MATIUS 5:38-48
Tuhan Yesus berkata bahwa Ia datang bukan untuk meniadakan hukum Taurat tetapi untuk menggenapinya. Tetapi dalam ayat-ayat selanjutnya, Tuhan Yesus malah “mengubah” hukum taurat dengan perkataan: “Tetapi Aku berkata kepadamu ...”. Jangan kita salah paham dengan pernyataan Tuhan Yesus ini. Pernyataan ini disampaikan sehubungan dengan orang-orang Yahudi, khususnya ahli-ahli Taurat yang “tahu” tentang Taurat, tetapi sesungguhnya tidak “memahami” inti dari Taurat itu sendiri. Bahkan dalam tulisan-tulisan Yahudi, ditemukan banyaknya penambahan-penambahanperintah dalam Taurat itu sendiri. Tuhan Yesus mengajarkan inti dari hukum Taurat. Tuhan mau supaya kita lebih baik dari dunia karena kita adalah garam dan terang dunia (Matius 5:13-16). Ayat 38 berkata: “Mata ganti mata, gigi ganti gigi” Hal ini apakah berarti bahwa Allah itu kejam? Jawabannya dapat kita temukan dalam Ulangan 19:17-21. Kita bukannya membalas kejahatan dengan kejahatan, tapi menyerahkan pembalasan itu pada yang berwenang, yang pada masa itu adalah hakim. Dalam ayat 39-pun Tuhan mengajar kita pasif dalam membalas suatu kejahatan, tetapi aktif dalam mengasihi orang yang berbuat jahat kepada kita. Hal ini terlihat dalam beberapa contoh yang disampaikan Tuhan Yesus. namun perlu digaris bawahi bahwa contoh-contoh tersebut tidak dapat diterjemahkan secara hurufiah. Kita harus melihat latar belakang, yaitu budaya dalam masyarakat Yahudi.
a. “Jika orang menampar pipi kananmu, berikan juga pipi kirimu.”(ay.39)
Ayat ini tidak kemudian kita pahami dengan memberikan pipi yang kiri, kalau pipi kanan kita ditampar. Dalam budaya Yahudi, ada perbedaan dalam hal menampar pipi kanan dan pipi kiri. Bila seseorang ditampar pipi kiri, itu hanya rasa sakit secara fisik. Tetapi jika ditampar pipi kanan itu merupakan penghinaan, sakit secara psikologis. TuhanYesus mengajar kepada kita untuk mengasihi lebih dari standar kasih dunia.
b. “Jika seseorang meminta bajumu, berikan juga jubahmu.” (ay. 40)
Jubah merupakan sesuatu yang vital bagi orang Yahudi, karena iklim Palestina, kalau siang sangat panas luar biasa, kalau malam sangat dingin luar biasa. Dan jubah sangat diperlukan untuk bertahan terhadap dinginnya malam. Ini bukan diterjemahkan hurufiah, tetapi mengandung arti kalaupun kita dirugikan oleh orang lain, yang penting kita tetap menjadi garam dan terang dunia, dan Tuhan dipermuliakan.
c. “Jika seseorang meminta engkau berjalan satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil.” (ay. 41)
Pada masa itu tentara Romawi sering bertindak semena-mena, mereka menyuruh orang Yahudi membawa barang-barang bawaan mereka dalam melakukan perjalanan. “...berjalanlah bersama dia sejauh dua mil ” mengajarkan kepada kita apabila kita diperlakukan semena-mena oleh orang lain, terimalah itu dan berbuatlah lebih lagi, yang penting Tuhan dipermuliakan.
d. “Berilah kepada orang yang meminta kepadamu, jangan menolak orang yang meminjam dari padamu.”(ay. 42)
Kita tidak boleh menolak orang yang meminta atau meminjam. Bila kita bandingkan dalam Amsal 11:15a, 22:26. Ayat ini tidak bertentangan. Intinya kalau orang itu memang butuh, itu perlu ditolong sesuai dengan konteksnya.
e. “Kasihilah sesamamu dan bencilah musuhmu.” (ay. 43)
Jika kita bandingkan kitab Imamat 19:18, maka “membenci musuh” tidak disebutkan. Ini adalah konsep orang Yahudi sendiri terhadap mengenai “sesama”. Namun Tuhan mengajar untuk mengasihi seluruh manusia termasuk musuh, bahkan berdoa bagi orang yang menganiaya kita. Kalau kita mengasihi orang yang berbuat kasih kepada kita, apa bedanya dengan orang dunia yang tidak mengenal Kristus. Lebih dari itu kita mengasihi semua orang, termasuk yang memusuhi kita.
Dari beberapa contoh di atas, sangat nyata bahwa kita harus menjadi garam dan terang bagi dunia, sekalipun kita harus menderita karena berbuat kasih yang lebih, asalkan itu memuliakan Allah. Selain itu Tuhan menghendaki kita menjadi sempurna seperti Bapa kita yang di Sorga adalah sempurna. Kesempurnaan Bapa harus menjadi ‘contoh” bagi kita dalam berbuat kasih. Bukankah karena kasihNya Bapa memberikan anugerah umum (sinar matahari, hujan) kepada orang baik maupun orang jahat. Menjadi sempurna? Ya, sekalipun kita tidak dapat sempurna 100%....tetapi Bapa di Surga-lah yang akan menyempurnakan kita. Sungguh luar biasa! Namun dari sisi kita, marilah kita belajar untuk menjadi sempurna, dengan mengasihi sesama kita dengan kasih yang lebih dari standar dunia. Karena kita adalah garam dan terang dunia. Amin.
Pdt. YakubTrihandoko,Th.M
Tuhan Yesus berkata bahwa Ia datang bukan untuk meniadakan hukum Taurat tetapi untuk menggenapinya. Tetapi dalam ayat-ayat selanjutnya, Tuhan Yesus malah “mengubah” hukum taurat dengan perkataan: “Tetapi Aku berkata kepadamu ...”. Jangan kita salah paham dengan pernyataan Tuhan Yesus ini. Pernyataan ini disampaikan sehubungan dengan orang-orang Yahudi, khususnya ahli-ahli Taurat yang “tahu” tentang Taurat, tetapi sesungguhnya tidak “memahami” inti dari Taurat itu sendiri. Bahkan dalam tulisan-tulisan Yahudi, ditemukan banyaknya penambahan-penambahanperintah dalam Taurat itu sendiri. Tuhan Yesus mengajarkan inti dari hukum Taurat. Tuhan mau supaya kita lebih baik dari dunia karena kita adalah garam dan terang dunia (Matius 5:13-16). Ayat 38 berkata: “Mata ganti mata, gigi ganti gigi” Hal ini apakah berarti bahwa Allah itu kejam? Jawabannya dapat kita temukan dalam Ulangan 19:17-21. Kita bukannya membalas kejahatan dengan kejahatan, tapi menyerahkan pembalasan itu pada yang berwenang, yang pada masa itu adalah hakim. Dalam ayat 39-pun Tuhan mengajar kita pasif dalam membalas suatu kejahatan, tetapi aktif dalam mengasihi orang yang berbuat jahat kepada kita. Hal ini terlihat dalam beberapa contoh yang disampaikan Tuhan Yesus. namun perlu digaris bawahi bahwa contoh-contoh tersebut tidak dapat diterjemahkan secara hurufiah. Kita harus melihat latar belakang, yaitu budaya dalam masyarakat Yahudi.
a. “Jika orang menampar pipi kananmu, berikan juga pipi kirimu.”(ay.39)
Ayat ini tidak kemudian kita pahami dengan memberikan pipi yang kiri, kalau pipi kanan kita ditampar. Dalam budaya Yahudi, ada perbedaan dalam hal menampar pipi kanan dan pipi kiri. Bila seseorang ditampar pipi kiri, itu hanya rasa sakit secara fisik. Tetapi jika ditampar pipi kanan itu merupakan penghinaan, sakit secara psikologis. TuhanYesus mengajar kepada kita untuk mengasihi lebih dari standar kasih dunia.
b. “Jika seseorang meminta bajumu, berikan juga jubahmu.” (ay. 40)
Jubah merupakan sesuatu yang vital bagi orang Yahudi, karena iklim Palestina, kalau siang sangat panas luar biasa, kalau malam sangat dingin luar biasa. Dan jubah sangat diperlukan untuk bertahan terhadap dinginnya malam. Ini bukan diterjemahkan hurufiah, tetapi mengandung arti kalaupun kita dirugikan oleh orang lain, yang penting kita tetap menjadi garam dan terang dunia, dan Tuhan dipermuliakan.
c. “Jika seseorang meminta engkau berjalan satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil.” (ay. 41)
Pada masa itu tentara Romawi sering bertindak semena-mena, mereka menyuruh orang Yahudi membawa barang-barang bawaan mereka dalam melakukan perjalanan. “...berjalanlah bersama dia sejauh dua mil ” mengajarkan kepada kita apabila kita diperlakukan semena-mena oleh orang lain, terimalah itu dan berbuatlah lebih lagi, yang penting Tuhan dipermuliakan.
d. “Berilah kepada orang yang meminta kepadamu, jangan menolak orang yang meminjam dari padamu.”(ay. 42)
Kita tidak boleh menolak orang yang meminta atau meminjam. Bila kita bandingkan dalam Amsal 11:15a, 22:26. Ayat ini tidak bertentangan. Intinya kalau orang itu memang butuh, itu perlu ditolong sesuai dengan konteksnya.
e. “Kasihilah sesamamu dan bencilah musuhmu.” (ay. 43)
Jika kita bandingkan kitab Imamat 19:18, maka “membenci musuh” tidak disebutkan. Ini adalah konsep orang Yahudi sendiri terhadap mengenai “sesama”. Namun Tuhan mengajar untuk mengasihi seluruh manusia termasuk musuh, bahkan berdoa bagi orang yang menganiaya kita. Kalau kita mengasihi orang yang berbuat kasih kepada kita, apa bedanya dengan orang dunia yang tidak mengenal Kristus. Lebih dari itu kita mengasihi semua orang, termasuk yang memusuhi kita.
Dari beberapa contoh di atas, sangat nyata bahwa kita harus menjadi garam dan terang bagi dunia, sekalipun kita harus menderita karena berbuat kasih yang lebih, asalkan itu memuliakan Allah. Selain itu Tuhan menghendaki kita menjadi sempurna seperti Bapa kita yang di Sorga adalah sempurna. Kesempurnaan Bapa harus menjadi ‘contoh” bagi kita dalam berbuat kasih. Bukankah karena kasihNya Bapa memberikan anugerah umum (sinar matahari, hujan) kepada orang baik maupun orang jahat. Menjadi sempurna? Ya, sekalipun kita tidak dapat sempurna 100%....tetapi Bapa di Surga-lah yang akan menyempurnakan kita. Sungguh luar biasa! Namun dari sisi kita, marilah kita belajar untuk menjadi sempurna, dengan mengasihi sesama kita dengan kasih yang lebih dari standar dunia. Karena kita adalah garam dan terang dunia. Amin.
Pdt. YakubTrihandoko,Th.M