Selamat datang di www.wartamaranatha.blogspot.com - Memberitakan Injil dan Mendewasakan Kerohanian

Minggu, 17 Juli 2011

PENGUNDANG SEJATI

LUKAS 7:36-50

Setiap kali kita beribadah kepada Tuhan, tentu kita ingin mendapat sesuatu yang baik, yaitu berkat-berkat dari Tuhan. Namun hal ini tidak diperoleh Simon ,seorang Farisi yang mengundang Yesus datang makan di rumahnya. Tentu ada penyebabnya. Melalui kisah ini, kita melihat sikap Simon dalam mengundang Yesus. Boleh dikata, bahwa Simon ini seorang pengundang yang aneh (ay. 36), mengapa?

Yang pertama, Simon tidak menyediakan air untuk membasuh kaki Yesus (ay. 44), karena dalam budaya orang Yahudi, seseorang akan menyediakan air untuk membasuh kaki tamu di depan rumah sebelum ia masuk ke rumahnya.

Yang kedua, Simon tidak memberi salam kepada Yesus yaitu ciuman (ay. 45). Salam dalam Budaya Yahudi adalah ciuman, di Indonesia biasanya berjabat tangan.

Yang ketiga, tidak meminyaki kepala Yesus dengan minyak (ay. 46). Dalam tradisi Yahudi ada tanda khusus yang diberikan kepada tamu khusus, yaitu memberi minyak pada kepala tamu. Sehingga secara tidak langsung dia meragukan kenabian dari Yesus. (dalam ay. 39 Simon menganggap Yesus nabi, tetapi meragukan kuasanya).

Terkadang kita sebagai orang Kristen juga sama seperti Simon, mengundang Yesus tetapi tidak menganggap-Nya, saat Yesus berfirman kita menolaknya. Simon mengundang Yesus tanpa tujuan. Sebab itu tidak ada kata-kata berkat untuk Simon. Sebaliknya Yesus menyampaikan kecaman-kecaman terhadap orang-orang Farisi, termasuk Simon. Bahkan hal ini berlanjut dalam bentuk pertentangan-pertentangan antara Yesus dengan orang-orang Farisi.
Sekarang kita beralih kepada seorang pribadi yang lain., yaitu perempuan berdosa yang datang juga pada waktu itu. Perempuan tersebut meminyaki kaki Yesus dengan minyak serta menyekanya dengan rambutnya. sangat berbeda dengan Simon. perempuan ini tidak mempunyai ‘jalur’ untuk mengundang Yesus, tapi dia punya kesempatan untuk bertemu Yesus. Perempuan ini menangis karena dosa-dosanya, ia menyadari kekurangannya. Bukankah Tuhan mengampuni orang yang mengaku dosa, karena Ia setia dan adil (Yoh 1:9). Orang yang tidak menyadari kekurangannya adalah orang yang terhilang. Perempuan ini menyeka kaki Yesus dengan rambutnya. Hal ini memberi makna rohani yang penting bagi kita. Artinya segala pelayanan kita lakukan, layak kita letakkan di bawah kaki Yesus. Bukankah, para tua-tua melemparkan mahkotanya dihadapan Anak Domba. Kebanggan yang kita miliki layak diletakkan di bawah kaki Yesus.
Seringkali kita menyebut diri sebagai orang yang rohani, tapi sebenarnya tidak rohani. Kita sama seperti orang Farisi yang bangga dengan dirinya. Tetapi kita lihat perempuan yang dilihat orang karena terkenal berdosa tetapi Yesus menganggapnya lebih rohani.
Karena ketika ia bertemu dengan Yesus dia datang tidak dengan tangan yang hampa,tetapi dia membawa minyak wangi dalam buli-buli (membawa persembahan yang terbaik dari kepunyaannya). kemudian menuangnya di kaki Yesus. Perempuan ini menaruh hal yang paling berharga di kaki Yesus. Pertanyaan bagi kita orang-orang yang percaya kepada-Nya saat ini, Apa yang paling berharga dalam kehidupan kita? Apakah itu harta kita, kedudukan kita? Kita taruh di mana kebanggaan kita tersebut, di atas kepala kita atau di bawah kaki Tuhan?
Bagi orang Indonesia, hal yang paling berharga adalah “harga diri”. Dan harga diri ini yang sering membuat seseorang tidak tidak berkenan kepada Tuhan. Sebagai contoh, karena harga diri seseorang sulit untuk mengampuni. Hal ini disebabkan oleh harga dirinya tidak ditaruh di kaki Yesus, saat kita menaruh harga diri kita di kaki Yesus maka kita tidak akan sulit untuk mengampuni karena Yesus yang memampukan kita untuk mengampuni orang lain.

Pertanyaan bagi kita saat ini, siapakah kita, perempuan yang menjamu Yesus dengan baik atau simon orang Farisi yang mengundang Yesus tetapi tidak melakukan apa-apa buat Tuhan?. Adakah kita mau seperti perempuan yang dianggap berdosa yang walaupun tidak bisa mengudang Yesus, tetapi mau menjamu dan berbuat yang terbaik untuk Yesus. Tuhan Memberkati.

Pdt. Japikir Lumban Raja, S.Th

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Alasan Tidak Membayar Perpuluhan

Tiga orang yang berbeda profesi sedang berdiskusi soal perpuluhan. Mereka masing-masing mengemukakan alasan mengapa mereka belum membayar perpuluhan.

Akuntan: Saya belum membayar perpuluhan karena belum menerima surat tagihan dari Tuhan.

Pengacara: Kalau saya belum membayar perpuluhan karena belum ada undang-undang yang mengaturnya.

Bankir: Saya sih sudah lama mau membayar perpuluhan, tapi sampai sekarang saya belum tahu nomor rekening Tuhan.

cabe deeeh....

ALBUM KENANGAN