Selamat datang di www.wartamaranatha.blogspot.com - Memberitakan Injil dan Mendewasakan Kerohanian

Minggu, 21 Februari 2010

Masihkah kau mencintai-Ku?

Wahyu 2:4-5

Tuhan Yesus mencela jemaat Efesus karena jemaat telah meninggalkan kasih mereka yang semula. Cinta pertama mereka pada Kristus telah ditingglkan! Nah, sebenarnya Tuhan bertanya kepada mereka: “Masihkah kau mencintaiKU?” (ayat 4).


JEMAAT EFESUS, JEMAAT YANG BAIK???

Apabila kita memperhatikan ayat-ayat sebelum teguran ini, sebenarnya jemaat Efesus seolah-olah tidak cocok untuk ditegur demikian. Kita akan bertanya: “Benarkah jemaat telah menginggalkan kasihnya yang semula?” Tetapi Tuhan tetap mencela, Dia bertanya “Masihkah kau mencintaiKU?” Jemaat Efesus adalah jemaat yang baik, tetapi Tuhan melihat hati mereka.


1. Jemaat Yang Giat Berjerih Payah Bagi Tuhan (ayat 2-3).

Tuhan tahu pekerjaan mereka, jerih payah mereka! (ayat 2). Jemaat Efesus adalah jemaat yang giat beribadah dan pelayanan. Mereka tidak kenal lelah (ayat 3). Tetapi Tuhan tetap menanyakan “Masihkah kau mencintaiKU?”. Mengapa? Pasti mereka tidak melakukannya dengan cinta yang semula. Kegiatan tanpa cinta pada Kristus itu kebiasaan tanpa spirit! Rutinitas tanpa jiwa! Dan seringkali kehilangan makna yang terdalam. Bagaimana dengan kita? Apakah kita giat beribadah? Giat melayani Tuhan? Sebab yang giat dan berjerih paya buat Tuhan saja ditanyakan cintanya apalagi yang bermalas-malasan! Sudah pasti yang malas juga sekaligus karena tidak mengasihi.


2. Jemaat Yang Tekun dan Sabar Dalam Penderitaan (ayat 2-3)..

Kitab Wahyu ini ditulis diperkirakan pada masa pemerintahan Domitianus, seorang Kaisar yang kejam terhadap orang Kristen. Saat itu penyembahan kepada kaisar adalah keharusan bagi orang Romawi sehingga orang Kristen yang tidak mau menyembah berhala, mereka mengalami aniaya. Dirajam batu, diadu dengan banteng, singa dan harimau atau dibakar hidup-hidup adalah hal biasa. Tetapi jemaat Efesus disebut tekun dan sabar dalam penderitaan karena nama Tuhan Yesus. Luar biasa bukan? Namun demikian Tuhan mencela dan menanyaakan kepada mereka “Masihkah kau mencintai-KU?”(ayat 4). Nah bagaimana kita bisakah kita tekun dan sabar dalam penderitaan? Dan lagi apakah ketekunan kita karena dorongan kasih Allah dalam diri kita?


3. Jemaat Yang Teguh dan Menegakkan Doktrin (ayat 2, 6).

Jemaat Efesus adalah jemaat yang aktif belajar Alkitab, doktrin dan pengajaran. Mereka tidak gampang percaya kepada mereka yang mengaku rasl. Mereka uji dan mendapati yang palsu segera ditolak (ayat 2). Bahkan ajaran sesat, seperti ajaran Nikolaus mereka tolak dan benci! (ayat 6). namun demikian Tuhan tetap bertanya “Masihkah kau mencintai-KU?” (ayat 4). Kita boleh dan harus belajar firman Tuhan, teologi dan doktrin-doktrin. Pertanyaannya adalah apakah semua itu kita lakukan karena kasih?


DAHSYATNYA CINTA MULA-MULA

Teguran Tuhan Yesus menunjukkan betapa pentingnya cinta mula-mula sebagai motivaasi hidup yang memuliakan Tuhan. Cinta kepada Tuhan Yesus itu dahsyat dan menggerakkan, sekaligus menghidupkan! Marin kita perhatikan kedahsyatan cinta mula-mulaitu:


Pertama, Cinta Pada Tuhan Yesus Menjadikan Penyembahan Lebih Dalam.

Jemaat Efesus sangat rajin beribadah, namun tetap ditanya Tuhan “Masihkah kau mencintai-KU?”. Ya, cinta harus menjadi dasar kita menyembah Tuhan. Tanpa cinta kepada Tuhan, maka penyembahan dan ibadah hanya kebiasaan yang kering dan ujung-ujungnya membosankan. Tetapi apabila didorong rasa cinta, maka penyembahana dan ibadah menjadi aktivitas yang hidup dan selalu kita rindukan. Bukan perkara yang menjemukan, benar kan?


Kedua, Cinta Pada Tuhan Yesus Menjadikan Pelayanan Lebih Bermakna.

Cinta kepada Kristus memberikan makna untuk pelayanan kita. Bayangkan jika isteri melakukan segala sesuatu untuk suaminya karena cinta, pastilah itu sangat bermakna! Baik untuk dirinya sendiri, juga bagi suaminya. Pasti!


Ketiga, Cinta Pada Tuhan Yesus Menjadikan Ketaatan Lebih Tanggap.

Cinta mula-mula kepada Tuhan Yesus menjadikan ketaatan lebih tanggap dan peka terhadap hati Tuhan Yesus! Bukan karena hukum semata seperti jemaat Efesus. Cinta menempatkan diri kita untuk berusaha menyenangkan orang yang kita cintai. Dengan demikian, secara ‘terbalik’, kita juga tidak ingin menyakiti orang yang kita cintai bukan? Bayangkan betapa ajaib cinta mula-mula kepada Tuhan Yesus! Cinta itu seharusnya menjadikan kita peka dan tanggap pada hatiNya sehingga kita akan hidup kudus dan menaati perintahNya.


Keempat, Cinta Kepada Tuhan Menjadikan Kasih kepada Sesama Yang lebih Nyata.

Dalam surat kepada jemaat Efesus ini tidak nampak aktivitas mengasihi sesama. Sebuah gereja yang ‘kering’ dalam kasih terhadap sesama. Nah, jika cinta mula-mula kepada Tuhan Yesus ada di hati kita, tidak mungkin kita tidak mengasihi sesama! (Band. 1 Yohanes 4:20-21).

Tuhan Yesus bertanya pada kita semua: “Masihkah kau mencintai-KU? “ Mari kita jawab bukan hanya dengan ucapan bibir saja, tetapi dalam tindakan; penyembahan dan pelayanan yang lebih dalam, ketaatan dan mengasihi sesama. Jangan lengah, lakukan semuanya karena kita mengasihi Tuhan kita, Yesus Kristus yang lebih dahulu mengasihi kita.

Pdt. Lukas Widiyanto S.Th.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Alasan Tidak Membayar Perpuluhan

Tiga orang yang berbeda profesi sedang berdiskusi soal perpuluhan. Mereka masing-masing mengemukakan alasan mengapa mereka belum membayar perpuluhan.

Akuntan: Saya belum membayar perpuluhan karena belum menerima surat tagihan dari Tuhan.

Pengacara: Kalau saya belum membayar perpuluhan karena belum ada undang-undang yang mengaturnya.

Bankir: Saya sih sudah lama mau membayar perpuluhan, tapi sampai sekarang saya belum tahu nomor rekening Tuhan.

cabe deeeh....

ALBUM KENANGAN