Selamat datang di www.wartamaranatha.blogspot.com - Memberitakan Injil dan Mendewasakan Kerohanian

Minggu, 13 Oktober 2013

MELEKAT KEPADA TUHAN


Yeremia 13:11

    Melekat kepada TUHAN sebenarnya bukanlah kerinduan manusia yang berdosa, tetapi TUHAN-lah yang rindu dekat dan lekat kepada umatNya. Bukankah sejak penciptaan, TUHAN rindu dekat dengan anak-anakNya? Lihatlah sejarah, TUHAN-lah yang terus memberikan anugerah supaya manusia yang sudah jatuh dalam dosa dapat melekat kepadaNya. Melalui mezbah, korban-korban, tempat ibadah [kemah suci hingga bait Allah] hingga akhirnya AnakNya sendiri, Yesus Kristus datang ke dunia untuk mati di kayu salib menjadi ‘jalan’ agar kita dilayakkan untuk  dapat melekat kepada TUHAN. Jadi, jangan kita menyia-nyiakan kasih dan kerinduan TUHAN, mari melekat kepadaNya.
    TUHAN bukan saja rindu dan memberi Tuhan Yesus menjadi ‘jalan’ agar kita dapat melekat kepadaNya. Tetapi Dia-lah yang menganugerahkan kerinduan di hati kita untuk melekat kepadaNya. Siapakah dengan kekuatannya sendiri dapat melekat kepada TUHAN? Adakah kekuatan, kesucian dan kehebatan kita yang mampu membuat kita rindu dan tetap melekat kepada TUHAN? Itu sebabnya mari kita melekat kepada TUHAN. Kerinduan di hati Saudara adalah anugerah.
    Terakhir, melekat kepada TUHAN memungkinkan kita menerima kepenuhan dari berkatNya [Yeremia 13:11; Mazmur 91:14; Yohanes 15:4-5]. Bagaimana tidak? Ketika kita melekat kepada TUHAN, maka kita akan menerima segala yang baik dariNya. Seperti carang melekat pada pokok anggur. Jadi, melekatlah kepada TUHAN.   

JADILAH JEMAAT YANG MELEKAT KEPADA TUHAN

   Ada kisah yang menggambarkan tindakan yang jahat dan sikap yang ‘tidak melekat’ kepada Tuhan. Ini contoh negatif. Itulah sikap Gehazi yang menipu nabi Elisa dan panglima Naaman [2 Raja-raja 5:15-27]. Apa akibatnya? Gehazi yang menipu menerima hukuman, yaitu terkena penyakit kusta Naaman turun temurun [ayat 27]. Kita jangan mengikuti cara hidup Gehazi, tetapi kita harusnya melekat kepada Tuhan dan rindu kesucian.
I. Ada 7 Perempuan memegang seorang laki-laki.
    Dalam Yesaya 4:1 dikatakan: “Pada waktu itu tujuh orang perempuan akan memegang seorang laki-laki, serta berkata: “Kami akan menanggung makanan dan pakaian kami sendiri; hanya biarlah namamu dilekatkan kepada nama kami; ambillah aib yang ada pada kami.” 7 perempuan itu adalah gambaran  gereja Tuhan [Wahyu 1:11]. Gambaran kehidupan yang rindu disucikan. Dan itu juga kerinduan Tuhan [2 Korintus 11:2 dan Wahyu 19:7]. Demikian juga kita, sebagai gereja Tuhan seharusnya rindu kesucian. 
    “Seorang laki-laki” dalam yesaya 4:1 adalah gambaran dari Tuhan Yesus. Para wanita itu memegang laki-laki itu. Ini gambaran gereja yang melekat kepada Tuhan. Kita seharusnya rindu melekat kepada Tuhan Yesus.  Seperti carang yang melekat pada pokok anggur yang benar [Yohanes 15:4-5]. Pemazmur mengatakan “Jiwaku melekat kepadaMu, tangan kananMu menopang aku.” [Mazmur 63:9]. Dan melekat kepada Tuhan mengandung janji berkat-berkatNya. Tuhan akan memberikan kemenangan bagi yang melekat kepadaNya [Yesaya 41:10]. Perlindungan adalah bagi yang hatinya lekat kepada Tuhan [Mazmur 91:14]. Bahkan segala yang baik disediakan Tuhan bagi mereka yang melekat kepadaNya. Yeremia menegur Israel yang dulu melekat kepada Tuhan seperti ikat pinggang di pinggang Tuhan, tetapi kemudian menjauh dariNya. Saat lekat dengan Tuhan, mereka menerima berkatNya [Yeremia 13:11].  Mari kita melekat kepada Tuhan. Bukan hanya masalah beribadah dan persekutuan pribadi dengan Tuhan Yesus, tetapi juga kehidupan yang melekat kepada Tuhan pastilah kehidupan yang menaati firmaNya. Hidup rindu akan kesucian.
II. “Ambillah aib yang ada pada kami” [Yesaya 4:1]. 
    7 perempuan memohon supaya laki-laki itu mengambil aib mereka. Tujuan Allah memilih dan memanggil kita supaya hidup tiada beraib dan bernoda [Lukas 1:25; Filipi 2:15]. “Sebab di dalam Dia, Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat dihadapanNya.” [Efesus 1:4]. Mari hidup dalam kekudusan sesuai dengan kerinduanNya. 

Pdt. Gersom Sunarto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Alasan Tidak Membayar Perpuluhan

Tiga orang yang berbeda profesi sedang berdiskusi soal perpuluhan. Mereka masing-masing mengemukakan alasan mengapa mereka belum membayar perpuluhan.

Akuntan: Saya belum membayar perpuluhan karena belum menerima surat tagihan dari Tuhan.

Pengacara: Kalau saya belum membayar perpuluhan karena belum ada undang-undang yang mengaturnya.

Bankir: Saya sih sudah lama mau membayar perpuluhan, tapi sampai sekarang saya belum tahu nomor rekening Tuhan.

cabe deeeh....

ALBUM KENANGAN