Selamat datang di www.wartamaranatha.blogspot.com - Memberitakan Injil dan Mendewasakan Kerohanian

Kamis, 08 April 2010

“AKU HAUS!”

YOHANES 19:28-29

“Aku haus!” adalah salah satu dari tujuh ucapan Tuhan Yesus di atas kayu salib. Dari tujuh ucapan Yesus di atas kayu salib yang paling sulit dipahami adalah seruan ini sebab tidak memiliki obyek, kepada siapa Tuhan berseru. Namun demikian, mari kita mencoba untuk memahami pernyataan Tuhan Yesus di atas kayu salib ini.

1. Menunjukkan Penggenapan Yang Ada Tertulis Dalam Kitab Suci!

Rasul Yohanes menafsirkan bahwa seruan Tuhan Yesus., “Aku haus!”, adalah penggenapan nubuat dalam Mazmur 22:16 dan 69:22. Tuhan Yesus adalah Mesias yang dijanjikan Allah! Dia Tuhan dan Juruselamat manusia dari dosa! Ini terbukti dari kematianNya yang menggenapi banyak nubuat dalam Perjanjian Lama. Dalam Mazmur 22 saja kita menemukan nubuat tentang mesias yang menderita dan itu tergenapi dalam penderitaan dan kematian Tuhan Yesus! Pada Mazmur 22:2 seruan ini digenapi oleh Tuhan Yesus di atas kayu salib (band. Mat 27:46). Dia diolok-olok dan dihina (Mazmur 22:7-8 band. Mat 27:39). tangan dan kakiNya ditusuk oleh paku (Mazmur 22:17). PakaianNya dibagi-bagi para prajurit (Mazmur 22:19 band. Mat 27:35). Masih banyak lagi nubuatan PerjanjianLama tentang penderitaan dan kematian Tuhan Yesus. Ini membuktikan Dialah Mesias yang dinantikan! Hanya di dalam Tuhan Yesus ada keselamatan kekal. Mari percaya dan terima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat. Bagi kita yang sudah percaya, mari kita semakin teguh dalam iman kepada Tuhan kita, Yesus Kristus!

2. Menunjukkan Sengsara Fisik Yang Dialami Oleh Tuhan Yesus.

Tidak diragukan lagi bahwa pernyataan Tuhan Yesus ini adalah ekspresi dari penderitaanNya di kayu salib! Bayangkan, mulai dari jam 3 pagi hingga jam 3 sore, Tuhan kita mengalami dera dan siksa. Dr. Mark, MD dalam bukunya tentang Penderitaan dan Kematian Yesus Secara Medis, menyatakan bahwa Tuhan bukan saja kehausan tetapi mengalami problem pernafasan, oral skresi yang sulit dan gangguan tenggorokan yang parah akibat penyesahan. PenderitaanNya membawa keselamatan bagi kita dan oleh bilurNya kita disembuhkan! (Yesaya 53:5 band. 1 Petrus 2: 24). Sebab itu mari kita semakin mengasihi Dia yang sudah menderita dan mati bagi kita!

3. Menunjukkan Bahwa Tuhan Menanggung “Kehausan” Dunia Yang Berdosa.
Tidak ada yang tidak membingungkan saat mempelajari kehidupan Tuhan Yesus. Baru saja Dia menawarkan ‘air hidup’ kepada perempuan Samaria (Yohanes 4:13-14) dan orang banyak yang mengikuti hari raya Pondok Daun (Yohanes 7:37), sekarang tergantung di kayu salib dan berseru “Aku haus!” Jika Dia menawarkan air hidup yang ajaib, sebab barangsiapa yang meminumnya tidak akan haus selama-lamanya, mengapa Dia sendiri kehausan? Sebenarnya tidak perlu bingung. Yang Tuhan Yesus tawarkan adalah kepuasan sejati, keselamatan yang kekal! Sebab manusia sudah jatuh dalam dosa dan tidak pernah terpuaskan ‘dahaga’ rohaninya sehingga hidup dalam kejahatan dan dosa seperti perempuan Samaria yang memiliki lima suami dan yang kelima-pun bukan suami sahnya! Tetapi Tuhan cinta kita. Dia datanga, Dia tergantung di kayu salib dan dahaga akibat dosa ditanggungNya. Perhatikan Yesus yang tersalib; kegelapan, kesendirian tanpa Allah dan kehausan yang dialamiNya, bukankah itu NERAKA? Ya, Tuhan menanggungnya bagi kita. Apa yang sudah kita buat bagi Dia yang mengasihi hidup kita?

4. Menunjukkan Pernyataan Yang Harus Disikapi!
Ketika Tuhan Yesus berseru “Aku haus!”, maka datang seorang prajurit yang mengunjukkan anggur asam ke mulut Yesus (Yohanes 19:29). Memang seruan Tuhan Yesus adalah sebuah pernyataan, bukan permintaan, namun itu harus disikapi! Dimana para muridNya? Dimana orang-orang yang dikasihiNya? Justru prajurit yang menyalibkanNya yang memberi minum sekalipun hanya cuka dan hanya dicicp oleh Tuhan Yesus. Bukankah pernyataan Tuhan Yesus, “Aku haus!”, harus kita responi? Tidak dengarkah kita seruanNya? Mungkin kita terlalu sibuk dengan dosa dan kejahatan, dengan urusan kita sendiri. Pada Jumat Agung, ini mari kita belajar mendengar dan menyikapi seruanNya, dahagaNya, sekalipun kita penuh kekurangan. Sebab sebenarnya bukan kita yang memuaskan hati Tuhan, tetapi Dia-lah yang sudah memuaskan hidup kita! Sekalipun demikian, mari belajar mengerjakan hidup dan pelayanan yang terbaik bagi Tuhan kita, Yesus Kristus. Pertama, kita dapat hidup dalam kebenanran untuk menyenangkan hatiNya. Jangan terus hidup dalam dosa! Mari kita hidup bagi Allah dalam Tuhan Yesus Kristus! Kedua, kita dapat memberikan yang terbaik dengan setia beribadah dan melayani Dia. Ketiga, layani sesama, mulai dari keluaraga kita, masyarakat sekitar, sesama jemaat bahkan dunia ini! Bukankah Tuhan sendiri yang memberitahu kita bahwa apa yang kita buat bagi sesama kita yang paling hina sebenarnya kita buat bagi Tuhan? (Matius 25:31-40).

Akhirnya dengan penuh ucapan syukur kita atas anugerah Tuhan Yesus di kayu salib bagi kita, mari kita hidup dalam kebenaranNya, semakin mengasihi dan lebih melayani Tuhan kita, Yesus Kristus!

Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Alasan Tidak Membayar Perpuluhan

Tiga orang yang berbeda profesi sedang berdiskusi soal perpuluhan. Mereka masing-masing mengemukakan alasan mengapa mereka belum membayar perpuluhan.

Akuntan: Saya belum membayar perpuluhan karena belum menerima surat tagihan dari Tuhan.

Pengacara: Kalau saya belum membayar perpuluhan karena belum ada undang-undang yang mengaturnya.

Bankir: Saya sih sudah lama mau membayar perpuluhan, tapi sampai sekarang saya belum tahu nomor rekening Tuhan.

cabe deeeh....

ALBUM KENANGAN