Selamat datang di www.wartamaranatha.blogspot.com - Memberitakan Injil dan Mendewasakan Kerohanian

Minggu, 18 September 2011

MEMPERSIAPKAN GENERASI YANG AKAN DATANG

ULANGAN 6:4-9

Apabila kita memperhatikan realita saat ini sungguh sangat menyedihkan sekali. Dari data penelitian Yayasan kita dan Buah Hati terhadap 1.625 siswa kelas IV-V SD se Jabodetabek sepanjang tahun 2008 ada sekitar 66% anak yang terlibat pornografi dan 34% tidak terlibat pornografi. Hal ini menjadi perhatian bagi kita para orang tua untuk mendidik anak kita. Karena masa depan ditentukan masa kini, oleh karena itu lakukan yang terbaik untuk anak-anak kita saat ini, agar di masa yang akan datang mereka dapat menjadi generasi yang mempermuliakan Allah.
Dari pembacaan kita di atas,untuk mempersiapkan generasi yang akan datang maka harus dimulai dari diri kita para orang tua terlebih dahulu.

I. Shema Yistrael (Ulangan 6:4).
Kata “Shema” (=mendengar) memiliki makna “Ketaatan”. Hal ini menggambarkan pikiran yang menyerah dan tunduk kepada kekuasaan yang berbicara. Artinya, suatu pendengaran yang terjadi di bawah kekuasaan atau pengaruh si pembicara. Perintah “Shema” ini berkaitan erat dengan pernyataan “pengakuan bahwa Allah itu Esa” yang merupakan kebenaran fundamental bagi bangsa Israel dan sikap mereka kepada Allah. Kata Tuhan kita adalah Tuhan yang Esa, menekankan tentang Allah itu Esa, serta menekankan pemujaan kepada Allah. Kata shema ini sebenarnya adalah suatu bentuk ekspresi ketaatan yang sepenuhnya kepada Allah. Mempersiapkan generasi yang akan datang harus dimulai dari diri kita dahulu sebagai orang tua, yaitu menjadi orang-orang yang taat sepenuhnya kepada Allah. Bagaimana mungkin kita dapat mengajar anak-anak kita untuk taat, sementara kita sendiri tidak taat kepada Tuhan? Itu sebabnya mari kita menjadi umat Tuhan yang taat kepadaNya sehingga kita dapat mengajar dan menjadi teladan bagi generasi kita.

II. Menjadi Pelaku Firman Tuhan (Ulangan 6:5)
Setelah kita mengetahui perintah Allah bahwa kita harus taat sepenuhnya kepada Allah maka kita harus menjadi pelaku firman. Yaitu menjadikan Tuhan sebagai yang nomor satu di dalam kehidupan kita, mengasihi Tuhan dengan seluruh hidup kita serta menjadikan Tuhan sebagai fokus perhatian kita. Apabila kita menjadikan sesuatu tersebut sebagai fokus perhatian, maka pasti setiap apapun yang dilakukan pasti akan diperhatikan. Demikian juga dengan kita, apabila kita menjadikan Tuhan sebagai fokus perhatian kita, maka kita akan memperhatikan setiap apa yang dikatakan oleh Tuhan. Bagaimana caranya supaya kita bisa menjadi pelaku firman Tuhan? Ayat 7 pada pasal yang ke 6 mengatakan “membicarakannya apabila duduk, sedang dalam perjalanan, pada saat berbaring dan pada saat bangun”. Artinya bahwa dalam kegiatan sehari-hari kita membicarakan tentang Allah, bukan hal yang lain. Seringkali ketika melakukan kegiatan sehari-hari, yang kita bicarakan bukan tentang Allah, tetapi mengenai hal-hal yang tidak benar, misalnya bergosip atau yang lain. Oleh karena itu untuk kita bisa menjadi orang yang melakukan Firman Tuhan maka kita harus membiasakan untuk membicarakan tentang Allah kepada anak-anak kita.

III. Menjadi Pengajar Kepada Anak-anak
Menjadi pengajar bagi anak khususnya kebenaran firman Tuhan, orang tua dituntut untuk melakukan terlebih dahulu apa yang Tuhan inginkan (Ulangan 6:16-19). bagaimana menjadi pengajar anak-anak kita? Pertama, menjadi Teladan. Anak-anak lebih banyak belajar melakukan sesuatu dengan melihat contoh. Apabila kita sebagai orang tua menjadi teladan yang baik bagi anak-anak-anak kita, maka mereka juga akan melakukan hal yang baik pula. Misalnya, kita mau mengajar anak-anak kita untuk berdoa, maka kita harus berdoa juga, jangan hanya menyuruh anak kita. karena dengan kita memberi teladan berdoa akan lebih efektif dari pada kita hanya menyuruhnya saja. Jadi apabila kita mau mempersiapkan anak-anak kita di masa yang akan datang, maka jadilah contoh yang baik bagi anak-anak kita. Kedua, mengajar secara berulang-ulang. Mengajar dengan mengulang bertujuan agar anak dapat mengingat, memahami dengan jelas serta melakukannya, karena apabila ketika kita mengajari anak-anak kita sesuatu yang baik, tidak cukup hanya sekali saja. Hal ini membutuhkan kasih, kesabaran dan kedisiplinan agar semuanya ini bisa tercapai.

Marilah kita mempersiapkan generasi kita selanjutnya dan memulainya dari diri kita sendiri menjadi orang yang taat dan mengasihi Tuhan, memberikan teladan serta mengajar generasi kita berulang-ulang. Tuhan memberkati.

Ibu Pdt. Ii Varia, S.Th

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Alasan Tidak Membayar Perpuluhan

Tiga orang yang berbeda profesi sedang berdiskusi soal perpuluhan. Mereka masing-masing mengemukakan alasan mengapa mereka belum membayar perpuluhan.

Akuntan: Saya belum membayar perpuluhan karena belum menerima surat tagihan dari Tuhan.

Pengacara: Kalau saya belum membayar perpuluhan karena belum ada undang-undang yang mengaturnya.

Bankir: Saya sih sudah lama mau membayar perpuluhan, tapi sampai sekarang saya belum tahu nomor rekening Tuhan.

cabe deeeh....

ALBUM KENANGAN