Selamat datang di www.wartamaranatha.blogspot.com - Memberitakan Injil dan Mendewasakan Kerohanian

Minggu, 28 Maret 2010

MAU?

MARKUS 1:40-42

Setiap orang mempunyai kemauan (keinginan). Mau supaya usahanya berhasil, mau rumah tangganya diberkati, mau studinya berhasil, mau masa depannya diberkati dan lain sebagainya. Tetapi Tuhan juga punya kemauan atas kehidupan anak-anakNya. Ketika kita berdoa, selain menyampaikan kemauan kita, kita juga harus memahami bahwa Tuhan juga punya kemauan untuk memenuhi kemauan kita ataupun menolak (tidak menyetujui) kemauan kita. Kisah seorang kusta yang memohon kesembuhan, memberi pelajaran kepada kita:

A. Orang Kusta Mempunyai Kemauan
Orang Kusta mempunyai kemauan untuk sembuh. Terbukti ketika melihat Yesus, maka ia segera datang kepada Yesus, berlutut dihadapan-Nya dan memohon bantuanNya. Penyakit kusta adalah penyakit yang menajiskan penderitanya. Penderitanya tidak diterima di masyarakat, ia harus tinggal di luar perkemahan. Ia juga harus berpenampilan sesuai ketentuan”: berpakaian compang-camping, rambut diurai, menutup muka sambil berseru: “Najis, najis...” (Imamat 13:45). Penderita kusta pasti sangat menderita tekanan batin. Orang kusta punya kemauan untuk sembuh. Tapi bagaimana dengan Tuhan? Apakah Tuhan juga mempunyai kemauan yang sama? Dalam kisah ini, kita mendapati bahwa Tuhan mempunyai kemauan yang sama, yaitu supaya sembuh (ayat 2).
Ya, kita punya kemauan ini dan itu. Kita sampaikan kemauan kita melalui doa. Dan Tuhan juga kemauan yang sama ataupun yang berbeda. Hal ini akan kita lihat jelas pada bagian selanjutnya.

B. Orang Kusta Menyampaikan Kemauannya Kepada Tuhan
Orang Kusta menyampaikan kemauannya kepada Tuhan dengan berkata “Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku”. Melalui ungkapan permohonan ini, kita belajar tiga hal:

I. Orang Kusta percaya Kuasa Tuhan

untuk menyembuhkan sakit kustanya. Perhatikan frase kedua dari permohonannya: “..., Engkau dapat mentahirkan aku.” Sangat jelas bahwa ia sangat memepercayai kuasa Tuhan. Bandingkan dengan kisah dalam Markus 9:22. sangat berbeda sama sekali. Dalam Markus 9:22, seorang bapak yang anaknya sakit bisu menanyakan kemampuan (kuasa) Tuhan untuk menyembuhkan anaknya. Apakah kita mempercayai kuasa Tuhan??? Kita percaya, tapi terkadang kita meragukan kuasaNya. Bahkan kita masih percaya juga kepada kuasa lain, yaitu kuasa Setan. Ingat, Tuhan tidak mau diduakan (Keluaran 20). Sangat disayangkan, kalau ada anak-anak Tuhan yang beribadah kepada Tuhan, memuji kuasa Tuhan, tapi masih percaya juga kepada kuasa lain. Misal dalam menghadapi pergumulan hidup: rumah tangga, pekerjaan, studi, masa depan, kita masih berurusan dengan kuasa gelap (setan), melalui dukun, paranormal, ramalan-ramalan. Kuasa Tuhan tidak dapat dibandingkan dengan kuasa setan. Kisah Elia mengalahkan 450 nabi Baal, dan menyatakan bahwa Allah saja yang berkuasa dan layak disembah (I Raja-raja 18:20-46), seharusnya meneguhkan kita untuk percaya hanya kepada Tuhan saja. Karena hanya dia saja Allah. Bahkan Rasul Paulus menyebut roh dunia ini adalah roh yang lemah dan miskin (Galatia 4:9). Mari kita hanya mempercayai kuasa Tuhan yang sanggup untuk menolong kita.

II. Orang kusta menyadari bahwa pertolongan Tuhan adalah sebuah anugerah

Orang kusta berkata; “Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku.” menunjukkan bahwa kalau Tuhan mau menolong dia (mentahirkan) itu sebuah anugerah. “Mau” atau “Tidak Mau” merupakan hak Tuhan. jadi kalau Tuhan mau memberikan pertolonganNya, bukankah itu sebuah anugerah. Selayaknya kita bersyukur atas apapun jawaban Tuhan atas doa-doa kita. Tidak perlu kita marah dengan Tuhan. Bukankah kita sedang memohon kepadaNya? Siapakah kita manusia? Sehingga Allah menganugerahkan pertolonganNya kepada kita (Mazmur 8:5).

III. Orang Kusta Menempatkan Kemauan Tuhan Di atas Kemauannya sendiri.

Menempatkan kemauan Tuhan di atas kemauan kita merupakan prinsip doa yang tepat. “Kalau Engkau mau...” dengan demikian kita menyerahkan kehendak kita kepada Tuhan. Biarlah kehendak Tuhan yang jadi. Tuhan Yesus sendiri ketika berdoa di taman Getsemani menyampaikan kemauanNya kepada Bapa, tapi ia berserah pada kehendak Bapa (Matius 26:39). Kehendak kita berbeda dengan kehendak Tuhan (Yesaya 55:8-9). Tidak perlu kita memaksa Tuhan untuk memenuhi kemauan kita. Yang kita percaya, bahwa kehendak Tuhan baik adanya (Roma 8:28).

Bagi Orang Kusta , ia sedang menghadapi pergumulan yang berat dengan sakit kustanya. Ia mau disembuhkan. Dan ia datang kepada Yesus dan berkata: “Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku.” Pergumulan berat apa yang sedang kita hadapi dan sedang kita doakan pada saat ini? Masalah rumah tangga? Pekerjaan? Masa depan? Masalah anak-anak? Suami? Istri? Dan kita mau Tuhan menolong kita? Datanglah kepada Yesus, percayalah kepada kuasaNya yang sanggup untuk menolong kita, mintalah anugerahNya dan jangan lupa berserah kepadaNya dengan menempatkan kemauan Tuhan di atas kemauan kita. Ingatlah kehendak Tuhan baik adanya bagi kita. Dia tahu yang terbaik bagi anak-anak-Nya. Tuhan Yesus memberkati.

Pdm. Dwi Cahyono, S.Th

1 komentar:

  1. Letakkan segala kemauan didalam rencana dan kehendak TUHAN saja

    BalasHapus

Alasan Tidak Membayar Perpuluhan

Tiga orang yang berbeda profesi sedang berdiskusi soal perpuluhan. Mereka masing-masing mengemukakan alasan mengapa mereka belum membayar perpuluhan.

Akuntan: Saya belum membayar perpuluhan karena belum menerima surat tagihan dari Tuhan.

Pengacara: Kalau saya belum membayar perpuluhan karena belum ada undang-undang yang mengaturnya.

Bankir: Saya sih sudah lama mau membayar perpuluhan, tapi sampai sekarang saya belum tahu nomor rekening Tuhan.

cabe deeeh....

ALBUM KENANGAN