Selamat datang di www.wartamaranatha.blogspot.com - Memberitakan Injil dan Mendewasakan Kerohanian

Minggu, 29 Agustus 2010

SEKS & KELUARGA

Masalah seks memang jarang disampaikan dalam khotbah, karena seringkali dianggap tabu dan sebagainya. Namun Alkitab dengan jelas mengatur bagaimana peranan seks dalam keluarga Kristen. Dalam hal ini rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat Korintus menyampaikan bagaimana seharusnya seks yang benar dalam hubungan suami isteri dan pengaruhnya dalam keluarga.

DOSA SEKS

Dosa seks merupakan salah satu dosa yang merusak dan menghancurkan pernikahan dan keluarga Kristen. Dosa seks yang terus berkembang dan menghancurkan orang-orang yang melakukan, bahkan membuat banyak keluarga hancur karena dosa ini. Sebut saja, diantaranya:
a. Pornografi dan pornoaksi yang sangat merusak.
Pornografi seringkali “disusupkan” dalam berbagai tayangan TV, komik anak-anak, majalah-majalah dan banyak lagi.
b. Perselingkuhan dan ketidaksetiaan yang dianggap biasa. Perselingkuhan menjadi tren dan dianggap sesuatu yang biasa atau wajar. Tidak sedikit lagu-lagu dunia yang mendukung terjadinya perselingkuhan. Lalu bagaimana keluarga kristen menyikapi tantangan yang besar ini?

I. Apa Kata Alkitab?

A. Seks adalah anugerah Tuhan bagi pasangan suami isteri dalam Tuhan (Kejadian 1:28, band. 2:25)

Tuhan-lah yang menciptakan seks. Seks bukanlah akibat dosa. Tetapi sebelum manusia jatuh dalam dosa, Allah telah mengaruniakan seks kepada manusia. Allah yang memerintahkan manusia beranak cucu dan bertambah banyak (Kej 1:28). Tuhan juga yang memberikan seks sebagai jalan keluar dari percabulan (ayat 1-2)

B. Dalam Tuhan Seks Itu Kudus
Bagi Tuhan seks itu kudus dan merupakan kehendak Tuhan supaya anak-anakNya hidup kudus (6:13 band I Tes 4:3). Tuhan membenci dan menghukum dosa percabulan. Tuhan memerintahkan kita menikah dan menjauhi percabulan.

II. Kita Harus Berperan Aktif Dalam Kehidupan
Kudus

Peran aktif orang tua. anak dan pasangan suami isteri sangat diperlukan untuk menghadapi tantangan dosa seks
A. Bagi Orang Tua
Dalam menghadapi tantangan dosa seks, maka seharusnya orang tua:
1. Memberikan teladan hidup kudus bagi anak-anaknya.

Kalau orang tuanya saja tidak hidup dalam kekudusan, bagaimana anak-anaknya mau hidup kudus? Dalam hal ini teladan orang tua sangat diperlukan. Apakah sebagai orang tua, kita sudah memberikan teladan hidup kudus kepada anak-anak kita?
2. Mengajarkan kehendak Tuhan mengenai seks dan hidup kudus.

3. Mendidik anak-anak dalam disiplin yang penuh kasih dan jangan lupa mendoakan mereka.

B. Bagi Anak-anak

Demikian pula anak-anak harus berperan aktif dalam hidup kudus dengan:
1. Taat kepada orang tua dalam Tuhan.
2. Menjauhi percabulan dan seks pranikah, karena itu dosa.
Yusuf, merupakan salah satu tokoh di Alkitab yang dapat menjadi contoh bagaimana menjauhi dosa seks. Ketika isteri Potifar berusaha membujuk Yusuf untuk tidur dengannya, maka Yusuf mengambil tindakan lari dan menjauhi isteri Potifar (Kej. 39). Dosa seks sangat mematikan, sebab itu jauhi. Selalu waspada ketika kita bergaul dan berpacaran.
3. Berdoa bagi orang tua supaya orang tua tetap utuh, bahagia dan diberkati.

Sangat penting bagi anak untuk mendoakan orang tua, bukan hanya menuntut teladan.


C. Bagi Pasangan Suami Isteri

1. Suami dan isteri wajib memenuhi kewajibannya
(ayat 3), yaitu kewajiban seksual.
Apabila seorang suami atau isteri tidak melakukan kewajibannya, hal ini akan memicu terjadinya percabulan dan perselingkuhan. Seharusnya setiap pasangan suami isteri menyadari hal ini.

2. Suami isteri berhak atas tubuh pasangannya
.

Suami isteri adalah satu tubuh/daging, sehingga masing-masing berhak atas tubuh pasangannya. (ay. 4).

3. Jangan saling menjauhi kecuali karena persetujuan (sementara) dan karena mau berdoa
(ay. 5). Alkitab memberikan kelonggaran untuk suami isteri saling berjauhan untuk sementara waktu. Dan “waktu” ini dipergunakan untuk berdoa. Setelah itu harus segera kembali supaya iblis tidak menggunakan kesempatan tersebut untuk menggoda dan merusak rumah tangga kita.
Akhirnya, marilah kita sebagai keluarga Kristen memiliki sikap yang benar terhadap seks dalam keluarga; Apa kata Alkitab dan perlunya peran aktif setiap anggota keluarga.
Tuhan Yesus memberkati setiap keluarga kita.


dikhotbahkan oleh: Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th
.

Minggu, 15 Agustus 2010

BANGUN DALAM PENGHARAPAN

Roma 5:1-11
Melalui suratnya kepada jemaat di Roma, Rasul paulus mengajak setiap orang Kristen memiliki pengharapan dalam hidupnya. Karena pengharapan itulah yang memampukan orang Kristen menjalani kehidupan ini dengan penuh semangat. Sekalipun banyak tantangan dan pergumulan hidup.


APA YANG DIMAKSUD PENGHARAPAN?

Pengharapan adalah bayangan (visi) akan terjadinya perubahan yang lebih baik dimasa depan. Orang yang kehilangan pengharapan (putus asa) adalah orang yang kehilangan makna dan tujuan hidup!

Berdasar penelitian umum, ada 14 pikiran orang yang putus asa:
1. Saya tidak berharga
2. Saya tidak berharga untuk diperhatikan atau disayang orang lain
3. Saya tidak sebaik orang lain
4. Saya gagal dalam hubungan sosial
5. Orang-orang sudah tidak menghormati saya lagi
7. Saya tidak dapat menyelesaikan masalah-masalah saya
8. Saya telah kehilangan satu-satunya teman yang saya miliki
9. Saya memiliki hidup yang tidak berharga untuk dijalani
10. Saya lebih buruk dari orang lain
11. Saya tidak dibantu oleh siapapun
12. Tidak ada yang peduli kepada saya
13. Tidak akan ada lagi jalan keluar untuk saya
14. Saya sudah tidak menarik lagi

Dari ke14 kesimpulan di atas kita dapat menarik kesimpulan, bahwa:
a. Mereka berpikir negatif kepada diri sendiri dan sekitarnya.
b. Mereka merasa sendirian

Bagaimana menjadi orang Kristen yang berpengharapan (tidak putus asa)?

DASAR PENGHARAPAN ORANG KRISTEN
Melalui nats yang kita baca, ada tiga dasar pengharapan orang Kristen:

I. Kita sudah diselamatkan Tuhan (ayat 2)

Sebelum kita diselamatkan oleh Tuhan Yesus, kita adalah orang yang berdosa, dan dosa itulah yang membuat makna dan tujuan hidup kita hilang. Dan keselamatan oleh kematian Tuhan Yesus di kayu salib mengembalikan makna dan tujuan hidup manusia (1 Petrus 1:18-19). Tuhan begitu menyayangi dan menghargai kita.Sangat keliru jika kita tidan menyayangi dan mensyukuri hidup kita. Sebab itu jangan putus asa.

II. Kita sedang dibentuk oleh Tuhan (ayat 3-4)

Kesengsaraan yang kita alami hanya sebagai "alat" untuk membentuk kita semakin indah di hadapan Tuhan. Bagi orang yang putus asa, masalah dipandang sebagai hal yang negatif (berpikir bahwa Allah tidak baik, dan sebagainya), tetapi bagi orang Kristen, masalah (yang bukan karena dosa)adalah bagian dari rencana Allah yang indah dalam hidup kita.

III. Kita disertai oleh Tuhan (ayat 5)

Allah kita, Allah yang turun ke dunia, mati bagi kita dan menyertai kita. Bahkan setelah naik ke sorga, Ia tidak membiarkan kita sendirian, tetapi mengutus Roh Kudus untuk tinggal bersama orang percaya. Bagi orang yang berputus asa, ia berpikir bahwa ia sendirian. Tetapi bagi orang Kristen, berpikir bahwa ada Allah Roh Kudus yang menyertai dalam segala masalahnya.


Masih merasa putus asa dalam menjalani hidup ini? Ingat, ada tiga dasar pengharapan bagi orang Kristen. Seharusnya kita menjadi orang Kristen yang bangun dalam pengharapandan terus berpengharapan dalam mejalani hidup ini. Tuhan Yesus memberkati!


Pdt. Samuel Hendrarto (Surabaya)

Minggu, 08 Agustus 2010

BERKAT DARI SALIB KRISTUS

YESAYA 53:5
“Tetapi Dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, Dia diremukkan oleh karenakejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadaNya, dan oleh bilur-bilurNya kita menjadi sembuh.” Ayat-ayat ini adalah nubuat dari nabi Yesaya. Nabi Yesaya menubuatkan kematian Tuhan Yesus dikayu salib jauh sebelum peristiwa penyaliban itu terjadi.

I. Yesus-lah yang dinubuatkan!
Apakah benar Tuhan Yesus yang dinubuatkan? Jika kita memeriksa nubuatan Yesaya, kita akan menemukan betapa spesifiknya nubuatan Yesaya dengan kematian Kristus di kayu salib! Dari ayat 5 saja kita akan melihat ‘kesamaan’ atau penggenapannya dalam Kristus. Kematian yang digambarkan Yesaya sangat khusus. Pertama, jelas bahwa Tuhan Yesus ‘diremukkan’. Lihat dalam Yohanes 19:1-3. Bukankah Yesus disiksa sejak di rumah Hanas hingga pengadilan Pilatus? Kedua, istilah ‘tertikam’ sangat khusus sebab pada zaman kekaisaran Roma, orang yang disalibkan dibiarkan mati di kayu salib. Sementara kalau sudah saatnya diturunkan, maka akan dipatahkan kedua kakinya, tetapi hanya Tuhan Yesus yang ditikam lambungNya karena Dia sudah mati (Yohanes 19:31-34). Ya, Tuhan Yesus-lah yang dinubuatkan. Dialah Mesias, Juruselamat kita. Sebab itu mari kita semakin teguh dalam iman pada Tuhan Yesus yang telah mati bagi kita.

II. Alasan kematian Yesus.
Yesaya 53:5 menegaskan alasan kematian Tuhan Yesus di kayu salib. Yesaya tidak menyebutkan bahwa kematianNya karena pengkhianatan Yudas Iskariot. Bukan pula karena ketakutan Pilatus untuk membela kebenaran. Atau bahkan bukan karena kejahatan orang Yahudi yang ditangkap mereka dari film “The Passion of Christ” yang beberapa waktu dilarang diputar di Israel. Yesaya menunjukkan alasan yang terdalam dari kematian Tuhan Yesus dikayu salib, yaitu karena pemberontakan dan kejahatan kita. Ya, karena dosa kita-lah, Kristus menderita dan mati di kayu salib. Dia tanggung semua hukuman yang seharusnya diterima manusia berdosa, termasuk kita! Nah, jika oleh karena dosa kita, Dia sengsara dan mati tersalib, masihkah kita hidup dalam dosa dan kejahatan? Tidakkah kita tergerak untuk hidup dalam kebenaranNya dan menyenangkan hatiNya? Mari kita buang dosa dan belajar hidup dalam kebenaran.

III. Berkat dari kematian Yesus.
Yesaya bukan hanya menubuatkan siapa yang mati tertikam di kayu salib dan apa alasannya hingga sedemikian sengsara, tetapi juga ganjaran (upah) dari yang diperbuat Sang Mesias. Ada berkat yang turun dari kayu salib. Dan itu pasti bagi kita, yang percaya kepada Tuhan Yesus! Berkat yang pertama adalah keselamatan. Kematian Kristus di kayu salib mendatangkan keselamatan bagi kita. Hubungan yang rusak dengan Allah dipulihkan. Keselamatan dalam bahasa Ibrani digunakan kata “Shalom” yang seringkali kita artikan damai sejahtera. Memang, damai sejahtera kita terima oleh pengurbanan Kristus di kayu salib! Karena dosa kita menjadi musuh (seteru) Allah, tetapi oleh kematian Kristus kita diperdamaikan dengan Allah. Ketika kita diperdamaikan dengan Allah, kita juga diperdamaikan dengan diri sendiri dan sesama! Kedua, oleh bilur-bilurNya. kita menjadi sembuh! Seringkali ayat ini diartikan secara rohani. Dan memang benar, kita disembuhkan dari ‘penyakit’ dosa oleh kematian Kristus. Tetapi ini juga menunjukkan bahwa oleh kematianNya sakit kita disembuhkan.

Mari kita bersyukur karena kematian Tuhan Yesus mendatangkan berkat keselamatan dan pemulihan atas hidup kita. Mari kita semakin teguh dalam iman dan hidup menyenangkan hati Tuhan karena kita telah menerima berkat dari kayu salib. Tuhan Yesus memberkati!

Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.

Minggu, 01 Agustus 2010

Keluarga

YANG UTUH DAN BAHAGIA
MARKUS 10:1-9

KERINDUAN TUHAN
Adalah kerinduan Tuhan bahwa setiap keluarga Kristen adalah keluarga yang utuh dan berbahagia dalam Tuhan! Ini yang nampak jelas dari Markus 10:1-9. Hati Allah menginginkan setiap keluarga utuh, tidak bercerai dan menikmati kebahagiaan dalam Tuhan. “Bahagia” di sini tidak berarti keluarga tidak menghadapi masalah atau pertengkaran. Keluarga bahagia adalah keluarga yang dimampukan Tuhan untuk dapat menyelesaikan setiap masalah dengan kasih dan ketaatan pada Firman Tuhan!

Hati manusia yang sudah jatuh dalam dosa justru merupakan penetang kerinduan Allah ini! Lihat kisah dalam Markus. Pertama, jelas bahwa perceraian itu timbul dari hati manusia dan bukan dari Tuhan! Tuhan hanya menginginkan keluarga utuh! Kedua, manusia mudah mengerti Taurat, tetapi sulit menangkap isi hati Tuhan. Tuhan Yesus menegaskan bahwa inti Taurat adalah kasih! Jadi kasih adalah hal utama, bukan perceraian dan perpisahan. Ketiga, manusialah yang ‘ngotot’ untuk bercerai. Tuhan menjelaskan pada orang-orang Farisi bahwa karena ketegaran hati orang Israel, maka Musa ‘mengijinkan’ surat cerai dibuat. Mari kita memahami hati dan kerinduan Tuhan, yaitu agar setiap keluarga Kristen utuh dan bahagia!


KERINDUAN YANG DIWUJUDKAN
Allah dalam Tuhan Yesus, bukan sekedar memiliki kerinduan dan menyatakannya bagi kita, tetapi Dia telah bertindak untuk menciptakan keluarga yang utuh dan bahagia! Pertama, Allah menciptakan pernikahan (ayat 6-7). Pernikahan diciptakan dengan tujuan yang mulia! Kedua, Allah menyatukan seorang laki-laki dengan seorang perempuan (ayat 7-9). Bukan manusia yang mempertemukan dan kemudian menyatukan, tetapi Allah! Sebab itu jangan merusaknya! Ketiga, Allah melindungi dan menjaga pernikahan supaya utuh dan bahagia (ayat 9). Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan melindungi dan menjaga pernikahan Kristen dengan perintah dan hukumNya. Bukankah kuat kerinduan Allah atas pernikahan kita yang utuh dan bahagia?

USAHAKAN KELUARGA YANG UTUH DAN BAHAGIA!

Apakah Saudara rindu keluarga Saudara utuh dan bahgia? Pasti jawabannya “ya” dan “amin”! Jika demikian, kerinduan kita sebenarnya ‘sama’ dengan kerinduan Tuhan bukan? Lalu, mengapa tidak kita wujudkan dengan pertolongan Tuhan? Kedua, Tuhan sudah melakukan bagianNya (lihat bagian KERINDUAN YANG DI WUJUDKAN di atas-red), tinggal kita melakukan bagian kita dengan pertolongan Tuhan tentunya. Bagaimana mengusahakan keluarga yang utuh dan bahagia?

1. Usahakan keutuhan dan kebahagiaan keluarga kita!

Tidak ada jalan lain kecuali kita usahakan keutuhan dan kebahagiaan keluarga kita. Ingatlah ini: Karena kerinduan Tuhan adalah keutuhan dan kebahagiaan keluarga Kristen, maka setiap tindakan kita yang merusak keutuhan dan kebahagiaan keluarga kita adalah tindakan yang melawan Allah! Misalnya, ketidaksetiaan pada pasangan sudah pasti merusak keutuhan keluarga dan itu tindakan melawan Allah! Nah, mari kita usahakan keutuhan dan kebahagian Allah! Hindarkan kata “cerai” dalam rumah tangga kita. Bagi anak-anak hindarkan kata “minggat” (pergi tanpa pamit-red). Usahakan keutuhan dengan hidup berhati-hati sesuai dengan Firman Tuhan, menjaga satu anggota keluarga dengan yang lain, penyelesaian dengan kasih Allah dan mudah memaafkan dan mengampuni.

2. Taburkan kasih Allah setiap hari.
Nyatakan kasih Allah dalam keluarga setiap hari dengan perkataan dan tindakan. Ini bukan masalah mau ‘roman-romanan’, tetapi melakukan firman Allah! Suami isteri menunjukkan kasih mesra satu dengan yang lain, menjaga keutuhan dan kebahagian keluarga. Bahkan memberikan teladan bagi anak-anaknya kelak. Anak-anak menunjukkan rasa hormat dan kasih pada orang tua (Efesus 6:1-3). Jika kita taburkan kasih Kristus, keutuhan dan kebahagiaan akan terpelihara.

3. Berfungsilah sebagai anggota keluarga, sesuai dengan Firman Tuhan.
Berfungsilah sebagai suami, isteri dan anak-anak sesuai dengan Firman Allah sehingga keluargapun utuh dan berbahagia karena semua anggota keluarga melaksankan finugsi yang dipercayakan Tuhan kepadanya.

4. Percayakan dan Berdoa Pada Tuhan.
Tuhan menjaga dan melindungi keluarga kita. Saya sangat percaya akan hal ini! Tuhan sudah dan terus melaksakan tugasNya. Sekarang bagian kita! Percayakanlah dan doakanlah keluarga kita, Tuhan-lah Allah yang tidak terbatas, yang mampu melindungi dan menjaga keluarga kita!

Akhirnya, mari kita, dengan pertolongan Tuhan Yesus, mengusahakan keluarga yang utuh dan bahagia. Bukankah keluarga kita yang utuh dan bahagia adalah kerinduan Tuhan? Bukankah Tuhan kita, Yesus Kristus terus menerus menjaga dan memelihara keluarga kita? Apalagi yang kita butuhkan, lakukan bagian Saudara!


Pdt.Lukas Widianto STh

Alasan Tidak Membayar Perpuluhan

Tiga orang yang berbeda profesi sedang berdiskusi soal perpuluhan. Mereka masing-masing mengemukakan alasan mengapa mereka belum membayar perpuluhan.

Akuntan: Saya belum membayar perpuluhan karena belum menerima surat tagihan dari Tuhan.

Pengacara: Kalau saya belum membayar perpuluhan karena belum ada undang-undang yang mengaturnya.

Bankir: Saya sih sudah lama mau membayar perpuluhan, tapi sampai sekarang saya belum tahu nomor rekening Tuhan.

cabe deeeh....

ALBUM KENANGAN