Selamat datang di www.wartamaranatha.blogspot.com - Memberitakan Injil dan Mendewasakan Kerohanian

Minggu, 11 November 2012

MENANG ATAS DOSA !


ROMA 6:1- 14

    Siapa diantara kita yang mau berbuat dosa? Atau mau hidup dalam dosa? Tentu saja kita akan menjawab TIDAK bukan? Apalagi untuk hidup di dalam dosa!  Dalam Roma 6 ini secara implisit ditunjukkan dua fakta penting bagi kita. Pertama, setiap orang yang sudah lahir baru tidak ingin berbuat dosa, tetapi sebaliknya, rindu untuk menyenangkan hati Tuhan Yesus! Karena hati nurani kita telah disucikan oleh Tuhan, dosa hilang kuasanya atas tubuh kita (ayat 5-6). Fakta kedua, meskipun demikian, tubuh kita tetap terus menerus digodai untuk berbuat dosa. Hal ini nampak dari kalimat perintah rasul Paulus bahwa “hendaklah dosa jangan berkuasa lagi dalam tubuhmu...” (ayat 12) dan “janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa...” (ayat 13). Itu sebabnya kita harus sadar bahwa  kita sedang bergumul, berjuang terus untuk hidup bagi Tuhan Yesus dan bukan bagi dosa! Hidup ini merupakan peperangan dan perjuangan bukan? Saya, yakin bahwa tidak seorang Kristen yang sudah lahir baru pun yang senang jatuh apalagi hidup di dalam dosa! Nah, bagaimana kita dapat berkemenangan atas dosa? Rasul Paulus dalam surat Roma 6 memberikan kita beberapa langkah yang penting ketika menuliskan suratnya kepada jemaat Roma dan menjawab pergumulan mereka tentang besarnya kasih karunia Allah dan perbuatan dosa. Menurut Paulus betapa besar kasih karunia Allah yang menyelamatkan manusia berdosa dan jangan karenanya, manusia terus berbuat dosa supaya kasih karunia itu semakin bertambah! (ayat 1-2). Apakah rahasia hidup berkemenangan atas dosa?
 
1. Pandanglah Bahwa Kita SUDAH MATI Bagi Dosa (ayat 11).
    Rasul Paulus menegaskan bahwa setiap orang yang berada dalam Kristus, adalah orang-orang yang terhisab dalam Kristus! Menjadi satu dengan Dia dalam kematian dan kebangkitanNya! Saat Kristus mati karena dosa, kita juga SUDAH turut tersalib, yaitu manusia lama kita! (baca 5-10). Paulus menunjukkan gambaran yang jelas saat seorang Kristen mengambil bagian dalam sakramen baptisan air. Baptisan air memiliki makna bahwa orang Kristen sudah mati bersama Kristus dan dibangkitkan bersama Kristus! Manusia lama mati bersama Kristus dan dibangkitkan sebagai manusia baru (ayat 3-4). Jadi, kita adalah orang-orang yang SUDAH MATI bagi dosa! Orang mati tidak mungkin suka makanan bukan? Orang mati tidak bisa digodai bukan? Nah, demikianlah kita seharusnya memandang diri kita, kita adalah ORANG MATI bagi dosa! Paulus berkata “Demikianlah kamu hendaknya memandangnya: Bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus.” (ayat 11). Kata “memandang” seharusnya diterjemahkan sebagai “terus menerus memandang”. Kita harus terus menerus memandang, sadar dengan iman, bahwa kita SUDAH MATI bagi dosa! Dengan demikian, kita terus ingat bahwa dosa tidak ada kuasanya lagi dan kita berkemenangan atas dosa!
2. Jangan ijinkan Dosa Berkuasa Lagi Atas Kita! (ayat 12).
    Sadarilah bahwa kita sedang dalam perjuangan melawan dosa. Dosa ingin menguasai tubuh kita. Tidak ada seorang Kristen pun yang tidak mengalami godaan untuk jatuh dalam dosa. Lihat saja di Alkitab, semua tokoh Alkitab dicobai, digodai untuk berbuat dosa. Bahkan Tuhan Yesus, Allah yang menjadi manusia! (Matius 4:1-11). Memang tidak mungkin kita tidak digodai, tetapi kita dapat MENEPIS dan TIDAK MENGIJINKAN dosa menguasai tubuh kita! Jika demikian, maka mari kita berkata “TIDAK” terhadap dosa! Teladan kita jelas, yaitu Tuhan Yesus. Dia digodai, namun tidak berbuat dosa. Dia tidak ijinkan dosa menguasai tubuhNya (Matius 4:1-11). Satu lagi teladan kita adalah Yusuf yang “lari” dari godaan istri Potifar untuk berbuat dosa, meski konsekuensinya sangat berat (Kejadian 39:7-13). Dan yang tidak kalah  penting lagi, hindari ‘dekat’ dengan godaan dosa. 
3. Jangan Serahkan Anggota-anggota Tubuh Kita Kepada Dosa! (ayat 13).
    Ini rahasia ketiga, jangan serahkan anggota tubuh kita kepada dosa! Bukan saja jangan mengijinkan dosa menguasai tubuh kita, tetapi jangan serahkan anggota tubuh kita kepada dosa itu. Artinya, kita seharusnya dengan disiplin menolak menyerahkan anggota tubuh kita; mata, telinga, pikiran (otak), hati, mulut, tangan dan kaki  serta seluruh tubuh ini kepada dosa!  Disiplin tubuh kita untuk terbiasa tidak menyerahkan pada godaan dosa! Seringkali kita membiarkan anggota tubuh ini menikmati dosa sedikit-sedikit dan tanpa kita sadari kita telah dikuasai dosa! Jika kita tahu itu bacaan atau tontonan yang berdosa, stop dan tinggalkan! Jangan serahkan mata kita pada dosa!
4. Serahkanlah Anggota-anggota Tubuh Kita Kepada Allah Dalam Kristus (ayat 14).
    Terakhir, secara aktif serahkan anggota tubuh kita kepada Allah untuk melayani Dia! Mata, telinga, akal, hati, mulut, tangan, kaki dan seluruh tubuh ini persembahkanlah untuk Tuhan Yesus, sehingga tidak akan memberi kesempatan kepada dosa! Bukan hanya itu, tanpa kita sadar, setiap kali kita menyerahkan anggota-anggota tubuh kita bagi Kristus, kita beroleh anugerah dan kekuatanNya untuk hidup kudus dihadapanNya! Lewat mata yang membaca Alkitab dan telinga yang mendengar suaraNya, bukankah kita dijaga dan dikuatkanNya? Tubuh yang senantiasa beribadah, berdoa dan menyembah Tuhan Yesus, menerima kekuatanNya dan dilatihNya ‘kuat’ dalam peperangan dengan dosa! Tidak dapat tidak, kita harus terus menerus mendisiplin tubuh kita untuk melayani Tuhan. Paulus dalam suratnya, sekali lagi mendesak kita untuk mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: Itu adalah ibadahmu yang sejati (Roma 12:1).     
    
    Saya harus jujur bahwa khotbah ini tidak terlalu berguna apabila kita tidak melakukannya! Kita akan tetap kalah dan kalah. Namun, mari dengan kekuatan dan anugerah Tuhan Yesus kita menyadari terus menerus bahwa kita sudah mati bagi dosa, jangan ijinkan dosa menguasai kita, jangan serahkan anggota tubuh kita kepadanya, tetapi serahkan kepada Tuhan kita, Yesus Kristus, untuk kemuliaanNya. Berkemenanganlah oleh Roh-Nya!

Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Alasan Tidak Membayar Perpuluhan

Tiga orang yang berbeda profesi sedang berdiskusi soal perpuluhan. Mereka masing-masing mengemukakan alasan mengapa mereka belum membayar perpuluhan.

Akuntan: Saya belum membayar perpuluhan karena belum menerima surat tagihan dari Tuhan.

Pengacara: Kalau saya belum membayar perpuluhan karena belum ada undang-undang yang mengaturnya.

Bankir: Saya sih sudah lama mau membayar perpuluhan, tapi sampai sekarang saya belum tahu nomor rekening Tuhan.

cabe deeeh....

ALBUM KENANGAN