Markus 14:32-42
Galau ??? Ya, siapa saja bisa galau ....Istilah “Galau” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan pikiran yang kacau tidak karuan. Kemudian hari diidentikkan dengan sedih, stres, tertekan, dan seterusnya. Tuhan Yesus dalam kemanusiaanNya juga pernah mengalami kegalauan! (ayat 33-34) Tuhan Yesus mengatakan bahwa Ia takut dan gentar, sedih, mau mati rasanya... Lalu, bagaimana kita mengatasi kegalauan? Ada beberapa teladan dari Tuhan dalam mengatasi kegalauanNya:
1. Mintalah dukungan dari saudara dalam Kristus (ayat 33-34)!
Dalam kegalauanNya, Tuhan Yesus mengungkapkan pergumulanNya kepada Petrus, Yakobus, dan Yohanes yang diajak berdoa pada saat itu. Tuhan menciptakan manusia sebagai makhluk sosial yang selalu membutuhkan Tuhan dan orang lain. Demikian pula Tuhan menciptakan gereja untuk membangun satu dengan yang lain..
a. Share-kan pergumulan saudara dengan saudara-saudara dalam Kristus. Siapa mereka? Tentunya bukan sembarang orang. Mereka adalah saudara seiman, dan saudara yang dewasa rohani, mengerti firman Allah, dapat dipercaya (dapat menjaga rahasia dari masalah kita) dan mengasihi. Kita juga dapat membicarakannya dengan pendeta, keluarga (suami/istri/orang ua/anak), saudara seiman yang dewasa rohani.
b. Jadilah “saudara” bagi saudara-saudara yang mengalami kegalauan. Artinya kita juga harus bertumbuh menjadi dewasa rohani, mengerti firman Allah, dapat dipercaya dan berani menyatakan kebenaran dengan kasih, seandainya hal tersebut adalah dosa. Jadilah jemaat yang peduli terhadap saudara-saudara dalam Tuhan. Hal ini dapat kita praktekkan dengan berbincang-bincang dengan saudara yang lain setelah ibadah, menanyakan kabar, dan lain sebagainya.
2. Berdoalah kepada Bapa di dalam Kristus (ay 35)
Tuhan Yesus menghadapi pergumulan dengan berdoa kepada BapaNya di taman Getsemani. Share-kan pergumulan kita kepada Bapa di sorga. Jangan hanya kepada manusia, tetapi kepada Bapa di Sorga. Mengapa?
a. Karena TIDAK ADA YANG MUSTAHIL bagi Bapa kita di Sorga. Bapa di Sorga sanggup melakukan apa saja, termasuk melalukan cawan murka Allah yang harus ditanggung oleh Tuhan Yesus.
b.Karena Bapa PASTI menjawab doa kita (Mat 7:11). Dalam peristiwa ini kita tidak mendapati bahwa Bapa mengabulkan apa yang menjadi doa Tuhan Yesus. Namun Bapa “menjawab” doa Tuhan Yesus dengan memberikan kekuatan, Bapa mengutus malaikatNya untuk memberikan kekuatan kepada Tuhan Yesus. (Luk 22:41-43). Bapa juga memberikan ketenangan kepada Tuhan Yesus, yang pada mulanya merasa galau menjadi tidak galau lagi (perhatikan ay 41. band. Filipi 4:6-7).
3.Berserahlah pada kehendak Bapa (ay 36)!
Untuk berserah bukanlah hal yang mudah, namun Tuhan Yesus BERSERAH kepada kehendak BapaNya (ay 36). Di akhir doaNya, Tuhan berkata: “... tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki.” Serahkan semua pergumulan dan “hasil akhir” kepada Allah Bapa kita.
a. Serahkan, jangan tetap ‘DIPEGANG!’ Seringkali kita mengaku berserah, tapi kita masih “memegang” masalah tersebut: memikirkan bagaimana jalan keluarnya; langkah apa yang tepat; dan lain sebagainya. Berserah berarti menyerahkan sepenuhnya kepada Bapa di Sorga.
Dalam kegalauanNya, Tuhan Yesus mengungkapkan pergumulanNya kepada Petrus, Yakobus, dan Yohanes yang diajak berdoa pada saat itu. Tuhan menciptakan manusia sebagai makhluk sosial yang selalu membutuhkan Tuhan dan orang lain. Demikian pula Tuhan menciptakan gereja untuk membangun satu dengan yang lain..
a. Share-kan pergumulan saudara dengan saudara-saudara dalam Kristus. Siapa mereka? Tentunya bukan sembarang orang. Mereka adalah saudara seiman, dan saudara yang dewasa rohani, mengerti firman Allah, dapat dipercaya (dapat menjaga rahasia dari masalah kita) dan mengasihi. Kita juga dapat membicarakannya dengan pendeta, keluarga (suami/istri/orang ua/anak), saudara seiman yang dewasa rohani.
b. Jadilah “saudara” bagi saudara-saudara yang mengalami kegalauan. Artinya kita juga harus bertumbuh menjadi dewasa rohani, mengerti firman Allah, dapat dipercaya dan berani menyatakan kebenaran dengan kasih, seandainya hal tersebut adalah dosa. Jadilah jemaat yang peduli terhadap saudara-saudara dalam Tuhan. Hal ini dapat kita praktekkan dengan berbincang-bincang dengan saudara yang lain setelah ibadah, menanyakan kabar, dan lain sebagainya.
2. Berdoalah kepada Bapa di dalam Kristus (ay 35)
Tuhan Yesus menghadapi pergumulan dengan berdoa kepada BapaNya di taman Getsemani. Share-kan pergumulan kita kepada Bapa di sorga. Jangan hanya kepada manusia, tetapi kepada Bapa di Sorga. Mengapa?
a. Karena TIDAK ADA YANG MUSTAHIL bagi Bapa kita di Sorga. Bapa di Sorga sanggup melakukan apa saja, termasuk melalukan cawan murka Allah yang harus ditanggung oleh Tuhan Yesus.
b.Karena Bapa PASTI menjawab doa kita (Mat 7:11). Dalam peristiwa ini kita tidak mendapati bahwa Bapa mengabulkan apa yang menjadi doa Tuhan Yesus. Namun Bapa “menjawab” doa Tuhan Yesus dengan memberikan kekuatan, Bapa mengutus malaikatNya untuk memberikan kekuatan kepada Tuhan Yesus. (Luk 22:41-43). Bapa juga memberikan ketenangan kepada Tuhan Yesus, yang pada mulanya merasa galau menjadi tidak galau lagi (perhatikan ay 41. band. Filipi 4:6-7).
3.Berserahlah pada kehendak Bapa (ay 36)!
Untuk berserah bukanlah hal yang mudah, namun Tuhan Yesus BERSERAH kepada kehendak BapaNya (ay 36). Di akhir doaNya, Tuhan berkata: “... tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki.” Serahkan semua pergumulan dan “hasil akhir” kepada Allah Bapa kita.
a. Serahkan, jangan tetap ‘DIPEGANG!’ Seringkali kita mengaku berserah, tapi kita masih “memegang” masalah tersebut: memikirkan bagaimana jalan keluarnya; langkah apa yang tepat; dan lain sebagainya. Berserah berarti menyerahkan sepenuhnya kepada Bapa di Sorga.
b. Jangan kuatir, Dia adalah Bapa- kita. KehendakNya pasti yang terbaik bagi kita, bukankah kita anak-anakNya? Dia Bapa yang sangat mengasihi kita.
Akhirnya, atasilah kegalauan dalam hidup kita dengan “share” kepada saudara-saudara seiman; berdoa dan berserah kepada Bapa di Sorga. Tuhan Yesus pasti memberkati sehingga kita tidak galau lagi. Amin
Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar