Selamat datang di www.wartamaranatha.blogspot.com - Memberitakan Injil dan Mendewasakan Kerohanian

Sabtu, 28 Juni 2014

Masihkah kau mencintaiKU?


Wahyu 2:1-5

    Tuhan Yesus mencela jemaat Efesus karena kehilangan kasih mula-mula. Bila boleh saya bahasakan, Tuhan Yesus bertanya kepada  jemaat Efesus dan kita: “Masihkah kau mencintaiKu?” Masihkah kita mencintai TUHAN? Ini bukan sekedar ‘emosi’, tetapi Tuhan Yesus TAHU persis apa yang ada di hati jemaatNya. Dia melihat hati kita apakah jemaat Efesus masih mencintai Dia. Tuhan Yesus tahu persis apakah kita masih mengasihi Dia atau tidak.
    Sebenarnya secara kasat mata jemaat Efesus adalah jemaat yang baik, bahkan bagi kita, mereka adalah jemaat yang luar biasa. Bagimana kondisi mereka? Pertama, jemaat Efesus adalah jemaat yang  melayani, yang tidak kenal lelah bagi Tuhan [ayat 2,3].  Kedua, mereka adalah jemaat yang TEKUN dan SABAR dalam penderitaan [ayat 2,3]. Terakhir, mereka adalah jemaat yang mau belajar firman Tuhan dan teguh dalam pengajaran [ayat 2,6]. Lalu, mengapa Tuhan Yesus tetap mencela jemaat Efesus? Sebab mereka melakukan segalanya TANPA KASIH yang seperti dahulu, tanpa kasih yang mula-mula. Tuhan Yesus melihat dan tahu persis hal ini. Rasul Paulus mengingatkan kita bahwa tanpa kasih, semua jerih payah, ketekunan dan teguh dalam doktrin akan sia-sia. Semua itu menjadi kebiasaan tanpa “jiwa”, rutinitas tanpa kesungguhan dan hanya sebuah kegiatan tanpa ‘spirit.’ [1 Korintus 13:1-4]. Apakah kita masih mengasihi Tuhan kita, Yesus? Atau seperti jemaat Efesus terjebak dalam banyak kegiatan tanpa kasih kepada Kristus?
Sebuah Jalan Keluar Dari Hati-Nya
    
    Tuhan yesus tidak hanya mencela, tetapi dengan hatiNya, dengan kasihNya memberi jalan untuk kembali kepadaNya. Inilah jalan keluar yang diberikan-Nya bagi kita. 
 
1. Sadarilah kondisi kita.
    Bila kita tidak sadar terhadap KEJATUHAN kita, bagaimana mungkin kita dapat tertolong? Hanya mereka yang sadar dirinya sakit akan membutuhkan tabib bukan? Sebab itu Tuhan Yesus mendorong kita untuk ingat, untuk sadar akan kondisi kita yang meninggalkan kasih yang semula. Perhatikanlah bahwa bagi Tuhan Yesus, kehilangan kasih yang semula adalah KEJATUHAN yang sangat dalam. Mengapa? Bayangkan, betapa mengerikannya bila seseorang melakukan banyak hal untuk TUHAN tetapi tanpa kasih. Itu akan menyebabkan kita terjerumus dalam pelayanan dan ‘persembahan seadanya’ tanpa kasih. Yah, yang penting dikerjakan, yang penting ada, yang penting nampak ‘semua baik’, tetapi tanpa kasih yang bernyala. Kedua, sadar atau tidak, tanpa kasih, semua yang kita kerjakan menjadi sebuah kemunafikan atau kepura-puraan. Sadarilah tidakkah kita telah jatuh? Masihkah kita mencintai Tuhan?
 
2. Bertobatlah.
     Tuhan mendorong jemaat Efesus dan kita untuk bertobat. Bertobat adalah sikap berpaling dari perbuatan yang lama. Itu berarti berhenti, berpaling dari kegagalan kita. Berpalinglah dari sikap hidup dan kerohanian yang tanpa kasih kepada Tuhan Yesus. Dalam pertobatan ada pengakuan bahwa kita telah kehilangan kasih yang semula. Di dalam pertobatan kita ‘tinggalkan’ kehidupan tanpa kasih dan memulai yang baru, melakukan segalanya dengan kasih kepada Kristus, Tuhan kita.
 
3. Lakukan lagi apa yang semula  
      Tuhan tidak saja mendorong kita untuk menyadari kejatuhan kita dan bertobat, tetapi dengan kasihNya, Dia MEMINTA kita melakukan’yang kita kerjakan semula dengan kasih yang semula’. Lakukan lagi. Tuhan Yesus yang meminta jemaat Efesus untuk tetap berjerih lelah, tetap setia, tetap tekun dan teguh dalam pengajaran. Demikilah Tuhan Yesus meminta kita melakukan yang sama karena semua itu ekspresi kasih yang natural. Kasih akan secara alami akan mengekspresikan dirinya. Kita bisa saja melayani tanpa kasih, tetapi kita tidak bisa mengasihi tanpa melayani. Kita bisa saja tekun dan sabar tanpa kasih, tetapi tidak ada kasih tanpa ketekunan dan kesabaran. Kita bisa tekun dalam doktrin tanpa kasih, tetapi kasih tidak dapat tidak akan membuat kita rindu ‘mempelajari’ surat cinta dari Tuhan. Itu sebabnya lakukan lagi, tetapi karena kita memang mengasihi Tuhan Yesus. Lakukanlah lagi, kali ini karena kita mengasihi Tuhan Yesus.
    
    Akhirnya, mari kita bertanya pada diri kita masing-masing, apakah kasih kepada Yesus masih bernyala di hati kita? Apakah semua yang kita lakukan, yang kita namakan ‘pelayanan’, ketekunan, ibadah, kesetiaan adalah wujud kasih kita kepadaNya? Coba dengar suara Tuhan Yesus, Kekasih jiwa kita, bertanya sekali lagi: “Masihkah kau mencintaiKu?”    

Pdt. Lukas Widiyanto, M.Th.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Alasan Tidak Membayar Perpuluhan

Tiga orang yang berbeda profesi sedang berdiskusi soal perpuluhan. Mereka masing-masing mengemukakan alasan mengapa mereka belum membayar perpuluhan.

Akuntan: Saya belum membayar perpuluhan karena belum menerima surat tagihan dari Tuhan.

Pengacara: Kalau saya belum membayar perpuluhan karena belum ada undang-undang yang mengaturnya.

Bankir: Saya sih sudah lama mau membayar perpuluhan, tapi sampai sekarang saya belum tahu nomor rekening Tuhan.

cabe deeeh....

ALBUM KENANGAN