Daniel 4:28-37
Nebukadnezar, raja Babel menjadi sombong karena keberhasilannya. Apakah “sombong” itu? Sombong adalah menghargai diri secara berlebihan; memegahkan atau meninggikan diri; congkak [KBBI,hal. 1083]. Nah, apakah kita sombong? Kita harus waspada, karena kesombongan TIDAK SELALU nampak di mulut dan sikap seseorang. Sombong terkadang menggunakan ‘topeng’ kerendahan hati di wajah, sementara itu kesombongan dapat bertumbuh di hati. Mengerikan bukan? Dalam kisah raja Nebukadnezar ini, dia dikisahkan menjadi sombong bahkan dengan kata-katanya.
Nebukadnezar menyombongkan dirinya. Lihat saja, dia gunakan ‘senjata’ kesombongan seperti lazimnya. “Senjata” kesombongan itu Pertama, Menggeser posisi TUHAN. Nebukadnezar dengan segera menggangap kebesaran dan kejayaan Babel adalah karyaNya bukan karya TUHAN [ayat 30]. Ya, kesombongan selalu melupakan TUHAN dan karyaNya. Dan itu berarti kesombongan selalu menjadikan seseorang mengandalkan diri sendiri, bukan Tuhan. Kedua, senjata kesombongan adalah merendahkan orang lain. Kesombongan akan selalu memandang orang lain ‘lebih rendah’ darinya. Awas, jangan sombong.
Mengapa Kita Tidak Boleh Sombong?
Nebukadnezar menyombongkan dirinya. Lihat saja, dia gunakan ‘senjata’ kesombongan seperti lazimnya. “Senjata” kesombongan itu Pertama, Menggeser posisi TUHAN. Nebukadnezar dengan segera menggangap kebesaran dan kejayaan Babel adalah karyaNya bukan karya TUHAN [ayat 30]. Ya, kesombongan selalu melupakan TUHAN dan karyaNya. Dan itu berarti kesombongan selalu menjadikan seseorang mengandalkan diri sendiri, bukan Tuhan. Kedua, senjata kesombongan adalah merendahkan orang lain. Kesombongan akan selalu memandang orang lain ‘lebih rendah’ darinya. Awas, jangan sombong.
Mengapa Kita Tidak Boleh Sombong?
Membaca dan merenungkan kisah kesombongan raja Nebukadnezar ini, maka kita akan segera menemukan alasan pengapa kita tidak boleh sombong.
1. Karena semua yang kita miliki adalah PEMBERIAN TUHAN.
Nebukadnezar ‘lupa’ bahwa semua kebesaran, kemuliaan adalah dari TUHAN [ayat 30 band. ayat 36]. Kesombongan atas segala kebesaran dan kemuliaan Babel ‘membutakan’ matanya bahwa semua miliknya adalah pemberian Sang Pencipta yang berdaulat. Bukankah apa yang kita pakai, yang kita miliki dan capai hari ini adalah PEMBERIAN TUHAN kita Yesus? Jika demikian, apa yang bisa kita sombongkan, jika semua adalah PEMBERIAN? Bahkan hidup ini adalah pemberian Tuhan [ayat 30-32]. Bukan saja pemberian Tuhan, tetapi pemberian Tuhan, melalui orang-orang disekitar kita sehingga tidak layak kita menyombongkan diri atas semua pemberian Tuhan [1 Korintus 4:6-7]. Semua yang ada pada kita, kita peroleh dari orang lain, misalnya kepandaian. Kepandaian kita karena ada yang mengajarkan kepada kita. Bayangkan jika kita tidak pernah diajar orang lain? Itu sebabnya mari buang kesombongan dan mulai belajar rendah hati.
Nebukadnezar ‘lupa’ bahwa semua kebesaran, kemuliaan adalah dari TUHAN [ayat 30 band. ayat 36]. Kesombongan atas segala kebesaran dan kemuliaan Babel ‘membutakan’ matanya bahwa semua miliknya adalah pemberian Sang Pencipta yang berdaulat. Bukankah apa yang kita pakai, yang kita miliki dan capai hari ini adalah PEMBERIAN TUHAN kita Yesus? Jika demikian, apa yang bisa kita sombongkan, jika semua adalah PEMBERIAN? Bahkan hidup ini adalah pemberian Tuhan [ayat 30-32]. Bukan saja pemberian Tuhan, tetapi pemberian Tuhan, melalui orang-orang disekitar kita sehingga tidak layak kita menyombongkan diri atas semua pemberian Tuhan [1 Korintus 4:6-7]. Semua yang ada pada kita, kita peroleh dari orang lain, misalnya kepandaian. Kepandaian kita karena ada yang mengajarkan kepada kita. Bayangkan jika kita tidak pernah diajar orang lain? Itu sebabnya mari buang kesombongan dan mulai belajar rendah hati.
2. Karena kita, manusia yang rentan dan serba terbatas.
Kisah Nebukadnezar yang sombong dan ‘dijadikan’ lupa ingatan, mengingatkan kita bahwa kita manusia yang rentan dan terbatas [ayat 30-33]. Bayangkan, tanpa penyebab, sakit atau pergumulan berat, Nebukadnezar menjadi hilang ingatan gila dan berlaku seperti lembu. Betapa rentan dan terbatasnya manusia. Dimana kekuatan Nebukadnezar? Dimana kecakapan dan kepandaiannya? Di mana para ahli kedokterannya atau para bijaksananya? Hanya beberapa saat saja dia menjadi gila. nah, apa yang kita sombongkan? Kekuatan dan kesehatan kita? Kepandaian dan pengalaman kita? Atau apakah kekayaan dan kemuliaan kita? Semuanya terbatas dan RENTAN. Manusia tidak lebih seperti ‘bejana tanah liat’, mudah hancur. Itu sebabnya jangan sombong. Lebih baik jika kita merendahkan diri kita di tangan Yang MahaPerkasa, Yang Tidak Terbatas, di tangan Tuhan kita, Yesus Kristus. Awas, jangan sombong.
3. Karena kesombongan akan menerima upahnya.
Raja Nebukadnezar menerima hukuman TUHAN atas kesombongannya: SEMUA diambil dari hidupnya [ayat 30-33]. Bukankah kesombongan awal kehancuran? Ya, kesombongan pasti dihukum karena kesombongan menempatkan kita menjadi ‘musuh’ Allah [Amsal 6:16-17]. Kesombongan adalah dosa yang dibenciNya. Bahkan firman Tuhan berkata bahwa Dia menentang orang-orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati [1 Petrus 5:5-6]. Jangan sombong, karena kesombongan akan membawa kita pada ‘upahnya’, yaitu hukuman. Bukankah lebih baik kita rendahkan diri dan hati dihadapan Tuhan kita Yesus dan menerima belas kasihanNya?
Kisah Nebukadnezar yang sombong dan ‘dijadikan’ lupa ingatan, mengingatkan kita bahwa kita manusia yang rentan dan terbatas [ayat 30-33]. Bayangkan, tanpa penyebab, sakit atau pergumulan berat, Nebukadnezar menjadi hilang ingatan gila dan berlaku seperti lembu. Betapa rentan dan terbatasnya manusia. Dimana kekuatan Nebukadnezar? Dimana kecakapan dan kepandaiannya? Di mana para ahli kedokterannya atau para bijaksananya? Hanya beberapa saat saja dia menjadi gila. nah, apa yang kita sombongkan? Kekuatan dan kesehatan kita? Kepandaian dan pengalaman kita? Atau apakah kekayaan dan kemuliaan kita? Semuanya terbatas dan RENTAN. Manusia tidak lebih seperti ‘bejana tanah liat’, mudah hancur. Itu sebabnya jangan sombong. Lebih baik jika kita merendahkan diri kita di tangan Yang MahaPerkasa, Yang Tidak Terbatas, di tangan Tuhan kita, Yesus Kristus. Awas, jangan sombong.
3. Karena kesombongan akan menerima upahnya.
Raja Nebukadnezar menerima hukuman TUHAN atas kesombongannya: SEMUA diambil dari hidupnya [ayat 30-33]. Bukankah kesombongan awal kehancuran? Ya, kesombongan pasti dihukum karena kesombongan menempatkan kita menjadi ‘musuh’ Allah [Amsal 6:16-17]. Kesombongan adalah dosa yang dibenciNya. Bahkan firman Tuhan berkata bahwa Dia menentang orang-orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati [1 Petrus 5:5-6]. Jangan sombong, karena kesombongan akan membawa kita pada ‘upahnya’, yaitu hukuman. Bukankah lebih baik kita rendahkan diri dan hati dihadapan Tuhan kita Yesus dan menerima belas kasihanNya?
Akhirnya, mari kita kita sadari bahwa semua yang kita miliki dan capai adalah pemberian TUHAN dan betapa terbatas serta rentannya hidup kita. Seraya kita ingat kesombongan tidak membuat kita menjadi ‘lebih terhormat’ dan ‘lebih indah’, melainkan menuai hukuman. Rendahkan diri dihadapan Tuhan Yesus dan nantikan belas kasihanNya. Bukankah air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah?
Pdt. Lukas Widiyanto, M.Th.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar