Lukas 7:1-10
Tuhan Yesus dibuat heran oleh iman seorang Perwira di Kapernaum. Istilah ‘Perwira’ menujukkan bahwa orang tersebut adalah orang non-Yahudi. Hal ini nampak juga dalam ucapan Yesus membandingkan dirinya dengan seluruh orang Israel (ayat 9). Namun yang harus digarisbawahi adalah perwira non-Yahudi ini telah mendengar tentang Tuhan Yesus dan percaya kepadaNya! Dan yang luar biasa imannya membuat Tuhan Yesus heran (ayat 9). Bagaimana dengan kita? Apakah iman kita membuat Tuhan heran? Apakah hidup keberimanan kita menyenangkan hatiNya? Nah, mari kita belajar bagaimana iman yang mengherankan Tuhan?
1. Iman yang mempercayai Tuhan Yesus (ayat 6-8)!
Tidak diragukan bahwa perwira itu sudah pernah mendengar tentang Yesus bahkan percaya kepadaNya! Ketika ia mendengar bahwa Tuhan Yesus di Kapernaum segera ia meminta tolong para tua-tua Yahudi untuk datang dan memohon pertolongan Yesus! Apakah Saudara percaya Tuhan Yesus? Amin? Perwira itu menghadapi pergumulan, hambanya sakit, dan ia datang pada Yesus. Inilah iman, ketika kita dalam pergumulan siapa yang kita percaya, kepada siapa kita datang? Ada 2 perkara yang dipercayai perwira itu. Pertama, perwira itu percaya bahwa Tuhan Yesus adalah Tuhan Yang Mahakuasa. Dengan sangat yakin ia meminta Tuhan Yesus menyembuhkan hambanya. Dia percaya Tuhan Yesus adalah Yang Mahakuasa! Bahkan bagi perwira itu, ‘sepatah kata’ saja dari Tuhan Yesus sanggup menyembuhkan hambanya (ayat 7). Nah, mari kita percaya sungguh bahwa Tuhan kita, Yesus Tuhan Yang Mahakuasa! Tidak ada yang mustahil bagiNya. Datanglah kepadaNya, jangan kepada dunia, setan dan kekuatan kita sendiri. Hanya Tuhan yesus Yang Mahakuasa. Kedua, perwira itu bukan hanya percaya bahwa Tuhan Yesus Mahakuasa, tetapi dia percaya bahwa Tuhan Yesus berotoritas, memiliki wewenang atas segala sesuatu (ayat 8). Dengan kata lain Tuhan Yesus-lah Allah. Dia berdaulat atas segala sesuatu. Inilah iman. Bukan saja mempercayai bahwa Tuhan Yesus Mahakuasa, tetapi mempercayai Dia berdaulat. Kita harus belajar berserah pada kedaulatanNya.Dia-lah yang memiliki kewenangan dan otoritas. Biarlah kita belajar juga dengan iman menyatakan “kehendakMu Tuhan yang jadi, bukan kehendakku”! Iman itu bukan saja mempercayai Allah sanggup melakukan segala sesuatu yang kita minta, tetapi juga berserah kepada otoritas Allah dalam Kristus. Bila hari ini kita menghadapi pergumulan, datanglah dengan percaya bahwa bagi Tuhan Yesus tidak ada yang mustahil serta berserah (mempercayakan) segala sesuatu kepadaNya, Dia pasti mengerjakan yang terbaik bagi anak-anakNya!
Tidak diragukan bahwa perwira itu sudah pernah mendengar tentang Yesus bahkan percaya kepadaNya! Ketika ia mendengar bahwa Tuhan Yesus di Kapernaum segera ia meminta tolong para tua-tua Yahudi untuk datang dan memohon pertolongan Yesus! Apakah Saudara percaya Tuhan Yesus? Amin? Perwira itu menghadapi pergumulan, hambanya sakit, dan ia datang pada Yesus. Inilah iman, ketika kita dalam pergumulan siapa yang kita percaya, kepada siapa kita datang? Ada 2 perkara yang dipercayai perwira itu. Pertama, perwira itu percaya bahwa Tuhan Yesus adalah Tuhan Yang Mahakuasa. Dengan sangat yakin ia meminta Tuhan Yesus menyembuhkan hambanya. Dia percaya Tuhan Yesus adalah Yang Mahakuasa! Bahkan bagi perwira itu, ‘sepatah kata’ saja dari Tuhan Yesus sanggup menyembuhkan hambanya (ayat 7). Nah, mari kita percaya sungguh bahwa Tuhan kita, Yesus Tuhan Yang Mahakuasa! Tidak ada yang mustahil bagiNya. Datanglah kepadaNya, jangan kepada dunia, setan dan kekuatan kita sendiri. Hanya Tuhan yesus Yang Mahakuasa. Kedua, perwira itu bukan hanya percaya bahwa Tuhan Yesus Mahakuasa, tetapi dia percaya bahwa Tuhan Yesus berotoritas, memiliki wewenang atas segala sesuatu (ayat 8). Dengan kata lain Tuhan Yesus-lah Allah. Dia berdaulat atas segala sesuatu. Inilah iman. Bukan saja mempercayai bahwa Tuhan Yesus Mahakuasa, tetapi mempercayai Dia berdaulat. Kita harus belajar berserah pada kedaulatanNya.Dia-lah yang memiliki kewenangan dan otoritas. Biarlah kita belajar juga dengan iman menyatakan “kehendakMu Tuhan yang jadi, bukan kehendakku”! Iman itu bukan saja mempercayai Allah sanggup melakukan segala sesuatu yang kita minta, tetapi juga berserah kepada otoritas Allah dalam Kristus. Bila hari ini kita menghadapi pergumulan, datanglah dengan percaya bahwa bagi Tuhan Yesus tidak ada yang mustahil serta berserah (mempercayakan) segala sesuatu kepadaNya, Dia pasti mengerjakan yang terbaik bagi anak-anakNya!
2. Iman yang nampak dalam perbuatan (ayat 1-5)!
Kisah ini menegaskan bahwa sebelum perwira itu meminta para tua-tua Yahudi meminta pertolongan Yesus, dia sudah mendengar dan percaya Tuhan Yesus (perhatikan alur cerita diayat 1-5). Satu lagi konfirmasi adalah kehidupannya yang ‘berbeda’ dengan kebanyakan perwira dan prajurit Romawi saat itu. Iman perwira itu nampak dalam perbuatannya. Iman kepada Tuhan Yesus PASTI mengubah kehidupan seseorang. Apa yang kita percayai akan nampak dari tingkah laku kita. Orang yang percaya bahwa Tuhan itu ada, maka ia akan berdoa. Nah, hal itulah yang nampak pada perwira ini, seorang non-Yahudi (kafir) yang percaya Tuhan Yesus (ayat 2-3). Iman kita seharusnya seperti iman perwira itu, iman yang nyata dalam perbuatannya. Dalam kisah ini iman perwira itu nyata dalam tindakannya. Pertama, Iman yang nyata dalam mengasihi sesama. Perwira itu menghargai dan mengasihi hambanya (ayat 1-2). Hidupnya berbuah oleh imanNya kepada Kristus. Dia mengasihi orang lain, bahkan budaknya! Bagaimana kita? Apakah iman kita nampak dalam tindakan-tindakan kasih kita kepada orang lain? Kepada suami, isteri atau anak-anak kita? Kepada jemaat dan orang-orang disekitar kita? Kedua, iman yang nyata dalam IBADAH dan pelayanan (ayat 5). Perwira itu memperhatikan rumah ibadat dan kerohanian. Ya, ketika kita percaya Tuhan Yesus, apakah sampai saat ini kita memperhatikan kerohanian kita? Ibadah dan pelayanan kita kepada Tuhan Yesus? Ketiga, iman yang nyata dalam perbuatan kebenaran (ayat 1-5). Pendeknya, iman yang mengherankan Tuhan adalah iman yang nyata dalam tindakan bukan sekedar muncul dari perkataan “saya percaya Tuhan Yesus”. Mari kita beriman kepada Tuhan Yesus bukan hanya karena membutuhkan pertolonganNya, tetapi beriman dengan menyatakan iman kita dalam tindakan nyata. Dan jangan terkejut bila orang-orang disekitar kita menikmati buah dari iman kita kepada Kristus, memuliakan Tuhan Yesus! Jangan terkejut juga, bila Tuhan dibuat heran oleh iman yang seperti ini. Tuhan Yesus memberkati.
Kisah ini menegaskan bahwa sebelum perwira itu meminta para tua-tua Yahudi meminta pertolongan Yesus, dia sudah mendengar dan percaya Tuhan Yesus (perhatikan alur cerita diayat 1-5). Satu lagi konfirmasi adalah kehidupannya yang ‘berbeda’ dengan kebanyakan perwira dan prajurit Romawi saat itu. Iman perwira itu nampak dalam perbuatannya. Iman kepada Tuhan Yesus PASTI mengubah kehidupan seseorang. Apa yang kita percayai akan nampak dari tingkah laku kita. Orang yang percaya bahwa Tuhan itu ada, maka ia akan berdoa. Nah, hal itulah yang nampak pada perwira ini, seorang non-Yahudi (kafir) yang percaya Tuhan Yesus (ayat 2-3). Iman kita seharusnya seperti iman perwira itu, iman yang nyata dalam perbuatannya. Dalam kisah ini iman perwira itu nyata dalam tindakannya. Pertama, Iman yang nyata dalam mengasihi sesama. Perwira itu menghargai dan mengasihi hambanya (ayat 1-2). Hidupnya berbuah oleh imanNya kepada Kristus. Dia mengasihi orang lain, bahkan budaknya! Bagaimana kita? Apakah iman kita nampak dalam tindakan-tindakan kasih kita kepada orang lain? Kepada suami, isteri atau anak-anak kita? Kepada jemaat dan orang-orang disekitar kita? Kedua, iman yang nyata dalam IBADAH dan pelayanan (ayat 5). Perwira itu memperhatikan rumah ibadat dan kerohanian. Ya, ketika kita percaya Tuhan Yesus, apakah sampai saat ini kita memperhatikan kerohanian kita? Ibadah dan pelayanan kita kepada Tuhan Yesus? Ketiga, iman yang nyata dalam perbuatan kebenaran (ayat 1-5). Pendeknya, iman yang mengherankan Tuhan adalah iman yang nyata dalam tindakan bukan sekedar muncul dari perkataan “saya percaya Tuhan Yesus”. Mari kita beriman kepada Tuhan Yesus bukan hanya karena membutuhkan pertolonganNya, tetapi beriman dengan menyatakan iman kita dalam tindakan nyata. Dan jangan terkejut bila orang-orang disekitar kita menikmati buah dari iman kita kepada Kristus, memuliakan Tuhan Yesus! Jangan terkejut juga, bila Tuhan dibuat heran oleh iman yang seperti ini. Tuhan Yesus memberkati.
Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.