Selamat datang di www.wartamaranatha.blogspot.com - Memberitakan Injil dan Mendewasakan Kerohanian

Senin, 18 Juni 2012

HIDUP ADALAH KEPERCAYAAN

Daniel 3:13-18

    Bagaimana seseorang memandang hidup ini akan menentukan dan mempengaruhi cara hidupnya dalam menggunakan talenta, waktu, uang, hubungannya dengan Allah dan juga terus hubungannya dengan sesama.
    Bacaan kita menunjuk adanya suatu kondisi yang sangat pelik dimana Sadrakh, Mesakh, dan Abednego diperhadapkan kepada pilihan untuk menyembah patung yang didirikan oleh Raja Nebukadnezar di dataran Dura.  Apabila mereka menyembah patung yang telah didirikan oleh Raja Nebukadnezar mereka akan hidup, tetapi yang tidak mau menyembah maka akan mati dibuang ke dalam dapur api. Kondisi ini mengisyaratkan bagi orang percaya sekarang ini untuk waspada, karena pengaruh “dunia” begitu hebat untuk menyeret umat Tuhan keluar dari imannya kepada Tuhan Yesus.
Ada dua pandangan yang kita dapati dalam melihat hidup ini, yang pertama cara pandang dari sudut pandang manusia. Yang kedua cara pandang dari sudut pandang  Allah. Kasus Sadrakh, Mesakh dan Abednego ini jika dipandang dari sisi manusia maka kita akan dapati pandangan manusia sebagai berikut:
Pertama, Sujud sembahlah patung itu, maka akan hidup. Bukankah hati kita kan “tidak menyembah” tetapi hanya pura-pura saja, dengan demikian tidak akan mati di dalam dapur api? Kedua, Bukankah dengan mengikuti titah raja maka ada kesempatan untuk mendapat posisi, kedudukan yang lebih tinggi dalam kerajaan Babilonia. Dan itu berarti hidup tercukupkan dan bahkan bisa dibebaskan  dari status sebagai orang buangan?. Minimal inilah pandangan manusia yang mau gampang dan tidak mau menyusahkan dirinya.
    Bagi kita pandangan seperti ini sangat menyesatkan karena saat kita tunduk menyembah, ikut keinginan yang berlawanan dengan Tuhan maka kita telah menyakiti hati Tuhan. Ingat kita adalah suratan Kristus yang dibaca, dilihat oleh banyak orang di sekitar kita (Lihat 2 Korintus 3:2-3). Perhatikan ketiga pemuda Ibrani ini, saat bunyi-bunyian dibunyikan mereka tetap tegak, tidak tunduk menyembah kepada patung emas itu (Daniel 3:12). Tidak ada rasa takut atau gentar padahal telah jelas bahwa itu berarti “maut” alias mati di dapur api. Mengapa mereka bisa bersikap demikian? Secara jelas kita ketahui bahwa Sadrakh, Mesakh dan Abednego adalah pemuda-pemuda yang takut akan Allah, saleh dan juga adalah orang-orang muda yang cakap (Daniel 1: 9,19-20) dengan demikian mereka imani bahwa dalam takut akan Tuhan ada ketentraman yang besar (Amsal 14:26).
perhatikan kalimat yang diucapkan  Sadrakh, Mesakh, dan  Abednego dalam ayat 16-18 merupakan perkataan yang menantang kepada raja Nebukadnezar; suatu tekad yang sangat luar biasa, keberanian ini membuat  suatu kepasrahan bahwa mereka telah siap menghadapi hukuman itu. Ungkapan dalam ayat 18 “tetapi seandainya tidak ...” bukanlah merupakan ungkapan dari iman yang teguh dan kemampuan Allah untuk menyelamatkan mereka? dan bukan merupakan suatu pertanda bahwa mereka bimbang atas pertolongan Allah terhadap mereka, tetapi merupakan pernyataan iman yang kokoh, kuat dalam ketaatan mereka kepada Allah mereka.

APA YANG MENDASARI PENGAKUAN IMAN MEREKA ITU?   
 
1. Mereka  memiliki pandangan Allah atas kehidupan ini  adalah sauatu “ujian”.
  Alkitab mencatat beberapa tokoh yang menghadapi ujian dan mereka lulus, antara lain:
    Abraham, diuji saat Allah meminta Ishak, anaknya yang telah dinanti-nantikan kurang lebih 25 tahun. Abraham lebih taat kepada Allahnya daripada menyayangi anaknya Ishak (Kejadian 22:1-14) dan Abraham lulus. Yusuf seorang pemuda yang lolos dari godaan istri Potifar. Bagi Yusuf penjara lebih baik daripada melakukan perbuatan yang menyakiti hati Allahnya (Kejadian 39:7-10).
    Namun ada  juga tokoh-tokoh Alkitab yang tidak lulus dalam ujian:
Adam dan Hawa Tidak lulus dengan memberi hatinya untuk mengikuti kehendak iblis (Kejadian 3:6-7). Karena mata dan keinginan hati, kecongkakan inilah buah dari mau menyamai Allah - Ini dosa.
Daud yang gagal dalam imannya. Karena ia terjerat dalam perbuatan zinah dengan Batsyeba dan berlanjut dengan dosa pembunuhan atas suami Batsyeba, Uria (2 Samuel 11:2-5,14).
    Bagi Sadrakh, Mesakh dan Abednego lebih baik dalam iman kepada Allah daripada hidup tetapi menyangkal dan menyakiti hati Allah. setiap kita pun diperhadapkan dengan ujian dan pencobaan, tetapi biarlah tetap setia kepada Tuhan Yesus, karena Dia akan memberi jalan keluar bagi kita (1 Korintus 10:13). Tuhan Yesus adalah teladan kita, Ia lulus dalam ujian yang berat (lihat Lukas 22:19-20; 1 Petrus 4:12-14).
2. Sadrakh, Mesakh, dan Abednego sadar bahwa hidup mereka adalah suatu “kepercayaan” yang harus diperjuangkan.
     Sadarkh, Mesakh dan Abednego sadar bahwa mereka hidup karena Allah yang memberi nafas hidup kepada mereka, jadi seandainya Dia mengambil itu adalah hak-Nya, jadi lebih baik setia dan taat kepada Alah sebagaimana Sadrakh, Mesakh dan Abednego, maka kita yang sekarang pun seharusnya sadar bahwa apa yang kita punya itu semuanya adalah kepercayaan dari  Allah kepada kita. Waktu kita, tenaga, kepintaran, kesempatan, kekayaan yang kita miliki semuanya adalah kepercayaan Allah kepada kita (Mazmur 24:1; band. Mazmur 89:12). Setiap berkat yang kita terima, baik itu jasmani maupun rohani adalah kepercayaan dari Allah (Kolose 1:16). Karena segala sesuatu adalah kepercayaan Allah kepada kita, maka Allah pasti meminta pertanggungan jawab dari kita, perhatikan perumpamaan tentang talenta dalam Matius 25 :14-29 (band. Ibrani 4:13). Pelajaran dari Sadrakh, Mesakh dan Abednego memicu kita untuk tetap menghadapi hidup ini sebagai suatu kepercayaan dari  Allah kepada kita, hargailah itu. 
TUHAN YESUS MEMBERKATI

Pdt. Adrian L. Manikome,  GPPS Bitung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Alasan Tidak Membayar Perpuluhan

Tiga orang yang berbeda profesi sedang berdiskusi soal perpuluhan. Mereka masing-masing mengemukakan alasan mengapa mereka belum membayar perpuluhan.

Akuntan: Saya belum membayar perpuluhan karena belum menerima surat tagihan dari Tuhan.

Pengacara: Kalau saya belum membayar perpuluhan karena belum ada undang-undang yang mengaturnya.

Bankir: Saya sih sudah lama mau membayar perpuluhan, tapi sampai sekarang saya belum tahu nomor rekening Tuhan.

cabe deeeh....

ALBUM KENANGAN