayub, melalui masalah yang dia hadapi, dia semakin mengenal Tuhan, bukan hanya dari kata orang saja. Ayub dapat menikmati kasih Tuhan dan memandang sendiri kebaikan Tuhan (Ayub 42:5). Dalam setiap pergumulan yang kita hadapi, ada “pekerjaan Allah” yang harus dinyatakan dalam kehidupan kita, yaitu Allah menyatakan mujizat-Nya, Allah menjadikan kita saksi-Nya dan Allah rindu supaya kita lebih mengenal-Nya. Tuhan Yesus memberkati

Pdm. Dwi Cahyono, S.Th

Minggu, 25 September 2011

Kegagalan diubah Menjadi Keberhasilan

LUKAS 5:1-11

Siapa diantara kita yang tidak pernah mengalami kegagalan? Ya, setiap orang pasti pernah mengalami kegagalan di dalam kehidupannya, dalam usaha/pekerjaan, studi, maupun masa depan . Tetapi bagi orang Kristen, kegagalan bukanlah akhir dari segalanya, karena Tuhan Yesus sanggup mengubah kegagalan menjadi keberhasilan.Petrus juga pernah mengalami kegagalan, dan kita dapat belajar dari padanya. Bagian Allah adalah mengubah kegagalan menjadi keberhasilan, sedangkan bagian kita adalah mempercayai-Nya.
Bagaimana supaya kegagalan kita diubah menjadi keberhasilan?

I. Tetap Mendahulukan Perkara Yang Rohani (Lukas 5:1-3).
Petrus yang gagal semalaman tetap mendahulukan perkara yang rohani, dengan cara ia mau meminjamkan perahunya untuk Tuhan yesus berkhotbah, bukan saja hanya meminjamkan tetapi ia juga tetap mau mendengarkan pengajaran Tuhan Yesus. Seringkali ketika kita menghadapi kegagalan, kita justru menjauhi hal-hal yang rohani seperti malas beribadah. Kita justru menyalahkan Tuhan dan tidak mau mendengarkan nasihat firman Tuhan. Padahal firman Tuhan sudah mengajarkan kepada kita “Carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, maka...” (Matius 6:33). Maka dari itu marilah saat ini kita belajar dari Petrus, ketika dalam kegagalan sekalipun, tetap dahulukan perkara yang rohani.

II. Mau Berkorban Meskipun Sedang Mengalami Kegagalan.
Petrus mau meminjamkan perahunya kepada Tuhan Yesus untuk berkhotbah, meskipun sedang mengalami kegagalan. Alkitab memberikan contoh yang mirip dengan kisah ini, yaitu seorang janda Sarfat yang rela berkorban untuk hamba Tuhan, walaupun ia dalam keadaan kekurangan (I Raja-raja 17:7-24). Ia hanya mempunyai segenggam tepung dan satu buli-buli minyak dan itu akan habis dimakan hari ini. Tetapi karena dia mau berkorban demi hamba Tuhan, maka dia mendapatkan berkat yang luar biasa, ia tidak kekurangan makanan sampai masa kelaparan berakhir. Kemurahan hati, akan menggerakkan tangan Tuhan untuk menolong kita. Jadi apabila saat ini kita mengalami kegagalan, jangan kikir, tapi berkorbanlah, terkhusus untuk pekerjaan Tuhan maka tangan Tuhan akan terulur untuk menolong kita dan mengubah kegagalan menjadi keberhasilan.

III. TAAT Pada Perkataan Tuhan Yesus (Lukas 5:4-5)
Petrus adalah seorang nelayan, secara otomatis dia mengetahui secara pasti bagaimana ia harus mencari ikan dengan tepat, sekalipun dia tahu persis kondisi laut tetapi dia taat ketika Tuhan Yesus menyuruhnya menebarkan jala ke sebelah kanan. Padahal, selain sebagai nabi mungkin Petrus mengetahui latar belakang Tuhan Yesus yang seorang tukang kayu (bukan seorang nelayan). Tetapi karena dia taat, maka dia memperoleh keberhasilan. Ketaatan pada firman Tuhan adalah kunci dari keberhasilan. Kita mudah untuk mengatakan “amin” setiap firman Tuhan di sampaikan, akan tetapi begitu susahnya kita menaati firman tersebut. Bagaimana supaya kita dapat berhasil? Carilah pimpinan Tuhan, tentunya dalam Alkitab yang kita baca setiap hari, setelah itu lakukanlah firman Tuhan tersebut maka kita akan dibuat berhasil oleh Allah.

IV. Berusaha Bersama dengan Tuhan Yesus

Tuhan memberkati kita bukan langsung saja, tetapi ada usaha yang harus kita kerjakan. Petrus menebarkan jalanya, dia kembali berusaha. Tetapi sekarang dia berusaha bersama Yesus. Bagi orang yang disertai Tuhan Yesus, tidak ada tempat untuk keputus asaan. Iman tidak memberi tempat bagi kemalasan. Bekerjalah dengan Tuhan Yesus, Tuhan pasti memberkati kita!
Apakah hari ini kita mengalami kegagalan? Percayalah Tuhan Yesus sanggup mengubah kegagalan menjadi keberhasilan. Mari kita tetap mendahulukan perkara yang rohani; mau berkorban; taat kepada firmanNya; dan mari tetap berusaha. Tuhan Yesus memberkati.

Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.


Minggu, 18 September 2011

MEMPERSIAPKAN GENERASI YANG AKAN DATANG

ULANGAN 6:4-9

Apabila kita memperhatikan realita saat ini sungguh sangat menyedihkan sekali. Dari data penelitian Yayasan kita dan Buah Hati terhadap 1.625 siswa kelas IV-V SD se Jabodetabek sepanjang tahun 2008 ada sekitar 66% anak yang terlibat pornografi dan 34% tidak terlibat pornografi. Hal ini menjadi perhatian bagi kita para orang tua untuk mendidik anak kita. Karena masa depan ditentukan masa kini, oleh karena itu lakukan yang terbaik untuk anak-anak kita saat ini, agar di masa yang akan datang mereka dapat menjadi generasi yang mempermuliakan Allah.
Dari pembacaan kita di atas,untuk mempersiapkan generasi yang akan datang maka harus dimulai dari diri kita para orang tua terlebih dahulu.

I. Shema Yistrael (Ulangan 6:4).
Kata “Shema” (=mendengar) memiliki makna “Ketaatan”. Hal ini menggambarkan pikiran yang menyerah dan tunduk kepada kekuasaan yang berbicara. Artinya, suatu pendengaran yang terjadi di bawah kekuasaan atau pengaruh si pembicara. Perintah “Shema” ini berkaitan erat dengan pernyataan “pengakuan bahwa Allah itu Esa” yang merupakan kebenaran fundamental bagi bangsa Israel dan sikap mereka kepada Allah. Kata Tuhan kita adalah Tuhan yang Esa, menekankan tentang Allah itu Esa, serta menekankan pemujaan kepada Allah. Kata shema ini sebenarnya adalah suatu bentuk ekspresi ketaatan yang sepenuhnya kepada Allah. Mempersiapkan generasi yang akan datang harus dimulai dari diri kita dahulu sebagai orang tua, yaitu menjadi orang-orang yang taat sepenuhnya kepada Allah. Bagaimana mungkin kita dapat mengajar anak-anak kita untuk taat, sementara kita sendiri tidak taat kepada Tuhan? Itu sebabnya mari kita menjadi umat Tuhan yang taat kepadaNya sehingga kita dapat mengajar dan menjadi teladan bagi generasi kita.

II. Menjadi Pelaku Firman Tuhan (Ulangan 6:5)
Setelah kita mengetahui perintah Allah bahwa kita harus taat sepenuhnya kepada Allah maka kita harus menjadi pelaku firman. Yaitu menjadikan Tuhan sebagai yang nomor satu di dalam kehidupan kita, mengasihi Tuhan dengan seluruh hidup kita serta menjadikan Tuhan sebagai fokus perhatian kita. Apabila kita menjadikan sesuatu tersebut sebagai fokus perhatian, maka pasti setiap apapun yang dilakukan pasti akan diperhatikan. Demikian juga dengan kita, apabila kita menjadikan Tuhan sebagai fokus perhatian kita, maka kita akan memperhatikan setiap apa yang dikatakan oleh Tuhan. Bagaimana caranya supaya kita bisa menjadi pelaku firman Tuhan? Ayat 7 pada pasal yang ke 6 mengatakan “membicarakannya apabila duduk, sedang dalam perjalanan, pada saat berbaring dan pada saat bangun”. Artinya bahwa dalam kegiatan sehari-hari kita membicarakan tentang Allah, bukan hal yang lain. Seringkali ketika melakukan kegiatan sehari-hari, yang kita bicarakan bukan tentang Allah, tetapi mengenai hal-hal yang tidak benar, misalnya bergosip atau yang lain. Oleh karena itu untuk kita bisa menjadi orang yang melakukan Firman Tuhan maka kita harus membiasakan untuk membicarakan tentang Allah kepada anak-anak kita.

III. Menjadi Pengajar Kepada Anak-anak
Menjadi pengajar bagi anak khususnya kebenaran firman Tuhan, orang tua dituntut untuk melakukan terlebih dahulu apa yang Tuhan inginkan (Ulangan 6:16-19). bagaimana menjadi pengajar anak-anak kita? Pertama, menjadi Teladan. Anak-anak lebih banyak belajar melakukan sesuatu dengan melihat contoh. Apabila kita sebagai orang tua menjadi teladan yang baik bagi anak-anak-anak kita, maka mereka juga akan melakukan hal yang baik pula. Misalnya, kita mau mengajar anak-anak kita untuk berdoa, maka kita harus berdoa juga, jangan hanya menyuruh anak kita. karena dengan kita memberi teladan berdoa akan lebih efektif dari pada kita hanya menyuruhnya saja. Jadi apabila kita mau mempersiapkan anak-anak kita di masa yang akan datang, maka jadilah contoh yang baik bagi anak-anak kita. Kedua, mengajar secara berulang-ulang. Mengajar dengan mengulang bertujuan agar anak dapat mengingat, memahami dengan jelas serta melakukannya, karena apabila ketika kita mengajari anak-anak kita sesuatu yang baik, tidak cukup hanya sekali saja. Hal ini membutuhkan kasih, kesabaran dan kedisiplinan agar semuanya ini bisa tercapai.

Marilah kita mempersiapkan generasi kita selanjutnya dan memulainya dari diri kita sendiri menjadi orang yang taat dan mengasihi Tuhan, memberikan teladan serta mengajar generasi kita berulang-ulang. Tuhan memberkati.

Ibu Pdt. Ii Varia, S.Th

Minggu, 11 September 2011

Pengampunan Kristus !

LUKAS 23:33-43

“Ya Bapa, ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Ini adalah satu dari tujuh ucapan Tuhan Yesus di atas kayu salib yang paling agung! Betapa tidak, di tengah aniaya dan penyiksaan yang diterimaNya, Tuhan Yesus memohonkan pengampunan bagi orang-orang yang menganiaya dan menyalibkan diriNya! Ada 2 kebenaran bagi kita dari pengampunan Tuhan kita, Yesus Kristus ini.

1. Pengampunan Kristus adalah pengampunan yang sudah dikerjakanNya bagi kita.
Tuhan yesus memohon pengampunan bagi orang-orang yang menyalibkan diriNya adalah benar-benar menunjukkan pengampunanNya. Pengampunan itu bukan hanya bagi mereka bahkan bagi kita. Pertama, pengampunan Kristus adalah pengampunan yang ada HARGA-nya! Pengampunan Kristus bukanlah pengampunan yang otomatis dan gratis, tetapi ada harganya, yaitu dengan kematian Kristus di atas kayu salib! Di kayu salib kita melihat kasih Allah sekaligus keadilan Allah. Dosa tetap dosa dan harus menerima hukumannya. Tetapi Allah begitu mengasihi kita, Dia berikan Kristus, AnakNya yang tunggal untuk membayar harga kelepasan dari hukuman dosa. Ketika penghukuman atas dosa dibayar dengan kematian Kristus, maka nampak keadilanNya sekaligus kasihNya atas kita! Itu sebabnya jangan kita terus hidup dalam dosa. Tinggalkan dosa-dosa sebab kita sudah menerima pengampunan yang dikerjakan oleh Tuhan Yesus sendiri. Kedua, pengampunan Kristus adalah tawaran yang harus disambut dengan iman. Ada banyak orang di bawah salib Kristus, tetapi hanya seorang penjahat yang menanggapi tawaran Tuhan (ayat 40-43). Bagaimana menerima pengampunan dari Tuhan Yesus? Sadari dosa Saudara, datanglah padaNya dan mengakui dosa-dosa Saudara dan terima pengampunanNya dengan iman (1 Yohanes 1:9). Ketiga, pengampunan Kristus pengampunan yang sempurna. Dia tidak ingat lagi dosa-dosa kita. Jangan ingat-ingat lagi dan jangan pernah mau ditipu oleh Iblis dengan menuduhkan dosa-dosa kita lagi sebab semuanya sudah diampuni oleh Kristus!

2. Pengampunan Kristus memberikan teladan bagi kita.
Pengampunan Tuhan Yesus memberi kita teladan untuk diikuti! Tuhan Yesus senantiasa mengajarkan supaya setiap pengikutNya mengampuni orang yang bersalah (Lukas 6:37; 11:4; 17:3-4 band. Matius 18:21-35). Dan Tuhan bukan saja mengajar tetapi memberikan teladan bahwa Dia-pun mengampuni orang yang bersalah kepadaNya! Pengampunan di kayu salib benar-benar jejak yang harus kita ikuti. Ajaran Tuhan Yesus dan teladanNya diteruskan oleh para rasul-Nya, khususnya rasul Paulus (Efesus 4:32; Kolose3:13 dan 2 Korintus 2:7 juga surat Filemon dimana diajarkan mengampuni dan menerima kembali orang yang bersalah seperti Onesimus). Mungkin kita akan berkata bahwa teladan Kristus tidak dapat diikuti karena Dia kan Allah, gimana mau meneladani Dia? Ingatlah bahwa Yesus juga manusia seperti kita, maka teladan yang diberikan pastilah dapat diikuti tentu dengan pertolongan kuasaNya. Selain itu apakah Allah akan memberih perintah yang tidak dapat kita lakukan? Dan yang paling penting para beriman dahulu sudah mengikuti jejak Tuhan Yesus dalam mengampuni orang yang bersalah dan jahat. Lihat bagaimana Stevanus yang memohonkan pengampunan bagi orang-orang yang merajam dirinya (Kisah Para Rasul 7:54-60). Mari kita belajar meneladani Kristus dengan mengampuni orang yang bersalah kepada kita.
Bagaimana mengampuni sesama?
Sebenarnya bagaimana mengampuni dapat kita teladani dari bagaimana Kristus mengampuni penjahat yang disebelah salibnya (ayat 40-43).
Pertama, memaafkan kesalahannya.
Kedua, melupakan kesalahannya terhadap kita.
Terakhir, menerima kembali sebagai saudara dalam Kristus.

Pengampunan Kristus adalah pengampunan yang sudah dikerjakanNya di atas kayu salib bagi kita. Itu sebabnya mari bersyukur dan hidup dalam kebenaran sekaligus marilah kita meneladani Kristus dengan mengampuni orang-orang yang bersalah kepada kita. Pengampunan Tuhan Yesus dan kuat kuasa Roh kudus akan memampukan kita untuk melakukan firman Tuhan. Tuhan Yesus memberkati.

Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.

Minggu, 04 September 2011

PASTI BEDA !

Perbedaan antara
orang benar dan orang fasik
menurut Mazmur 1:1-6


Pemazmur mengajar kita bahwa kehidupan orang benar dan orang fasik pasti berbeda! Meski kita seringkali mengalami kebingungan dan banyak pertanyaan yang mengganjal hati, misalnya mengapa ada orang fasik yang sukses atau mengapa ada orang benar yang menderita, tetapi sekali lagi Mazmur 1 menegaskan PERBEDAAN antara orang benar dan orang fasik! Sebelum lebih dalam memahami apa yang diajarkan pemazmur mari lebih dahulu mencoba memahami siapakah orang benar itu. Orang benar, menurut terang perjanjian Baru, (istilah ‘benar’ dalam bahasa Ibrani tsedek sementara Yunani (Septuaginta) menggunakan kata dikaiosune) pertama-tama adalah orang yang sudah dibenarkan di dalam Tuhan Yesus Kristus. Ya, saat Saudara percaya dan terima Tuhan yesus sebagai TUHAN dan Juruselamat Saudara secara pribadi, saat itulah Saudara dibenarkan Allah dan menjadi orang benar! (Roma 3:10 band. 22-25). Jadi, kita, yang sudah percaya Tuhan Yesus adalah orang-orang benar! Puji Tuhan!

Nah, jika kita sudah tahu dan menyadari bahwa kita adalah orang benar, orang-orang yang sudah dibenarkan dalam Tuhan yesus, mari kita beranjak pada apa yang diajarkan TUHAN melalui pemazmur ini tentang perbedaan orang benar dengan orang fasik. Sekali lagi pemazmur berkata: Orang benar dan orang fasik pasti beda! Apanya yang berbeda?

1. Jalan hidup mereka berbeda! (ayat 1-2).
Pemazmur menunjukkan bahwa cara hidup atau jalan hidup orang benar dan orang fasik berbeda! Lihat saja, orang benar adalah orang yang bukan saja mengenal Tuhan yesus sebagai Tuhan dan Juru selamat-nya, namun SUKA dekat dengan Dia dan firmanNya (ayat 2). Kesukaan orang benar adalah merenungkan dan melakukan firman Tuhan. Nah, jika Saudara orang benar, (ingat kan siapa kita?), maka sudah seharusnya kita selalu rindu dekat dengan Tuhan Yesus dan firmanNya. Berikutnya orang benar adalah orang yang hidup dalam kebenaran firman Tuhan, adil dan penuh kasih (band. ayat 1). Berbeda dengan orang fasik. Orang fasik senang jauh dari Tuhan. mereka suka berbuat jahat dan dosa! Suka ada dalam kumpulan pencemooh, terhadap Tuhan maupun sesama. Kalau berkumpul hanya ‘ngerasani’ dan menjelek-jelekkan orang (Jawa, artinya ngomongi orang lain-red). Sekali lagi Saya ingatkan, Saudara orang benar, mari kita setia beribadah, suka dekat dengan Tuhan Yesus dan melakukan firmanNya.

2. Kondisi hidupnya berbeda! (ayat 3-5)
Bukan hanya cara hidup mereka berbeda, kondisi hidup mereka juga berbeda. Ya, perbedaan ini karena cara atau jala hidup mereka yang berbeda! Kondisi orang benar itu BERBAHAGIA (ayat 1). Kebahagiaan ini tidak ada hubungannya dengan harta, kedudukan atau kondisi di sekitar orang benar itu, tidak sama sekali. Apapun keadaan dan kondisi yang dialami orang benar, dia akan tetap berbahagia! Mengapa? Kebahagiaan datang karena memang dia orang yang sudah dibenarkan Kristus dan hidup dalam kebenaran.Ingat Yusuf atau Paulus? Di tengah pergumulan mereka tetap berbahagia bukan? Bukan itu saja, orang benar DIBERKATI! Perhatikan bagaimana pemazmur menggambarkan orang benar seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air (ayat 3). Dia akan tetap hidup, tidak mudah goyah, selalu berbuah, jadi berkat bagi orang lain dan apa yang dikerjakan dibuat Tuhan berhasil! Beda dengan orang fasik, hidupnya tidak berbahagia. Kefasikan hanya akan menghasilkan hidup yang tidak tenang, dalam kekalutan, mudah goyah “seperti sekam yang ditiup angin” (ayat 4-5). Saya percaya Saudara akan memilih kondisi yang pertama, yang dialami orang benar bukan? Itu sebabnya mari kita hidup sebagai orang benar dengan perkataan dan tindakan yang benar, sesuai dengan firmanNya!

3. Akhir hidupnya berbeda! (ayat 6)
Terakhir, akhir hidup orang benar dan orang fasik juga akan berbeda! Akhir hidup orang benar adalah kehidupan kekal bersama TUHAN selama-lamanya. Kata “mengenal” bukan saja menunjukkan bahwa Tuhan tahu ke mana arah tujuan hidup orang benar, tetapi Tuhan MEMASTIKAN jalan orang benar menuju pada kebahagiaan kekal bersamaNya! Berbeda dengan orang fasik yang akhir hidupnya menuju kepada kebinasaan.Mungkin sekarang ada yang ragu dan berkata “Kok, orang fasik enak ya, sehat dan kaya, terus gimana?” Ingat tunggu saja saatnya. Bukankah Tuhan Yesus pernah memberi perumpamaan bahwa bila tiba saatnya, maka lalang akan dipisahkan dari gandum; gandum akan dimasukkan lumbung sementara lalang akan dibakar? (Matius 13:24-30, 36-43). Dan nabi Maleakhi bernubuat tentang orang-orang benar katanya: “Mereka akan menjadi milik kesayanganKu sendiri... Maka kamu akan melihat perbedaan antara orang benar dengan orang fasik, antara orang yang beribadah kepada Allah dan orang yang tidak beribadah kepadaNya.” (Maleakhi 3:17-18).

Mari Saudara, orang-orang benar dalam Kristus, mari kita hidup sebagai orang benar dengan cara hidup yang benar sesuai dengan firman Tuhan dan kita akan melihat perbedaan antara orang benar dan orang fasik. Pasti beda!

Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.


Minggu, 28 Agustus 2011

SEJAHTERAKAN KOTAMU!

Yeremia 29:7
Dalam pembacaan kita, kalimat tersebut adalah surat dari Yeremia seorang nabi yang bergumul untuk bangsanya kepada bangsa Yehuda dalam pembuangan. Seringkali ketika seseorang dalam pembuangan, biasanya seseorang tersebut akan berdoa agar bangsa yang menjajahnya hancur atau mendapat bencana. Akan tetapi berbeda sekali dengan yang dilakukan oleh Yeremia ini, dia mendapat penglihatan dari Tuhan untuk disampaikan kepada bangsanya dalam pembuangan agar mereka berdoa bagi bangsa dimana mereka dibuang. Hal ini bukan berarti Allah mengijinkan umat-Nya hidup dalam penderitaan, tetapi Allah memiliki rencana yang indah bagi umat-Nya (Yeremia 29:11). Berikut ini adalah beberapa contoh orang-orang yang Tuhan ijinkan ada dalam pembuangan, tetapi Tuhan memiliki rencana yang indah bagi mereka. Mereka menyejahterakan kota dimana mereka mengalami penderitaan.

Pertama, menjadi berkat dalam bidang ekonomi: Yusuf (Kejadian 41:34-36).
Yusuf adalah seorang yang dipakai Tuhan untuk menyingkapkan mimpi Firaun. Dalam mimpinya tersebut akan ada tujuh tahun kelimpahan dan tujuh tahun kelaparan. Yusuf karena hikmat Allah menjadi bijaksana sehingga dia memberikan saran agar menyisihkan kelimpahan panen dalam lumbung-lumbung, sehingga pada waktu kelaparan mereka mendapat bahan makanan dari lumbung-lumbung mereka. Bagaimana dengan kita sebagai warga negara Indonesia, ketika dalam kelimpahan janganlah kita menghambur-hamburkan harta kekayaan kita, tetapi milikilah tanggung jawab supaya bangsa kita jangan mengalami kerugian.

Kedua, menyejahterakan kota di bidang keamanan: Mordekhai (Ester 2:19-23).
Mordekhai adalah seorang buangan, tetapi sangat memperhatikan keamanan negeri dimana dia dibuang. Ketika dia mengetahui ada peresepakatan untuk memberontak terhadap raja, Mordekhai melaporkan hal tersebut sehingga tidak terjadi pembunuhan terhadap raja negeri itu. Bagaimana sekarang sikap kita sebagai rakyat yang sudah merdeka, apakah kita sungguh-sungguh mencintai bangsa kita? Jikalau kita benar-benar mencintai bangsa kita, maka kita akan memperhatikan keamanan negeri kita. Misalnya kita mengetahui ada tindakan terorisme di daerah sekitar kita, maka kita wajib melaporkan kepada pihak yang berwajib. Mari kita, sebagai anak-anak Tuhan, ikut menjaga keamanan dan ketertiban di lingkungan kita.

Ketiga, menjadi berkat dalam bidang pemerintahan: Daniel (Daniel 6:2-4).
Daniel seorang buangan, tetapi setia bekerja bagi pemerintahan negeri yang menjajahnya. Dia diangkat untuk membawahi para wakil-wakil raja atau menteri-menteri karena ia bijaksana. Dia berlaku benar dihadapan raja sehingga ketika dicari kesalahannya, orang-orang yang tidak suka kepadanya tidak mendapati kesalahan padanya. Bagaimana dengan kita saat ini sebagai warga negara yang merdeka, kita mungkin tidak seperti Daniel, tetapi kita bisa berdoa bagi pemerintahan bangsa ini agar setiap pemimpin negara dapat memimpin dengan benar. Akan tetapi yang lebih penting lagi kehidupan kita terlebih dahulu yang harus hidup benar dan patuh terhadap peraturan yang ada di pemerintahan bangsa kita.

Keempat, menyejahterakan di bidang keagamaan: Sadrakh, Mesakh dan Abednego (Daniel 3:15-18).
Ketiganya adalah pahlawan Tuhan yang setia mempertahankan iman mereka walaupun dalam situasi yang membahayakan keselamatan mereka. Mereka tidak mau menyembah patung yang dibuat oleh raja walaupun harus dimasukkan ke dalam perapian.Kita juga sama, hidup dalam negara yang susah untuk beribadah dengan tenang, akan tetapi apabila kita mengamati kehidupan Sadrakh, Mesakh dan Abednego seharusnya kita bisa meneladani mereka yang tetap setia beriman dan beribadah kepada TUHAN walaupun dalam situasi yang membahayakan keselamatan.Tugas kita adalah berdoa agar Tuhan mengubahkan hati orang-orang yang tidak senang akan kekristenan.

Kita sudah merdeka selama enam puluh enam tahun, bagaimana kita mengisi kemerdekaan itu? kita harus turut mensejahterakan bangsa kita ini dengan turut berperan dalam mensejahterakan kota, dengan kita menjadi warga negara yang baik, serta mendoakan bangsa kita. Tuhan Yesus memberkati

Pdt. Adrian Lukas Manikome

Minggu, 21 Agustus 2011

PERSEPULUHAN: Rahasia Berkat TUHAN

Maleakhi 3:10-12
Beberapa sebab dari sekian banyak penyebab orang mengalami ‘kekurangan’ (kesulitan ekonomi) dapat kita sebutkan adalah kemalasan, malas bekerja. Ada juga karena BOROS sehingga besar pengeluaran daripada pemasukannya. Ini gaya hidup yang sangat buruk dan pasti SALAH! Banyak orang saat ini menjadi konsumtif sekedar untuk bergaya atau supaya nampak gaya, gaul dan berada. Tapi sikap hidup yang demikian akan membawa kita dalam kesulitan. Masih satu lagi yang menyebabkan kita mengalami kekurangan, seperti yang nats diatas katakan, yaitu TIDAK mengembalikan milik Allah: Persepuluhan!

Sekilas Tentang Persepuluhan
Sebelum kita belajar bahwa persepuluhan adalah rahasia berkat dari Tuhan, perlu kita paham apa itu persepuluhan. Persepuluhan adalah perintah Allah bagi kita untuk mengembalikan (mempersembahkan) sepersepuluh dari berkat Tuhan yang kita terima (Maleakhi 3:10). Misalnya apabila berkat Tuhan yang kita terima melalui pekerjaan kita itu Rp. 800.000,- berarti Rp. 80.000,- adalah milik Tuhan dan harusnya kita kembalikan dan persembahkan pada Tuhan. Kemana? Alkitab mengajarkan supaya kita bawa persepuluhan ke rumah Tuhan, dimana Saudara digembalakan (ayat 10). Untuk apa? Supaya ‘ada makanan di rumahKu’. Artinya supaya ada pemeliharaan bagi para hamba Tuhan dan dengan demikian ada ‘makanan rohani’ bagi umat Tuhan. Marilah kita belajar mengembalikan apa yang menjadi milik Allah!

Persepuluhan: Rahasia Berkat TUHAN
Jika kita renungkan Maleakhi 3:8-12 kita akan menemukan bahwa Tuhan mengajarkan bahwa persepuluhan adalah rahasia pemeliharaan Tuhan. Mengapa?

1. Karena persepuluhan adalah PERINTAH TUHAN!
Perhatikan bahwa Tuhan memerintahkan umat-Nya untuk mempersembahkan persepuluhan. Ketaatan pada perintah Tuhan akan selalu menuntun kita di tempat yang aman dan limpah dengan berkat. Banyak orang mempersembahkan persepuluhan hanya karena mau diberkati berkali lipat, atau hanya karena kedudukannya sebagai pelayan gereja. Tidak salah bahwa taat pasti diberkati, namun mari kita mengembalikan milik Allah: persepuluhan karena memang kita mau TAAT kepada Tuhan kita, Yesus Kristus. Dan ketaatan akan memimpin kita pada seluruh berkat-berkat Tuhan.

2. Karena dengan tidak MENGEMBALIKAN persepuluhan, kita menempatkan diri sebagai penipu ALLAH (ayat 8-9).
Tuhan menegur umat Israel saat itu sebagai ‘penipu’ karena tidak mengembalikan persepuluhan yang adalah milik Allah. Istilah ‘penipu’ dalam bahasa asli sebenarnya lebih tegas dengan menggunakan istilah “perampok”! (Band. terjemahan Ibrani, KJV dan NIV). Apabila kita menahan dan tidak mengembalikan persepuluhan sebenarnya kita sedang menipu bahkan merampok Allah.
Suatu hari ada seorang ibu yang baik hati ke pasar. di pasar ia bertemu pemuda kurus, dekil dan sangat menyedihkan. yang meminta-minta. Dengan kasih, ibu ini memberikan uang 5000 pecahan seribuan kepada pemuda itu, padahal ibu itu hanya punya 5000 lagi di dompetnya. Tetapi pemuda itu masih mengiba dan memohon karena ayahnya sakit keras katanya. Maka karena iba, ibu itu memberi lagi 4000 dan menyisakan 1000 di dompetnya untuk berbelaja hari itu. Pemuda itu nampak berseri dan pergi. Saat berbelanja sayur dan mau membayar, betapa terkejutnya ibu itu karena dompet dan isinya yang tiggal 1000 rupiah itu raib. Sementara sedikit jauh dari tempat itu seorang pemuda kurus, dekil sedang tertawa sambil menimang-nimang sebuah dompet yang berisi uang 1000. Bagaimana menurut Saudara? Jahat bukan? Ibu itu sudah memberikan 9000 yang dimilikinya, tetapi sisa yang 1000-pun masih dicopet juga. Bukankah kita juga akan sama seperti pemuda yang jahat itu kalau kita tidak mengembalikan persepuluhan milik TUHAN? Tuhan sudah memberkati kita limpah bagi kita , tetapi apa yang kita lakukan? Miliknya: Persepuluhan juga masih kita ambil daripadaNya. Adakah Tuhan akan memberkati seseorang yang menipu diriNya? Adakah Tuhan dapat Saudara tipu tanpa Dia tahu segalanya?

3. Karena persepuluhan adalah TINDAKAN IMAN untuk menerima janji-janji TUHAN (ayat 10-12).
Tuhan berfirman “Ujilah Aku!” (ayat 10). Kemudian Dia berjanji akan memberkati yang mengembalikan persepuluhan. Dia berjanji akan memberikan berkat yang berlimpah dan perlindungan. mau diberkati Tuhan? Kembalikan milik Tuhan, persembahkan persepuluhan kepada Tuhan. Sebenarnya persepuluhan bukanlah sekedar tindakan iman untuk menerima janji-janji Allah, tetapi tindakan iman bahwa Saudara sudah diberkati oleh Allah! Saat kita mempersembahkan sepersepuluh dari apa yang kita dapatkan dari Tuhan itu berarti kita menyatakan pada Tuhan bahwa kita SUDAH diberkati dan pasti akan diberkati lagi! Justru persepuluhan adalah ungkapan iman dan syukur bahwa kita sudah diberkati oleh Tuhan Yesus dan pasti juga akan menikmati segala kelimpahan dariNya.
Mari kita belajar mempersembahkan persepuluhan kita kepada Tuhan karena itu adalah perintah Tuhan, tindakan iman dan syukur bahwa kita sudah dan pasti menerima berkat dan pemeliharaan TUHAN kita Yesus Kristus dengan berlimpah-limpah! Tuhan Yesus memberkati!

Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.

Alasan Tidak Membayar Perpuluhan

Tiga orang yang berbeda profesi sedang berdiskusi soal perpuluhan. Mereka masing-masing mengemukakan alasan mengapa mereka belum membayar perpuluhan.

Akuntan: Saya belum membayar perpuluhan karena belum menerima surat tagihan dari Tuhan.

Pengacara: Kalau saya belum membayar perpuluhan karena belum ada undang-undang yang mengaturnya.

Bankir: Saya sih sudah lama mau membayar perpuluhan, tapi sampai sekarang saya belum tahu nomor rekening Tuhan.

cabe deeeh....

ALBUM KENANGAN